• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila orang merasa rendah diri, ia akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada orang yang dihormatinya, tidak mampu

berbicara di depan umum, atau ragu-ragu menuliskan pemikirannya dalam media massa.

Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai konsep diri disebut nubuat yang dipenuhi sendiri. Bila anda berpikir menjadi orang bodoh, anda akan benar menjadi orang yang bodoh. Bila anda merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapi pada akhirnya dapat diatasi. Anda berusaha hidup sesuai dengan label yang melekat pada diri anda sendiri. Hubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat disimpulkan, dengan ucapan para penganjur berpikir positif: You don’t think what you are, you are what you think.

Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri sendiri; positif atau negatif. Sebaiknya kita mampu mengidentifikasi tanda-tanda konsep diri yang positif dan negatif. Menurut Williarn D. Brooks dan Philip Emmert (1976) ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif.

Pertama, ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini, dikoreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam komunikasi, orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.

Kedua, orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali tehadap pujian. Walaupun ia mungkin pura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, mereka pun

bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. Inilah sifat yang ketiga, sikap hiperkritis.

Keempat, orang yang konsep dirinya negatif, cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan. Karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

Kelima, orang yang konsep dirinya negatif, bersikap pesimis terhadap kompetensi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal:

a. ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;

b. ia merasa setara dengan orang lain;

c. ia menerima pujian tanpa rasa malu;

d. ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;

e. ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Kenyataan, memang tidak ada orang yang betul-betul sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif, tetapi untuk efektivitas komunikasi interpersonal, sedapat

mungkin memperoleh sebanyak mungkin tanda-tanda konsep diri positif. D.E.

Hamachek menyebutkan sebelas karakteristik yang mempunyai konsep diri positif:

a. Meyakini nilai dan prinsip tertentu serta bersedia mempertahankan, walaupun menghadapi dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip itu bila pengalaman dan bukti baru menunjukkan ia salah.

b. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

c. tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi pada waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

d. Memiliki keyakinan dan kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.

e. Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

f. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

g. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

h. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.

i. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai

bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.

j. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu.

k. Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain (Brooks dan Emmert, 1976).

2.2.10 Keterbukaan

Makna keterbukaan berasal dari kata terbuka yang memiliki arti luas, tidak tertutup, tidak terbatas pada orang tertentu saja, tidak di rahasiakan. Jadi keterbukaan yaitu memberi peluang luar untuk masuk dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran, ataupun ekonomi.

Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran, ataupun ekonomi. Terbuka menerima saran, kritik, dan pendapat orang lain dalam pergaulan. Tidak menutup diri dari pergaulan, keterbukaan dan keterusterangan terhadap apa yang dipikirkan, diinginkan, diketahui dan kesediaan menerima saran dan kritik dari orang lain.

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.

Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman, akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.

Selain itu, keterbukaan merupakan perwujudan dari sikap jujur, rendah hati, adil, mau menerima pendapat, kritik dari orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterbukaan adalah hal terbuka, perasaan toleransi dan hati-hati serta merupakan landasan untuk berkomunikasi. Dengan demikian dapat dipahami pula bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah suatu sikap dan perilaku terbuka dari individu dalam beraktivitas.

Keterbukaan sangat penting dalam berkomunikasi. Sikap keterbukaan di antara kita akan dapat melancarkan informasi, dan pada akhirnya akan dapat memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa. Dengan keterbukaan itu, kita akan dapat menyerap berbagai kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Dan dengan itu pula kita akan bersikap dan berperilaku mau menghargai perbedaan yang dimiliki oleh orang, kelompok, atau suku bangsa lain. Sikap keterbukaan juga akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Budi pekerti dalam hubungannya dengan penerapan sikap berbudi pekerti luhur, salah satu sasarannya adalah membangun dan menumbuh-kembangkan individu-individu yang berjiwa demokratis.

Hubungan antara konsep diri dan keterbukaan dapat dijelaskan dengan Johari Window, yang diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri sendiri. Untuk membuat Johari Window, dengan menggambar segiempat dengan

garis tengah yang membelah jendela menjadi dua bagian. Sebelah atas jendela menunjukkan aspek diri sendiri yang diketahui orang lain, public self. Sebelah bawah adalah aspek diri yang tidak diketahui orang lain, private self.

Publik (diketahui orang lain)

Privat (tidak diketahui orang lain)

Bila jendela belah ke bawah, sebelah kiri adalah aspek diri yang kita ketahui, dan sebelah kanan adalah aspek diri yang tidak kita ketahui.

Diri yang Kita ketahui

Diri yang tidak Kita ketahui

Bila kedua jendela digabungkan, akan membuat Johari Window yang lengkap. Masukkan ke dalam kamar-kamar jendela itu konsep ”terbuka” (open),

”buta” (blind), ”tersembunyi” (hidden), dan ”tidak dikenal” (unknown).

