HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pengaruh Komposisi Media dalam Pertumbuhan Clump Protocorm Like Bodies
Persentase Kontaminasi
Persentase kontaminasi pada passage 1 dalam percobaan ini sebesar 58.75%. Kontaminasi disebabkan oleh cendawan dan bakteri (Gambar 2) yang tumbuh pada permukaan media. Besarnya kontaminasi ini diduga disebabkan oleh kekuranghati-hatian saat memindahkan bahan tanam ke media perlakuan dalam
laminar air flow cabinet, kondisi ruang kultur yang kurang steril, dan pencucian botol kultur yang kurang sempuna. Kontaminasi yang disebabkan oleh pencucian botol yang kurang sempurna tersebut, ditandai oleh munculnya koloni cendawan atau bakteri dari dinding botol. Menurut Yusnita (2010), pencucian botol yang kurang sempurna menyebabkan kontaminasi bakteri atau cendawan pada dinding botol yang biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah media disterilkan.
A B
Gambar 2. (A) Kontaminasi yang Disebabkan oleh Bakteri, (B) Kontaminasi yang Disebabkan oleh Cendawan
Persentase kontaminasi pada passage 2 adalah sebesar 21.05%. Turunnya persentase kontaminasi diduga disebabkan oleh kondisi ruang kultur yang lebih steril setelah fumigasi dilakukan sehingga memperkecil kemungkinan masuknya kontaminan ke dalam botol.
17
Persentase clump PLBs Hidup
Sebagian besar clump PLBs yang ditanam pada passage 1 yang terbebas dari kontaminasi, menunjukkan kemampuannya untuk beregenerasi. Kemampuan regenerasi tersebut ditunjukkan dengan bertambahnya ukuran dari clump PLBs
yang ditanam. Selain itu pada beberapa media sudah mulai terlihat munculnya daun dan akar. Perubahan warna clump PLBs terjadi pada beberapa media perlakuan yakni, dari warna hijau menjadi warna hijau muda dan bahkan ada yang tampak memutih. Pada usia 6 MST dalam passage 1 beberapa clump PLBs
mengalami gejala pencoklatan (Gambar 3). Gejala pencoklatan tersebut diduga terjadi karena akumulasi senyawa fenol yang teroksidasi akibat adanya perlukaan yang ditimbulkan saat pemisahan clump PLBs sebelum dimasukkan ke dalam media perlakuan. Menurut Ling et al. (2007), PLBs Phalaenopsis sangat sensitif terhadap perlukaan yang mengarah pada terjadinya oksidasi fenol dan pencoklatan jaringan.
Gambar 3. Proses Pencoklatan pada PLBs
Persentase clump PLBs hidup pada passage 1 (Tabel 1) tertinggi dicapai oleh perlakuan ½ MS + 15% AK dan perlakuan Hyponex 2 g/l + 1.5 ppm BAP yakni 100%, sedangkan persentase clump PLBs hidup terendah dicapai oleh perlakuan ½ MS dan perlakuan Hyponex 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP, yakni 66.67%.
Pada passage 2 (Tabel 1), clump PLBs yang mengalami kematian lebih besar dibandingkan dengan pada passage 1. Sebagian clump PLBs mengalami kematian setelah clump PLBs membentuk kalus (Gambar 4).
A B
Gambar 4. (A) Kalus Phalaenopsis amabilis Usia 4-MST pada Passage 2, (B)
Clump PLBs Phalaenopsis amabilis yang Berkalus Usia 4-MST pada Passage 2
Setelah kalus terbentuk, semakin lama kalus berubah warna menjadi kecoklatan dan akhirnya mati. Sebagian clump PLBs yang tidak membentuk kalus juga mengalami kematian. Persentase clump PLBs hidup pada passage 2 tertinggi dicapai oleh perlakuan ½ MS + 15% AK sebesar 85.71%, sedangkan persentase
clump PLBs hidup terendah dicapai oleh komposisi media ½ MS dan Hyponex 2 g/l, yakni sebesar 33.33%.
Tabel 1. Persentase Clump PLBs Phalaenopsis amabilis Hidup pada Passage
1 dan 2 Perlakuan Clump PLBs Hidup passage 1 passage 2 % h/t % h/t ½ MS 66.67 (12/18) 33.33 (6/18) ½ MS + 15% AK 100.00 (27/27) 85.71 (18/21) ½ MS + 1.5 ppm BAP 80.00 (24/30) 60.00 (18/30) ½ MS + 3 ppm BAP 75.00 (18/24) 77.78 (21/27) ½ MS + 15% AK + 1.5 ppm BAP 83.33 (15/18) 50.00 (9/12) ½ MS + 15% AK + 3 ppm BAP 87.50 (21/24) 66.67 (12/18) Hyp. 2 g/l 70.00 (21/30) 33.33 (9/27) Hyp. 2 g/l + 15% AK 87.50 (21/24) 42.86 (9/21) Hyp. 2 g/l + 1.5 ppm BAP 100.00 (30/30) 37.50 (9/24) Hyp. 2 g/l + 3 ppm BAP 80.00 (24/30) 44.44 (12/27) Hyp. 2 g/l + 15% AK +1.5 ppm BAP 75.00 (18/24) 50.00 (12/24) Hyp. 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP 66.67 (12/18) 40.00 (6/15) Keterangan: AK= air kelapa, Hyp= Hyponex, h/t= hidup/ total
19
Jika dibandingkan dengan media ½ MS dan Hyponex 2 g/l, seluruh media yang menggunakan BAP (Tabel 1) menunjukkan persentase clump PLBs hidup yang lebih baik kecuali komposisi media Hyponex 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP pada passage 1. BAP diduga mendorong keberhasilan hidup clump PLBs. Hasil penelitian Latip et al. (2010) menunjukkan bahwa BAP pada konsentrasi 1.5 ppm, 3 ppm, dan 3.5 ppm menghasilkan persentase PLBs Phalaenopsis gigantea mati terendah dibandingkan dengan perlakuan sitokinin lainnya.
Pertambahan Jumlah Daun
Jumlah daun yang tumbuh dapat menggambarkan jumlah tunas yang muncul. Munculnya daun terjadi setelah PLBs bertunas dan pada akhirnya tunas tersebut membentuk daun. Menurut Yusnita (2010), PLBs memiliki titik tumbuh tunas pada bagian atas yang makin lama menunjukkan primordial daun pada pucuknya.
Pertambahan jumlah daun clump PLBs pada percobaan ini, merupakan jumlah daun total per botol kultur n-MST dikurangi dengan jumlah daun awal per botol kultur (0-MST). Pada Tabel 2 tersaji data rata-rata pertambahan jumlah daun pada percobaan 1 passage 1. Hasil uji F pada passage 1 menunjukkan bahwa komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada minggu ke-1, 2, 3, 4, 5, dan 8. Hasil uji F pada minggu ke 6 dan 7 pada
passage 1 menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada taraf 5 %. Media yang memiliki rata-rata pertambahan jumlah daun tertinggi pada minggu ke-6 dan minggu ke-7 adalah Hyponex 2 g/l + 1.5 ppm BAP, sedangkan komposisi media Hyponex 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP menghasilkan pertambahan jumlah daun terendah. Pada komposisi media Hyponex 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP jumlah daun mengalami penurunan mulai minggu ke-3 hingga minggu ke-6 akibat gugurnya daun terdahulu tanpa adanya daun baru yang muncul. Rata-rata pertambahan jumlah daun usia 8-MST pada passage 1 dalam berbagai komposisi media perlakuan berkisar antara 0.67-13.00 daun.
Pada percobaan 1 passage 2, pengolahan data pertambahan jumlah daun secara statistik tidak dilakukan pada komposisi media ½ MS dan Hyponex 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP karena jumlah ulangan pada komposisi media perlakuan
tersebut kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Hasil uji F pada seluruh komposisi media setiap minggunya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 3). Hasil rata-rata jumlah daun dalam komposisi media Hyponex 2 g/l + 15% AK + 1,5 ppm BAP menunjukkan hasil negatif pada minggu ke-3, 4, 5, 6, dan 7 disebabkan oleh jumlah daun pada minggu tersebut kurang dari jumlah daun awal. Rata-rata pertambahan jumlah daun usia 8-MST pada passage 2 dalam berbagai komposisi media berkisar antara 4.67-28.67 daun. Gambar planlet dari
PLBs hasil percobaan 1 passage 2 dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan: P1 : ½ MS , P2 : ½ MS + 15% air kelapa, P3 : ½ MS + 1.5 ppm BAP, P4 : ½ MS + 3 ppm BAP, P6 : ½ MS + 15% air kelapa + 3 ppm BAP, P7 :
Hyponex 2 g/l, P8 : Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa, P9 : Hyponex 2 g/l + 1.5 ppm BAP, P10 : Hyponex 2 g/l + 3 ppm BAP, P11 : Hyponex 2 g/l + 15% air kelapa + 1.5 ppm BAP
Gambar 5. Keragaan Planlet dari Clump PLBs Hasil Percobaan 1 Passage 2 usia 8-MST
Penelitian Neliyati (1996) menunjukkan bahwa penambahan BAP sebanyak 3 ppm pada media kultur selama 16 MST, dapat meningkatkan persentase PLBs Phalaenopsis Hibrida yang tumbuh sebesar 59%, tetapi jika konsentrasi BAP dinaikkan menjadi 6 ppm, persentase PLBs yang tumbuh turun menjadi 51%. Air kelapa juga berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah
PLBs yang terbentuk, hal tersebut dibuktikan juga oleh penelitian Neliyati (1996) yang menunjukkan bahwa tanpa pemberian air kelapa persentase PLBs yang tumbuh sebesar 47.2%, namun dengan penambahan air kelapa sebanyak 15%, jumlah PLBs yang tumbuh menjadi 51.6%.
21
Tabel 2. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Daun Per Botol Kultur (3 Clump PLBs) pada Passage 1
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah daun MST
1 2 3 4 5 6 7 8
½ MS 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 bc 1.33bc 1.67
½ MS + 15%AK 0.67 1.33 3.00 3.67 4.00 6.67ba 9.67ba 11.33
½ MS + 1.5ppm BAP 0.00 0.00 0.67 0.67 2.00 3.00bac 4.67bac 7.33
½ MS + 3ppm BAP 1.00 1.00 1.00 2.67 3.33 3.67bac 4.67bac 7.67
½ MS + 15%AK + 1.5ppm BAP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 1.00bc 1.33bc 2.33
½ MS + 15%AK + 3ppm BAP 0.00 0.67 1.00 1.00 4.67 6.33bac 8.00ba 10.00
Hyp. 2 g/l 0.67 1.67 1.00 1.67 3.00 3.33bac 5.00bac 7.33
Hyp. 2 g/l + 15%AK 0.33 1.33 1.33 1.33 1.33 2.00bc 3.00bac 4.00
Hyp. 2 g/l + 1.5 ppm BAP 1.33 2.33 4.33 5.00 7.33 9.67a 10.33a 13.00
Hyp. 2 g/l + 3 ppm BAP 1.67 1.67 1.33 1.33 1.33 1.33bc 1.33bc 2.33
Hyp. 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP 0.00 0.00 -0.67 -0.67 -0.67 -0.67c -0.33c 1.00
Hyp. 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00bc 0.00c 0.67
Uji F tn tn tn tn tn * * tn
KK % 27.06T1 23.16T2 28.87T2 24.57T3 27.27T3 28.78T3 28.72T3 26.85T4
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= Tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (*)= berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , (T2)= hasil
transformasi , (T3) = hasil transformasi , (T4) = hasil transformasi , MST= minggu setelah tanam, KK= koefisien keragaman, (-)= jumlah daun
n- MST lebih kecil daripada jumlah daun awal
Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Per Botol Kultur(3 Clump PLBs)pada Passage 2
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah daun MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS - - - - ½ MS + 15%AK 2.33 4.00 6.00 7.67 10.33 13.00 17.00 20.00 ½ MS + 1.5ppm BAP 4.00 3.00 4.33 5.00 7.00 9.00 9.67 12.00 ½ MS + 3ppm BAP 2.67 4.00 5.67 8.00 11.00 13.00 20.00 22.00 ½ MS + 15%AK + 1.5ppm BAP 1.00 2.67 4.67 6.33 7.00 8.33 9.33 10.00 ½ MS + 15%AK + 3ppm BAP 1.67 8.00 10.33 15.33 17.00 19.33 25.00 28.67 Hyp. 2 g/l 2.00 3.33 4.33 5.00 6.33 8.00 10.00 11.33 Hyp. 2 g/l + 15%AK 1.33 3.33 5.00 7.33 9.33 12.33 17.00 19.00 Hyp. 2 g/l + 1.5 ppm BAP 0.33 2.33 2.33 3.33 4.67 5.67 14.67 15.67 Hyp. 2 g/l + 3 ppm BAP 0.67 3.00 4.67 5.33 6.67 8.33 10.67 11.00 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP 0.00 0.67 1.00 1.33 2.33 3.33 4.33 4.67 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP - - - - Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK % 23.17T2 29.20T2 27.50T3 28.88T3 28.08T3 27.58T3 28.30T3 27.27T3
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T2)= hasil transformasi , (T3) = hasil transformasi , MST= minggu
setelah tanam, KK= koefisien keragaman, (-) = tidak dilakukan uji F karena data kurang dari yang dibutuhkan
23
Pertambahan Jumlah Akar
Pertambahan jumlah akar pada percobaan 1 passage 1 dan passage 2, merupakan jumlah akar per botol kultur n-MST dikurangi dengan jumlah akar per botol kultur.0-MST. Pada awal percobaan 1 passage 1 dan 2, bahan tanam yang digunakan tidak memiliki jumlah akar yang sama. Ada beberapa bahan tanam yang telah memiliki akar dan ada yang belum memiliki akar.
Rata-rata pertambahan jumlah akar dalam percobaan 1 passage 1 tersaji pada Tabel 4. Hasil analisis statistik setiap minggunya menunjukkan bahwa komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah akar pada taraf 5%. Jumlah akar yang terbentuk dalam berbagai komposisi media pada
passage 1 berkisar antara 0.00-4.67 akar.
Pengolahan data statistik pertambahan jumlah akar pada komposisi media ½ MS dan Hyponex 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP pada passage 2 tidak dilakukan karena jumlah ulangan pada perlakuan tersebut kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Hasil pengolahan statistik pada passage 2 menunjukkan bahwa komposisi media tidak berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah akar pada taraf 5% (Tabel 5). Rata-rata pertambahan jumlah akar dalam berbagai komposisi media pada passage 2 berkisar antara 3.00-14.00 akar.
Hasil penelitian Parera (1997) menunjukkan bahwa pemberian air kelapa pada kultur Dendrobium spp. memberikan respon yang negatif terhadap pertumbuhan akar. Pengaruh sitokinin di dalam kultur in-vitro menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2001) salah satunya berhubungan dengan penghambatan pertumbuhan akar tanaman. Dari hasil penelitian ini, tidak terlihat perbedaan adanya efek yang ditimbulkan oleh air kelapa dan BAP terhadap jumlah akar yang terbentuk.
Tabel 4. Rata-rata Pertambahan Jumlah Akar Per Botol Kultur (3 Clump PLBs) pada Passage 1
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah akar MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 ½ MS + 15%AK 0.00 0.00 0.00 0.00 1.67 1.67 1.67 4.67 ½ MS + 1.5ppm BAP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 1.33 1.33 ½ MS + 3ppm BAP 0.33 1.67 2.00 2.00 2.00 2.33 3.00 4.33 ½ MS + 15%AK + 1.5ppm BAP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.67 0.67 ½ MS + 15%AK + 3ppm BAP 0.00 0.67 0.67 0.67 1.00 1.33 2.67 3.33 Hyp. 2 g/l 0.33 0.67 1.00 1.00 1.67 2.00 2.67 3.33 Hyp. 2 g/l + 15%AK 0.00 0.00 0.33 0.33 1.33 1.67 2.00 2.00 Hyp. 2 g/l + 1.5 ppm BAP 0.00 0.33 1.67 2.33 4.33 5.33 5.67 8.33 Hyp. 2 g/l + 3 ppm BAP 0.33 0.33 0.33 1.33 2.00 2.00 2.00 2.33 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK % 11.56T1 28.31T1 20.85T2 22.38T2 22.46T3 24.09T3 27.73T3 25.92T3
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , (T2)= hasil transformasi , (T3) =
hasil transformasi , MST= minggu setelah tanam, KK= koefisien keragaman
25
Tabel 5. Rata-rata Pertambahan Jumlah Akar Per Botol Kultur (3 Clump PLBs) pada Passage 2
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil transformasi , (T2)= hasil transformasi , (T3) =
hasil transformasi , MST= minggu setelah tanam, KK= koefisien keragaman, (-) = tidak dilakukan uji F karena data kurang dari yang dibutuhkan
Perlakuan
Rata-rata pertambahan jumlah akar MST 1 2 3 4 5 6 7 8 ½ MS - - - - ½ MS + 15%AK 1.33 2.33 3.00 4.00 5.33 7.00 8.33 10.00 ½ MS + 1.5ppm BAP 0.67 1.67 2.00 3.00 4.33 5.33 6.33 7.00 ½ MS + 3ppm BAP 2.00 3.00 4.00 4.67 5.67 6.67 6.67 7.67 ½ MS + 15%AK + 1.5ppm BAP 1.00 2.00 2.00 3.67 4.00 4.67 5.00 5.33 ½ MS + 15%AK + 3ppm BAP 0.33 1.33 3.00 4.33 6.33 7.67 11.00 13.00 Hyp. 2 g/l 1.33 1.67 2.67 2.67 5.00 6.00 10.33 10.33 Hyp. 2 g/l + 15%AK 1.00 2.33 3.00 5.67 7.00 8.00 12.67 14.00 Hyp. 2 g/l + 1.5 ppm BAP 1.67 3.00 3.33 3.67 4.33 4.67 7.33 12.33 Hyp. 2 g/l + 3 ppm BAP 0.33 1.67 1.67 2.00 2.33 2.67 3.00 3.67 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP 0.33 0.67 1.00 1.00 1.33 2.00 2.33 3.00 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP - - - - Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK % 29.58T1 27.19T2 26.69T2 28.04T2 27.02T2 29.51T2 28.37T2 27.40T3 25
Pertambahan Bobot Segar
Bobot segar tanaman biasa digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan. Bobot segar digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan pada penelitian ini karena pengukurannya dapat dilakukan tanpa harus mengeluarkan bahan tanam dari media perlakuan dan tanaman yang telah ditimbang dapat digunakan lagi untuk pengamatan selanjutnya. Menurut Sathyanarayana (2007) pengukuran bobot segar merupakan metode yang cepat dan mudah untuk menilai pertumbuhan kalus dan tidak menyebabkan kerusakan pada materi yang di timbang.
Tabel 6. Rata-rata Pertambahan Bobot Segar Per Botol Kultur (3 Clump PLBs)
Phalaenopsis amabilis pada Passage 1 dan 2
Perlakuan
Rata-rata pertambahan bobot
Passage 1 (g) Passage 2 (g) ½ MS 0.30 -* ½ MS + 15%AK 1.48 1.10 ½ MS + 1.5ppm BAP 0.40 0.46 ½ MS + 3ppm BAP 0.34 0.88 ½ MS + 15%AK + 1.5ppm BAP 0.58 0.23 ½ MS + 15%AK + 3ppm BAP 0.99 1.69 Hyp. 2 g/l 0.69 1.22 Hyp. 2 g/l + 15%AK 0.57 1.74 Hyp. 2 g/l + 1.5 ppm BAP 1.83 1.08 Hyp. 2 g/l + 3 ppm BAP 0.74 -0.04 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 1.5 ppm BAP 0.66 0.42 Hyp. 2 g/l + 15% AK + 3 ppm BAP 0.44 - Uji F tn tn KK(%) 14.60262T1 27.18
Keterangan: Hyp= Hyponex, AK= air kelapa, tn= tidak berbeda nyata pada taraf 5%, (T1)= hasil
transformasi , KK= koefisien keragaman, * = tidak dilakukan uji F karena data kurang dari
yang dibutuhkan, (-)= bobot akhir lebih kecil daripada bobot awal
Hasil dari uji F terhadap pertambahan bobot segar pada percobaan 1
passage 1 dan 2 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (Tabel 6). Berkurangnya bobot segar pada komposisi media Hyponex 2 g/l + 3 ppm BAP (passage 2) disebabkan oleh adanya kematian sebagian PLBs yang menyebabkan bobot segar menjadi berkurang. Menurut Young et al. (2000), media Hyponex lebih cocok dibanding media ½ MS dalam regenerasi planlet dari
27