HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 2. Pengaruh Komposisi Media dalam Pertumbuhan Planlet
Persentase Kontaminasi
Kontaminasi pada percobaan dua disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Persentase kontaminasi yang terjadi pada passage 1 adalah sebesar 18.52%, dan persentase kontaminasi pada passage 2 adalah sebesar 24.45%. Persentase kontaminasi pada percobaan 2 lebih kecil jika dibandingkan dengan percobaan 1.
Persentase Planlet Hidup
Persentase planlet yang hidup, dihitung dari planlet yang terbebas dari kontaminasi. Pada percobaan ini seluruh planlet yang ditanam dalam media perlakuan tidak ada yang mengalami kematian. Dapat diartikan bahwa seluruh media dalam percobaan 2 sesuai untuk planlet Phalaenopsis amabilis. Data persentase planlet hidup tersaji pada tabel 7.
Tabel 7. Persentase Planlet Phalaenopsis amabilis yang Hidup pada Passage
1 dan 2 Perlakuan Passage 1 Passage 2 % h/t % h/t ½ MS 100.00 (21/21) 100.00 (6/6) ½ MS + 15% AK 100.00 (27/27) 100.00 (12/12) ½ MS + 2.5 ppm kitosan 100.00 (24/24) 100.00 (9/9) ½ MS + 5 ppm kitosan 100.00 (24/24) 100.00 (6/6) ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 100.00 (21/21) 100.00 (3/3) ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 100.00 (24/24) 100.00 (21/21) Hyp 2 g/l 100.00 (18/18) 100.00 (6/6) Hyp 2 g/l + 15% AK 100.00 (21/21) 100.00 (12/12) Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 100.00 (21/21) 100.00 (12/12) Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan 100.00 (18/18) 100.00 (3/3) Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 100.00 (24/24) 100.00 (12/12) Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 100.00 (21/21) 100.00 (21/21) Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, h/t= hidup/total
Pertambahan Jumlah Daun
Jumlah daun awal pada percobaan 2 passage 1 dan 2 tidak sama dalam tiap ulangannya. Pertambahan jumlah daun pada percobaan ini merupakan hasil
pengurangan dari jumlah daun per botol kultur n-MST dengan jumlah daun awal per botol kultur (0-MST). Daun yang dihitung pada setiap pengamatan adalah daun yang telah terbentuk sempurna.
Pada percobaan 2 passage 1, komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun setiap minggunya. Rata-rata pertambahan jumlah daun pada percobaan 2 passage 1 tersaji pada Tabel 8 (planlet dalam botol kultur pada percobaan 2 passage 1 usia 8-MST dapat dilihat pada Gambar 6). Pertambahan jumlah daun dalam berbagai komposisi pada percobaan 2
passage 1 berkisar antara 7.00-17.00 daun.
Gambar 6. Planlet dalam botol kultur pada Percobaan 2 Passage 1 Usia 8-MST
Gambar 7. Planlet dalam botol kultur pada Percobaan 2 Passage 2 Usia 8-MST
Pada percobaan 2 passage 2, pengolahan data secara statistik tidak dilakukan pada komposisi media ½ MS, ½ MS + 5 ppm kitosan, ½ MS + 15%
29
air kelapa + 2.5 ppm kitosan, Hyponex 2 g/l, dan Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan karena jumlah ulangan tidak mencukupi untuk dilakukannya analisis statistik sesuai dengan metode penelitian ini. Hasil uji F terhadap pertambahan jumlah daun menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Rata-rata pertambahan jumlah daun pada percobaan 2 passage 2 tersaji pada Tabel 9 (planlet dalam botol kultur pada percobaan 2 passage 2 dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan keragaan planlet hasil kultur pada berbagai media perlakuan percobaan 2 passage 2 dapat dilihat pada Gambar 8). Pertambahan jumlah daun dalam berbagai komposisi pada percobaan 2 passage 2 berkisar antara 10.00- 19.33 daun.
