• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Pengaruh Kinerja Keuangan dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan

Dalam penelitian ini akan menguji model 1 yaitu pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas, solvabilitas, rasio pasar serta investment opportunity set (IOS) terhadap nilai perusahaan. Pengujian akan dilakukan 3 tahap, yaitu analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan regresi linier berganda.

4.1.1 Analisis Deskriptif Model 1

Analisis deskriptif memberikan gambaran mengenai data penelitian. Data observasi dalam penelitian ini adalah pada tahun 2010 sebanyak 27, tahun 2011 sebanyak 24, tahun 2012 sebanyak 26, tahun 2013 sebanyak 28, dan tahun 2014 sebanyak 24.

Tabel 4.1

Analisis Deskriptif Model 1

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROE 129 -.40 .42 .0811 .10583 PER 129 -18.01 34.73 8.0827 9.12704 QR 129 .15 4.91 1.0681 .93130 DER 129 .15 6.01 1.1571 1.14572 TATO 129 .28 2.67 1.1569 .48386 IOS 129 .01 1.75 .7182 .39260 NP 129 -.12 1.03 .3805 .24747 Valid N (listwise) 129

Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Pada model 1 terdapat enam variabel independen, yaitu return on equity (ROE), price earning ratio (PER), quick ratio (QR), debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TATO) serta investment opportunity set (IOS). Return on equity (ROE) mengukur seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas modal yang ditanamkan pada perusahaan. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 0.42 sedangkan nilai terendah sebesar -0.40. Rata-rata variabel ini sebesar 0.08 yang mencerminkan bahwa setiap Rp 1 modal yang ditanamkan, maka pemegang saham akan mendapatkan pengembalian dari laba bersih sebesar Rp 0,08. Nilai standar deviasi dari ROE adalah 0,11 (berada diatas mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data tinggi.

Price earning ratio (PER) menggambarkan perbandingan antara harga pasar dengan laba per lembar saham. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 34,73 sedangkan nilai terendah sebesar -18,01. Rata-rata variabel ini sebesar 8,08 yang menunjukkan investor harus membayar saham perusahaan sebesar Rp 8,08 untuk setiap Rp 1 laba per

saham perusahaan. Nilai standar deviasi dari PER adalah 9,13 (berada diatas mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data tinggi.

Quick ratio (QR) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dengan asset lancar yang dimiliki. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 4,91 sedangkan nilai terndah sebesar 0,15. Rata-rata variabel ini sebesar 1.06 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan Rp 1,06 aset lancar yang dimiliki perusahaan. Nilai standar deviasi dari QR adalah 0,93 (berada diabawah mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data rendah.

Debt to equity ratio (DER) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang dengan menggunakan modal perusahaan. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 6,01 sedangkan nilai terendah sebesar 0,15. Rata-rata variabel ini sebesar 1,16 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan digunakan untuk membiayai Rp 1,16 kewajiban perusahaan. Nilai standar deviasi dari DER adalah 1,15 (berada dibawah mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data rendah.

Total asset turnover (TATO) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menciptakan pendapatan. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 2,67 sedangkan nilai terendah sebesar 0,28. Rata-rata variabel ini sebesar 1,16 yang menunjukkan setiap Rp 1 aset perusahaan dapat menghasilkan 1,16 kali penjualan. Nilai standar deviasi dari TATO adalah 0,48 (berada dibawah mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data rendah.

Investment opportunity set (IOS) menunjukkan kesempatan bertumbuh yang diambil perusahaan dengan investasi. Variabel ini diproksikan dengan market to book value of equity. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 1,75 sedangkan nilai terendah sebesar 0,01. Rata-rata variabel ini sebesar 0.72 menunjukkan Rp 1 ekuitas perusahaan dinilai sebesar Rp 0,72 oleh pasar. Nilai standar deviasi dari IOS adalah 0,39 (berada dibawah mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data rendah.

