• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan Jaminan

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.1 No.2 September 2012 (Halaman 30-42)

Kesehatan Aceh (JKA) di Rumah Sakit Umum

Zainal Abidin Banda Aceh

F i k r i a h

Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Agustami Phonna

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

This study aims to examine and analyze the inluence of the quality of health services to the satisfaction levels of impatiens who use the JKA facilities at RSUZA. The research was conducted using primary data. Data were analyzed with descriptive and quantitative approach through the presentation and preparation of data into the table. This study uses multiple regression model and calculation of Likert Scale. The results of this study indicate that there are only two variables that inluence JKA patients satisfaction in the RSUZA that physician services and nursing services (the medical). This is shown by test t where t count is greater than t table. While the support services (facilities/ infrastructure) and administrative services not partially effected to the satisfaction of JKA patients in RSUZA. Therefore, the hospital must make improvements care to JKA patients, good service medical personnel (doctors and nurses), support services, facilities and infrastructure, as well as administrative services in order to create good health care. The Government of Aceh will be able Following JKA program for the creation of health care access to all the people of Aceh.

Keywords : Health insurance, JKA, health care quality, health care programs

LAtAr BeLAkAng

Program jaminan sosial (social security program) sebenarnya merupakan amanah

konstitusi UUD 1945 sebagai penganut konsep negara kesejahteraan (walfarestate).

Dalam amandemen UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1 berbunyi: setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan. Sementara pada Pasal 34 ayat 3 berbunyi: negara bertanggung jawab atas penyedian fasilitas kesehatan yang layak (Afrianty, 2010).

Propinsi Aceh yang merupakan salah satu propinsi di Indonesia telah menetapkan sebuah kebijakan baru di bidang kesehatan yaitu program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Pemerintah Aceh di bawah pimpinan Irwandi Yusuf selaku Gubernur Aceh memberlakukan sistem kesehatan yang menjamin seluruh warga Aceh memperoleh pelayanan kesehatan tanpa pengecualian. Program yang bernama Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) merupakan wujud komitmen pemerintah Aceh dalam rangka pencapaian RPJM yang telah ditetapkan sebelumnya.

JKA menawarkan fasilitas pengobatan gratis yang dikelola PT Askes selaku pihak ketiga sebagaiman MoU antara Pemerintah Aceh dengan Askes pada tanggal 1 Juni 2010. JKA diharapkan menjadi salah satu solusi dalamm pemenuhan kebijakan di bidang kesehatan di Aceh. Dari segi proses pelayanan JKA, pasien cukup menunjukkan KTP Aceh dan Kartu Keluarga (KK) di puskesmas maupun rumah sakit. JKA juga tidak membatasi jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Pada tahun 2010, JKA memperoleh dana dari APBA sekitar Rp 241

milyar untuk jangka waktu enam bulan. Dana tersebut digunakan untuk membiayai jaminan kesehatan bagi sekitar 3,8 juta warga Aceh (Abdul, 2010)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang berobat di RSUZA pada bulan Oktober sebanyak 22.394 pasien. Kunjungan pasien terbanyak terjadi pada minggu pertama yaitu sebanyak 5.867 pasien. Jumlah pasien pada bulan Oktober yang berobat dengan program asuransi JKA mencapai 40,48 persen, sedangkan Jamkesmas 21,98 persen, Askes 25,52 persen dan umum 12,02 persen.

tinjAuAn teoritiS

Sebagian besar ahli memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak baik bagi kehidupan warganya. Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas, kebijakan publik sering diartikan sebagai ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan’. Seperti kata Bridgman dan Davis (2004:3), seringkali, kebijakan publik tidak lebih dari pengertian mengenai ‘whatever government choose to do or not to do.’

Pengaturan Pendanaan Daerah tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah. Berdasarkan UU tersebut diketahui dasar-dasar pendanaan pemerintah daerah, yaitu:

tabel 1

jumlah Pasien di rumah Sakit umum Dr. Zaenal Abidin (oktober 2010)

Minggu

Rumah Sakit Umum Dr. Zaenal Abidin

JKA Jamkesmas Askes Umum Jumlah

I 2392 1123 1754 588 5.857 II 2161 997 1354 696 5.208 III 1479 1238 1213 512 4.442 IV 2084 976 924 659 4.643 V 948 588 471 237 2.244 Jumlah (Pasien) 9064 4922 5716 2692 22.394 Persentase 40,48 21,98 25,52 12,02 100

1. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Dae- rah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD.

2. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai APBN. 3. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang di-

laksanakan oleh gubernur dalam rangka Tu- gas Pembantuan didanai APBN.

4. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelak- sanaan Dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pemban-

tuan

5. dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian dana.

Sumber-sumber penerimaan daerah juga dicantumkan dalam UU tersebut yaitu:

1. Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan De- sentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.

2. (Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Daerah; b. Dana Perimbangan; dan c. Lain-lain Pendapatan.

3. Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:

a. sisa lebih perhitungan anggaran Daerah; b. penerimaan Pinjaman Daerah;

c. Dana Cadangan Daerah; dan

d. hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan

pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Widodo, 2001:269). Kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat semakin baik, hal ini merupakan indikasi

dari ”empowering” yang dialami masyarakat

.Menurut Widodo (2001:273) pihak pelayan publik dalam memberikan layanan publik

setidaknya harus :

1. Mengetahui kebutuhan apa yang dilayani

2. Menerapkan persyaratan manajemen untuk

mendukung penampilan (kinerja) 3. Memantau dan mengukur kinerja.

Menurut Widodo (2001:273) sebagai perwujudan dari apa yang harus dilperhatikan

dan dilakukan oleh pelayan publik agar kualitas

layanan menjadi baik maka dalam memberikan

layanan publik seharusnya:

1. Mudah dalam pengurusan bagi yang berke- pentingan (prosedurnya sederhana

2. Mendapat pelayanan yang wajar

3. Mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih

4. Mendapat perlakuan jujur dan terus terang (transparan)

Anoop (1999:21) mengingatkan kepada pemerintah bahwa “public services are services that are demanded by the public not what the government thinks…”. Pernyataan ini dilandasi

suatu pemikiran bahwa kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemerintah bersumber dari rakyat, sehingga maju atau mundurnya, kuat

atau lemahnya suatu pemerintahan ditentukan

oleh rakyat, maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik kepada rakyat.

Pelayanan kesehatan yang baik menurut

Azwar ( 1996:38-39) harus memenuhi syarat-

syarat pokok sebagai berikut:

a. Tersedia dan berkesinambungan, artinya jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta ke- beradaannya dalam masyarakat adalah pada

setiap saat yang dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak ber- tentangan dengan keyakinan dan kepercay- aan masyarakat.

c. Mudah dicapai, untuk mewujudkan pelayan- an yang baik, pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, sehingga tidak terjadi konsentrasi sarana kesehatan yang tidak merata.

d. Mudah dijangkau, artinya harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan ke-

mampuan ekonomi masyarakat.

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelay- anan, dan pihak lain tata cara penyelengga-

raanya sesuai dengan kode etik serta standar

yang telah ditetapkan.

kualitas jasa menurut Parasuraman dkk,

(dalam Tjiptono, 1996: 70) ditentukan dalam

lima dimensi pokok, yaitu:

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasili-

tas isik, perlengkapan, pegawai, dan sa- rana kamunikasi.

b. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan

memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. c. Daya tangkap (responsiveness), yaitu ke-

inginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan den- gan tanggap.

d. Jaminan (assurance), mencakup pengeta-

huan, kemampuan, kesopanan, dan sifat

yang dapat dipercaya, bebas dari bahaya, re- siko, atau keragu – raguan.

e. Empati, meliputi kemudahan dalam melaku- kan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Kotler (dalam Supranto, 2006 : 231), menjelaskan lima determinan kualitas jasa adalah sebagai berikut:

a. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan

untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

b. Ketanggapan (responsiveness), yaitu kem-

auan untuk membantu pelanggan

dan memberikan jasa dengan cepat atau ke- tanggapan.

c. Keyakinan (conidence), yaitu mencakup pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan ke- percayaan dan keyakinan atau “assurance’.

d. Empati (emphaty), yaitu syarat untuk peduli,

memberi perhatian pribadi bagi pelanggan. e. Berwujud (tangible), yaitu penampilan

fasilitas isik, peralatan, personil, dan media

komunikasi.