Keterangan: P1 = ½ MS , P2 = ½ MS + 15% air kelapa, P3 = ½ MS + 2.5 ppm kitosan, P4 = ½ MS + 5 ppm kitosan, P5 = ½ MS + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan,
P6 = ½ MS + 15% air kelapa + 5 ppm kitosan, P7 = Hyponex 2 g/l, P8 = Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa, P9 = Hyponex 2 g/l + 2.5 ppm kitosan,
P10 = Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan, P11= Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan, P12 = Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 5 ppm kitosan
Gambar 8. Keragaan Planlet Hasil Percobaan 2 Passage 2 usia 8-MST
Prasertsongskun dan Chaipakdee (2011) melaporkan bahwa jumlah daun per planlet Phalaenopsis cornucervi dalam media VW (Vacin dan Went) dengan penambahan sebesar 5 ppm kitosan (3.2 + 1.03) hasilnya tidak berbeda nyata dengan planlet dalam media VW tanpa penambahan kitosan (3.3 + 0.87). Dalam penelitian tersebut, penambahan kitosan sebesar 15 ppm (4.3 + 2.92) menunjukkan jumlah daun per planlet yang berbeda nyata dibandingkan dengan penambahan kitosan sebesar 5 ppm berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Tabel 8. Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Per Botol Kultur (3 Planlet) pada Passage 1
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah daun MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS 0.33 1.33 2.00 3.67 5.00 5.33 6.33 7.00 ½ MS + 15% AK 2.00 3.67 5.33 8.00 10.67 11.67 15.33 17.00 ½ MS + 2.5 ppm kitosan 1.00 2.67 5.67 7.67 8.33 9.33 12.67 14.00 ½ MS + 5 ppm kitosan 0.67 1.67 2.67 4.33 5.00 6.33 7.33 9.33 ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 0.67 1.33 3.00 4.67 6.33 8.33 10.00 12.33 ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.33 1.33 2.00 2.00 4.00 4.33 5.67 8.00 Hyp 2 g/l 1.00 3.00 4.00 4.00 5.33 6.67 7.00 8.00 Hyp 2 g/l + 15% AK 0.33 1.00 2.00 3.33 4.67 5.67 6.00 7.33 Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 0.67 3.00 5.33 7.67 9.33 10.33 10.67 12.00 Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan 0.67 2.00 3.00 3.33 4.67 5.33 7.33 8.33 Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 1.00 2.00 3.33 5.00 8.00 8.67 10.33 15.00 Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 1.33 2.33 5.00 8.33 9.00 10.33 11.33 12.67 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK% 26.57T1 23.16T1 24.10T1 25.95T2 27.91T1 29.16T1 29.74T2 29.95T3
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , (T2)= hasil transformasi , (T3) = hasil
transformasi , MST= minggu setelah tanam, KK= koefisien keragaman
31
Tabel 9. Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Per Botol Kultur (3 Planlet) pada Passage 2
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah daun MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS - - - - ½ MS + 15% AK 0.33 0.33 1.67 3.00 6.00 7.67 10.00 11.67 ½ MS + 2.5 ppm kitosan 0.00 1.33 1.67 2.33 5.33 6.33 7.00 8.33 ½ MS + 5 ppm kitosan - - - - ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan - - - - ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.67 1,00 2.33 3.67 12.67 15.67 17.33 19.33 Hyp 2 g/l - - - - Hyp 2 g/l + 15% AK 0.00 1.33 3.00 4.00 6.33 8.00 8.67 10.00 Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 0.00 0.67 1.67 2.00 7.00 14.00 11.00 13.33 Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan - - - - Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 0.00 2.33 4.33 6.33 8.67 10.67 12.67 15.00 Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 0,00 0.33 1.33 1.33 5.00 6.00 8.33 11.00 uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK% 12.07T1 27.82T1 26.77T2 27.03T2 21.63T1 21.83T1 22.00T1 18.76T1
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , (T2)= hasil transformasi , MST= minggu
setelah tanam, KK= koefisien keragaman, (-) = tidak dilakukan uji F karena data kurang dari yang dibutuhkan
Pertambahan Jumlah Akar
Jumlah akar awal pada percobaan 2 passage 1 dan 2 tidak sama dalam tiap ulangannya. Pertambahan jumlah akar pada percobaan ini merupakan hasil pengurangan dari jumlah akar per botol kultur n-MST dengan jumlah akar awal per botol kultur (0-MST). Hasil uji F menunjukkan bahwa komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah akar pada percobaan 2
passage 1. Seluruh komposisi media pada percobaan 2 passage 1 menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan akar. Rata-rata pertambahan jumlah akar dalam berbagai komposisi pada percobaan 2 passage 1 berkisar antara 10.00- 19.33 akar.
