• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pengapuran Terhadap Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa Panjat ( Piper retrofractum Vahl.)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat adalah 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah latosol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek sulur panjat tanaman cabai jawa klon Lamongan empat ruas, tanah, pupuk kandang sapi, pasir, arang sekam, polybag ukuran 30 cm x 30 cm, dolomit, pupuk urea, dan pupuk NPK (15:15:15). Alat yang digunakan yaitu alat-alat pertanian, alat tulis, dan tong.

Metode Percobaan

 

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan komposisi media tanam yang terdiri dari tiga perlakuan. Perlakuan pertama yaitu menggunakan komposisi tanah : pupuk kandang : arang sekam dengan perbandingan 1:1:1 (v/v), perlakuan ke dua yaitu dengan menggunakan komposisi tanah : pupuk kandang : pasir dengan perbandingan 1:1:1 (v/v), dan perlakuan ke tiga yaitu menggunakan komposisi tanah : pupuk kandang : pasir dengan perbandingan 1:1:2 (v/v). Faktor ke dua yaitu perlakuan pengapuran yang terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa dikapur dan dengan dikapur dengan dosis 10 g/polybag.

Percobaan ini terdapat enam kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdapat lima tanaman sehingga terdapat 90 tanaman cabe jawa panjat.

Model statistika yang digunakan adalah: Yijk = µ + Ui + αj + βk + (αβ) jk + εijk

Keterangan:

Yijk : pengaruh perlakuan komposisi media tanam dan pengapuran µ : rataan umum

Ui : pengaruh ulangan ke-i (i=1, 2, dan 3)

αj : pengaruh perlakuan komposisi media tanam (j=1, 2, dan 3) βk : pengaruh perlakuan pengapuran (k=1, 2)

(αβ)jk : interaksi antara perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j

εijk : galat penelitian pada ulangan ke-i, perlakuan ke-j, dan perlakuan ke-k. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan maka dilakukan analisis ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukkan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Pelaksanaan

Persiapan media tanam meliputi pengukusan media tanam, memasukkan ke polybag, dan pengapuran. Sebelum dikukus tanah dicampur dengan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1 (v/v). Setelah dicampur kemudian dikukus selama kurang lebih 5 jam, kemudian dicampur dengan pasir atau arang sekam dengan komposisi sesuai dengan perlakuan. Setelah media dicampur, kemudian dimasukkan ke dalam poybag dan untuk perlakuan dengan pengapuran dicampur dengan dolomit dengan dosis 10 g/tanaman, kemudian media dibiarkan selama dua minggu.

Setelah media siap, bibit cabe jawa yang telah disemai terlebih dahulu selama 7 minggu, dipindahtanamkan ke polybag tersebut. Tanaman diberi larutan starter berupa larutan urea 0.2 % untuk mempercepat adaptasi tanaman setelah dipindah tanam. Perawatan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengendalian gulma secara manual.

Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 MST. Pupuk yang digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 20 g/tanaman. Pupuk diaplikasikan dengan cara ditabur secara melingkar di sekitar pangkal batang. Seharusnya pupuk diberikan pada saat bibit muncul 2-3 daun baru, namun karena pada awal pindah tanam tanaman sudah diberikan larutan starter maka pemupukan diberikan pada saat tanaman berumur 9 MST.

Pengamatan

 

Pengamatan dilakukan setiap dua minggu selama penelitian terhadap semua tanaman. Peubah yang diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman yang diukur mulai buku pertama di atas permukaan tanah sampai buku tertinggi.

2. Jumlah daun, pengamatan dilakukan terhadap semua daun yang telah membuka.

3. Jumlah buku, pengamatan dilakukan terhadap semua buku yang terdapat pada sulur panjat dan cabang buah.

4. Jumlah cabang, yaitu semua cabang yang muncul pada sulur panjat.

5. Intensitas Serangan Penyakit meliputi kejadian penyakit dan keparahan penyakit.

Pengamatan terhadap intensitas serangan penyakit dilakukan pada saat tanaman menunjukkan adanya gejala terserang oleh penyakit. Skoring untuk menghitung keparahan penyakit disajikan pada Tabel 12.