Variabel dependen dalam model penelitian ini adalah nilai perusahaan (NP). Variabel ini diproksikan dengan Tobin’s Q. Nilai perusahaan menunjukkan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan diual. Nilai tertinggi variabel ini sebesar 1,03 sedangkan nilai terendah sebesar -0,12. Rata-rata variabel ini sebesar 0,38 yang menunjukkan bahwa aset bersih perusahaan dinilai lebih rendah oleh pasar dikarenakan nilai Tobin’s q kurang dari 1. Nilai standar deviasi dari NP adalah 0,25 (berada dibawah mean) yang menunjukkan bahwa bahwa tingkat keberagaman data rendah.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik Model 1

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil regresi yang dilakukan nantinya benar-benar bebas dari semua gejala yang akan mengganggu ketepatan hasil analisis.uji asumsi klasik terdiri dari :

4.1.2.1Uji Normalitas Model 1

Uji ini dilakukan dengan tujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi, semua variabel yang ada memiliki distribusi normal. Model regresi dikatakan baik apabila memiliki distribusi data normal. Uji normalitas dilakukan dengan statistik

Kolmogorov-Smirnov terhadap unstandardized residual hasi lregresi. Data dikatakan normal jika nilai probabilitas (sig) Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari a = 0.05.

Tabel 4.2

Uji Normalitas Model 1 Sebelum Normal

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Unstandardized Residual .434 267 .000 .100 267 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai sig 0,000 masih termasuk data tidak normal. Untuk itu, beberapa data ekstrim dikeluarkan agar data terdistribusi normal. Pada pengujian selanjutnya data yang digunakan pada tahun 2010 sebanyak 27, tahun 2011 sebanyak 24, tahun 2012 sebanyak 26, tahun 2013 sebanyak 28, dan tahun 2014 sebanyak 24.

Tabel 4.3

Uji Normalitas Model 1 Setelah Normal

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Unstandardized Residual .051 129 .200* .988 129 .309

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Hasil pengujian normalitas data pada model penelitian ini menujukkan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal dikarenakan nilai sig > 0,05.

4.1.2.2Uji Multikolineritas Model 1

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam modal regresi tersebut ditemukan adanya korelasi atau keterkaitan antar variabel independen. Hal tersebut dapat dilihat

dari nilai tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak ada korelasi antara variabel independen.

Tabel 4.4

Uji Multikolineritas Model 1

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) .180 .047 3.852 .000 ROE -.279 .117 -.119 -2.380 .019 .778 1.285 PER -.001 .001 -.031 -.621 .536 .811 1.233 QR -.075 .014 -.281 -5.329 .000 .705 1.419 DER .041 .012 .190 3.504 .001 .666 1.502 TATO -.097 .025 -.189 -3.925 .000 .847 1.181 IOS .521 .031 .827 16.923 .000 .822 1.217 a. Dependent Variable: NP

Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Hasil pengujian multikolineritas data penelitian menunjukkann nilai tolerance masing-masing variabel independen > 0,01 dan nilai VIF < 10, sehingga tidak ada korelasi antar variabel independen. Model telah bebas multikolineritas.

4.1.2.3Uji Heterokedastisitas Model 1

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi tersebut memiliki ketidaksamaan varians dari residual/error satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian ini dilakukan dengan uji Glejser, yaitu dengan meregresikan variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen yaitu absolute residual. Data dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika probabilitas (sig) dari masing – masing variabel independen > 0.05.

Tabel 4.5

Uji Heterokedastisitas Model 1

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients T Sig. B Std. Error Beta (Constant) .114 .027 4.228 .000 ROE .113 .068 .168 1.666 .098 PER -.001 .001 -.073 -.740 .461 QR -.004 .008 -.053 -.501 .618 DER .001 .007 .023 .209 .835 TATO -.019 .014 -.130 -1.341 .183 IOS .005 .018 .027 .278 .781

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Hasil pengujian heterokedastisitas dalam model penelitian ini menunjukkan nilai signifikan masing-masing variabel independen > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa model penelitian ini bebas dari heterokedastisitas.

4.1.2.4Uji Autokorelasi Model 1

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi linear tersebut memiliki korelasi antar satu variabel dalam satu model penelitian. Pengujian autokorelasi ini menggunakan uji Durbin-Watson dengan melihat tabel signifikansi Durbin-Watson.