Pada percobaan 2 passage 2, pengolahan data secara statistik tidak dilakukan pada komposisi media ½ MS, ½ MS + 5 ppm kitosan, ½ MS + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan, Hyponex 2 g/l, dan Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan karena jumlah ulangan tidak mencukupi untuk dilakukannya analisis statistik sesuai dengan metode penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan bahwa komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah akar pada percobaan 2 passage 2. Seluruh komposisi media pada percobaan 2 passage 2 menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan akar. Rata-rata pertambahan jumlah akar dalam berbagai komposisi pada percobaan 2 passage 2 berkisar antara 8.33-13.67 akar.
Hasil penelitian Sopalun et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian kitosan pada berbagai konsentrasi dalam media padat ½ MS tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah akar Grammatophyllum speciosum. Prasertsongskun dan Chaipakdee (2011) melaporkan bahwa jumlah akar
Phalaenopsis cornucervi pada media VW dengan penambahan 15 ppm kitosan selama 12 minggu menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan media VW tanpa penambahan kitosan, yakni 2.5 + 1.21 akar per planlet pada media VW dengan penambahan 15 ppm kitosan dan 2.0 + 0.78 akar per planlet.
33
Tabel 10. Rata-rata Pertambahan Jumlah Akar Per Botol Kultur (3 Planlet) pada Passage1
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah akar MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS 0.33 2.33 2.67 4.67 5.00 5.67 6.00 5.67 ½ MS + 15% AK 0.33 1.67 4.33 6.00 7.00 7.67 11.00 13.00 ½ MS + 2.5 ppm kitosan 0.67 1.67 2.67 4.00 5.67 5.67 7.33 9.33 ½ MS + 5 ppm kitosan 0.33 1.33 3.33 3.67 5.33 5.67 6.33 7.00 ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 0.33 1.67 2.67 4.00 4.67 6.00 9.67 12.67 ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.00 1.33 1.67 3.33 3.67 4.33 5.00 6.67 Hyp 2 g/l 1.00 2.00 3.00 4.33 5.67 6.33 7.33 10.67 Hyp 2 g/l + 15% AK 0.67 0.33 2.00 4.00 6.00 7.00 7.67 9.33 Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 0.33 1.00 3.00 4.67 7.67 9.67 11.00 14.00 Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan 0.67 0.33 2.00 4.00 5.67 6.67 7.67 11.67 Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 0.67 1.33 3.00 6.00 9.33 10.00 13.00 16.33 Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.00 0.67 2.33 5.00 8.00 10.33 11.00 12.67 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK% 21.50T1 26.95T2 27.76T2 24.70T1 19.60T1 22.36T1 27.51T1 29.47T1
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , (T2)= hasil transformasi , MST= minggu
setelah tanam, KK= koefisien keragaman
Tabel 11. Rata-rata pertambahan Jumlah Akar Per Botol Kultur (3 Planlet) pada Passage 2