Tabel 13. Skor keparahan penyakit

Skor Keterangan 0 Tidak terdapat serangan penyakit

1 Bagian tanaman yang terserang < 10 %

2 Bagian tanaman yang terserang 10 % - 25 % 3 Bagian tanaman yang terserang 25 % - 50 % 4 Bagian tanaman yang terserang 50 % - 75 % 5 Bagian tanaman yang terserang 75%

Rumus untuk menghitung keparahan penyakit (IP) adalah sebagai berikut: IP = [ ∑ . ⁄ ] x 100 %

Keterangan :

n = jumlah tanaman yang terserang penyakit dengan skor ke-i vi = skor penyakit

N = jumlah total tanaman yang diamati V = skor tertinggi

Rumus untuk menghitung kejadian penyakit adalah sebagai berikut: KP = [n / N] x 100 %

n = jumlah tanaman yang terserang penyakit, N = jumlah tanaman yang diamati

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Penanaman cabe jawa dilakukan di dalam rumah plastik dan diberi naungan dengan menggunakan paranet 55 %. Penyiraman dilakukan secara intensif setiap hari terhadap bibit yang baru dipindah tanam sampai bibit tersebut cukup beradaptasi. Barus (1993) menyatakan bahwa pemeliharaan setek lada perdu di persemaian dan pembibitan hendaknya dilakukan secara intensif. Penyiraman hendaknya dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban media tumbuhnya. Penyulaman dilakukan setiap ada tanaman yang mati. Pengamatan dilakukan setelah tanaman cukup beradaptasi dan mulai muncul tunas baru.

Curah hujan pada saat penanaman berkisar antara 39.9-272.4 mm/minggu. Kelembaban udara berkisar antara 88-90 %. Curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap tanaman karena tanaman tersebut ternaungi oleh plastik. Pada awal pindah tanam banyak bibit yang mati karena kondisi rumah plastik yang terlalu panas, oleh karena itu di atas polybag diberi paranet 55 % sebagai naungan.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Pembibitan Awal Cabe Jawa (b) Pembibitan Utama

Penyakit yang menyerang tanaman cabe jawa adalah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora palmivora. Penyakit ini banyak menyerang pada pangkal batang dan daun. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah daun berwarna kecoklatan, layu kemudian mati. Apabila menyerang pangkal batang maka tanaman akan mengering dan mati (Gambar 3).

Kelembaban udara yang tinggi merupakan salah satu penyebab penyakit ini berkembang dengan cepat. Yudiarti (2007) menyatakan bahwa semua spora jamur akan berkecambah pada kelembaban relatif yang tinggi. Banyak ahli juga menyatakan bahwa mayoritas jamur membutuhkan kebasahan dan kelembaban tinggi.

Selain penyakit busuk pangkal batang hama yang ditemui dalam pembibitan cabe jawa adalah hama kutu putih. Kutu putih menyerang pucuk daun cabe jawa menyebabkan pucuk daun cabe jawa keriting (Gambar 4). Hal tersebut dapat mengganggu pembentukan tunas baru yang akan berdampak pada keabnormalan pertumbuhan tanaman

Gambar 3. Tanaman Cabe Jawa yang Terserang Cendawan Phytophtora palmivora

Gambar 4. Pucuk Daun Tanaman Cabe Jawa yang Terserang Kutu Putih  

Hasil Analisis Tanah

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa media tanam dengan perlakuan tanpa kapur memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan dengan pengapuran (Tabel 14). Hal ini membuktikan bahwa pengapuran mampu meningkatkan pH tanah sampai mendekati pH normal. Kandungan C organik

tertinggi dimiliki oleh perlakuan dengan menggunakan media tanam berupa campuran arang sekam, tanah, dan pupuk kandang yaitu 4.5 % untuk perlakuan tanpa kapur dan 4.58 % untuk perlakuan dengan pengapuran. Selain kandungan C organik, penggunaan arang sekam sebagai media tanam juga meningkatkan ketersediaan unsur N dan K2O (Tabel 15).

