• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham Pada Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Indeks SRI-Kehati dan JII

Rasio keuangan adalah salah satu bentuk informasi akuntansi yang digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Selain itu juga mempunyai kekuatan untuk memprediksi return saham. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari rasio keuangannya maka semakin besar return saham perusahaan.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return dapat

berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan terjadi di masa depan. Secara matematis return saham dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rt =

………...…... (9)

Dimana:

Pt : Harga saham penutupan bulanan ke-t Pt-1 : Harga saham penutupan bulanan ke-t-1

Beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap return saham antara lain:

a. Current Ratio (CR)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Semakin besar CR menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya (modal kerja) untuk menjaga performance kinerja perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham. Kondisi ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan return saham.

CR =

x 100% ………..……….………(10)

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Tingkat DER yang tinggi menunjukkan total hutang semakin besar jika dibandingkan dengan total modal sendiri. Berdampak terhadap beban perusahan kepada pihak kreditur semakin besar sehingga mengurangi minat investor berinvestasi pada perusahaan tersebut. Akibatnya terjadi penurunan harga saham perusahaan dan return saham juga akan menurun (Prihantini 2009).

DER =

15

c. Earning Per Share (EPS)

Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan perusahaan yang didistribusikan untuk setiap lembar saham yang diterbitkan. Semakin tinggi nilai EPS semakin besar laba yang disediakan investor sehingga akan meningkatkan return saham (Darmadji dan Fakhruddin 2001).

EPS =

x 100% ………..……....….(12)

d. Return On Equity (ROE)

Merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif. Menurut Herlambang (2003), semakin tinggi nilai ROE semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba akibatnya memberikan harapan naiknya return saham. ROE =

x 100% …………...…..……..……(13)

e. Total Asset Turnover (TATO)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi efektifitas perusahaan menggunakan aktiva untuk mendapatkan penjualan maka semakin besar laba yang diharapkan. Hal ini menunjukan kinerja perusahaan semakin baik sehingga harga saham perusahaan tersebut tinggi dan memberikan return saham besar. TATO =

x 100% ………..…………..…..………….…...(14)

f. Return on Assets (ROA)

Merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi ROA semakin baik kinerja perusahaan sehingga akan menarik investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Daya tarik ini menyebabkan harga saham naik dengan diikuti oleh naiknya return saham (Ang 1997).

ROA =

x 100%………...(15)

g. Price Earning per Share (PER)

Merupakan salah satu indikator yang digunakan pasar untuk menilai kinerja saham perusahaan yang tercermin dari nilai PER-nya. PER akan meningkat seiring dengan kenaikan harga saham sehingga harga dan return saham juga meningkat. Kondisi ini dapat terjadi karena PER menjadi indikator pertumbuhan laba dan mengindikasikan pertumbuhan laba di masa depan. PER =

16

h. Net Profit Margin (NPM)

Merupakan rasio profitabilitas untuk memberikan gambaran laba bagi investor sebagai persentase dari penjualan. Semakin tinggi NPM semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka tingkat investasi juga meningkat. Karena semakin besar kemampuan emiten menghasilkan laba semakin tinggi harga saham dan berdampak pada peningkatan return.

NPM =

x 100%………...….(17) Selanjutnya untuk melihat pengaruh rasio keuangan pada sektor pertambangan terhadap return saham. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi data panel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1) Variabel dependen/respon (Y) adalah return saham.

2) Variabel independen/penjelas (X1, X2, X3, X4 ,X5 ,X6, X7, X8) adalah rasio keuangan yaitu CR, DER, EPS, ROE, TATO, ROA, PER dan NPM.

Persamaan dari model analisis regresi linier data panel penelitian ini adalah

Y = β0+ β1X1+ β2X2+ ………..+ +e ...(18) Dimana:

Y : Return saham (%) X1 : CR (%)

β0 : Konstanta X2 : DER (%)

β1 : Koefisien regresi dari variabel X1 X3 : EPS (%)

β2 : Koefisien regresi dari variabel X2 X4 : ROE (%)

: X5 : TATO (%)

: X6 : ROA (%)

β8 : Koefisien regresi dari variabel X8 X7 : PER (%) e : Tingkat kesalahan (error) X8 : NPM (%)

Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang gejala atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu. Berikut adalah perumusan hipotesis yang diharapkan dari penelitian ini.