Kepuasan Masyarakat Berdasarkan Kepmen PAN no. 25 Tahun 2004 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP / 25 / M. PAN/2/ 2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah yang menjelaskan bahwa :

a. pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur pemerintah perlu terus ditingkatkan, sehingga mencapai kualitas yang diharapkan;

b. untuk mengetahui kinerja pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat, perlu dilaku- kan penilaian atas pendapat masyarakat ter- hadap pelayanan, melalui penyusunan indeks kepuasan masyarakat;

c. berdasarkan Undang-undang Republik Indo- nesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), salah satu kegiatan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik adalah menyusun Indeks Kepuasan Masyarakat sebagai tolok ukur ter- hadap optimalisasi kinerja pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat. d. untuk maksud tersebut pada huruf a, b dan c per- lu ditetapkan Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit pelayanan Instansi Pemerintah dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat dimaksudkan sebagai acuan bagi Unit Pelayanan instansi pemerintah dalam menyusun indeks kepuasan masyara- kat, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan – kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, Indeks Kepuasan Masyarakat dapat digunakan seba- gai gambaran tentang kinerja pelayanan unit yang bersangkutan.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang ”relevan”, ”valid” dan ”reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Prosedur pelayanan, 2) Persyaratan pelayanan,

3) Kejelasan petugas pelayanan, 4) Kedisiplinan petugas pelayanan, 5) Tanggung jawab petugas pelayanan, 6) Kemampuan petugas pelayanan, 7) Kecepatan pelayanan, 8) Keadilan mendapatkan pelayanan, 9) Kesopanan dan keramahan petugas, 10) kewajaran biaya pelayanan, 11) Kepastian biaya pelayanan, 12) Kepastian jadwal pelayanan, 13) Kenyamanan lingkungan, 14) Keamanan Pelayanan.

Program kesehatan Aceh

Strategi Pembangunan Kesehatan Aceh 2007- 2012 yang tertuang dalam Lampiran I Peraturan Gubernur Aceh Nomor : 26 Tahun 2010 Tanggal 1 Mei 2010 adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya pelayanan kesehatan minimal bagi masyarakat.

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan melalui perencanaan yang tepat, penempatan tenaga kesehatan dan peningka- tan kapasitas yang sesuai untuk mendukung pembangunan sistem kesehatan daerah. 3. Peningkatan jangkauan, pemerataan, eisiensi

dan mutu pelayanan kesehatan.

4. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit serta kesehatan lingkungan terma- suk penanggulangan bencana.

5. Memperkuat mekanisme rujukan dengan me- manfaatkan rumah sakit dengan pelayanan unggulan.

6. Meningkatkan pendidikan kesehatan ma- syarakat melalui promosi kesehatan dan mengembangkan sistem informasi kesehatan berbasis data teknologi.

7. Melakukan penelitian terhadap kebijakan dan masalah kesehatan.

8. Mengembangkan pola Badan Layanan Umum (BLU) di rumah sakit provinsi dan kabupaten/ kota.

9. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lin- tas sektor, masyarakat, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat Lokal, Nasional dan Internasional di setiap upaya pembangunan kesehatan melalui advokasi.

10. Pengembangan fasilitas pendidikan kesehatan dan kedokteran.

11. Pemberian Jaminan Kesehatan kepada Ma- syarakat Miskin diseluruh Aceh (JKA) dalam

bentuk pengobatan gratis diseluruh rumah sakit yang ada di Aceh.

Pemerintah Aceh mengembangkan Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) yang mulai dilaksanakan pada1 Juni 2010.

Tujuan umum JKA untuk menjamin kesehatan bagi seluruh penduduk Aceh yang berkeadilan, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, jenis kelamin dan usia dalam rangka meningkatkan produktiitas dan kesejahteraan (Dinas Kesehatan Aceh, 2010:2). Tujuan khusus penyelanggaraan JKA adalah:

a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan merata bagi seluruh pen- duduk Aceh.

b. Menjamin akses pelayanan bagi seluruh pen- duduk dengan mencegah terjadinya beban biaya kesehatan yang melebihi kemampuan bayar penduduk.

c. Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dari pelayanan kesehatan primer/ tingkat pertama sampai pelayanan rujukan yang memuaskan rakyat, tenaga kesehatan, dan Pemerintah Aceh.

d. Mewujudkan reformasi sistem pembiayaan dan pelayanan kesehatan di Aceh secara ber- tahap.