Tabel 4.6

Uji Autokorelasi Model 1

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .872a .761 .749 .12401 2.095

a. Predictors: (Constant), IOS, TATO, QR, PER, ROE, DER b. Dependent Variable: NP

Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Dalam model penelitian ini menggunakan signifikansi 0,05, jumlah variabel 6 (k=6) dan jumlah data observasi sebanyak 129, menujukkan bahwa durbin-watson

sebesar 2,095 masih termasuk batas antar du (1,811) dan 4-du (2,189). Oleh karena itu model ini terbebas dari autokorelasi.

4.1.3 Pengujian Hipotesis Model 1

Tabel 4.7 Uji Model 1

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 5.963 6 .994 64.627 .000b

Residual 1.876 122 .015

Total 7.839 128

a. Dependent Variable: NP

b. Predictors: (Constant), IOS, TATO, QR, PER, ROE, DER Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Berdasarkan tabel diatas, nilai F menunjukkan angka sebesar 66,926 dengan signifikansi sebesar 0,000 (sig < 0,05) menunjukkan bahwa model ini dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan investment opportunity set (IOS) terhadap nilai perusahaan.

Tabel 4.8 Uji Variasi Model 1

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .872a .761 .749 .12401

a. Predictors: (Constant), IOS, TATO, QR, PER, ROE, DER Sumber : Data Sekunder diolah, 2015

Nilai adjusted R square menunjukkan angka sebesar 0,749 atau 74,9% yang mencerminkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan 74,9% variasi nilai perusahaan, sedangkan sisanya 25,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

Tabel 4.9 Uji Hipotesis Model 1

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) .180 .047 3.852 .000 ROE -.279 .117 -.119 -2.380 .019 PER -.001 .001 -.031 -.621 .536 QR -.075 .014 -.281 -5.329 .000 DER .041 .012 .190 3.504 .001 TATO -.097 .025 -.189 -3.925 .000 IOS .521 .031 .827 16.923 .000 a. Dependent Variable: NP

Sumber : Data sekunder diolah, 2015

Variabel return on equity memiliki nilai signifikansi 0,019 yang menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada level 5%. Dengan melihat nilai unstandardized coefficients yang menunjukkan angka negatif sebesar -0,279 mencerminkan bahwa pengaruh variabel tersebut bersifat negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas maka nilai perusahaan akan semakin menurun. Dengan demikian hipotesis (H1a) yang menyatakan bahwa return on equity berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2010) dan Ardimas (2012) yang menyatakan bahwa return on equity berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Variabel return on equity merupakan salah satu ukuran dari rasio profitabilitas yang didalamnya terkandung laba bersih perusahaan maupun beban perusahaan. Terdapat kemungkinan bahwa laba bersih maupun beban perusahaan dicatat perusahaan dengan basis akrual. Ketika investor mengetahui bahwa perusahaan menggunakan basis akrual, maka respon investor terhadap perusahaan akan berkurang

sehingga enggan membeli saham perusahaan tersebut. Dengan berkurangnya saham yang dibeli investor maka nilai perusahaan dapat menurun.

Variabel price earning to equity memiliki nilai signifikansi 0,536 yang menunjukkan bahwa variabel PER tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis (H1b) yang menyatakan bahwa price earning to equty berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Frederik,dkk (2015) serta Devianasari dan Suryantini (2015) yang menyatakan bahwa price earning ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan . Hal tersebut mungkin dikarenakan price earning ratio diukur berdasarkan harga penutupan saham akhir tahun yang bisa saja harga tersebut rendah maupun rendah. Harga penutupan saham akhir tahun belum tentu menunjukkan kinerja perusahaan yang sebenarnya sehingga investor tidak menjadikan variabel PER dalam menentukan saham perusahaan yang akan dibeli. Oleh karena itu, PER yang tinggi maupun rendah tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Variabel quick ratio memiliki nilai signifikansi 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel QR berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada level 5%. Dengan melihat nilai unstandardized coefficients yang menunjukkan angka negatif sebesar -0,075 mencerminkan bahwa pengaruh variabel tersebut bersifat negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio likuiditas maka nilai perusahaan akan semakin menurun. Dengan demikian hipotesis (H1c) yang menyatakan bahwa quick