H1 : Rasio CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham H2 : Rasio DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham H3 : Rasio EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham H4 : Rasio ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham H5 : Rasio TATO berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham H6 : Rasio ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham H7 : Rasio PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham H8 : Rasio NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham

17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Investasi pada Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Indeks SRI-Kehati dan JII

Investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada 1 atau lebih dari 1 aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Pembelian saham merupakan investasi karena memberikan keuntungan dalam bentuk dividen maupun capital gain. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor baik sekarang maupun di masa depan. Umumnya para investor tidak menyukai resiko (risk

averse), yaitu jika investor dihadapkan pada suatu kesempatan investasi yang

mempunyai resiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan tingkat

return yang lebih besar. Semakin tinggi resiko pada investasi semakin tinggi pula

tingkat return yang diharapkan oleh investor (Harianto dan Sudomo 1998).

Sebelum investor memutuskan saham yang akan diinvestasikan pada sektor pertambangan. Sebaiknya investor harus melihat laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut terlebih dahulu. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Investor dapat melihat kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya melalui laporan tersebut sehingga akan mendorong keputusan investor berinvestasi.

Salah satu model analisis keuangan yang digunakan oleh para investor untuk melihat kinerja keuangan perusahaan pertambangan adalah nilai Tobin’s Q. Nilai ini menggambarkan kondisi potensi investasi yang dimiliki perusahaan atau potensi pertumbuhan investasi. Nilai Tobin’s Q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham dan nilai pasar hutang dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan dalam aktiva produksi. Oleh karena itu, Tobin’s Q dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu dari sisi potensi nilai pasar perusahaan. Potensi Investasi pada Sektor Pertambangan di Indeks SRI-Kehati

Indeks SRI-Kehati merupakan jenis indeks saham pro lingkungan. Perusahan pertambangan yang masuk pada indeks ini secara konsisten dari tahun 2010 sampai 2013 adalah ANTM, PTBA, TINS dan MEDC. Hasil perhitungan nilai Tobin’s Q dari masing-masing perusahaan pertambangan tersebut dari tahun 2010 sampai 2013 dapat ditunjukkan pada Tabel 4. Data tersebut memperlihatkan hanya PTBA yang memiliki potensi investasi tinggi sepanjang tahun 2010 sampai 2013. Artinya manajemen PTBA telah berhasil mengelola aktiva perusahaan selama empat tahun berturut-turut.

Potensi investasi pada PTBA termasuk kategori tinggi karena PTBA merupakan salah satu produsen batubara di Indonesia dengan tingkat laba yang tinggi. Hal tersebut disebabkan sebagian hasil produksi dipasarkan ke luar negeri sehingga laba yang diperoleh juga tinggi. Ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah ini. Kondisi nilai tukar rupiah yang melemah seperti sekarang ini dengan penerimaan yang didapat PTBA dalam bentuk dollar mengakibatkan laba perusahaan juga semakin meningkat. Peningkatan laba yang diterima PTBA berdampak pada jumlah aset yang diperoleh juga meningkat (Tabel 5).

18

Tabel 4 Potensi investasi sektor pertambangan tahun 2010-2013

Periode

Perusahaan Pertambangan

Saham Pro Lingkungan (Indeks SRI-Kehati) Saham Syariah (JII)

ANTM PTBA TINS MEDC ENRG

Tobin's Q Potensi Investasi Tobin's Q Potensi Investasi Tobin's Q Potensi Investasi Tobin's Q Potensi Investasi Tobin's Q Potensi Investasi

2010 Q4 2.288 Tinggi 6.018 Tinggi 6.835 Tinggi 2.125 Tinggi 3.183 Tinggi 2011 Q1 2.104 Tinggi 8.259 Tinggi 6.812 Tinggi 0.914 Rendah 2.834 Tinggi Q2 1.95 Tinggi 5.626 Tinggi 5.715 Tinggi 0.663 Rendah 7.087 Tinggi Q3 1.76 Tinggi 3.033 Tinggi 2.275 Tinggi 0.537 Rendah 3.999 Tinggi Q4 0.249 Rendah 1.774 Tinggi 0.694 Rendah 0.275 Rendah 4.764 Tinggi 2012 Q1 0.77 Rendah 5.187 Tinggi 1.023 Tinggi 0.66 Rendah 1.839 Tinggi Q2 3.549 Tinggi 6.038 Tinggi 0.819 Rendah 0.445 Rendah 2.965 Tinggi Q3 1.132 Tinggi 3.583 Tinggi 1.914 Tinggi 0.495 Rendah 3.209 Tinggi Q4 0.618 Rendah 2.103 Tinggi 0.635 Rendah 0.625 Rendah 1.247 Tinggi 2013 Q1 1.09 Tinggi 2.02 Tinggi 1.53 Tinggi 0.529 Rendah 1.659 Tinggi Q2 0.582 Rendah 3.913 Tinggi 0.577 Rendah 0.613 Rendah 1.193 Tinggi Q3 1.568 Tinggi 1.969 Tinggi 5.26 Tinggi 1.423 Tinggi 1.189 Tinggi