Kita ketahui

Tidak kita ketahui

Publik

Terbuka Buta

Tersembunyi Tidak dikenal

Privat

Kamar pertama disebut daerah terbuka (open area), meliputi perilaku dan motivasi yang kita ketahui dan diketahui orang lain. Pada daerah kita sering melakukan pengelolaan kesan, kita berusaha menampilkan diri kita dalam bentuk topeng. Misalkan, anda benci kepada atasan, tetapi berusaha menunjukkan sikap ramah kepadanya. Ketika ia minta maaf telah menyinggung anda, anda menjawab,

”Ah, tidak apa-apa kok, Pak!”. Gejolak hati dan kejengkelan anda pada dia, diri anda yang ditutup-tutupi, adalah daerah tersembunyi (hidden area). Seringkali kita menjadi terbiasa menggunakan topeng, sehingga kita sendiri tidak menyadarinya.

Orang lain sebaliknya mengetahuinya. Orang yang rendah diri berusaha jual tampang, meyakinkan orang lain tentang keunggulan dirinya, dan merendahkan orang lain. Ia tidak menyadarinya, tetapi orang lain mengetahuinya. Ini termasuk daerah buta (blind). Tentu diri kita sebenarnya. Yang hanya Allah yang tahu. Ini daerah yang tidak dikenal (unknown). Makin luas diri publik kita, makin terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Makin baik anda mengetahui seseorang, makin akrab hubungan anda dengan dia, makin lebar daerah terbuka jendela anda.

2.2.10.1 Fungsi keterbukaan

Akan memperoleh berbagai informasi sehingga dapat memperkaya pengetahuan, dapat meningkatkan SDM, mampu memberikan menularkan info mengenai hal yang bersifat dapat memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, mampu menghalau dan mengantisipasi pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, memungkinkan adanya kebiasaan berdialog baik antar suku bangsa golongan aliran maupun agama, dapat membentuk forum permusyawaratan

baik antar suku bangsa golongan aliran maupun agama, menghindarkan diri dari fitnah dan prangsangka negatif.

Secara umum fungsi keterbukaan adalah :

a. Akan memperoleh berbagai informasi sehingga dapat memperkaya pengetahuan,

b. Dapat meningkatkan sumber daya manusia,

c. Mampu memberikan, menularkan informasi mengenai hal-hal yang bersifat dapat memperkukuh persatuan dan persatuan bangsa,

d. Mampu menghalau dan mengantisipasi pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,

e. Memungkinkan adanya kebiasaan berdialog, baik antar suku bangsa, golongan, aliran maupun agama,

f. Dapat membentuk forum permusyawaratan baik antar suku bangsa, golongan, aliran maupun agama,

g. Menghindarkan diri dari fitnah dan berprasangka negatif.

2.2.10.2 Ciri-Ciri Keterbukaan

Sikap keterbukaan, merupakan prasyarat dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan transparan. Keterbukaan juga merupakan sikap yang dibutuhkan dalam harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dilihat tentang ciri-ciri keterbukaan, yaitu sebagai berikut:

a. Terbuka (transparan) dalam proses maupun pelaksanaan kebijakan publik.

b. Menjadi dasar atau pedoman dalam dialog maupun berkomunikasi.

c. Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun yang dilakukan orang lain.

d. Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain.

e. Bersikap hati-hati dan selektif (check and recheck) dalam menerima dan mengolah informasi dari manapun sumbernya.

f. Toleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain.

g. Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya.

h. Menyadari tentang keberagaman dlm berbagai bidang kehidupan i. Mau bekerja sama dan menghargai orang lain.

j. Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan.

Sikap terbuka dalam kehidupan perlu ditumbuh kembangkan, mulai dari keluarga, masyarakat dan negara. Adapun ciri-ciri keterbukaan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :

a. Demokratis, b. Berkeadilan,

c. Musyawarah dan mufakat,

d. Berpikir luas dengan hati yang terbuka, e. Berani mengakui kesalahan.

Sikap terbuka adalah suatu sikap berupa kesediaan seseorang untuk mau menerima terhadap hal-hal yang berbeda dengan kondisi dirinya. Dalam kehidupan berbangsa, diperlukan untuk menjaga keutuhan bangsa, mempererat hubungan toleransi serta menghindari konflik. Dalam kehidupan bernegara, bagi pemerintah

atau pejabat publik diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan rakyat agar mau berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Pejabat publik harus mampu mewujudkan ”Clean Government” atau pemerintah yang bersih.

Perwujudan sikap terbuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan :

a. Kehidupan yang demokratis,

b. Kebiasaan masyarakat yang madani, c. Kebiasaan berdialog dan bermusyawarah, d. Bekerja sama,

e. Toleransi.

2.3 Knowledge Management

Dokumen terkait