Penelitian sebelumnya yang berjudul

Releven Pembangunan Kesehatan Daerah terhadap Kebijakan Kesehatan Nasional di Era Otonomi Daerah, Saefullah menyimpulkan bahwa tingginya relevansi Health Policies di beberapa

pemerintah daerah /kota tidak signiikan dengan adanya disparitas derajat kesehatan di propinsi Jawa Barat maupun tingkat nasional tahun 2010.

Slamet melakukan penelitian yang berjudul Studi Tentang Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signiikan untuk kepuasan konsumen. Kesimpulan dari hasil di atas adalah kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan paramedis, dan medis mendukung kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif yang signiikan untuk kepuasan konsumen di Rumah

Sakit Islam, di Manisrenggo Klaten.

Mahendra melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Kinerja Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mutiara Hati Di Gading Rejo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya beberapa variabel yang di rasakan masih tidak mampu memenuhi harapan pasien rawat inap sehingga menimbulkan ketidakpuasan pasien rawat inap, antara lain adalah kecepattanggapan perawat dalam menyelesaikan keluhan pasien, sikap perawat yang sopan dan ramah serta jijik kepada pada pasien, dan kemampuan perawat untuk membuat pasien dapat beristirahat dengan nyaman.

kerangka Pemikiran

Program JKA

Kualitas Pelayanan Kesehatan

• Pelayanan dokter (medis) • Pelayanan perawat (paramedis) • Pelayanan Sarana penunjang

rumah sakit • Pelayanan Administrasi • Keandalan (reliability) • Ketanggapan (responsineness) • Keyakinan (conidence) • Empati (emphaty) • Berwujud (tangible) Kepuasan Pasien

Program JKA merupakan fasilitas layanan kesehatan masyarakat dimana Pemerintah Aceh memberi kemudahan pengobatan gratis di RSU Banda Aceh. Pasien yang berobat tentunya menginginkan kualitas pelayanan yang baik sehingga nantinya dapat memberi kepuasan bagi pasien yang tercermin dalam kualitas pelayanan kesehatan berupa; pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan sarana penunjang RS, pelayanan administrasi. Kesemuanya diukur secara objektif dalam hal kendalanya, ketanggapannya, keyakinan yang diberikan, adanya empati, dan tersedia segala fasilitas

yang mencukupi. Pengukuran dilakukan dengan memberi skor pada jawban tertinggi dan terendah. Hasil tabulasi data dianalisis dengan model linear berganda yang nantinya dapat diketahui besaran hubungan, keakuratan hubungan, dan lainnya setelah dilakukan pengujian-pengujian yang tepat dan dapat menjawab hipotesis penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga

Pelayanan dokter (medis), Pelayanan perawat (paramedis), Pelayanan Sarana penunjang rumah sakit, Pelayanan Administrasi mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien JKA.

MetoDe PeneLitiAn

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat

1. Variabel bebas (X), kualitas pelayanan rawat

inap kamar/sal terdiri dari subvariabel seb- agai berikut:

a. Pelayanan medis (dokter) (X1)

b. Pelayanan paramedis (perawat) (X2)

c. Pelayanan penunjang rumah sakit (X3)

d. Pelayanan administrasi rumah sakit (pe- nerimaan pasien, informasi dan adminis- trasi keuangan ) (X4)

Setiap subvariabel ini akan diukur dengan lima indikator yaitu :

a. Keandalan (reliability). b. Ketanggapan (responsineness). c. Keyakinan (conidence). d. Empati (emphaty). e. Berwujud (tangible).

2. Variabel tidak bebas (Y), kepuasan pasien JKA yang mendapat pelayanan rawat inap ka- mar/sal.

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

pasien yang berobat dengan menggunakan fasilitas JKA yang diambil dari data penelitian pendahuluan bulan Oktober 2010 selama 5 minggu yang diperoleh pada data rekam medis RSUZA.

