Bab III Metode Penelitian
4.2 Peran Tokoh-tokoh Bawahan dalam Mempengaruhi Personalitas Tokoh Utama
4.2.7 Pengaruh Ibu Kinanthi terhadap Kinanthi
Ibu Kinanthi tidak pernah mengasihi Kinanthi sejak kecil. Ia hanya memperlakukan Kinanthi sebagai anak yang membantunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Keadaan tersebut membuat Kinanthi kekurangan kasih sayang, sehingga ketika Ajuj berteman dengan Kinanthi dan memberi segala perhatian yang tidak pernah diberikan oleh ibunya, Kinanthi mengingat Ajuj selamanya. Bahkan dalam kondisi di masa dewasanya, Kinanthi amat jarang merindukan ibunya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari apa yang telah dipaparkan dari bab I hingga bab IV maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Personalitas tokoh utama dipengaruhi oleh dua hal, yakni watak yang dimiliki oleh tokoh utama yang membentuk jalan peristiwa dan watak tokoh-tokoh bawahan selaku pemberi pengaruh terhadap tokoh utama. Peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh interaksi tokoh utama dan tokoh bawahan membentuk sebuah rangkaian peristiwa yang mendeskripsikan personalitas tokoh utama.
2) Watak tokoh bawahan memberi pengaruh dalam mempengaruhi personalitas tokoh utama sehingga mempengaruhi cerita secara keseluruhan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang dilakukan pada kelima cerpen dalam novel Kinanthi karya Tasaro GK sebagai sumber data penelitian, maka perlu dilakukan penelitian personalitas tingkat lanjut, yaitu penggambaran personalitas tokoh berdasarkan peristiwa yang terjadi di dalam novel di mana fokus penelitian dipusatkan pada struktur penceritaan dan pengaruh tokoh-tokoh bawahan.
Daftar Pustaka
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Bujang, Rahmah (Ed.). 1990. Dialog Kesusasteraan. Kuala Lumpur: Jabatan Pengajian
Melayu Universiti Malaya.
Chamorro-Premuzic, Tomas. 2011. Personality and Individual Differences. Chennai: Macmillan Company.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Med Press. GK, Tasaro. 2012. Kinanthi. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. Pradopo, Rachmat Djoko, dkk. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: UGM Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suroso, dkk. 2008. Kritik Sastra: Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Sumatera Publishing.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1977. Teori Kesusasteraan. Diindonesiakan oleh Melani Budianta. 1995. Jakarta: Gramedia.
Internet
Sari, Mei Ambar. 2012.
Skripsi
Hanum, Farida. 1993. “Citra Karya Usmar Ismail: Sebuah Analisis Struktural”. (Skripsi). Medan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Surbakti, Anna. 1989. “Pertemuan Dua Hati Karya NH Dini Gambaran Tokoh dan Perwatakannya”. (Skripsi). Medan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Sinopsis
Cerita mengambil latar tempat di Gunung Kidul, Wonosari. Kinanthi, seorang gadis kecil yang amat bersahaja, dimusuhi oleh teman-teman dan lingkungannya. Ia dipergunjingkan penduduk desa dan tidak memiliki seorang temanpun di sekolah. Dia seringkali diejek, disebut anak penjudi. Ayahnya, Mangun berprofesi tidak jelas dan kerjanya hanya berjudi. Ibunya, disebut pembawa sial, tiga suami pertamanya meninggal dunia. Abangnya preman terminal sedang kakaknya disebut-sebut pelacur. Tinggallah Kinanthi dengan segala macam tuduhan yang mengarah kepadanya. Hanya Hasto, adiknya, yang ia miliki, yang ia jaga dengan sebaik-baiknya. Lalu, datanglah Ajuj dalam kehidupannya. Ajuj yang berbelas kasihan tidak sanggup melihat Kinathi yang diejek oleh teman-teman sekolah dan penduduk kampung. Di sekolah ia menjadi pahlawan bagi Kinanthi. Ia siap untuk menantang siapapun yang mencoba untuk mengejek dan mengganggu Kinanthi. Persahabatan yang sedemikian rupanya tak sesuai dengan status sosial yang mereka miliki. Ajuj adalah anak seorang rois, seorang tokoh agama yang sangat dihormati. Dalam masyarakat Jawa, status rois menduduki strata sosial yang tinggi dalam suatu masyarakat. Kinanthi anak seorang penjudi, merupakan kelas masyarakat yang tidak dianggap, paling bawah. Perbedaan yang begitu menganga antara kedua anak manusia itu menjadi penghalang persahabatan keduanya.