Gambar 4 Penjualan PTBA tahun 2007-2012 Tabel 5 Jumlah aset perusahaan pertambangan tahun 2009-2012

(miliyar rupiah)

Tahun

Jumlah Aset

Saham Pro Lingkungan Saham Syariah ANTM PTBA TINS MEDC ENRG 2009 9 939 8 078 4 855 20 405 10 252 2010 12 310 8 722 5 881 22 780 11 762 2011 15 201 11 507 6 569 25 873 17 354 2012 19 708 12 728 6 101 26 558 20 723

Berdasarkan informasi di atas maka investor dapat memilih saham PTBA sebagai pilihan tempat berinvestasi di masa depan untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Ini didukung nilai kapitalisasi pasar yang didapat oleh PTBA pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan

19 pertambangan lain baik di Indeks SRI-Kehati maupun JII. Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai dari saham perusahaan yang beredar di pasar. Nilai ini sangat penting bagi investor karena mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Menurut Ang (1997), semakin besar nilai kapitalisasi pasar suatu saham semakin besar pula daya tarik investor untuk investasi jangka panjang. Karena menggambarkan potensi pertumbuhan perusahaan yang baik dan memiliki resiko yang rendah. Sebaliknya semakin kecil nilai kapitalisasi semakin kurang menarik bagi investor. Nilai kapitalisasi pasar dari perusahaan pertambangan yang masuk di Indeks SRI-Kehati dan JII ditampilkan pada Tabel 6.

Namun investor juga dapat mempertimbangkan saham ANTM, TINS dan MEDC sebagai alternatif pilihan berinvestasi. Sebab pada kuartal ketiga tahun 2013, ketiga perusahaan tersebut memiliki potensi investasi tinggi. Jika kondisi ini tetap dipertahankan oleh manajemen perusahaan maka akan menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah dengan meningkatkan kinerja perusahaan khususnya pada rasio-rasio yang ada di dalam laporan keuangan.

Informasi lain yang mampu dijadikan sebagai pertimbangan oleh investor dalam memilih ketiga saham perusahaan tersebut adalah jumlah aset yang dihasilkan. Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah aset ANTM dan MEDC dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan sedangkan TINS mengalami penurunan aset pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga timah dunia dari US$ 29 000/ton menjadi US$ 17 000/ton dan berdampak pada laba yang diterima. Peningkatan jumlah aset pada ANTM karena strategi yang dilakukan dengan fokus pada komoditi inti (nikel, emas dan bauksit). Strategi tersebut antara lain: mengoperasikan kembali tambang emas yang ada di Jawa Barat dan mengembangkan proyek untuk komoditas nikel dan bauksit. MEDC juga mengalami peningkatan jumlah aset karena didukung oleh kenaikan harga minyak dunia dan melakukan akuisisi.

Tabel 6 Nilai kapitalisasi perusahaan pertambangan tahun 2010-2013 (miliyar rupiah)

Tahun

Nilai Kapitalisasi Pasar

Saham Pro Lingkungan Saham Syariah

ANTM PTBA TINS MEDC ENRG

2010 23 369 52 879 13 840 11 247 5 032 2011 15 452 39 976 8 405 8 081 7 223 2012 12 209 34 792 7 750 5 431 3 327 2013 9 061 27 995 4 882 5 365 4 732 Potensi Investasi pada Sektor Pertambangan di JII

Jenis indeks saham syariah yang ada BEI adalah JII. Perusahaan yang masuk di indeks ini mengalami perubahan setiap bulan Januari dan Juli. Perusahaan pertambangan yang masih bertahan di JII dari 2010 sampai 2013

adalah ENRG. Nilai Tobin’s Q yang diperoleh ENRG selama 4 tahun tersebut

berada di atas 1 (Tabel 4). Jadi dapat dikatakan bahwa ENRG mempunyai potensi investasi yang tinggi, artinya manajemen ENRG mampu memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan dengan baik.

