• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh terhadap Kesempatan Kerja

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN DI DESA BATUJAJAR

7.4 Pengaruh terhadap Kesempatan Kerja

8 9 10 11

Benahi rumah/bangun rumah Naik haji

Beli perhiasan Beli Perabotan RT Beli sepeda motor Makan

Pengobatan (rumah sakit)

15 1 0 7 0 16 4 75 5 0 35 0 80 20

Alokasi penggunaan uang hasil penjualan tanahnya berdasarkan alokasi produktif dan alokasi konsumtif menunjukkan kecenderungan kearah konsumtif seperti terlihat pada tabel 22. Sebagian besar 80 persen responden menggunakan untuk kebutuhan makan, 75 persen responden untuk pembenahan rumah, dan hanya 15 persen responden yang menggunakan uang ganti rugi untuk membeli sawah di tempat lain dan 25 persen menggunakan nya untuk modal usaha dan hanya 15 persen responden menyisihkan untuk biaya sekolah anak.

7.4 Pengaruh Terhadap Kesempatan Kerja

Alih fungsi lahan ke pertambangan menyebabkan perubahan pada aspek kesempatan kerja. Pada awalnya masyarakat sekitar lahan yang terkonversi desa Batujajar memiliki mata pencaharian bertani dan berdagang. Sedangkan setelah adanya pertambangan mata pencaharian penduduk menjadi lebih beragam, yaitu selain bertani

dan berdagang ada juga yang menjadi sopir, karyawan pertambangan ataupun menjadi tukang pantek.

Berdasarkan tabel 23 terlihat bahwa jenis kegiatan yang banyak diisi oleh penduduk setempat adalah kegiatan sebagai petani dan buruh tani.

Tabel 23 . Perubahan Struktur Kesempatan Kerja Responden

Waktu Jenis pekerjaan Persentase

Bertani 86,6

Berdagang -

Sebelum Konversi

Buruh 13

Sesudah Konversi Bertani 73

Berdagang 6,6

Buruh/Karyawan 16,3

Jasa 3,3

Bertani dan berladang oleh sebagian besar masyarakat yang lahannya terkonversi masih tetap dipertahankan, karena bagi mereka selain tidak ada pilihan pekerjaan lain juga karena tidak ada keahlian untuk bekerja di luar pertanian. Bertani adalah bagian hidup mereka karena sudah bertahun-tahun dan secara turun temurun mereka tekuni.

Dari hasil pengamatan lapang, perubahan kesempatan kerja disektor pertanian dari 86,6 persen menjadi 73 persen diseba bkan karena responden tidak punya lahan pertanian dan juga semakin sempitnya lahan sebagai akibat bertambahnya jumlah penduduk, selain itu dengan munculnya pertambangan menambah beragamnya lapangan kerja di desa Batujajar. Adapun masyarakat yang masih mempertahankan bertani sebagai pekerjaan utamanya harus mempunyai lahan sendiri atau melakuka kerja maro atau ceblokan.

Responden yang mengalokasikan uang hasil konversi untuk membeli lahan rata -rata mereka membeli tanah (sawah atau tegalan) yang baru di daerah lain yang masih di dalam desanya. Harga tanah di daerah ini sebenarnya lebih mahal dibanding ganti rugi

lahan yang mereka terima. Adapun harga untuk lahan sawah berkisar Rp 15.000/m² sampai Rp20.000/m² sedangkan uang ganti rugi yang dari pe njualan lahan tegalan di bukit hanya sekitar Rp 3500-4000/m² tahun 2004.

Selain itu hasil ganti rugi lahan yang terkena konversi dipergunakan untuk menambah atau memperkuat modal usaha bagi pedagang lama. Sementara bagi petani yang beralih profesi me njadi pedagang menjadikannya sebagai modal tambahan.

KESIMPULAN

Alih fungsi lahan di perbukitan desa Batujajar ke pertambangan perlu dikaji untung ruginya. Masyarakat pemilik lahan yang sebagian besar adalah petani merasakan bahwa proses jual beli lahan merugikan mereka, hal ini terkait dengan masalah harga jual tanah yang rendah dan juga akibat pencemaran baik air, udara dan juga suara, sebagai akibat dilakukannya aktivitas pertambangan yang tidak memperhatikan AMDAL.

Penguasaan lahan oleh orang luar desa Batujajar yang sudah mencapai sekitar 53 persen dari luas seluruh desa, jika tidak ditangani dengan baik tidak mustahil kedepannya akan menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Dari permasalahan ini seharusnya pemerintah yang berwenang tanggap dan mampu mengendalikan proses jual beli lahan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, baik petani sebagai pemilik lahan dan juga investor.