Tibalah saatnya bagi Kinanthi menamatkan pendidikan sekolah dasarnya. Episode kehidupannya pun dimulai. Pertama-tama ia ditukarkan orangtuanya dengan 50 kg beras. Menurut ibu Kinanthi, beras yang demikian banyak itu cukup untuk 6 bulan. Pak Edi, orang yang membawa Kinanthi jauh dari tempat kelahirannya, orang tuanya, adiknya, dan yang paling penting, Ajuj. Edi berjanji untuk menyekolahkan Kinanthi. Kinanthi diperlakukan dengan baik, meski ia tetap sebagai pembantu di rumah Pak Edi. Hal itu tidak berlangsung lama setelah Kinanthi terlibat dalam suatu kasus yang membuat seorang murid di sekolahnya meninggal dunia karena bunuh diri. Sejak saat itu perlakuan Pak Edi dan istrinya berubah, sangat berubah. Ia diberi makan makanan basi, tidak boleh menikmati fasilitas rumah, bahkan tidak diperbolehkan sekolah. Keadaan yang demikian membuat Kinanthi tidak berdaya dan kehilangan semangat hidupnya.
Babak baru kembali menghampiri hidup Kinanthi. Saat itu ia sudah berumur 15 tahun. Itu artinya, ia sudah mendekati ciri-ciri anak 17 tahun, sehingga perekayasaan identitas sudah dapat dilakukan oleh Pak Edi untuk mengirimkan Kinanthi sebagai TKI ke Arab.
Kinanthi berangkat ke Arab Saudi dengan rombongan sesama TKI untuk bekerja di Arab. Di sana ia mengalami apa yang selama ini dialami oleh TKI Indonesia di Arab. Tidak digaji, disiksa, bahkan diperkosa. Dari majikan pertama ia dapat melarikan diri atas saran seorang teman yang juga bekerja pada majikan yang sama dengannya. Ia dibantu supir majikannya, dan dibawa ke KBRI. Di KBRI, sesuatu yang tidak terbayangkan terjadi. Ia diculik oleh mafia TKI untuk dijual. Ia mendapati dirinya terbangun di sebuah penampungan bersama orang-orang yang bernasib sama dengannya. Saat itu ia sudah tidak di Arab Saudi, tetapi Kuwait. Nasib sial tak juga berujung dari hidupnya. Ia mendapat majikan Kuwait, Zaskia, yang memukulnya sejak hari pertama bekerja. Ia melarikan diri lagi setelah menghajar majikan perempuannya. Ia kembali lagi ke KBRI dan mendapatkan majikan, sebuah keluarga yang hendak melanjutkan studi S3 di Amerika Serikat. Kinanthi menyanggupi untuk ikut serta ke Amerika, di sinilah puncak penderitaan Kinanthi. Majikan yang membawanya ke Amerika adalah saudara Zaskia, yaitu Laila. Pada minggu-minggu pertamanya di Amerika, ia sempat mendapat perlakuan yang baik di Amerika. Minggu berikutnya ia mulai dihajar, dan Laila memperkenalkan dirinya sebagai adik Zaskia dan membalaskan dendan Zaskia kepadanya. Penderitaan yang dialami Kinanthi semakin bertambah dengan datangnya Zaskia ke Amerika untuk membalaskan dendam. Ia diperkosa suami-suami majikannya dan melarikan diri ke sebuah mesjid.
Dibantu seorang penerjemah dan sebuah keluarga Muslim yang berbelas kasihan, Kinanthi menghadapi sidang yang menentukan nasibnya di Amerika. Keputusan sidang ini yang kemudian mengubah hidup Kinanthi selama-lamanya. Ia diangkat menjadi anak negara dan mendapatkan hak-hak sebagaimana anak-anak di Amerika.
Belasan tahun lewat, akhirnya Kinanthi muncul dalam sosok yang sama sekali lain. Ia kini telah menjadi seorang profesor kedokteran. Ia adalah dosen di beberapa universitas, penulis buku, dan menjadi pemakalah di berbagai seminar. Kariernya begitu cemerlang dan sukses. Jika ada yang tetap dalam diri Kinanthi, maka itu adalah Ajuj. Ajuj berperan sangat besar dalam pemulihan dirinya. Ajuj tidak pernah hadir dalam bentuk nyata, hanya dalam ingatan. Kehadiran Ajuj dalam ingatannya sudah cukup untuk membantunya dalam tahap-tahap pemulihan kejiwaan dari trauma akibat pelecehan dan penyiksaan majikan-majikannya. Ajuj pula yang membawanya kembali ke kampung halaman, untuk merajut kembali cinta yang terputus selama belasan tahun.
Rancangan Skripsi Pernyataan Abstrak Prakata Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1.2Rumusan Masalah 1.3Tujuan Penelitian 1.4Manfaat Penelitian
Bab II Konsep, Landasan Teori, dan Kajian Pustaka
2.1 Konsep 2.1.1 Pengertian Novel 2.1.2 Analisis Struktural 2.1.3 Personalitas 2.1.4 Tokoh Utama 2.2 Landasan Teori 2.3 Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
3.1 Sumber Data
3.2 Teknik Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis Data
4.1 Personalitas Tokoh Kinanthi
4.2 Peran Tokoh-tokoh Bawahan dalam Mempengaruhi Personalitas Tokoh Kinanthi
Bab V Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan 5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
Lampiran 1: Sinopsis
Lampiran 2: Jadwal Penelitian
Lampiran 3: Rancangan Skripsi
Data Sementara
1. Perkembangan Personalitas Tokoh Utama
Cerita diawali dengan tembang Kinanthi, sebuah tembang Jawa yang melambangkan potongan kehidupan, merupakan tembang ketiga dari sebelas tembang Jawa yang mengisahkan urutan-urutan kehidupan manusia.
Mangka kanthining tumuwuh Salami mung awas eling Eling lukitaning alam Dadi wiryanbing dumadi Supadi nir ing sangsaya
Yeku pangreksaning (Kinanthi, hlm. 3)
Tembang tersebut menggambarkan bahwa Kinanthi lahir di lingkungan Jawa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa. Sebagai seorang gadis kecil yang berusia sepuluh tahun, Kinanthi adalah gadis yang lugu. Menjelang petang itu, Kinanthi adalah gadis kecil
malu-malu yang menyandarkan punggungnya ke dinding gua (Kinanthi, hlm. 3). Demikian
keluguan itu bertahan sampai Kinanthi menamatkan SDnya di desa sebelum Kinanthi perlahan-lahan berubah menjadi seorang gadis yang tidak lagi lugu setelah orangtuanya menjual diri Kinanthi ke Pak Edi dengan harga 50 kg beras.
Malam itu, Kinanthi menatap cermin lebih lama daripada biasanya. Jemarinya menelusuri wajahnya. Sudah hampir dua tahun meninggalkan dusun, dan memang dia sadar, ada yang berubah dari dirinya. (Kinanthi, hlm. 114)
2. Peran Tokoh-tokoh Bawahan dalam Mempengaruhi Perwatakan Tokoh Utama
Kinanthi adalah seorang gadis kecil yang polos. Ia belum dapat berdiri teguh menentang orang lain oleh pengalaman hidupnya yang masih sedikit. Cibiran dari orang-orang di lingkungan sosialnya dapat menjatuhkan seorang-orang gadis kecil Kinanthi seperti yang tergambar pada kutipan berikut.
Waktu itu, Kinanthi mogok pergi ke sekolah. Malu, takut, dan gamang bertemu dengan teman-teman. Baru setelah Ajuj berjanji akan memukul siapapun yang mengejek dan
mengganggu dirinya, Kinanthi akhirnya mau mencangking tasnya lagi, setelah satu minggu tidak mengikuti semua pelajaran. (Kinanthi, hlm. 11)
Mogoknya Kinanthi sekolah disebabkan ejekan teman-temannya. Ejekan itu membuatnya begitu takut, malu, dan gamang. Untung ada Ajuj yang mau mendukung dan berteman dengannya. Janji Ajuj berhasil mengembalikan Kinanthi kembali ke sekolah.
Kinanthi menyadari beberapa hal yang dulunya dituduhkan orang-orang di desanya terhadap ibunya, bahwa ibunya pembawa sial, menurun pada dirinya. Dua temannya, Euis dan Gesit meninggal setelah berteman akrab dengannya. Keduanya meninggal tragis, Euis kecelakaan, dan Gesit membunuh dirinya sendiri. Sikap ini ditunjukkan oleh Kinanthi ketika ia berada di penampungan TKW di Jakarta.
Di penampungan itu, Kinanthi tetap tidak mengakrabi satu, dua, atau beberapa orang secara khusus. Dia mulai meyakini, seperti si Pahit Lidah, dia tidak boleh menyentuh apa pun, mendekati siapapun, kecuali dia ingin seseorang itu memperoleh sial. Mulai terpikir oleh Kinanthi, hal ini dia warisi dari ibunya, perempuan yang disebut orang-orang sebagai baulawean (Kinanthi, hlm. 127).
Di bagian ini, Kinanthi sudah terpengaruh omongan orang-orang melalui kejadian-kejadian yang dialaminya. Ia mulai meyakini beberapa hal yang dituduhkan orang kampung terhadap ibunya menurun padanya, seperti kata Pak Edi, majikan pertamanya.
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus
I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Seminar Proposal 2 Perbaikan Proposal 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Pengetikan Skripsi 6 Pemeriksaan Skripsi I 7 Pemeriksaan Sripsi II 8 Sidang Skripsi