• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

3. Pengaruh Interaksi antara Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik

Dari tabel analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kedua interaksi berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering tajuk bobot kering akar, serapan N, P dan K tanaman.

Interaksi pupuk organik dan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung. Namun secara tunggal, pupuk organik berpengaruh nyata (Tabel 2). Tinggi tanaman pada umur 8 dan 12 MST interaksi pupuk organik dan anorganik (O1A3) cenderung memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya. Lebih tingginya pengaruh O1A3 menunjukkan bahwa perlakuan tersebut mampu menciptakan kondisi media tumbuh yang baik dan lebih baik daripada pengaruh perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Yusnaeni et al., (2004) membuktikan bahwa selama 2 musim tanam pertanaman jagung, kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik dapat memperbaiki produktivitas lahan, yaitu perbaikan dalam peningkatan pH, kadar N-total tanah dan populasi cacing tanah sehingga produksi jagung juga meningkat.

Tinggi tanaman pada perlakuan kombinasi O1A2 lebih rendah dari perlakuan kombinasi O1A3. Hal ini diduga berhubungan dengan serapan K tanaman. Peranan hara K dalam translokasi senyawa-senyawa organik dari daun menuju ke bagian-bagian tanaman yang lain.

Hasil ini didukung oleh serapan N tertinggi pada perlakuan O2A3 dan terandah O0A0, serapan P tertinggi pada perlakuan O2A1 dan terandah perlakuan O0A0, dan serapan K tertinggi pada perlakuan O1A3 dan terandahperlakuan O0A0. Lebih tingginya serapan N, P dan K tanaman didukung oleh lebih tingginya produksi jagung yang ditunjukkan oleh bobot pipilan kering. Keefektifan dan keefisienan pemberian pupuk organik dan anorganik dapat dilihat pada pemberian 75% pupuk organik dan 50% pupuk anorganik (O2A3). Peranan hara N dalam memacu pertumbuhan vegetatif dan sintesa asam amino, dan kemudian K

berfungsi antara lain pada perkembangan akar, pembentukan karbohidrat dan mempengaruhi penyerapan unsur lain. Selanjutnya P berperan penting dalam pembelahan sel, perkembangan akar, pembentukan bunga dan biji, penyusunan RNA dan DNA dan menyimpan, memindahkan energi (ATP dan ADP) (Leiwakabesy et al., 2003; Marschner, 1986).

Perlakuan O3A1, O2A1, O2A3 dan O3A2 menghasilkan bobot pipilan kering nyata lebih tinggi daripada perlakuan lainnya, dan perlakuan kombinasi O3A1

cenderung lebih tinggi daripada perlakuan O2A1, O2A3 dan O3A2. Hal ini diduga karena pada perlakuan pupuk organik terdapat keseimbangan pupuk yang berasal dari kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik untuk kebutuhan produksi jagung.

Perlakuan O1A0 menghasilkan bobot kering tajuk dengan bobot 32,57 g lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Perlakuan O3A1 menghasilkan bobot kering akar dengan bobot 18,22 g lebih tinggi daripada perlakuan lainnya.

Walaupun tidak berpengaruh nyata, namun menunjukkan bahwa baik pupuk organik maupun pupuk anorganik memberikan pengaruh yang sama baiknya pada berbagai tingkat dosis yang diberikan. Pada suatu tingkat dosis pupuk organik maka semakin meningkat dosis pupuk anorganik semakin baik produksi, begitu pula pada suatu tingkat dosis pupuk anorganik maka semakin meningkat dosis pupuk organik semakin baik produksi. Tanaman jagung memberikan respon yang baik terhadap pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik dengan dosis yang tinggi. Pemberian pupuk anorganik disertai pemberian pupuk organik akan saling mendukung. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kerusakan tanah akibat bahan kimia yang ditimbulkan oleh

insektisida dan pupuk pabrikan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman, sedangkan pemberian pupuk anorganik berperan untuk pertumbuhan akar, buah dan biji. Hal ini sesuai dengan Dartius (1990) dalam Rambe (2014) bahwa ketersediaan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman yang berada dalam keadaan cukup, maka hasil metabolismenya akan membentuk protein, enzim, hormon dan karbohidrat, sehingga pembesaran, perpanjangan dan pembelahan sel akan berlangsung dengan cepat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat korelasi antara serapan N, P dan K dengan produksi jagung (bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot pipilan kering).

2. Pemberian pupuk anorganik menunjukkan bahwa tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar tertinggi pada perlakuan pupuk organik 100% (O1).