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah akar MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS - - - - ½ MS + 15% AK 0.33 1.67 3.67 4.33 8.67 10.67 11.33 12.67 ½ MS + 2.5 ppm kitosan 0.67 1.67 2.67 3.67 5.33 7.00 7.67 8.33 ½ MS + 5 ppm kitosan - - - - ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan - - - - ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.33 1.33 1.33 2.67 5.00 10.67 12.00 13.33 Hyp 2 g/l - - - - Hyp 2 g/l + 15% AK 0.67 1.33 2.33 3.00 5.00 6.33 7.00 9.00 Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 0.33 1.00 1.67 2.33 6.00 11.00 11.67 12.67 Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan - - - - Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 0.00 2.33 4.33 5.67 8.33 11.00 12.67 13.67 Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.67 2.00 3.00 3.33 5.67 7.00 8.33 9.67 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK% 18.80T1 26.51T1 23.36 T1 25.71 T1 18.22 T1 21.05 T1 18.58 T1 17.60 T1
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , MST= minggu setelah tanam, KK= koefisien
keragaman, (-) = tidak dilakukan uji F karena data kurang dari yang dibutuhkan
35
Pertambahan Bobot Segar
Pada percobaan 2 passage 1 dan 2, seluruh media memberikan pengaruh positif terhadap pertambahan bobot segar planlet. Pada passage 1, komposisi media berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot segar planlet. Terlihat pada Tabel 12, media perlakuan ½ MS + 15% air kelapa menghasilkan bobot segar tertinggi dengan rata-rata bobot 1.61 g. Bobot segar terendah dicapai oleh perlakuan ½ MS dan perlakuan ½ MS + 5 ppm kitosan yang menghasilkan bobot rata-rata 0.73 g. Pada Tabel 12 , terlihat bahwa hasil yang ditunjukkan oleh komposisi media ½ MS + 15% air kelapa tidak berbeda nyata dengan komposisi media ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan, Hyponex 2 g/l + 15% AK, Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan, Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan, dan Hyponex 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan. Dapat diartikan bahwa media-media yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan komposisi media ½ MS + 15% air kelapa, dapat digunakan sebagai media alternatif dalam peningkatan bobot segar planlet.
Tabel 12. Rata-Rata Pertambahan Bobot Segar Per Botol Kultur (3 Planlet)
Phalaenopsis amabilis pada Passage 1 dan 2
Perlakuan
Rata-rata pertambahan bobot
Passage 1 (g) Passage 2 (g) ½ MS 0.73c - ½ MS + 15% AK 1.61a 1.24 ½ MS + 2.5 ppm kitosan 0.73c 0.85 ½ MS + 5 ppm kitosan 0.86c - ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 1.17bac - ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 0.76c 1.74 Hyp 2 g/l 0.96bc - Hyp 2 g/l + 15% AK 1.46ba 1.61 Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 0.89bc 1.33
Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan 1.21bac -
Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 1.59a 2.03 Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 1.20bac 1.82
Uji F ** tn
KK% 28.10 14.84 T0.5
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (**)= berbeda
nyata pada taraf 1%, (T0.5)= hasil transformasi , KK= koefisien keragaman, (-) = tidak
Pada passage 2, komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot segar (Tabel 12). Pada passage 2, pengolahan data secara statistik tidak dilakukan pada media ½ MS, ½ MS + 5 ppm kitosan, ½ MS + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan, Hyponex 2 g/l, dan Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan karena data hasil pengamatan tidak mencukupi untuk dilakukannya analisis statistik.