Jumlah pasien rawat inap menggunakan kamar/sal adalah:

tabel 2

jumlah Pasien rawat inap jkA di rSuZA

Minggu

Rumah Sakit Umum Dr. Zaenal Abidin JKA I 267 II 229 III 193 IV 179 V 68 Jumlah 936 Rata-rata 187

Target populasi adalah jumlah pasien rawat inap dalam satu bulan yaitu 936. Jumlah pasien yang diinginkan menjadi sampel dengan menggunakan rumus Solvin secara stratiied adalah sebagai berikut:

N (N . d2 )+ 1 936

[936 . (0,10)2 ] + 1

S = 90,34 dibulatkan menjadi 90 sampel

Dimana :

N = jumlah populasi (diambil jumlah rata-rata perminggu)

S = jumlah sampel d = sampling error = 0,1 1 = faktor koreksi

Pasien yang akan menjadi sampel dengan ketentuan telah menjalankan perawatan di RSUZA minimal 1x24jam. Kemudian yang menjadi target sampel adalah siapa saja dengan kriteria yang telah ditentukan dalam masa penelitian, sedangkan pemilihan sampel dilakukan secara coninience sampling sejumlah 90 orang.

Deinisi Operasional

1. Pelayanan medis (dokter) adalah dokter men- gunjungi pasiennya setiap pagi, tanggap, ra- mah, sopan, penuh perhatian pada pasien dan selalu berpakaian rapi.

2. Pelayanan paramedis (perawat) adalah per- awat berada selalu berada di tempat, sepat tanggap pada pasien, ramah, sopan, dan em- pati dalam melayani pasien.

3. Pelayanan sarana penunjang rumah sakit adalah tersedianya semua sarana prasarana yang menunjang kegiatann tindak medis. 4. Pelayanan administrasi rumah sakit, peneri-

maan pasien, informasi dan administrasi keuangan..

5. Kepuasan pasien adalah gambaran utuh tingkat kualitas pelayanan rumah sakit menu- rut penilaian pasien, berupa rasa puas, ingin berobat lagi, dan dapat menceritakan apa yang dialami pada orang lain.

Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, untuk kuesiener pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban: STP, TP, B, P, dan SP, diberi skoring dengan asumsi bahwa semakin puas penderita yang dirawat akan memberikan nilai lebih tinggi atau dengan kata lain semakin puas akan semakin besar nilainya, sehingga secara rinci skornya sebagai berikut :

Untuk Dimensi Kualitas Pelayanan

- Jika jawaban Sangat Tidak Puas (STP) maka skornya 1

- Jika jawaban Tidak Puas (TP) maka skornya 2

- Jika jawaban Biasa (B) maka skornya 3 - Jika jawaban Puas (P) maka skornya 4 - Jika jawaban Sangat Puas (SP) maka skornya

5

Hasil skor jawaban setiap pertanyaan dengan menggunakan skala likert (Sugiyono, 2000:86) ditabulasi, dijumlah dan dihitung rata kemudian seluruh skor dinilai dikali bobot masing-masing jawaban sesuai dengan perhitungan IKM sebagai berikut:

1. Hitung nilai indeks tertinggi untuk seluruh unsur yang masuk dalam perhitungan. Bobot tertinggi = Jumlah bobok : jumlah un-

sur

2. Untuk setiap unsur hitung nilai rata-rata Lik- ert-nya.

3. Hitung nilai indeks unit pelayanan, yaitu: Sigma (nilai unsur x bobot)

4. Perhitungan IKM dilakukan dengan mengkali nilai indeks dengan nilai dasar (25).

S = S =

Interval konversi IKM menggunakan interval yang telah ditetapkan dalam Kepmenpan no. 25 Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan, bagaimana pola hubungan (pattern of relation) antara Y dan X dan beberapa besar perubahan rata-rata Y dan X berubah satu satuan digunakan analisis regresi berganda, analisa koeisien korelasi, dan koefesien determinan.

Untuk menjawab Hipotesis digunakan Persamaan Regresi linier berganda

Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + … + biXi + ei ...(Supranto, 2001:236) diformulasikan: Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei Dimana: Y = kepuasan pasien X1 = Pelayanan dokter X2 = Pelayanan perawat X3 = Pelayanan sarana RS X4 = Pelayanan administrasi b0 = Konstanta b1, b2, b3, b4= Koeisien regresi ei = error term HASiL PeneLitiAn

Sasaran JKA adalah penduduk Aceh yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan atau yang tercantum dalam Kartu Keluarga Aceh (KK), dan belum memiliki jaminan kesehatan, kecuali peserta Jamkesmas melalui mekanisme integritas pembiayaan dalam JKA.