Tabel 14. pH Tanah dari Berbagai Komposisi Media Tanam

Komposisi media tanam pH

H2O KCl Tanah : pupuk kandang : arang sekam (1:1:1) 5.5 4.9

Tanah : pupuk kandang : arang sekam(1:1:1) + dolomit 5.8 5.4 Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:1) 5.7 5.3 Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:1) + dolomit 5.9 5.4 Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:2) 4.8 4.2 Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:2) + dolomit 5.8 5.5

Tabel 15. Kandungan Bahan Organik dan Unsur Hara Makro Tersedia pada Berbagai Komposisi Media Tanam

Komposisi media tanam C-

organik

N P2O5 K2O

…….%... ….ppm…..

Tanah : pupuk kandang : arang sekam (1:1:1) 4.54 0.50 431 1603

Tanah : pupuk kandang : arang sekam(1:1:1) + dolomit 4.85 0.45 472 1627

Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:1) 2.51 0.22 450 1023

Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:1) + dolomit 1.05 0.11 320 527

Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:2) 1.23 0.13 459 389

Tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:2) + dolomit 1.95 0.20 763 831

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Pertumbuhan bibit cabe jawa tidak menunjukkan berbeda nyata untuk semua peubah pertumbuhan yang diamati. Peubah yang menunjukkan berbeda nyata pada kejadian dan keparahan penyakit pada 10 MST pada perlakuan pengapuran sedangkan interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dan pengapuran tidak menunjukkan berbeda nyata (Tabel 16).

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Beberapa Peubah

Peubah MST Media Tanam

(M) Kapur (K) M*K Tinggi tanaman 0 tn tn tn 2 tn tn tn 4 tn tn tn 6 tn tn tn 8 tn tn tn 10 tn tn tn 12 tn tn tn Jumlah Daun 0 tn tn tn 2 tn tn tn 4 tn tn tn 6 tn tn tn 8 tn tn tn 10 tn tn tn 12 tn tn tn Jumlah Buku 0 tn tn tn 2 tn tn tn 4 tn tn tn 6 tn tn tn 8 tn tn tn 10 tn tn tn 12 tn tn tn Jumlah Cabang 0 tn tn tn 2 tn tn tn 4 tn tn tn 6 tn tn tn 8 tn tn tn 10 tn tn tn 12 tn tn tn Kejadian Penyakit 10 tn * tn 12 tn tn tn Keparahan penyakit 10 tn * tn 12 tn tn tn Keterangan:

tn : tidak berbeda nyata

Tabel 17. Koefisien Keragaman

Peubah Minggu Setelah Tanam

0 2 4 6 8 10 12 Tinggi tanaman 22.05 32.59 34.66 34.77 29.64 22.69 26.30 Jumlah daun 26.98 31.70 32.75 38.92 38.78 30.26 31.73 Jumlah buku 31.73 25.22 31.02 36.87 40.05 33.99 34.66 Jumlah cabang 9.16z) 14.56z) 19.46z) 26.44z) 20.99z) 35.14 31.63 Kejadian penyakit 41.38y) 61.05y) Keparahan penyakit 36.56y) 48.02y) Keterangan : z) : hasil transformasi (x + 0.5) y) : hasil transformasi √(x + 1.5)

penghitungan kejadian dan keparahan penyakit dimulai pada 10 MST. Keterangan ini berlaku untuk Tabel 18, 19, 20, dan 21.

Peubah Vegetatif Tanaman

Beberapa peubah vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku, dan jumlah cabang tidak menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% baik pada perlakuan media tanam (Tabel 18) dan perlakuan pengapuran (Tabel 19).

