• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1 Pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh positif antara keselamatan terhadap produktivitas sebesar dengan koefisien jalur 0,31 pada modifikasi model. Hal ini berarti bahwa keselamatan kerja yang diterapkan oleh PT. X di Kabupaten Serdang Bedagai berpengaruh terhadap produktivitas pemanen. Keselamatan mampu menjelaskan/ mempengaruhi variabel produktivitas sebesar 43,56%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006), yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan

Khaerurahman (2007) yang melakukan penelitian dengan judul pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja/K3 terhadap kinerja karyawan pada PT. Sinar Sosro Cabang Gersik. Hasil uji F menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 19,642 dan hasil uji t menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 2,882, dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 3,136 koefisien determinasi (R square) sebesar 0,40 menunjukkan bahwa variabel bebas (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dapat menjelaskan 40% terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap keselamatan kerja adalah antara lain peraturan keselamatan, komunikasi dan dukungan, alat pelindung diri, dan pelatihan. Hasil factor loadings menunjukkan bahwa peraturan keselamatan merupakan hal yang paling mempengaruhi keselamatan kerja. Peraturan keselamatan merupakan ujung tombak utama suatu perusahaan untuk berkomitmen melaksanakan keselamatan pekerja. Komitmen yang telah dipegang oleh perusahaan merupakan kunci utama dalam membangun komunikasi dan dukungan dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat dengan salah satu caranya menyediakan alat pelindung diri bagi pemanen. Adopsi perilaku pemanen dalam hal penggunaan APD dapat dilakukan dengan cara pelatihan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriani (2013) yaitu variabel keselamatan kerja dibentuk secara signifikan oleh indikator sosialisasi keselamatan kerja, komunikasi dan informasi, alat pelindung diri, prosedur keselamatan kerja pengawasan, pelatihan keselamatan kerja, dan pemberian jaminan sosial.

Peraturan keselamatan kerja dibuat untuk melindungi pekerja dari bahaya pekerjaan terutama pemanen, dengan adanya aturan yang telah dibuat oleh perusahaan maka perilaku pemanen yang tidak aman seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan kacamata, dan tidak menggunakan sepatu dapat diubah. Pimpinan PT ini sudah memiliki komitmen untuk melaksakan K3 perusahaan. Peraturan keselamatan kerja juga sudah dibuat dalam berbagi sektor terutama pada bidang pemanen.

Komitmen adalah niat atau tekad untuk menjelaskan sesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat. Tanpa adanya komitmen dari semua unsur organisasi, khusunya pemimpin, pelaksanaan K3 tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Hasibuan (2000), Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.

Peraturan yang diterapkan juga sangat mendukung hasil kinerja pemanen, pemanen tidak perlu merasa takut karena tidak aman, karena perusahaan sudah menyediakan semua peralatan untuk melindungi diri pemanen saat memanen sawit, terkhusus memanen sawit yang pohonnya sudah tinggi. Setiap pemanen juga harus mengikuti peraturan yang berlaku karena mandor akan selalu mengawasi pemanen. Terkadang sebagian pemanen tidak mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan biasanya dilakukan oleh pemanen yang masa kerjanya masih rendah. Bagi pemanen yang masa kerjanya tinggi sudah lebih banyak merasakan keuntungan dilaksanakan peraturan keselamatan kerja.

Peraturan keselamatan sangat penting di suatu perusahaan dan diharapkan setiap perusahaan berkomitmen untuk mengutamakan keselamatan kerja Peraturan ini pun diperkuat oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas

keselamatan dalam melakukan pekrjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

PT. X Serdang Bedagai sudah hampir 10 tahun menerapkan SMK3. Perusahaan ini sudah membuat jalur evakuasi jika terjadi bencana ataupun bahaya, perusahaan juga sudah mempunyai teknologi GPS untuk mengidentifikasi bahaya titik-titik api yang dapat menimbulkan bahaya, sehingga sedini mungkin titik-titik api tersebut dapat ditanggulangi dan dapat mencegah bahaya kebakaran.

Sepanjang jalan di area perkebunan dipasang tanda-tanda keselamatan saat bekerja. Pemasangan tanda-tanda sebagai media promosi yang diharapkan dapat membawa pesan peringatan untuk mengutamakan keselamatan kerja. Pemasangan tanda berisi keterangan-keterangan seperti pada tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan terdapat peringatan berhati-hati terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya, selalu menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, dan lain sebagainy.