Ada beberapa butir pokok yang dapat disimpulkan dari studi dan analisis “ Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga Petani” yakni :

1. Faktor utama yang menyebabkan konversi lahan di desa Batujajar dibagi menjadi dua yaitu (1) Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri masyarakat penjual lahan sendiri dalam hal ini, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman kerja dan juga ketergantungan terhadap lahan (2) Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar masyarakat desa Batujajar

dalam hal ini Investor, pengaruh tetangga, pengaruh aparat desa da n juga calo-calo tanah yang memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan. 2. Konversi lahan di daerah Batujajar meskipun bukan pada lahan sawah, tetapi pada lahan kering (tegalan) yang ada di perbukitan, secara tidak langsung mempengaruhi akses dan kontrol masyarakat terhadap lahan yang pada akhirnya mempengaruhi juga aktivitas ekonominya. Minimnya penguasaan lahan secara perlahan merubah budaya “ berkebun” atau bertani pada generasi mudanya. Generasi muda lebih senang bekerja di luar sektor pertanian semisal sebagai tukang ojek atau merantau ke kota yang terdekat semisal ke Bogor atau ke Jakarta.

3. Rendahnya pendidikan petani dan juga penguasaan lahan yang sempit baik lahan sawah ataupun tegalan mendorong mereka untuk memaksimalkan tenaga kerja keluarga dan juga menerapkan pola nafkah ganda.

SARAN.

1. Aparat yang terkait dalam hal ini pemerintah beserta Stakeholder untuk ikut serta merumuskan model konversi lahan yang mengedepankan keadilan agraria. Investor juga harus mampu membangun kemandirian masyarakat, agar masyarakat siap setelah konversi lahan terjadi. Pengelolaan uang hasil penjualan lahan yang tidak digunakan ke hal-hal produktif, merupakan faktor yang menjadikan mengapa setelah konversi lahan masyarakat bertambah miskin. Seharusnya ada kepedulian dari pihak investor untuk ikut serta dalam pembinaan pengelolaan uang hasil konversi.

2. Pemerintah daerah dan pusat jangan sampai menutup diri dengan proses konversi yang selalu merugikan bagi pemilik lahan, dan selalu berpihak kepada pengusaha. Kepemilikan yang melampaui batas maksimum dan munculnya tanah guntay yang

mengarah ke ketimpangan struktur agraria yang sudah menggejala di desa Batujajar seharusnya didekati dengan aturan hukum agraria yang tegas.

DAFTA R PUSTAKA

Dames, T.W.G.1995. The Soil of Central Java. Balai Besar Penelitian Tanah, Bogor. Dharmawan, Arya H.2001. Farm Household Livelihood Strategies and Socio-Economic

Changes in Rural Indonesia . Disertasi Goettigen University. Germany.

Gatot Murniatmo.dkk.1989. Pola Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah

Secara Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Jakarta.

Gertz, C.1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia . Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Harsono, Boedi.1975. Hukum Agraria Indonesia. Djambatan. Jakarta.

Husken, Frans.1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Differensiasi

di Jawa 1830 -1980. Grasindo

Husken, Frans dan Benjamin White.1989. Ekonomi Politik Pembangunan Pedesaan

dan Struktur Agraria di Jawa. Artikel. Prisma Edisi ke -4.

I Gusti Ngurah Agung.dkk.1989. Pola Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah

Secara Tradisional Daerah Bali. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Jakarta

Iqbal, Moch.2004. Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan (Studi Kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan, Jawa Timur). Tesis Fakultas Pascasarjana, IPB Bogor.

Kustiawan, Iwan.1997. Konversi Lahan Pertanian di Pantai Utara Jawa . Artikel Prisma.

Lewis, O. 1995. Kebudayaan Kemiskinan dalam Suparlan Kemiskinan di Perkotaan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Moleong, Lexy.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nurmalinda. 2002. Petani Miskin di Pinggiran Perkotaan Dan Strategi Bertahan Hidup

Rumahtangga. (Studi Kasus Petani Lahan Tidur di Kabupaten Bekasi). Tesis

Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.

Redfield, Robert.1982. Masyarakat dan Kebudayaan. Rajawali Press. Jakarta.

Sajogyo.1977. Golongan Miskin dan Partisipasinya Dalam Pembangunan Desa. Prisma No. 3 tahun VI. LP3ES. Jakarta.

Sajogyo.1978. Lapisan Masyarakat Paling Bawah di Pedesaan Jawa. Prisma. Juni No. 3 LP3ES. Jakarta.

Sajogyo dan Pudjiwati.1992. Sosiologi Pedesaan .Jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta .

Sihaloho, Martua.2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Kasus di Kelurahan Mulyaharjo, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat). Tesis Jurusan Program Pascasarjana Sosiologi Pedesaan. Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sitorus, M.T.F. 1989. Struktur Alokasi Tenaga Kerja Rumahtangga Petani di Pedesaan

Hulu Jawa . (Studi Kasus Pola Kerja Pria dan Wanita dalam Komunitas Petani di

Dusun Jrukung, Jawa Tengah). Jurusan Studi Pembangunan. Program Pasca Sarjana, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tesis Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suhendar, Endang dan Yohana Budi W.1998. Petani dan Konflik Agraria. Yayasan AKATIGA. Bandung.

Supriyadi, Anton.2004. Kebijakan Alih Fungsi Lahan dan Proses Konversi Lahan

Pertanian. Studi kasus di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Tjondronegoro,SedionoM.P.1999. Sosioloi Agraria:Kumpulan Tulisan Terpilih.Yayasan AKATIGA Bandung.

Tjondronegoro, Sediono M.P dan Gunawan Wiradi ed. 1984. Pola Penguasaan Tanah

dan Reforma Agraria, dalam Dua Abad Penguasaan Tanah. PT. Gramedia.

Jakarta.

White, Benjamin dan Gunawan Wiradi.1979. Pola-pola Penguasaan Tanah di DAS

Cimanuk Dulu dan Sekarang. Beberapa Catatan sementara. Prisma No.9

September 1979. Jakarta.

Wiradi, Gunawan.2000. Reforma Agraria: Perjalanan Yang Belum Berakhir. Insist Press,KPA dan Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

__________ 2002. Menuju Keadilan Agraria: 70 Ta hun Gunawan Wiradi. Yayasan Akatiga. Bandung.

Tabel Lampiran 1. Karakteristik Umur dan Pendidikan Responden

No Nama Responden Umur Pendidikan Jumlah

Tanggungan kelurga 1 Pak Sarhan B 60 TTSD 3 2 Pak. Asan 58 SD 4 3 Pak. Saih 50 SD 3 4 Pak.Sahari 61 TTSD 4 5 Pak.Sarhan A 70 TTSD 3 6 Pak.Madsuki 71 TTSD 1 7 Pak.Haji Apak 54 SD 3 8 Pak.Sajim 65 TTSD 4 9 Pak.Salmi 50 SLTP 4 10 Pak.Ahmad 58 SD 4 11 Pak.Sugani 80 SD 5 12 Pak.Rosyid 55 SD 4 13 Pak.Sidik 60 SD 5 14 Pak.Ramin 70 SD 3 15 Pak.Rusdi 63 SD 4 16 Pak.Naman 80 SD 4 17 Pak.Sapri 60 SD 3 18 Pak.Didi 75 SD 4 19 Pak.Jahari 65 SD 3 20 Pak.Haji Emog 65 TTSD 3 Rata -rata 63,5 3,5 Keterangan : TTSD : Tidak Tamat SD

Tabel Lampiran 2. Perubahan Luas Lahan Sebelum dan Sesudah Konversi. Luas Lahan Pra Konversi Luas Lahan Pasca Konversi No Nama Responden

Sawah Tegalan Pekarangan sawah Tegalan Pekarangan

1 Pak Sarhan B - 5 000 40 - 800 40 2 Pak. Asan 1 500 2 500 20 200 200 20 3 Pak. Saih 1 500 1 250 16 2 000 - 16 4 Pak.Sahari 200 333 40 200 - 40 5 Pak.Sarhan A 400 1 500 10 1 000 - 10 6 Pak.Madsuki 800 2 600 20 800 200 20 7 Pak.Haji Apak 1 200 10 500 100 2 500 500 100 8 Pak.Sajim 500 800 20 500 4 000 100 9 Pak.Salmi - 1 600 10 - - 10 10 Pak.Ahmad 3 000 2 500 80 4 000 1 000 80 11 Pak.Sugani 200 3 000 10 500 250 10 12 Pak.Rosyid 100 7 000 12 1 000 4 000 12 13 Pak.Sidik 2 000 2 000 20 - - 20 14 Pak.Ramin 10 000 5 000 50 10 000 2 000 50 15 Pak.Rusdi 1 400 2 500 100 1 400 2 500 100 16 Pak.Naman 1 000 2 500 100 1 000 - 100 17 Pak.Sapri - 1 000 200 - - 200 18 Pak.Didi 2 000 15 000 300 1 000 1 500 300 19 Pak.Jahari 500 300 20 500 - 20 20 Pak.Haji Emog 7 500 4 000 20 7 500 - 20 Jumlah Rata-rata 1 690 3 544 59,4 1 705 847,5 59,4

Gambar Lampiran 1. Aktivitas Perempuan dalam Mengerjakan Pekerjaan Rumah tangga (Kerja Reproduksi) yang Memanfaatkan Air Sungai yang Telah Tercemar Limbah Pertambangan.

Gambar Lampiran 2. Aktivitas Petani Dalam memanfaatkan Ternak Untuk Kerja di Bidang Pertanian.

Gambar Lampiran 3. Aktivitas Perempuan dalam upaya membantu ekonomi Rumahtangga dengan membuka warung.

Tabel Lampiran 4. Aktivitas Warga Mencari Ikan di Sungai Sebagai Tambahan Penghasilan

Dokumen terkait