Prasertsongskun dan Chaipakdee (2011) melaporkan bahwa bobot segar planlet Phalaenopsis cornucervi pada selama 12 minggu media VW + 0 ppm kitosan (0.10 + 0.05 g/planlet), VW + 5 ppm kitosan (0.12 + 0.7 g/planlet), VW + 10 ppm kitosan (0.14 + 0.15 g/planlet), VW + 15 ppm kitosan (0.11 + 0.05 g/planlet), VW + 20 ppm kitosan (0.10 + 0.08 g/planlet), VW + 25 ppm kitosan (0.10 + 0.05 g/planlet) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan tahap yang penting dalam proses perbanyakan tanaman secara in-vitro karena sangat menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman. Menurut Yusnita (2010) dalam media in-vitro, bibit anggrek selalu berada dalam keadaan kelembaban jenuh (RH=100%), pertumbuhannya bergantung pada suplai energi dari sukrosa sehingga menyebabkan laju fotosintesis lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang ditumbuhkan di rumah kaca (diduga disebabkan rendahnya aktifitas ribulose bis-phosphate carboxylase oxygenase yang merupakan enzim kunci dalam fotosintesis), suplai hara dari media buatan, intensitas cahaya yang rendah, dan pertukaran gas yang rendah. Keadaan tersebut, sering menyebabkan planlet yang dipindahkan langsung ke kondisi lingkungan luar tanpa penguatan (hardening) mengalami kematian.
Hardening merupakan tindakan aklimatisasi secara in-vitro yang dilakukan dengan memindahkan bibit botolan dari ruang kultur ke tempat dengan suhu lebih tinggi dan intensitas cahaya yang lebih tinggi, sehingga keberhasilan aklimatisasi lebih tinggi. Tindakan ini, terutama dilakukan bagi tanaman yang mengalami vitrifikasi atau gejala tembus cahaya (Yusnita, 2010).
37
Aklimatisasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari percobaan 2 passage 1 dan 2. Planlet yang ukurannya sudah cukup besar (memiliki akar dan daun) dikeluarkan dari botol kultur untuk diaklimatisasi. Data persentase planlet yang hidup pada percobaan 2 passage 1 dan 2 tersaji pada Tabel 13. Terlihat pada Tabel 13, persentase planlet yang hidup dari hasil percobaan 2 passage 2 lebih baik dari planlet pada passage 1. Hal tersebut diduga terjadi karena planlet pada passage 2 memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan planlet pada passage 1.
Keterangan: P1 = ½ MS , P2 = ½ MS + 15% air kelapa, P3 = ½ MS + 2.5 ppm kitosan, P4 = ½ MS + 5 ppm kitosan, P5 = ½ MS + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan,
P6 = ½ MS + 15% air kelapa + 5 ppm kitosan, P7 = Hyponex 2 g/l, P8 = Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa, P9 = Hyponex 2 g/l + 2.5 ppm kitosan,
P10 = Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan, P11= Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan, P12 = Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 5 ppm kitosan
Gambar 9. Keragaan Planlet Hasil Aklimatisasi dari Percobaan 2 Passage 1
Hasil aklimatisasi planlet yang berasal dari percobaan 2 passage 1 (Gambar 9) menunjukkan bahwa persentase planlet hidup tertinggi adalah planlet yang berasal dari media ½MS + 15% AK + 5 ppm kitosan (92.59%), sedangkan yang terendah berasal dari media ½ MS + 2.5 ppm kitosan (48.15%). Hasil aklimatisasi planlet yang berasal dari passage 2menunjukkan bahwa planlet yang berasal dari media ½ MS + 15% AK (100%), ½ MS + 2.5 ppm kitosan (100%), ½ MS + 5 ppm kitosan (100%), ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan (100%),
½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan (100%), Hyponex 2 g/l + 15% AK (100%), dan Hyponex 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan (100%) menghasilkan persentase planlet hidup tertinggi, sedangkan yang terendah berasal dari media Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan, yakni 55.56% planlet hidup.