Komunikasi dan dukungan dari mandor juga sangat mempengaruhi perilaku pemanen agar tetap menaati peraturan keselamatan ini. Setiap harinya pemanen di PT iniselalu selalu mendapatkan dukungan dari asisten kebun dan mandor mengenai keselamataan kerja dan produktivitas pemanen. Hasil pengamatan dilapangan setiap hari pukul 06.00 para pemanen, asisten kebun dan mandor harus berkumpul di kantor devisi untuk menerima pengarahan. Kegiatan pengarahan berisi berdoa bersama, memeriksa perlengkapan pemanen terkhusunya APD, dan pemberian motivasi untuk kerja sehingga target yang ditentukan perusahaan dapat dicapai. Pada pengarahan

tersebut asiten kebun dan mandor mengulang kembali pentingnya penggunan APD bagi pemanen, seperti menggunakan helm akan melindungi kepala tertimpa buah sawit, penggunaan kacamata melindungi mata dari pelepah sawit, dan menggunakan sepatu untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam yang ada di tanah.

Setiap hari asisten kebun dan mandor selalu mengingatkan untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh perusahaan, jika ada yang melanggar peraturan seperti tidak membawa salah satu APD maka pemanen tersebut tidak diizinkan bekerja dan terpaksa harus kembali ke rumah. Komunikasi yang dilakukan di perusahaan ini tidak dilakukan searah saja tapi dilakukan dua arah, dimana pemanen juga berhak bertanya kepada mandor mengenai pekerjaan mereka.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh karyawan apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Habsari (2003) mengatakan bahwa APD adalah seperangkat alat yang digunakan karyawan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya kecelakaan kerja.

Komitmen perusahaan yang tinggi mengenai K3 menyebabkan semua fasilitas APD tersedia dengan baik. Hasil dilapangan didapatkan hampir seluruh pemanen menggunakan APD dengan lengkap yaitu helm, sarung tangan, kacamata, dan sepatu, ada juga pada saat dilapangan yang tidak menggunakan APD dengan lengkap. Salah satunya tidak menggunakan kacamata, pada saat itu pemanen menyatakan bahwa kacamata yang dipakai masih kurang nyaman karena sering berembun kena keringat, yang menyebabkan pengelihatan pada saat menggunakan kacamata menjadi kabur,

dan solusinya adalah mengelap kaca mata secara terus menerus. Mandor juga menyatakan hal yang sama, beberapa pekerja malas menggunakan kacamata karena masih kurang nyaman dan sampai saat ini memang masih dilakukan riset pemodelan kacamata yang nyaman bagi pemanen.

APD yang kurang nyaman akan mempengaruhi perilaku pekerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2012) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara kenyamanan pekerja dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Rengganis (2012) pada tenaga kerja percetakan di Kota Surabaya juga menunjukkan hubungan faktor kenyamanan dengan penggunaan APD oleh pekerja. Sesuai dengan pendapat Budiono (2006) menyatakan bahwa persyaratan dari APD adalah salah satunya nyaman untuk dipakai.

Seluruh APD yang digunakan oleh pemanen di PT ini sudah disediakan oleh perusahaan, dan diberikan secara gratis. Tidak hanya itu saja perusahaan juga melakukan pengecekan rutin terhadap semua peralatan. Peralatan yang tidak layak digunakan akan diganti oleh pihak perusahaan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi pemanen di PT ini untuk tidak menggunakan APD. Tidak hanya itu saja perusahaan juga meminta pendapat pemanen mengenai alat yang digunakan sudah nyaman atau bagi mereka.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin, dkk (2012) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD. Selain itu Nichol (2010) juga menemukan bahwa salah

satu faktor prediktor yang mempengaruhi penggunaan APD oleh perawat di Acute Care Hospital yaitu ketersediaan fasilitas alat pelindung di tempat kerja. Ridley (2008) mengemukakan bahwa ketersediaan fasilitas APD dapat bepengaruh positif maupun negatif terhadap penggunaannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah, ukuran, jenis, dan kondisi APD yang disediakan.

Mathis dan Jhon (2002) menyatakan bahwa keselamatan kerja merujuk pada kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. Sehingga tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental maupun sosial sehingga dapat bekerja secara optimal.

Keselamatan kerja yang diselanggarakan dengan baik akan menciptakan kenyamanan dalam bekerja sehingga meningkatkan motivasi pemanen untuk mencapai target kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan untuk memaksimalkan hasil pekerjaan memaksimalkan. Peraturan keselamatan akan membuat pemanen untuk bekerja dengan disiplin, yaitu masuk kerja tepat waktu, bekerja sesuai dengan jam kerja dan dapat memanfaatkan waktu jam kerja sebaik-baiknya.

Menurut Lalu (2005), keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Hasil penilitian yang dilakukan Rani (2011) menunjukkan bahwa

keselamatan kerja yang terdiri dari alat pelindung kerja, peralatan kerja, lingkungan kerja, pengawasan, dan pelatihan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant (AMP) Kawasan Medan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan produktivitas kerja pemanen, sesuai dengan teori pendukung yang dinyatakan oleh Schuler & Jackson dalam Yuli (2005) bahwa kondisi kerja yang aman akan membuat para pekerja menjadi produktif yang akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Dokumen terkait