• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.2 Pengaruh Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh positif antara kesehatan terhadap produktivitas dengan koefisien sebesar 0,46 pada model. Hal ini berarti bahwa kesehatan kerja yang diterapkan oleh PT.X di Kabupaten Serdang Bedagai berpengaruh terhadap produktivitas pemanen. Varibel keselamatan mampu menjelaskan/mempengaruhi variabel produktivitas 49%.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lalu (2005) bahwa tenaga kerja dalam keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental maupun sosial sehingga dapat bekerja secara optimal. Penelitian yang dilakukan Fatmawati (2004) bahwa kesehatan kerja memiliki pengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan. Ukhisia (2013) dalam penelitiannya menyatakan

Kesehatan kerja secara langsung berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industry saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Total health of all at work). Pada perusahaan PT. ini kesehatan pekerja sangat diperhatikan mulai dari penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan. Perusahaan juga menyediakan jaminan kesehatan kepada setiap pemanen. Sistem rujukan penyakit yang dialami pemanen juga cukup mudah dan tidak berbelit-belit. sehingga pemanen merasakan kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasi yang didapat semuanya bernilai positif, nyata dan berkorelasi kuat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap faktor kesehatan kerja yang diteliti mempunyai program yang nyata terhadap peningkatan produktivitas pekerja.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap kesehatan kerja adalah antara lain kondisi fisik, pemeriksaan kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan. Hasil faktor loadings menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan mempengaruhi faktor keselamatan kerja. Hasil sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriani (2013) yaitu Variabel kesehatan kerja kerja dibentuk secara signifikan oleh indikator prosedur pemeriksaan kesehatan.

Produktivitas sangat ditentukan oleh kondisi fisik pemanen. Kondisi fisik yang kurang sehat menyebabkan turunya kuantitas, kualitas dan ketepatn waktu

pemanen saat bekerja, kondisi fisik pemanen perlu dilindungi salah satunya dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifkasi keluhan yang dialami pemanen sehingga dapat ditangani dengan cepat, oleh karena itu perusahaan telah menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang memadai bagi pekerjanya.

Kondisi fisik beberapa pemanen sering mengalami kelelahan saat bekerja, mereka juga sering merasa mengalami nyeri di pinggang saat bekerja, dan sering mengalami kram otot. Kelelahan pada pemanen dan nyeri pinggang yang sering diijadikan alasan pemenen untuk tidak bekerja. Kondifi fisik yang kurang prima akan menyebabkan pemanen tidak merasa nyaman dalam bekerja, konsentrasipun berkurang dan akhirnya menyebabkan pemanen tidak masuk kerja.

Perusahaan juga menyadari bahwa pekerjaan pemanen membutuhkan kondisi fisik yang baik, oleh karena itu perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan bagi pemanen seperti memberikan waktu berisitirahat bagi pemanen yang kondisi fisiknya sedang lemah dengan catatan beristirahat di klinik kesehatan mulai dari jam kerja hingga jam kerja pemanen selesai. Perusahaan juga memperhitungkan tenaga pemanen dalam bekerja oleh karena itu pemanen memiliki jam khusus bekerja yaitu mulai pukul 06.00 WIB dan menyelesaikan pekerjaan pada pukul 14.00 WIB.

Sebagian besar pemanen di PT ini sudah menggunakan penyorong untuk mengangkat hasil buah sawit yang mereka hasilkan, pemanen juga menyatakan mereka tidak kuat jika bekerja sendiri karena beban otot yang besar. Beberapa pemanen yang sering mengalami kelelahan otot dan nyeri punggung, berdasarkan

hasil pengamatan dilapangan keluhan banyak dialami pada pemanen yang masa kerjanya sudah diatas 5 tahun. Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan risiko MSDs. Pembebanan otot dan tulang dalam waktu yang lama. mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga menyebabkan degenerasi tulang belakang. Hal ini menyebabkan timbulnya nyeri punggung bawah (low back pain) yang merupakan bagian dari keluhan MSDs.

Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan (preventif) terhadap risiko gangguan kesehatan, lebih mengemukan dalam disiplin kesehatan kerja.

Tujuan akhir kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006), yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan secara serentak maupun parsial. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nora (2005) pengaruh kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan di PT.Pertamina Ep Region Sumatera Field

Pangkalan Susu adalah sebesar 38,94 %. Ini berarti bahwa pihak perusahaan harus benar-benar memperhatikan dan lebih mengupayakan kesehatan kerja karyawan di PT. Pertamina Ep Region Sumatera Field Pangkalan Susu, karena pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan cukup lumayan, walaupun memang ada faktor-faktor lain di luar kesehatan kerja yang mempengaruhi produktivitas kerja.

Penerapan program-program yang berkaitan dengan kesehatan kerja sudah mampu dilaksanakan oleh perusahaan dalam kegiatan dan aktivitas melayani pekerja yang sedang sakit, sehingga mampu terciptanya dan terlaksananya kesehatan kerja dan mampu menunjang produktivitas pemenen dengan baik. Kesehatan Kerja ditingkatkan maka produktivitas dapat meningkat karena kondisi pemanen yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Penerapan yang nyata dilakukan oleh perusahaan ini yaitu melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara teratur bagi pemanen yang dilakukan setiap 6 bulan sekali antara lain tensi darah, pengecekan kadar gula darah, dan pemeriksaan lainnya. Perusahaan juga menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang cukup baik dan semua biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan. Program kesehatan yang diterapkan oleh perusahaan sudah baik tidak hanya kuratif, tetapi program yang dijalankan juga bersifat preventif.

Menurut Indriasari (2008) Program kesehatan kerja yang baik dan memenuhi syarat akan menguntungkan pegawai dan perusahaan karena pegawai jarang absen bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan

akan mampu bekerja lebih produktif. Sarana dan pelayanan kesehatan sebagai wujud dari program kesehatan kerja juga sangat membantu karyawan dalam kesehatannya. Karyawan mengungkapkan apabila mereka sehat, maka mereka dapat bekerja lebih produktif dan sebaliknya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat serta dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan (Lestari, 2007).

Menurut Lalu (2005), kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Semakin tinggi tingkat kesehatan kerja karyawan maka akan menghasilkan kinerja karyawan yang semakin tinggi pula. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini yang memperoleh hasil bahwa Kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Sulistyarini (2006) yaitu program kesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap produktivitas karyawan. Hasil penilitian yang dilakukan Rani (2011) menunjukkan bahwa kesehatan kerja yang terdiri dari sarana kesehatan, standar jam kerja, pendidikan mengenai kesehatan, ckeck-up, dan komunikasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant (AMP) Kawasan Medan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan produktivitas kerja

karyawan sehingga kesehatan karyawan harus diperhatikan agarmereka dapat bekerja secara sehat sehingga produktivitas kerja yang optimal dapat dicapai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesehatan kerja lebih dominan memperngaruhi produktivitas kerja karyawan dibandingkan keselamatan. Oleh karena itu, pelaksanaan program kesehatan kerja akan lebih mempengaruhi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dibandingkan dengan pelaksanaan keselamatan kerja.

5.3 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja

Dokumen terkait