20

Pertumbuhan penjualan juga dapat digunakan untuk melihat tingkat potensi investasi suatu perusahaan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa depan. Pertumbuhan penjualan tinggi menunjukkan peningkatan pendapatan sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat. Hal ini yang akan memicu investor untuk berinvestasi.

Menurut Indrawati dan Suhendro (2006), pertumbuhan penjualan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan penjualan bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (sustainable

growth rate). Caranya dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan

pembiayaan. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi atas aktiva perusahaan dan membutuhkan penyediaan dana untuk membeli aktiva. Dapat dikatakan pertumbuhan perusahaan menimbulkan konsekuensi keputusan investasi dan pembiayaan.

Gambar 5 menunjukkan pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan dari tahun 2008 sampai 2012. Perusahan pertambangan yang masuk di JII yaitu ENRG, yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang cukup signifikan pada tahun tersebut dibandingkan dengan perusahaan pertambangan lain di Indeks SRI-Kehati. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2012. Faktor penyebabnya adalah ENRG melakukan divestasi (penjualan saham) sebesar 10% di Blok Masela Laut Arafura dan kinerja operasional perusahaan yang naik 25% dari tahun lalu. Selain itu ENRG berhasil meningkatkan produksi minyak dan gas, melakukan akuisisi dengan perusahaan lain dan ekspansi ke daerah lain.

Dilihat dari potensi investasi selama periode 2010 sampai 2013 (Tabel 4) dan pertumbuhan penjualan (Gambar 5). Investor dapat memilih ENRG sebagai pilihan berinvestasi karena nilainya yang tinggi. Namun investor juga perlu untuk memperhatikan informasi lain seperti nilai kapitalisasi pasar. Karena nilai kapitalisasi pasar menggambarkan pertumbuhan perusahaan di masa depan. Berdasarkan Tabel 5 nilai kapitalisasi pasar ENRG paling rendah dibandingkan perusahaan pertambangan yang masuk di Indeks SRI-Kehati. Maka dari itu, investor perlu untuk mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum menginvestasikan saham ke ENRG. Hal ini menghindari terjadinya resiko, seperti prinsip dari investor adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menekan resiko serendah-rendahnya.

21 Perbedaan Indeks Saham Pro Lingkungan (SRI-Kehati) dan Syariah (JII)

Penjelasan-penjelasan di atas dapat dilihat perbedaan antara saham pro lingkungan dan syariah dari beberapa sisi. Tujuannya adalah untuk melihat tingkat potensi investasi pada masing-masing perusahaan pertambangan di kedua jenis indeks tersebut sehingga investor dapat mengambil keputusan berinvestasi. Perbedaan tersebut secara lebih jelas diringkas pada Tabel 7 berikut ini.

Berdasarkan Tabel 7, investor sebaiknya memilih berinvestasi pada saham PTBA pada kelompok saham pro lingkungan (Indeks SRI-Kehati) dibandingkan ENRG (indeks saham syariah). Jika dilihat dari potensi investasi dan nilai kapitalisasi pasar, perusahaan tersebut berada pada kategori tinggi sehingga tingkat resiko yang dihadapi kecil. Potensi investasi, pertumbuhan penjualan dan jumlah aset pada ENRG tergolong tinggi. Namun nilai kapitalisasi pasarnya rendah, maka investor perlu mempertimbangkan hal ini. Karena nilai kapitalisasi pasar merupakan indikator perkembangan suatu bursa saham di masa depan. Penurunan harga saham memicu penurunan nilai kapitalisasi pasar dan berdampak pada jumlah return yang didapat oleh investor juga menurun.

Tabel 7 Perbedaan indeks saham pro lingkungan dan syariah

Perbedaan Saham Pro Lingkungan Saham Syariah ANTM PTBA TINS MEDC ENRG Potensi Investasi rendah tinggi rendah rendah tinggi Nilai Kapitalisasi rendah tinggi rendah rendah rendah Pertumbuhan Penjualan sedang sedang tinggi rendah tinggi Jumlah Aset sedang sedang rendah tinggi tinggi

Penyajian Model dan Hipotesis

Sebelum membentuk persamaan regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mendapatkan persamaan yang bersifat Best Linier Unbiased

Estimator (BLUE). Asumsi utama yang harus dipenuhi ada 3 yaitu

homoskedastisitas, tidak ada multikolinearitas dan tidak ada autokorelasi. Berikut ini adalah pengujian asumsi klasik.