Tabel 13. Persentase Planlet Phalaenopsis amabilis yang Hidup Usia 8-MSA pada Passage 1 dan 2 Percobaan 2
Perlakuan % Hidup passage 1 % Hidup passage 2 % h/t % h/t ½ MS 73.33 (11/15) 72.73% (8/11) ½ MS + 15% AK 73.33 (33/45) 100.00% (7/7) ½ MS + 2.5 ppm kitosan 48.15 (13/27) 100.00% (5/5) ½ MS + 5 ppm kitosan 70.00 (14/20) 100.00% (3/3) ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 84.62 (22/26) 100.00% (5/5) ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan 92.59 (25/27) 100.00% (14/14) Hyp 2 g/l 57.14 (12/21) 88.24% (15/17) Hyp 2 g/l + 15% AK 86.21 (25/29) 100.00% (6/6) Hyp 2 g/l + 2.5 ppm kitosan 75.56 (34/45) 87.50% (7/8) Hyp 2 g/l + 5 ppm kitosan 87.50 (14/16) 55.56% (5/9) Hyp 2 g/l + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 78.79 (26/33) 96.00% (24/25) Hyp 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan 86.67 (26/30) 100.00% (9/9)
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, h/m= hidup/total, MSA= minggu setelah aklimatisasi
Planlet yang berasal dari percobaan 2 passage 1 dalam komposi media dasar ½ MS atau Hyponex 2 g/l dengan penambahan air kelapa 15% dan kitosan dengan konsentrasi 2.5 atau 5 ppm menghasilkan persentase planlet hidup lebih tinggi dibanding komposi media dasar ½ MS atau Hyponex 2 g/l tanpa penambahan air kelapa dan kitosan. Hal tersebut diduga terjadi karena adanya interaksi positif antara air kelapa dan kitosan, sehingga planlet yang berasal dari komposisi media dasar ½ MS atau Hyponex 2 g/l dengan penambahan air kelapa dan kitosan memiliki persentase hidup yang lebih baik. Penggunaan kitosan dan air kelapa diduga dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses hardening
dalam media in-vitro. Menurut Uthairatanakij et al.(2007), kitosan dapat menurunkan tingkat keparahan penyakit pada anggrek, mungkin dengan meningkatkan aktifitas PAL (phenylalanine ammonia-lyase) dan PPO (polyphenol oxidase), lignifikasi yang disebabkan oleh ditingkatkannya biosintesis
39
senyawa fenol atau diinduksinya metabolit sekunder dan SAR (systemic acquired resistance).
Tabel 14.Pertambahan Bobot Segar, Jumlah Daun, Jumlah Akar, dan Akar Terpanjang 8-MSA pada Passage 1 Percobaan 2
Perlakuan Rata-rata pertambahan bobot segar (g) Rata-rata pertambahan daun Rata-rata pertambahan akar Akar terpanjang (cm) ½ MS 0.09d -1.00 -1.33 2.83bac ½ MS + 15% AK 0.09d 1.00 0.00 1.77bc ½ MS + 2.5 ppm kitosan 0.12d -0.67 -0.33 3.63a ½ MS + 5 ppm kitosan 0.07d -1.67 -0.67 2.6bac ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan 0.21bdc 0.33 0.67 2.20bac ½ MS + 15% AK + 5
ppm kitosan 0.33bac -1.00 1.00 4.13a
Hyp 2 g/l 0.11d 0.67 0.67 1.33c
Hyp 2 g/l + 15% AK 0.16dc -0.67 -0.67 3.07ba Hyp 2 g/l + 2.5 ppm
kitosan 0.35ba 1.00 1.00 3.80a
Hyp 2 g/l + 5 ppm
kitosan 0.16dc -0.67 -0.67 3.20ba
Hyp 2 g/l + 15% AK +
2.5 ppm kitosan 0.15d 0.33 0.33 2.77bac
Hyp 2 g/l + 15% AK +
5 ppm kitosan 0.42a 0.33 0.33 3.44ba
Uji F * tn tn *
KK% 6.63T0.5 21.02T4 21.02T4 12.73T1
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (*)=
berbeda nyata pada taraf 5%, MSA= minggu setelah aklimatisasi, KK= koefisien keragaman, (-)= jumlah akhir lebih kecil daripada jumlah awal
Hasil pengolahan data pertumbuhan planlet yang diaklimatisasi selama delapan minggu pada passage 1 tersaji pada Tabel 14. Uji F pada pertambahan bobot segar dan panjang akar terpanjang menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada taraf 5% Berdasarkan data yang tersaji, pertambahan bobot terbesar diperoleh planlet yang berasal dari media Hyponex 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan dengan bobot segar rata-rata 0.42 g, sedangkan yang terendah diperoleh planlet yang berasal dari media ½ MS + 5 ppm kitosan, dengan bobot segar rata- rata 0.07 g. Panjang akar terpanjang diperoleh pada media ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan, dengan panjang 4.13 cm, sedangkan yang terendah diperoleh pada
komposisi media Hyponex 2 g/l, dengan panjang 1.33 cm. Pertambahan daun dan akar planlet dari percobaan 2 passage 1 yang diaklimatisasi pada komposisi media yang diuji menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5%.
