• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.2. Pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Kelengkapan

5.2.1. Pengaruh Umur Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pelaksanaan imunisasi. Dalam penelitian ini mereka yang berumur tua tidak mempunyai peluang yang lebih besar untuk lengkap imunisasi dasar bayinya dibandingkan dengan yang muda. Umur yang semakin meningkat lebih menjadi alasan utama responden untuk tidak melaksanakan imunisasi dasar. .

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum pada tahun 2008, tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Bayudomo Bayolali. Hasil penelitian ini yaitu tingkat umur mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelengkapan imuniasi dasar

Menurut Ningrum dan Sulastri (2008), menyatakan semakin tinggi umur ibu ada kecenderungan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pelaksanaan imunisasi. Ibu yang berumur tua lebih mempunyai kedewasaan dalam berpikir dalam hal ini lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan yang muda. Umur yang semakin meningkat akan lebih memikirkan hal-hal yang sangat penting termasuk untuk melaksanakan imunisasi (Notoadmodjo, 2007).

5.2.2. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

Hasil penelitian tentang variabel pendidikan ditemuka n ibu dengan pendidikan menengah dengan proporsi lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 51,6%. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu

dengan kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan belum tentu akan meningkat kelengkapan imunisasi dasar. Terlepas dari itu, pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum pada tahun 2008, tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Bayudomo Bayolali. Hasil penelitian ini yaitu tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelengkapan imuniasi dasar

Menurut Ningrum dan Sulastri (2008), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu ada kecenderungan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa mengungkapkan bahwa seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah, sehingga memberi dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya dibidang kesehatan untuk penerapan dalam kehidupan keluarga terutama pada pengasuh anak balita (Notoadmodjo, 2007).

5.2.3. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan ditemuka n ibu yang bekerja dengan proporsi lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 63,2%. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan ibu yang bekerja lebih banyak lengkap imunisasi dasar anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja yang seharusnya memiliki waktu yang cukup banyak untuk membawa anak untuk imunisasi. Hal ini terjadi disebabkan ada faktor lain yang lebih dominan yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Pada penelitian ini juga diperoleh bahwa ibu yang tidak bekerja mencapai 46,4% tidak lengkap imunisasi dasar bayinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Astrianzah (2011) bahwa tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi (p>0,05). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum pada tahun 2008, tentang faktor-faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada

bayi di Puskesmas Bayudomo Bayolali. Hasil penelitian ini yaitu pekerjaan ibu tidak mempunyai pengaruh yang positif terhadap kelengkapan imuniasi dasar

5.2.4. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan ibu pada pengetahuan dengan kategori baik dengan persentase lengkap imunisasi dasar bayinya sebesar 82,1%. Uji statistik chi-square menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan kelengkapan imunisasi dasar, artinya semakin rendah pengetahuan responden maka imunisasi dasar bayi juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden tinggi maka kelengkapan imunisasi dasar bayi juga akan meningkat.

Pengetahuan ibu yang baik tentang hakekat imunisasi dasar akan memengaruhi mereka dalam melaksanakan kelengkapan imunisasi dasar bayinya termasuk macam imunisasi, jadwal imunisasi dan manfaat setiap jenis imunisasi, sehingga demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Purwoko (2000) pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk melaksanakan imunisasi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambil keputusan. Hasil penelitian yang sama oleh Wijayanti (2004) melalui wawancara mendalam dan observasi dapat diketahui bahwa ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi dasar inilah yang merupakan faktor utama penyebab mereka tidak melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya.

Penelitian ini tidak sesuai dengan Astriazah (2011), bahwa ternyata tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan ibu dengan status Imunisasi dasar lengkap pada balita dengan nilai p > 0,05 (p = 0,749). 5.2.5. Pengaruh Sikap terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja

Puskesmas Bandar Dolok Kabupaten Deli Serdang

Hasil penelitian tentang variabel sikap yang lengkap imunisasi dasar pada bayinya dengan persentase tertinggi berada pada sikap baik yaitu sebesar 75,0%, sedangkan yang tidak lengkap imunisasi dasar dengan persentase tertinggi berada pada sikap buruk sebesar 65,4%. Uji statistik menunjukkan variabel sikap berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar.

Menurut penelitian Richa (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita 1-2 tahun di BPS Ny. Syarifah Sriyasmo Bandung bahwa sikap mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar.

Hal ini sesuai dengan penelitian Mathilda Albertina (2008), tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya bahwa sikap ibu-ibu berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi.

Sikap ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar beraneka ragam misalnya pemberian imunisasi boleh dilakukan disetiap tempat pelayanan kesehatan, bayi yang sedang mengalami batuk dan pilek tetap harus di imunisasi, pemberian imunisasi pada bayi harus dilakukan sesuai dengan jadwal, agar jadwal pemberian imunisasi teratur dan sesuai dengan jadwal, bidan harus mengingatkan ibu tentang jadwal imunisasi, alasan ibu tidak membawa bayi untuk diimunisasi karena dapat menimbulkan sakit misalnya demam, imunisasi Campak harus di berikan pada bayi yang berusia 9 bulan dan pemberian imunisasi dasar (Hepatitis, BCG, Polio, DPT dan Campak) sangat penting diberikan pada bayi.

Penelitian lain Christy Adhistiani (2005) yang mengemukakan bahwa sikap dan kepercayaan orang tua terhadap imunisasi hanya sedikit memberikan efek terhadap imunisasi anaknya. Menurut penelitian Fatmawati (2006), bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat sikap ibu dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita.

Sikap untuk kelengkapan imunisasi dipengaruhi oleh faktor/ pengaruh sosial yang merupakan sumber utama sikap misalnya peran kader kesehatan yang cukup berhasil dalam melakukan pendidikan kesehatan yang mendorong seseorang untuk

berkeyakinan yang positif terhadap imunisasi sehingga sekali keyakinan terbentuk akan melandasi pengetahuan seseorang tentang apa yang diharapkan dari imunisasi, hal ini akan mempunyai dampak positif terhadap kelengkapan.

Dokumen terkait