Pengujian Asumsi Klasik 1) Uji multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kolinier antar variabel independen. Menurut Nachrowi dan Usman (2006), hampir seluruh data variabel dalam penelitian keuangan memiliki peluang multikolinearitas. Karena variabel yang digunakan merupakan turunan dari variabel lain. Akibatnya penggunaan 2 variabel yang memiliki hubungan turunan dalam satu model akan menimbulkan masalah multikolinearitas. Tabel 8 dapat dilihat bahwa semua nilai koefisien korelasi antar variabel independen berada di bawah 0.8 sehingga semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas.

2)Uji heteroskedastisitas

Langkah uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji park. Hasilnya t hitung masing-masing variabel kurang dari t tabel (1.67). Dapat

22

dikatakan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas. Hasil uji park dapat dilihat pada Tabel 9.

3) Uji autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Statistik Durbin-Watson. Hasil dari pengujian ini didapatkan nilai sebesar 2.22 (Lampiran 4). Berdasarkan Tabel 2 di atas nilai tersebut berada diantara 1.52 sampai 2.46. Artinya tidak ada masalah autokorelasi.

Pengujian Statistik Model

Tujuan dari pengujian statistik model adalah untuk menguji seberapa besar data pengamatan menggambarkan populasinya. Hasil pengujiannya statistik model sebagai berikut:

1) Uji parsial

Hasil pengujian menunjukkan nilai probabilitas (0.0000) kurang dari alfa (0.05) sehingga tolak H0 (Lampiran 4). Artinya variabel penjelas (X) berpengaruh secara parsial terhadap variabel respon (Y).

2) Uji simultan

Nilai F hitung adalah 4.44 lebih besar dibandingkan dengan F tabel (2.13) maka tolak H0 (Lampiran 4). Jadi minimal ada 1 variabel penjelas (X) berpengaruh secara simultan terhadap variabel respon (Y).

3) Uji R Squared (R2)

Nilai R2 yang diperoleh sebesar 73.9% artinya 73.9% keragaman return saham dapat dijelaskan oleh peubah rasio keuangan.

4) Uji Adjusted R2

Nilai adjusted R2 yang didapat adalah 57. 3%. Artinya sebesar 57.3% variabel respon dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.

Tabel 8 Hasil uji multikolinieritas

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Y 1 -0.055 0.006 0.129 0.034 -0.0163 0.587 0.053 0.144 X1 -0.055 1 -0.627 0.32 0.381 0.339 0.471 -0.345 -0.331 X2 0.006 -0.627 1 -0.252 -0.462 -0.503 -0.33 0.342 0.369 X3 0.129 0.32 -0.252 1 0.723 0.421 0.364 -0.144 -0.158 X4 0.034 0.381 -0.462 0.723 1 0.718 0.482 -0.128 -0.27 X5 -0.016 0.339 -0.503 0.421 0.718 1 0.36 -0.219 -0.289 X6 0.587 0.471 -0.33 0.364 0.482 0.36 1 -0.068 -0.052 X7 0.053 -0.345 0.342 -0.144 -0.128 -0.219 -0.068 1 0.759 X8 0.144 -0.331 0.369 -0.158 -0.27 -0.289 -0.052 0.759 1

Tabel 9 Hasil uji heteroskedasitisitas Variabel t hitung C -0.753 X1 1.056 X2 1.608 X3 -0.885 X4 -0.66 X5 0.509 X6 -0.551 X7 -0.03 X8 -0.65

23 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Data pengamatan pada penelitian ini berjumlah 60 pengamatan yaitu data

cross section berjumlah 5 perusahaan pertambangan dan data time series

berjumlah 12 (kuartal dari desember 2010 sampai September 2013). Pendekatan yang dapat digunakan dalam model regresi data panel ada 3 yaitu: metode OLS, metode FEM dan metode REM. Namun, dalam penelitian ini pendekatan metode REM tidak dapat dilakukan. Karena adanya ketentuan bahwa untuk mengolah data dengan metode REM, jumlah data cross section harus lebih banyak dari jumlah variabel. Jumlah data cross section dalam penelitian ini adalah 5 perusahaan pertambangan sedangkan jumlah variabel yang digunakan adalah 8 variabel. Oleh karena itu, model penelitian ini menggunakan metode FEM dalam pengolahan data. Hal ini didasarkan pada Winarno (2009) yang mengemukakan bahwa setiap individu dianggap mempunyai karakteristik tersendiri. Jadi masing-masing perusahaan pertambangan dalam penelitian ini diasumsi juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut adalah hasil persamaan regresi data panel dari metode FEM pada penelitian ini:

Y = -2.71 - 0.8 X1 + 2.93 X2 + 0.01 X3 - 27.7 X4 - 0.48 X5 + 28.38 X6 - 0.1 X7 - 0.001 X8 - 2.58 Dummy1 + 3.16 Dummy2 - 5.03 Dummy3 + 3.85 Dummy4 + 0.88 Time1 + 2.86 Time2 + 3.19 Time3 - 1.86 Time4 + 4.21 Time5 + 3.01 Time6 + 3.06 Time7 - 0.69 Time8 + 5.01 Time9 + 3.37 Time10 + 4.19 Time11

Setelah mengetahui model yang sesuai digunakan dalam penelitian ini maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian Chow dan Hausman. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa metode REM tidak dapat digunakan dalam penelitian ini maka hanya dilakukan pengujian Chow. Hasil pengujian tersebut ditunjukkan pada Tabel 10. Nilai F hitung (3.46) yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan F tabel (2.13). Atau nilai probabilitas (0.01) kurang dari taraf kepercayaan (0.05). Jadi metode FEM lebih baik dibandingkan dengan metode OLS dalam menilai pengaruh rasio keuangan perusahaan pertambangan terhadap return saham.

Tabel 10 Hasil uji chow

Effects Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F 3.460494 (4.47) 0.0147 Pengujian Hipotesis

Asumsi yang harus dipenuhi untuk membentuk persamaan regresi data panel adalah tidak ada heterokedastisitas, tidak ada multikolinearitas dan tidak ada autokorelasi agar diperoleh persamaan regresi yang baik dan tidak bias. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa telah memenuhi asumsi-asumsi tersebut. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan bantuan

software Eviews 6.0 dengan taraf kepercayaan sebesar 0.05.

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel penjelasnya. Nilai R2 juga

24

menunjukkan kemampuan variabel penjelas untuk menjelaskan besarnya variasi yang terjadi dalam variabel respon dalam persamaan regresi. Perhitungan nilai R2 yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 73.9% (Lampiran 4). Hal ini menyatakan bahwa variabel penjelas (CR, DER, EPS, ROE, TATO, ROA, PER, NPM) yang digunakan dalam persamaan regresi ini mampu menjelaskan sebesar 73.9% variabel respon (return saham). Sementara sisanya 26.1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dipergunakan dalam persamaan regresi ini.

Hasil pengujian hipotesis dari variabel-variabel penjelas terhadap return

saham baik pada indeks saham pro lingkungan dan syariah dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil pengujian tersebut hanya ada 2 variabel penjelas yang sesuai dengan perumusan hipotesis yang diharapkan. Variabel penjelas tersebut adalah X3 (EPS) dan X6 (ROA).Karena nilai probabilitas dari variabel penjelas tersebut kurang dari taraf kepercayaan (0.05). Variabel penjelas lain seperti X1 (CR), X2 (DER), X4 (ROE), X5 (TATO), X7 (PER) dan X8 (NPM) memiliki nilai probabilitas lebih dari taraf kepercayaan (0.05). Dapat dinyatakan keenam variabel penjelas tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

return saham. Berikut hasil pengujian hipotesis dari variabel penjelas yang

signifikan terhadap return saham pada kedua indeks saham tersebut. a) Pengujian hipotesis 3 (H3)

Perumusan hipotesis ketiga yang diharapkan dalam penelitian ini rasio EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Memperlihatkan hasil koefisien regresi variabel EPS sebesar 0.01 dan nilai probabilitas 0.01. Karena nilai probabalilitas kurang dari taraf kepercayaan maka H0 ditolak. Atau dapat dikatakan H3 diterima sehingga EPS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Kondisi ini berarti jika nilai EPS meningkat 1% maka return saham juga meningkat sebesar 0.01%. Hal tersebut sesuai dengan perumusan hipotesis ketiga sehingga H3 diterima. b) Pengujian hipotesis 6 (H6)

Hasil regresi untuk variabel ROA menyebutkan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Mengacu pada hasil koefisien regresi yang diperoleh senilai 28.38 dan nilai probabilitas 0.000. Akibatnya H0

ditolak sebab taraf kepercayaan (0.05) lebih besar dibandingkan nilai probabilitas (0.000). Jadi H6 diterima berarti apabila terjadi kenaikan nilai ROA 1%, return saham akan mengalami kenaikan pula sebesar 28.38%.

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham

Dokumen terkait