Data aklimatisasi planlet yang berasal dari percobaan 2 pada passage 2 tidak diolah menggunakan SAS karena data yang di ambil merupakan data dari seluruh populasi (Lampiran 5). Berdasarkan data yang disajikan pada Lampiran 2, media perlakuan ½ MS + 15% AK menghasilkan rata-rata pertambahan bobot segar tertingi, sedangkan Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan menghasilkan rata-rata pertambahan bobot segar terendah. Rata-rata pertambahan daun dan akar tertinggi dicapai oleh media perlakuan ½ MS, sedangkan rata-rata pertambahan akar dan daun terendah secara berurutan dicapai oleh media perlakuan Hyponex 2 g/l dan ½ MS + 5 ppm kitosan. Panjang akar terpanjang diperoleh pada media Hyponex 2 g/l + 2.5 ppm kitosan, sedangkan yang terendah dicapai oleh Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan.
Hasil negatif pada rata-rata pertambahan daun dan akar pada planlet yang berasal dari percobaan 2 passage 1 dan 2 dari beberapa komposisi media disebabkan oleh jumlah daun atau akar akhir lebih kecil dibandingkan jumlah awalnya. Kondisi planlet dari percobaan 2 pada tahap aklimatisasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada percobaan 1, komposisi media ½ MS + 15% AK merupakan media yang menghasilkan clump PLBs hidup tertinggi, yakni 100% pada passage 1 dan 85.71 pada passage 2. Berdasarkan uji F pada taraf 5%, komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun, jumlah akar, dan bobot segar clump PLBs usia 8-MST pada percobaan 1 passage 1 dan 2.
Pada percobaan 2, Seluruh komposisi media menghasilkan 100% planlet hidup. Berdasarkan uji F pada taraf 5%, komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun, jumlah akar, dan bobot segar (kecuali pertambahan bobot segar planlet passage 1 percobaan 2) planlet usia 8-MST pada percobaan 2 passage 1 dan 2. Media optimum pertambahan bobot segar planlet pada percobaan 2 passage 1 adalah media ½ MS + 15% AK (1.61 g), ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan (1.17 g), Hyponex 2 g/l + 15% AK (1.46 g), Hyponex 2 g/l + 5 ppm kitosan (1.21 g), Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 2.5 ppm kitosan (1.59 g), dan Hyponex 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan (1.20 g).
Pada aklimatisasi, planlet yang berasal dari komposisi media ½ MS + 15% AK + 5 ppm kitosan menghasilkan persentase planlet hidup tertinggi, yakni 92.59% pada passage 1 dan 100% pada passage 2. Berdasarkan uji F, pertambahan jumlah daun dan jumlah akar planlet yang berasal dari percobaan 2
passage 1 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Planlet yang berasal dari media Hyponex 2 g/l + 15% AK + 5 ppm kitosan pada
passage 1 menghasilkan pertambahan bobot segar tertinggi, yakni 0.42 g. Panjang akar terpanjang planlet dari percobaan 2 passage 1 dihasilkan oleh planlet yang berasal dari media ½ MS + 15% AK + 2.5 ppm kitosan, yakni 4.13 cm.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis kitosan dan sitokinin lain dalam proses perbanyakan anggrek agar dihasilkan media optimum bagi pertumbuhan anggrek.