Sedangkan bobot pipilan kering, serapan N, P dan tertinggi pada perlakuan pupuk organik 75% (O2).

3. Pemberian pupuk anorganik menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan serapan N tertinggi pada perlakuan pupuk anorganik 50% (A3), bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot pipilan kering. Sedangkan serapan P dan K tertinggi pada perlakuan pupuk anorganik 100% (A1).

4. Pemberian kombinasi pupuk organik 50% + anorganik 100%, menghasilkan bobot pipilan kering yang tinggi.

Saran

Diharapkan adanya penelitian lanjutan pada tanaman dan jenis tanah yang lain agar diperoleh dosis pupuk organik dan pupuk anorganik yang optimal untuk produksi tanaman tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 1999. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas Tanah Ultisols Terdegradasi di Desa Batin, Jambi. Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Bogor. Buku II. Puslittanak.

Adimihardja, A., I. Juarsah dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas Tanah Ultisol Terdegradasi di Desa dan Agroklimat, Bogor.

Anonim. 2001. Pupuk Organik. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/publication/berita/umum.

Baligar V.C. and N.K. Fageria. 2005. Enhancing Nitrogen Use Efficiency inCrop Plants. Advances in Agronomy 88: 97-185.

Budiman, Haryanto. 2012. Sukses Bertanam Jagung Komoditas Pertanian yang Menjanjikan. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Burbey, D. Alamsyah, A. Sahu dan Z. Zaini. 1998. Tanggap Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian Fosfor dan Pupuk Kandang Pada Berbagai Takaran Kapur. PP Sukarami 13:30-35.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan . USU Press, Medan

Darmijati, S. 1987. Tanggap Empat Varietas Kacang Tanah Terhadap Pemberian Bahan Organik. PP Sukarami 10: 17- 21

Dermiyati., J. Lumbanraja., A. Niswati., S. Triyono dan M. Deviana. 2014. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Organonitrofos dan Pupuk Kimia Terhadap Serapan Hara dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Musim Tanam Kedua di Tanah Ultisol GedungMeneng. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Bogor.

Dwidjosaputra, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Hanafiah, dkk. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademik Persindo, Jakarta

Hartatik, W., D. Setyorini, L. R. Widowati dan S. Widati. 2005. Laporan Akhir Penelitin Teknologi Pengelolaan Hara Pada Budidaya Pertanian Organik.

Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Persentatif

Kristanto, A. 2008. Teknologi Pascapanen Untuk Peningkatan Mutu Jagung. PT.

Bisi Pare- Kediri

Lakitan, B. 2005. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Leiwakabessy, F. M., U. M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.

Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Matarirano, L. 1994. Liquid Manure Is Good Fertilizer. Developing Countries Farm.

Radio Network. Oktober 1994. Paket 34, Naskah 3

Mayadewi dan Ari. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Gulma Hasil Jagung Manis. Agritrop, 26 (4): 153-159 ISN: 0215 8620

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press Harcourt brace Jovanovich, Publishers, London Orlando San Diego, New York Austin Boston, Sydney, Tokyo, Toronto. 674 pp.

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar. Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murni, A. M., Y. Barus, Kiswanto, Slameto, D. Suherlan, A. Sopandi dan Sunaryo.

2007. Agronomic Survey For Maize In Lampung. Presentation at Workshop On Site Spesific Nutrient Management For Maize. Bandar Lampung.

Nasution, A. M. 1987. Pengaruh Pemberian Bermacam-Macam Pupuk Kandang Terhadap Ketersediaan Fosfat dan Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Masam. Tesis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Notohadiprawiro. 2006. Pengelolaan Kesuburan tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1984%20penge.pdf. Diakses tanggal 2 Mei 2016

Nuryamsi, D., O. Sopandi, D. Erfandi, Sholeh dan P. G. Widjaja. 1995. Penggunaan Bahan Organik, Pupuk P dan K Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Podsolik. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah Agroklimat, Bogor

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, Go Ban Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Prasetyo, B. H dan D. A. Suriadikarta. 2006. Krakteristik, Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Penelitian Tanah, Bogor

Sanchez, Pedro. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika, Terjemahan Amir Hamzah. Penerbit ITB. Bandung.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit CV. SIMPLEX. Jakarta.

Siregar, A. E. 2012. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril).

Agriland, Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. 2(2), 90-97.

Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy, 12th edition. United States Department of Agriculture Natural Resources Conversation Service.

Sondari, N., A. Komariah., Noertjahyani dan D. Andriawan T. 2014. Karakteristik Pertumbuhan, Serapan N dan P Tanaman, Kandungan Timbal pada Biji serta Hasil Kacang Tanah Akibat Kombinasi Perbandingan Volume Tanah dengan Jenis Pupuk Organik Padat. Prosiding Seminar dan Lokakarya FKPTPI :”Mengembalikan Patriotisme Pertanian”. Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Sumatera Barat.

Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry Genesis, Composition, Reaction. Khon Willey and Sons. New York

Suastika, I. W., M. T. Sutiadi dan A. Kasno. 2005. Pengaruh Pupuk Kandang dan Fosfat Alam Terhadap Produktifitas Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

Subandi, I. G. Ismail dan Hermanto. 1998. Jagung, Teknologi Produksi dan Pascapanen. Penelitian P.57

Subagyo, H, S. Nata dan A. B. Siswanto. 2000. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia dalam Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Sukiyono, K. 2005. Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro

Suriadikarta, D. A., T. Prihartini., D. Setyorini dan W. Hartatik. 2002. Teknologi Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. BPTP, Bogor. Hlm : 185-186.

Tan, K. H. 1993. Environmental of Soil Science. Mecal Dekkar, Inc, New York Widodo. 2008. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat: Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Widowati, L. R., Sri Widati, U. Jaenuddin dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh Kompis Pupuk Organik Yang Diperkaya Dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat Tanah. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai Penelitian Tanah, TA 2005.

Yurnaldi. 2006. Revolusi Pertanian Hijau di Sumbar. Kompas, 13 Februari 2006 Yusnaeni, S., M.A.S. Arif, J. Lumbanraja, S.G. Nugroho dan M. Nonaka. 2004.

Pengaruh Jangka Panjang Pemberian Pupuk Organik dan Inorganik serta Kombinasinya terhadap Perbaikan Tanah Masam Taman Bogo. J. Tanah Trop, 18:155-162

LAMPIRAN

Lampiran 2. Deskripsi Jagung Varietas Pioneer 23 Nama varietas : Pioneer 23

Golongan : Hibrida

Umur : 50% keluar rambut + 55 hari panen 100 – 110 hari Batang : Tegak dan kokoh

Daun : Panjang dan lebar

Tongkol : Cukup besar dan silinder Warna daun : Hijau tua

Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat 2-3 biji Berwarna putih pada satu tongkol

Kedudukan tongkol : Di bawah pertengahan tinggi tanaman (74 cm) Bentuk biji : Mutiara

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Perakaran : Baik

Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14-16 baris Kebutuhan benih/Ha : 10 kg/ha Bobot 1000 biji : 301 gram

Rata-rata hasil : 7-9 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : 10-12 ton/ha pipilan kering Kerebahan : Tahan rebah

Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap bulai (Sclerospora maydis), karat dan bercak daun

Sumber : PT. DuPont Indonesia.

Lampiran 19. Korelasi antar parameter

Parameter Tinggi

Tanaman

Bobot Kering Tajuk

Bobot Kering Akar

Bobot Pipilan Kering

Serapan N

Serapan P

Serapan K

Tinggi Tanaman - 0,51 0,44 0,48 0,08 0,31 0,22

Bobot Kering Tajuk 0,51 - 0,85 0,74 0,43 0,71 0,56

Bobot Kering Akar 0,44 0,85 - 0,67 0,26 0,66 0,36

Bobot Pipilan Kering 0,48 0,74 0,67 - 0,52 0,85 0,51

Serapan N 0,08 0,43 0,26 0,52 - 0,68 0,48

Serapan P 0,31 0,71 0,66 0,85 0,68 - 0,62

Serapan K 0,22 0,56 0,36 0,51 0,48 0,62 -

GAMBAR PENELITIAN

UNIVERSITAS Jenis Sampel : Tanaman Jagung

No Lab No Lapangan

UNIVERSITAS Jenis Sampel : Tanaman Jagung

No Lab No Lapangan

Dosis Pupuk yang diberikan : O0 = 0

O1 = 100 gr O2 = 75 gr O3 = 50 gr O4 = 25 gr Urea :

A0 = 0 A1 = 1,5 gr A2 = 1,2 gr A3 = 0,75 gr A4 = 0,4 gr TSP :

A0 = 0 A1 = 0,5 gr A2 = 0,4 gr A3 = 0,3 gr A4 = 0,2 gr KCl :

A0 = 0 A1 = 0,5 gr A2 = 0,4 gr A3 = 0,3 gr A4 = 0,2 gr

Dokumen terkait