Tabel 18. Beberapa Peubah Vegetatif pada Tiga Komposisi Media Tanam Umur (MST) Uji F Perlakuan Komposisi Media Rata-Rata

M1 M2 M3 tinggi tanaman ………cm………... tn 3.42 3.80 4.47 3.90 2 tn 5.89 5.53 6.69 6.04 4 tn 9.49 8.35 10.04 9.29 6 tn 16.52 14.86 16.25 15.88 8 tn 26.49 23.93 24.39 24.94 10 tn 37.14 33.39 33.68 34.74 12 tn 53.87 47.15 48.95 49.99 jumlah daun 0 tn 1.8 1.7 2.2 1.9 2 tn 3.0 3.3 3.4 3.2 4 tn 5.1 5.6 5.4 5.3 6 tn 8.7 8.9 8.7 8.7 8 tn 14.4 14.9 14.5 14.6 10 tn 23.7 23.9 23.1 23.6 12 tn 44.6 44.0 40.2 42.9

Tabel 18. Beberapa Peubah Vegetatif pada Tiga Komposisi Media Tanam (Lanjutan)

Umur (MST)

Uji F Perlakuan Komposisi Media Rata-Rata M1 M2 M3 jumlah buku 0 tn 2.4 2.2 2.9 2.5 2 tn 3.8 3.8 4.4 3.9 4 tn 5.6 6.3 6.4 6.1 6 tn 9.4 9.8 10.1 9.8 8 tn 16.4 16.6 16.6 16.5 10 tn 27.4 26.8 26.5 26.9 12 tn 49.9 49.2 45.3 48.2 jumlah cabang 0z) tn 0 0 0.1 0.03 2 z) tn 0.3 0.3 0.2 0.2 4 z) tn 0.4 0.7 0.6 0.6 6 z) tn 1.1 1.1 1.3 1.1 8 z) tn 1.9 1.9 2.2 1.9 10 tn 3.8 3.2 3.3 3.4 12 tn 6.5 6.1 5.8 6.1 Keterangan*) :

tn : tidak berbeda nyata pada taraf 5 %.

M1 : komposisi media tanah:pupuk kandang:arang sekam (1:1:1) M2 : komposisi media tanah:pupuk kandang:pasir (1:1:1) M3 : komposisi media tanah:pupuk kandang:pasir (1:1:2)

Tabel 19. Beberapa Peubah Vegetatif pada Perlakuan Pengapuran

Umur (MST) Uji F Perlakuan Rata-Rata

K0 K1 tinggi tanaman ………cm……… 0 tn 4.25 3.54 3.90 2 tn 6.59 5.47 6.03 4 tn 9.66 8.93 9.30 6 tn 16.21 15.54 15.88 8 tn 25.38 24.49 24.94 10 tn 36.36 33.11 34.74 12 tn 52.17 47.81 49.99 jumlah daun 0 tn 2.1 1.8 1.9 2 tn 3.4 3.2 3.2 4 tn 5.7 4.9 5.3 6 tn 9.1 8.4 8.7 8 tn 15.5 13.8 14.6 10 tn 25.3 21.9 23.6 12 tn 45.7 40.2 42.9 jumlah buku 0 tn 2.6 2.3 2.5 2 tn 4.4 3.6 3.9 4 tn 6.5 5.7 6.1 6 tn 10.3 9.3 9.8 8 tn 17.6 15.4 16.5 10 tn 29.6 24.2 26.9 12 tn 51.7 44.6 48.2 jumlah cabang 0 z) tn 0.07 0.00 0.04 2 z) tn 0.28 0.19 0.24 4 z) tn 0.67 0.49 0.58 6 z) tn 1.22 1.06 1.14 8 z) tn 1.94 1.99 1.97 10 tn 3.68 3.15 3.42 12 tn 6.54 5.68 6.11 Keterangan :

tn : tidak berbeda nyata pada taraf 5 %.

*) keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 21

Kejadian dan Keparahan Penyakit

Kejadian penyakit menunjukkan tidak berbeda nyata pada perlakuan komposisi media tanam (Tabel 20). Pada perlakuan pengapuran kejadian penyakit berbeda nyata pada saat tanaman berumur 10 MST. Perlakuan tanpa kapur

menunjukkan kejadian penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemberian kapur (Tabel 21).

Keparahan penyakit menunjukkan tidak berbeda nyata pada perlakuan komposisi media tanam (Tabel 20). Pada perlakuan pengapuran kejadian penyakit berbeda nyata pada saat tanaman berumur 10 MST. Perlakuan tanpa kapur menunjukkan keparahan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemberian kapur (Tabel 21).

Tabel 20. Serangan Penyakit pada Tiga Komposisi Media Tanam Umur (MST) Uji F Perlakuan Media Tanam Rata-Rata

M1 M2 M3 ………..%... kejadian penyakit 10 y) tn 16.7 17.5 21.7 18.6 12 y) tn 15.0 22.5 10.0 15.8 keparahan penyakit 10 y) tn 13.3 11.3 10.3 11.7 12 y) tn 12.7 14.0 10.0 12.2 Keterangan :

tn : tidak berbeda nyata

*) : berbeda nyata pada taraf 5 %.

Tabel 21. Serangan Penyakit pada Perlakuan Pengapuran

Umur (MST) Uji F Dosis Dolomit (g/tanaman) Rata-Rata 0 10 ……….%... kejadian penyakit 10 y) * 25.0a 12.2b 18.6 12 y) tn 22.8 8.9 15.8 keparahan penyakit 10 y) * 15.6a 7.6b 11.6 12 y) tn 15.6 8.9 12.2

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%

tn : tidak berbeda nyata

Pembahasan

Komposisi media tanam yang tepat tidak hanya berpengaruh terhadap kelembaban media tetapi juga terhadap pertumbuhan tanaman. Media tanam akan mempengaruhi pertumbuhan akar sehingga akan berpengaruh terhadap penyerapan hara. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komposisi media tanam yang dicobakan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman.  

Data yang diperoleh tidak menunjukkan berbeda nyata dimungkinkan karena umur tanaman masih terlalu muda sehingga komposisi media tanam tersebut belum berpengaruh terhadap perkembangan akarnya. Walaupun jumlah hara tersedia dalam media berbeda-beda menurut komposisi media tanamnya, kemungkinan jumlah hara yang dibutuhkan oleh tanaman masih sedikit sehingga ketersediaan hara juga belum memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa. Nuraini (2007) menyatakan bahwa semakin bertambah umur tanaman, semakin besar pula jumlah yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Percobaan pengapuran bertujuan untuk mengetahui respon tanaman terhadap pH tanah tempat tumbuh tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengapuran juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa, namun pengapuran berpengaruh terhadap kejadian penyakit dan keparahan penyakit pada 10 MST. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengapuran meningkatkan ketersediaan unsur K yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Hall, 2008).

Hama yang ditemui di pembibitan cabe jawa antara lain kutu putih yang menyerang pucuk daun cabe jawa. Pucuk daun cabe jawa yang diserang oleh hama tersebut menjadi keriting dan pertumbuhan daun menjadi abnormal. Winarto (2003) menyatakan bahwa hama utama yang menyerang tanaman cabe jawa adalah kutu daun. Hama ini menyerang daun muda dengan gejala daun mengerut dan menggulung. Akibatnya, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat

.

Selain hama kutu putih terdapat juga beberapa penyakit yang menyerang cabe jawa yaitu penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan

karena kelembaban yang tinggi. Tanaman cabe jawa yang terserang penyakit ini akan menjadi layu, daunnya menguning dan lemas, berwarna hitam mulai dari ujung, kemudian gugur mulai dari bawah dan menjalar ke atas (Rukmana, 2003).

Komposisi media tanam berpengaruh terhadap kandungan C-organik, N tersedia dalam tanah, serta K2O tersedia. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan arang sekam menyebabkan kandungan C- organik, N tersedia, serta K2O dalam tanah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan menggunakan pasir. Arang sekam dapat meningkatkan kandungan C oganik dalam media karena media memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan menggunakan pasir. Disamping unsur K2O kandungan N tersedia pada media tanam dengan menggunakan arang sekam juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pasir. Hal ini diduga arang sekam menyumbang unsur hara tertentu ke dalam media tanam sehingga unsur-unsur hara tertentu meningkat ketersediaannya.

Unsur P2O5 tersedia yang terdapat pada media yang tidak dikapur relatif lebih rendah dibandingkan dengan media yang dikapur kecuali pada media dengan komposisi tanah : pupuk kandang : pasir (1:1:1) (v/v) jumlah P2O5 tersedia lebih rendah yang menggunkan kapur (Tabel 14). Hal ini diduga karena P yang terdapat dalam tanah diikat oleh Ca yang terkandung dalam dolomit. Hall (2008) menyatakan bahwa P bereaksi dengan Ca membentuk senyawa yang menyebabkan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman.

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa pH media yang ditambahkan dengan dolomit lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dikapur. Hal ini membuktikan bahwa pengapuran berfungsi untuk menaikkan pH tanah terutama untuk tanah-tanah masam seperti latosol. Penambahan kapur diharapkan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman sehingga tanaman lebih mudah menyerap hara karena unsur-unsur hara dalam bentuk terlarut.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit cabe jawa tidak dipengaruhi oleh komposisi media tanam maupun pengapuran sampai berumur 12 MST setelah pindah tanam (Tabel 18 dan 19). Hal ini dimungkinkan karena bibit tanaman cabe jawa belum membutuhkan unsur hara yang terlalu banyak untuk

pertumbuhannya sehingga pada fase bibit perlakuan pengapuran untuk meningkatkan ketersediaan hara tidak berpengaruh untuk pertumbuhannya.

Kejadian penyakit dan keparahan penyakit tanaman cabe jawa dipengaruhi oleh kelembaban media dan lingkungan. Curah hujan di daerah Bogor cukup tinggi dan dapat mencapai 272.4 mm/minggu. Kelembaban udara juga relatif tinggi yaitu berkisar 80-90 %. Oleh karena itu kelembaban media harus dijaga karena kelembaban yang tinggi akan memacu perkembangan cendawan penyebab penyakit busuk pangkal batang. Kondisi pertanaman cabe jawa yang dilindungi oleh plastik menyebabkan tanaman terlindung dari curah hujan secara langsung. Hal ini menyebabkan kondisi media tanam tidak terlalu lembab. Kondisi terlindung seperti ini menyebabkan komposisi media tanam tidak terlalu berpengaruh terhadap kelembaban media tanam serta perkembangan penyakit.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman cabe jawa tidak berbeda nyata baik pada perlakuan media tanam dan perlakuan pengapuran sampai tanaman berumur 12 MST. Namun dari hasil analisis tanah, penggunaan campuran arang sekam dapat dipertimbangkan untuk pembibitan karena kandungan beberapa unsur hara makro seperti N dan P relatif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pasir.

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

Kesimpulan

 

Perlakuan komposisi media tanam dan penambahan kapur dolomit tidak berbeda nyata pada pertumbuhan vegetatif bibit cabe jawa panjat. Pengaruh nyata ditunjukkan pada kejadian dan keparahan penyakit busuk pangkal batang. Perlakuan dengan penambahan kapur menurunkan kejadian dan keparahan penyakit dibandingkan dengan tanpa kapur.

 

Saran

 

Penggunaan arang sekam sebagai media tanam pada pembibitan cabe jawa memiliki kandungan unsur hara yang relatif tinggi dibandingkan dengan menggunakan pasir sehingga dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai campuran media tanam.

                 

Dokumen terkait