• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.4 Analisis SEM

4.4.1 Pengujian Asumsi Normalitas Multivariat

Uji pertama pada asumsi model yaitu pengujian asumsi normalitas pemodelan. Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat, diketahui asumsi normalitas multivariat tidak dipenuhi, yakni nilai p-value untuk skewness and kurtosis = 0,000 < 0,05. Oleh karena itu digunakan metode DWLS untuk mengestimasi parameter model SEM. Metode DWLS digunakan dengan pertimbangan karena terjadi pelanggaran asumsi normalitas multivariat dan data bersifat ordinal. Di samping itu metode diagonally weighted least squares (DWLS) menghasilkan nilai-nilai estimasi parameter yang lebih akurat (more accurate) dalam keadaan ini, dibandingkan metode ML

Gambar 4.1 Uji Normalitas Multivariat 4.4.2 Measurement Model

Measurement model adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan

hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya (Singgih Santoso, 2007). Measurement Model memiliki tujuan pengujian untuk

mengetahui seberapa tepat variabel-variabel manifes dapat menjelaskan variabel laten yang ada. Berikut diuraikan Measurement Model masing-masing variabel.

Gambar 4.3 Gambaran t-value

Keterangan:

X1 = Peraturan Keselamatan X2 = Komunikasi dan dukungan X3 = Alat Pelindung Diri

X4 = Pelatihan K3

X5 = Kondisi fisik pemanen X6 = Pemeriksaan kesehatan X7 = Sarana pelayanan kesehatan Y1 = Kuantitas

Y2 = Kualitas

4.4.3 Keselamatan Kerja

Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel keselamatan kerja memiliki 4 indikator besar yaitu peraturan keselamatan (X1), komunikasi dan dukungan (X2), alat pelindung diri (X3) dan pelatihan (X4). Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap keempat indikator keselamatan kerja. Construct reliability untuk variabel keselamatan kerja ditemukan sebesar 0,946 dan AVE sebesar 0.8142 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap keselamatan kerja menghasilkan 4 indikator.

Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor/ SLF diketahui bahwa peraturan keselamatan (X1) yang merupakan indikator keselamatan kerja merupakan indikator yang tertinggi atau paling signifikan (SLF= 0,99). Sub faktor kedua dalam variabel keselamatan kerja adalah dukungan dan komunikasi (X2) dengan nilai sebesar (SLF= 0,88), selanjutnya indikator alat pelindung diri (X3) (SLF=0,82), dan terakhir disusul oleh pelatihan yang merupakan sub faktor terendah dalam keselamatan kerja (X4) (SLF=0,8).

Tabel 4.10 Nilai SLF pada Variabel Keselamatan Kerja

Variabel Laten Varaibel Manifes SLF Error CR AVE Keselamatan X1 0,99 0,01 0,946 0,8142 X2 0,88 0,22 X3 0,82 0,33 X4 0,8 0,36

Berdasarkan Tabel 4.10. persamaan SLF untuk variabel keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

X1 = 0,99 X + 0,01 X2 = 0,88 X + 0,22 X3 = 0,82 X + 0,33 X3 = 0,80 X + 0,36

Gambar 4.4 Konfirmatori Analisis Keselamatan Kerja

Berdasarkan hasil SLF, maka peraturan keselamatan (X1) merupakan indikator yang dominan dalam variabel keselamatan di PT. X oleh karena itu perusahaan selalu berkomitmen untuk melaksanakan program K3. Program Keselamatan kerja diharapkan dapat meningkatkan keamanan pekerja dalam bekerja. 4.4.4 Kesehatan Kerja

Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel kesehatan kerja memiliki 3 indikator besar yaitu kondisi fisik (X5), pemeriksaan kesehatan (X6) dan sarana

Keselamatan Kerja X1 X4 X3 X2 0,01 0,22 0,33 0,36 0,99 0,88 0,82 0,8

pelayanan kesehatan (X7). Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap ketiga indikator kesehatan kerja. Construct reliability untuk variabel kesehatan kerja ditemukan sebesar 0,939 dan AVE sebesar 0.8367 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap kesehatan kerja menghasilkan 3 indikator.

Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor/ SLF diketahui bahwa kondisi fisik (X5) yang merupakan indikator kesehatan kerja merupakan indikator yang tertinggi atau paling signifikan (SLF= 0,97), pemeriksaan kesehatan (X6) (SLF= 0,92), dan terakhir disusul oleh sarana pelayanan kesehatan yang merupakan sub faktor terendah dalam kesehatan kerja (X7) (SLF= 0,85).

Tabel 4.11 Nilai SLF pada Variabel Kesehatan Kerja

Variabel Laten Varaibel Manifes SLF Error CR AVE Kesehatan

X5 0,97 0,05

0,939 0,8367

X6 0,92 0,16

X7 0,85 0,28

Berdasarkan Tabel 4.11. persamaan SLF untuk variabel kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

X1 = 0,97 X + 0,05 X2 = 0,92 X + 0,16 X3 = 0,85 X + 0,28

Gambar 4.5 Konfirmatori Analisis Kesehatan Kerja

Berdasarkan urutan SLF, maka kondisi fisik (X1) merupakan indikator yang dominan dalam variabel keselamatan di PT. X oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan kesehatan pekerja secara preventif dengan melakukan pemeriksan kesehatan dan kuratif dengan cara menyediakan klinik kesehatan, dokter, dan pemberian obat-obatan dengan gratis.

4.4.5 Produktivitas Kerja

Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel produktivitas pekerja memiliki 3 indikator besar yaitu kuantitas kerja (Y1), kualitas kerja (Y2) dan ketepatan waktu (Y3). Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap ketiga indikator produktivitas kerja. Construct reliability untuk variabel partisipasi karyawan ditemukan sebesar 0,94 dan AVE sebesar 0,8413 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap produktivitas kerja menghasilkan 3 indikator. Kesehatan Kerja X6 X6 X5 0,05 0,16 0,28 0,97 0,92 0,85

Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor/ SLF diketahui bahwa kuantitas kerja (Y1) yang merupakan indikator produktivitas kerja merupakan indikator yang tertinggi atau paling signifikan (SLF= 0,99). Sub faktor kedua dalam variabel produktivitas kerja adalah kualitas (Y2) dengan nilai sebesar (SLF= 0,97), dan terakhir disusul oleh ketepatan waktu yang merupakan sub faktor terendah dalam produktivitas kerja (Y3) (SLF= 0,79).

Tabel 4.12 Nilai SLF pada Variabel Produktivitas Kerja

Variabel Laten Varaibel Manifes SLF Error CR AVE Produktivitas

Y1 0,99 0,03

0,94 0,8413

Y2 0,97 0,07

Y3 0,79 0,38

Berdasarkan Tabel 4.12. persamaan SLF untuk variabel produktivitas kerja adalah sebagai berikut :

X1 = 0,99 X + 0,03 X2 = 0,97 X + 0,07 X3 = 0,79 X + 0,38

Gambar 4.6 Konfirmatori Analisis Produktivitas Kerja

Produktivitas Kerja Y3 Y2 Y1 0,03 0,07 0,38 0,99 0,97 0,79

Berdasarkan urutan SLF, maka kuantitas (Y1) merupakan indikator yang dominan dalam variabel produktivitas kerja di PT. X yaitu terdiri dari pencapaian kerja, semangat kerja yang tinggi, dan pemanen memaksimalkan hasil kerja mereka. 4.4.6 Struktural Model

Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel laten (Wijanto 2008). Pada analisis ini menggunakan metode SEM (Structural Equation Model) dengan memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit. Dengan pendekatan persamaan struktural, penelitian ini ingin menemukan pola interaksi yang terjadi antara produktivitas kerja dengan melalui faktor-faktor dalam keselamatan yaitu peraturan keselamatan, dukungan dan komunikasi, alat pelindung diri, dan pelatihan. Selain itu dilihat pula indikator dari kesehatan kerja itu sendiri yakni kondisi fisik, pemeriksaan kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan. Berikut adalah uji kecocokan model dimana telah memenuhi syarat

Tabel 4.13. Uji Kecocokkan Model secara Keseluruhan

Ukuran Uji Kecocokkan Model secara Keseluruhan

Nilai Patokan untuk Kecocokkan Model Kecocokkan Model terhadap Data Probabilitas dari = 0,21 Ya RMSEA = 0,056 Ya NFI = 0,96 Ya NNFI = 0,99 Ya CFI = 0,99 Ya IFI = 0,99 Ya RFI = 0,95 Ya RMR = 0,056 Ya SRMR = 0,056 Ya GFI = 1,00 Ya AGFI = 0,99 Ya

Dalam menilai model dengan SEM dimulai dengan melihat R-Square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Variabel laten endogen dalam model structural yang memiliki hasil R2sebesar 0,67 mengindikasikan bahwa model “baik”, R2 sebesar 0,33 mengindikasikan bahwa model “moderat”, R2

sebesar 0,19 mengindikasikan bahwa model “lemah” (Ghozali, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi dari variabel keselamatan ke variabel produktivitas sebesar 0,66. Varibel keselamatan mampu menjelaskan/ mempengaruhi variabel produktivitas sebesar (0,66)2 = 0,4356 =43,56%. Korelasi dari variabel kesehatan ke variabel produktivitas sebesar 0,70. Variabel keselamatan mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel produktivitas sebesar (0,70)2 = 0,49 = 49%. Hasil output dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.7 Output Korelasi Model SEM Persamaan struktural secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Hasil menunjukkan diketahui koefisien jalur dari variabel keselamatan ke variabel produktivitas sebesar 0,31. Nilai koefisien jalur yang positif menunjukkan bahwa variabel kesehatan berpengaruh positif terhadap produktivitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka produktivitas akan cenderung meningkat dengan nilai t (2,01) > t tabel= 2, artinya bahwa pengaruh yang terjadi antara variabel keselamatan dan variabel produktivitas signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%.

Koefisien jalur dari variabel kesehatan ke variabel produktivitas sebesar 0,46. Nilai koefisien jalur yang positif menunjukkan bahwa variabel kesehatan berpengaruh positif terhadap produktivitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka produktivitas akan cenderung meningkat dengan nilai t (3,09) > t tabel= 2, artinya bahwa pengaruh yang terjadi antara variabel keselamatan dan variabel produktivitas signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%.

Diketahui nilai koefisien determinasi berdasarkan output LISREL (Gambar 4.8) adalah 0,52. Nilai tersebut dapat diinterpretasi 52% dari variabel laten produktivitas dapat dijelaskan oleh persamaan struktural tersebut. Dengan kata lain, variable keselamatan dan kesehatan mampu menjelaskan (naik-turunnya) variabel produktivitas sebesar 52%, sisanya 48% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti skill pekerja, lingkungan kerja, dan lain sebagainya. Hasil R2 dalam model menunjukkan bahwa model yang dihasilkan dalam katagori moderat

Gambar 4.8 Output Hasil Persamaan SEM

Dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka model tersebut dapat diintepretasikan, sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi variabel keselamatan terhadap produktivitas diperoleh nilai koefisien 0,31 berarti bahwa apabila nilai keselamatan (X1)mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka produktivitas pemanen meningkat sebesar 0,31.

2. Hasil uji regresi variabel kesehatan terhadap produktivitas diperoleh nilai koefisien 0,46 berarti bahwa apabila nilai kesehatan (X2) mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka produktivitas pemanen meningkat sebesar 0,46.

Bahwa analisis produktivitas pemanen paling besar pengaruhnya adalah kesehatan, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi yaitu = 0,46.

BAB 5 PEMBAHASAN

Dokumen terkait