Alokasi dana JKA 2010 dalam APBA sebesar Rp.241.965.073.000,- dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Aceh (DPA SKPA) Dinas Kesehatan Nomor 1.02.1.02.01.28.01.5.2. Tahun anggaran 2010, untuk jangka waktu 7 bulan terhitung sejak 1 Juni 2010 hingga tanggal 31 Desember 2010 (Dinas Kesehatan Aceh, 2011:1). Data ringkasan realisasi dan rogres JKA dapat diperhatikan pada Tabel 4.

tabel 3 interval ikM

Nilai Interval Konversi IKM Mutu Pelayanan Kinerja Unit Pelayanan

25,00 - 43,75 D Tidak Baik

43,76 - 62,50 C Kurang Baik

62,51 - 81,25 B Baik

81,26 - 100,00 A Sangat Baik

tabel 4.

realisasi dan Progres jaminan kesehatan Aceh tahun Anggaran 2010

No Uraian

Jumlah

Keterangan

(Rp) (Jiwa)

1 Dana JKA T.A 2010 241.965.073.050

a. Realisasi 209.338.477.562

b. Over Head I(Askes) 12.098.253.650

c. Sisa (dikembalikan ke kas daerah) 32.626.595.488

2 Dana Pelayanan Kesehatan 85.537.382.000 4.033.805 316 PKM di 23

kab/kota

a. Kapitasi untuk Puskesmas (RJTP) 7.859

b. Pelayanan ANC, Persalinan, dan PNC 165.576 25 RSUD

c. Pelayanan RITL di RSUD kab/kota (Aceh) 89.129

d. Fasilitas Obat dan Penunjang Medis 189.505 25 apotik; 13

optikal, dsb

e. RITL dan RJTL di Medan 272 7 RS

f. RITL dan RJTL di RSU Jkt 142 4 RS

3 Belanja Tidak Langsung

Validasi, entri data, cetak kartu 5.619.928.122

Untuk melihat pengaruh pelayanan dokter (medis), perawat (para medis), penunjang/sarana dan administrasi/informasi terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA digunakan regresi linear berganda. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Berdasarkan hasil regresi tersebut maka model hasil penelitian yang menggambarkan pengaruh kualitas pelayanan dokter (X1), para medis (X2),

pelayanan penunjang/sarana prasarana (X3), dan

pelayanan administrasi (X4) terhadap kepuasan

pasien (Yi) sebagai berikut:

Yi = -0,054 + 0,066X1 + 0,057X2 + 0,006X3 + 0,041X4

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh koeisien- koeisien yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Koeisien regresi untuk Pelayanan Dokter (β1) adalah 0,066, artinya apabila terjadi penam- bahan kualitas Pelayanan Dokter sebesar 1 poin maka akan menambah kepuasan pasien sebesar 6,6 persen, dengan menganggap vari- abel lain tetap (konstan).

2. Koeisien regresi untuk Pelayanan Tenaga Medis (β2) adalah 0,057, artinya apabila ter- jadi penambahan kualitas Pelayanan Tenaga Medis sebesar 1 poin maka akan menambah kepuasan pasien sebesar 5,7 persen, dengan menganggap variabel lain tetap (konstan). Uji lain dilakukan untuk menguji model yang terbentuk yaitu;

1. Uji Parsial (Uji t)

Berdasarkan uji t dengan tingkat keyakinan 95 persen (α=0,05) bahwa hanya terdapat 2 variabel yang mempengaruhi kepuasan pasien JKA di RSU ZA secara parsial yaitu pelayanan dokter dan pelayanan perawat (para medis). Hal ini tunjukkan dengan uji t dimana t hitung lebih besar dari t tabel. Sedangkan pelayanan penunjang (sarana/prasarana) dan pelayanan administrasi tidak bepengaruh secara parsial terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA.

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.1 No.2 September 2012 (Halaman 30-42)

Dokumen terkait