ratio berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012) yang menyatakan bahwa quick ratio berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Terdapat kemungkinan jika perusahaan semakin likuid maka perusahaan tersebut hanya mengendap aset saja dan kurang berkembang. Pada data perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki piutang yang lebih besar dibandingkan kas. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan menerapkan basis akrual. Semakin banyak piutang yang dimiliki perusahaan maka adanya kemungkinan dapat memperlambat operasi perusahaan sehingga laba yang dihasilkan kurang maksimal. Dengan melihat hal tersebut akan membuat respon investor terhadap perusahaan menurun dan nilai perusahaan dapat menurun pula. Oleh karena itu perusahaan meskipun perusahaan tersebut likuid tetapi dapat menurunkan nilai perusahaan.

Variabel debt to equity ratio memiliki nilai signifikansi 0,001 yang menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada level 5%. Dengan melihat nilai unstandardized coefficients yang menunjukkan angka positif sebesar 0,041 mencerminkan bahwa pengaruh variabel tersebut bersifat positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio solvabilitas maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Dengan demikian hipotesis (H1d) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Tarnia (2011) dan Nugroho (2012) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Variabel debt to equity ratio merupakan salah satu ukuran

dari rasio solvabilitas yang memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan melihat hasil mean yang berada pada angka 1,15. Angka tersebut menunjukkan modal perusahaan lebih banyak pada hutang dibandingkan ekuitas. Hal tersebut bukanlah hal buruk, karena adnaya kemungkinan ketika perusahaan mampu mengelola hutang dengan baik maka hutang tersebut mampu menjadi sumber daya lebih untuk menghasilkan penjualan. Penjulaan tersebut nantinya akan meningkatkan laba bersih perusahaan, dengan adanya peningkatan laba bersih perusahaan maka investor akan tertarik pada perusahaan tersebut. Dengan investor yang membeli saham perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Variabel total asset turnover memiliki nilai signifikansi 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel TATO berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada level 5%. Dengan melihat nilai unstandardized coefficients yang menunjukkan angka negatif sebesar -0,097 mencerminkan bahwa pengaruh variabel tersebut bersifat negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio aktivitas maka nilai perusahaan akan semakin menurun. Dengan demikian hipotesis (H1e) yang menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Variabel total asset turnover merupakan salah satu ukuran dari rasio aktivitas yang mungkin dapat memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dikarenakan aset yang dikelola perusahaan untuk menjadi penjualan belum tentu berasal penjualan tunai semua. Penjualan juga dapat berasal dari penjualan kredit yang menjadi piutang. Hal tersebut terlihat pula pada data perusahaan yang menunjukkan bahwa piutang perusahaan lebih besar dibandingkan kas perusahaan. Piutang yang lebih banyak

mungkin akan menurunkan respon investor terhadpa perusahaan tersebut. Oleh karena itu meskipun perputaran aset perusahaan bagus tetapi dapat menurunkan nilai perusahaan.

Variabel investment opportunity set (IOS) yang diproksikan market to book value of equity memiliki nilai signifikansi 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel IOS berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada level 5%. Dengan melihat nilai unstandardized coefficients yang menunjukkan angka positif sebesar 0,521 mencerminkan bahwa pengaruh variabel tersebut bersifat positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi investment opportunity set maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Dengan demikian hipotesis (H2) yang menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramana (2013) dan Susiana (2015) yang menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang mampu mengambil kesempatan bertumbuh yang tentunya akan dipandang sebagai perusahaan yang berorientasi jangka panjang. Dengan melihat hal tersebut tentunya akan memberikan nilai tambahan bagi perusahaan. Seorang investor mungkin juga akan mengapresiasi perusahaan yang mau bertumbuh sehingga membeli saham pada perusahaan tersebut yang nantinya meningkatkan nilai perusahaan.

4.2Pengaruh Kinerja Keuangan dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap