• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DATA DAN ANALISIS

D. Pembahasan

3. Pengaruh Metode Simulasi PhET

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Guru

Dengan ini, hasil penelitian diharapkan dapat membantu guru menambah referensi media pembelajaran berbasis komputer dan menambah desain pembelajaran yang efektif dan menarik minat siswa untuk belajar fisika. 2. Penelitian

Dapat dijadikan sumber informasi pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi PhET yang berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. 3. Siswa

Dapat membuat siswa menjadi berminat dan termotivasi untuk mempelajari fisika berbasis komputer.

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Filsafat Konstruktivisme

Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan terjadi. Filsafat konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, tetapi sesuatu yang harus dibentuk di dalam pikiran masing-masing individu. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir yang dilakukan oleh seseorang (Von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dalam Suparno, 2013: 14). Karena pengetahuan dikonstruksikan atau dibangun, maka proses ini berjalan terus menerus karena adanya suatu pemahaman baru (Piaget, 1971 dalam Suparno, 2013: 14)

Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk melalui kegiatan berpikir, maka siswa haruslah aktif dalam berpikir. Tanpa keaktifan, siswa tidak akan mendapat tambahan pengetahuan atau yang paling buruk siswa tidak akan mengerti apa-apa. Pengetahuan dibentuk di dalam pikiran setiap individu, maka sangatlah kecil peluang terjadinya transfer pengetahuan karena pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja. Pengetahuan hanya dapat diberikan kepada siswa untuk dikonstruksi secara aktif oleh siswa itu sendiri. Siswa harus mencari makna, membandingkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan menyelesaikan masalah antara pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan yang

mereka perlukan dalam pengetahuan baru untuk mempertanggungjawabkan pengetahuan yang didapat terhadap hasil belajar mereka.

B. Pemahaman

1. Pengertian pemahaman

Menurut Benyamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan hasil dari pengetahuan yang telah diterima dan diolah oleh siswa melalui kegiatan berpikir. Seorang siswa dikatakan paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan apabila siswa tersebut dapat memberikan contoh lain selain yang diberikan guru mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.

2. Faktor yang mempengaruhi pemahaman

Ada 2 faktor yang mempengaruhi pemahaman, yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa dari dalam yaitu kondisi individu atau siswa tersebut yang terdiri dari kondisi fisiologi dan psikologis anak.

1) Kondisi fisiologis anak

Kondisi fisiologis anak sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar anak. Fisiologis ialah kondisi fisik dan panca inderanya. Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak mengalami keadaan cacat jasmani akan sangat membantu dalam

proses belajar. Disamping itu, indera penglihatan dan pendengaran juga tidak kalah penting karena sebagian besar orang belajar tidak lepas dari kedua indera tersebut.

2) Kondisi psikologis anak

Kondisi psikologis anak yaitu minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif.

b. Faktor ekstern 1) Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami berupa suhu, kelembaban udara dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia maupun representasi (wakil) manusia seperti potret dan rekaman lingkungan sosial yang lain seperti suara mesin serta lingkungan yang jorok dapat mengganggu belajar siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya; maupun faktor-faktor lunak (software) seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya.

C. Tingkat Dimensi Kognitif

Menurut Benyamin S. Bloom, dimensi kognitif lebih menekankan beberapa kategori proses, seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kategori-kategori dalam dimensi kognitif Kategori Proses Nama-nama lain Definisi dan contoh

1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka penting

1.1. Mengenali Mengidentifikasi

Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan

pengetahuan tersebut.

1.2.Mengingat kembali

Mengambil

Mengambil pengetahuan yang relevan dan memori jangka panjang.

2. MEMAHAMI – Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

2.1.Menafsirkan

Mengklarifikasikan, Memparafrasakan, Merepresentasikan, Menerjemahkan

Mengubah satu bentuk gambaran jadi bentuk lain.

2.2.Mencontohkan

Mengilustrasikan, Memberi contoh.

Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip

2.3.Mengklasifi-kasikan

Mengkategorikan, Mengelompokkan

Menentukan sesuatu dalam satu kategori.

2.4.Merangkum

Mengabstraksi, Menggeneralisasi

Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok.

2.5.Menyimpul-kan Menyarikan, Mengekstrapolasi, Menginterpolasi, Memprediksi

Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima. 2.6.Membanding-kan Mengontraskan, Memetakan, Mencocokkan

Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya.

Kategori Proses Nama-nama lain Definisi dan contoh 2.7.Menjelaskan Membuat model

Membuat model sebab-akibat dalam sebuah system.

3. MENGAPLIKASIKAN – menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

3.1.Mengeksekusi Melaksanakan

Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier

3.2.Mengimple-mentasikan

Menggunakan

Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier

4. MENGANALISIS – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan 4.1.Membedakan Menyendirikan, Memilah, Memfokuskan, Memilih

Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting.

4.2.Mengorgani-sasi Menemukan koherensi, Memadukan, Membuat garis besar, Mendeskripsikan peran, Menstrukturkan Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur.

4.3.Mengatribusi-kan

Mendekonstruksi

Menentukan sudut pandang, bias, nilai atau maksud di balik materi pelajaran.

5. MENGEVALUASI – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.

5.1.Memeriksa

Mengoordinasi, Mendeteksi,

Memonitor, Menguji

Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan

Kategori Proses Nama-nama lain Definisi dan contoh sedang dipraktikkan.

5.2.Mengkritik Menilai

Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki

konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah.

6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. 6.1.Merumuskan Membuat hipotesis

Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria.

6.2.Merencanakan Mendesain

Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas.

6.3.Memproduksi Mengkonstruksi

Menciptakan suatu produk.

Kategori-kategori pada tabel diatas mencakup proses kognitif yang paling banyak dijumpai di bidang pendidikan seperti mengingat, memahami dan mengaplikasikan hingga ke proses-proses kognitif yang jarang dijumpai yakni Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.

D. Tingkat Dimensi Psikomotorik

Ranah psikomotor ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat oleh Bloom yang terdiri dari (Surya, 2013: 123):

1. Persepsi, menggunakan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerak

2. Kesiapan, meliputi kesiapan fisik, mental, dan emosional

3. Respon terpimpin, tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

4. Mekanisme, membiasakan gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.

5. Respon tampak yang kompleks, gerakan motoris yang terampil terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks di dalamnya.

6. Penyesuaian, yaitu keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai situasi.

7. Penciptaan, yaitu membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

E. Tingkat Dimensi Afektif

Pembagian ranah afektif menurut H. Mustaqim (2001: 39) adalah sebagai berikut :

1. Menyimak, meliputi bersedia menerima, memperhatikan secara selektif atau terkontrol, dan memperhatikan secara sadar

2. Merespon, meliputi bersikap responsif (menanggapi secara aktif), bersedia menanggapi, dan merasa puas dalam merespon.

3. Menghargai, mencakup menerima nilai dengan baik, merasa wajib melakukan nilai.

4. Mengorganisasi nilai, meliputi mengendalikan tingkah laku yang sesuai dengan nilai

5. Mewatak, yaitu memberlakukan secara umum seperangkat nilai, menjunjung tinggi dan memperjuangkan nilai.

F. Simulasi Komputer

Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika tanpa melakukan percobaan secara langsung di laboratorium (Suparno, 2013: 117). Simulasi komputer dapat membantu guru dalam menyampaikan beberapa materi yang sulit untuk dibayangkan seperti efek fotolistrik.

Beberapa keuntungan menggunakan metode simulasi komputer yang dapat membantu proses pembelajaran (Suparno, 2013: 119 – 120):

a. Dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun sehingga siswa dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama tanpa terikat guru, jam atau waktu.

b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya mahal, dengan cara yang murah dan mudah bahkan dapat dilihat oleh siswa lebih jelas. Misalnya percobaan nuklir, dapat dilihat dalam simulasi tanpa harus mencoba nuklir sendiri

c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam model sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya. Misalnya, model gerak atom atau molekul yang sulit dilihat mata dapat dilakukan dengan simulasi komputer.

d. Di internet banyak sekali percobaan dengan simulasi yang dapat dijadikan tugas siswa untuk mengamati dan mempelajarinya.

e. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang mereka lakukan dan lihat.

G. Simulasi PhET

Simulasi PhET adalah salah satu metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi berupa komputer yang menggunakan aplikasi PhET. Aplikasi PhET (Physics Education Technology) adalah aplikasi yang berisi berbagai simulasi interaktif fenomena-fenomena fisis berbasis riset atau virtual laboratorium yang dikembangkan oleh Universitas Colorado. Simulasi PhET menggunakan animasi yang interaktif yang serupa dengan praktikum atau eksperimen tetapi bersifat virtual. Simulasi PhET dibuat seperti permainan dimana siswa dapat belajar dengan mencoba dan bereksplorasi sendiri tetapi dalam pengawasan dan bimbingan dari guru.

Pengaturan simulasi PhET ini sangatlah sederhana dan mudah digunakan seperti click, drag, menggeser, mengubah angka sesuai dengan angka yang diinginkan juga terdapat tombol-tombol. Simulasi PhET juga menampilkan hal-hal yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata telanjang seperti atom, elektron, foton, dan medan listrik sehingga dapat

memberikan gambaran kepada siswa agar lebih mudah dalam mempelajari konsep fisika.

Simulasi PhET dibuat dalam Java dan Flash. Jika pada komputer sudah terpasang Java, maka simulasi PhET dapat langsung digunakan langsung dari website PhET. Tetapi jika pada komputer belum terpasang Java, maka akan ada beberapa aplikasi yang tidak dapat dibuka karena terbuat dari Java.

Seperti yang dijelaskan simulasi PhET dapat diunduh di website (http://phet.colorado.edu) yang kemudian akan tampil seperti gambar 2.1 dan 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2. Tampilan simulasi PhET untuk materi elastisitas khususnya hukum Hooke

H. Hasil Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, merupakan pengerian belajar menurut Hintzman ( Syah, 1995: 89). Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk apapun memungkinkan disebut sebagai belajar, sebab sampai pada batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian orang yang bersangkutan.

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Ciri-ciri belajar (Khairani, 2013: 8-9), yaitu:

a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of behavior). Ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu. Ada tidaknya hasil belajar hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang dapat diamati.

b) Perubahan perilaku relatif permanen, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah, akan tetapi dilain pihak tingkah laku tersebut tidak akan terpancar seumur hidup.

c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. Artinya hasil belajar tidak selalu serta merta terlihat segera setelah selesai belajar. Hasil belajar terus berproses setelah kegiatan belajar selesai.

d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman, artinya belajar itu harus dilakukan secara aktif, sengaja, terencana, bukan karena peristiwa insindental.

e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat, memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Syah, 1995: 132-139), yaitu:

a) Faktor internal, yakni kondisi fisik dan mental siswa, juga inteligensi, sikap, minat, motivasi dan bakat siswa

b) Faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa baik sosial dan non-sosial

c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode belajar yang digunakan oleh siswa.

3. Hasil belajar

Hasil belajar tidak hanya dilihat dari satu aspek saja tetapi dapat dilihat dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Hasil belajar juga diperoleh berdasarkan pemahaman dan pendalaman materi yang diberikan. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan dan hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami materi yang telah diajarkan serta mengalami perubahan tingkah laku yang lebih baik.

Beberapa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah sebagai berikut (Surya, 2013: 111-113) :

a) Perubahan yang disadari, artinya individu yang mengikuti proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah.

b) Perubahan yang bersifat kontinu, artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.

c) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.

d) Perubahan yang bersifat positif, artinya perubahan yang didapatkan senantiasa bertambah. Misalnya ilmu menjadi lebih banyak, prestasi pun semakin meningkat.

e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan terjadi melalui serangkaian aktivitas yang terencana dan terarah.

f) Perubahan yang bersifat menetap, artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pembelajaran akan kekal dalam diri individu atau setidaknya untuk masa tertentu.

g) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan tersebut terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.

I. Materi Elastisitas

Materi Elastisitas ini diambil dari beberapa referensi buku fisika diantaranya :

 Terpadu Fisika SMA/MA jilid 2A untuk kelas XI Semester 1 yang ditulis oleh Bob Foster dan diterbitkan oleh Erlangga

 LKS Kuantum untuk SMA/MA IPA Cilacap

 Fisika untuk Sains dan Teknik jilid1 edisi ketiga yang ditulis oleh Paul A. Tipler dan diterbitkan oleh Erlangga

1. Elastisitas Zat Padat

Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan pada benda itu dihilangkan. Berdasarkan elastisitasnya, benda dibedakan atas:

 Benda elastis, contohnya pegas, karet, penggaris, baja yang tipis, kaca, kayu yang tipis, dan karet.

 Benda plastis, contohnya tanah liat, plastisin, adonan tepung kue, plastik. Namun demikian, tidak sembarang gaya luar yang diberikan pada benda elastis akan dapat menunjukkan sifat elastisitasnya. Perhatikan gambar 2.3 grafik gaya F terhadap pertambahan panjang bahan L berikut:

Gambar 2.3 Grafik gaya terhadap panjang bahan

Daerah dimana benda masih bersifat elastis, yaitu O-A disebut daerah elastik. Daerah dimana benda sudah bersifat plastis, yaitu A-B disebut daerah plastis. Titik A disebut batas elastisitas, sedangkan titik B disebut titik patah. OA berbentuk garis linear, AB berbentuk garis lengkung.

F

L

A B

2. Stress (Tegangan) (  )

Stress atau tegangan adalah perbandingan antara gaya yang dialami benda dengan luas penampang benda atau gaya per satuan luas penampang.

(2.1)

Jika benda berbentuk silinder (misalnya kawat), gunakan A = R2 dengan,

 : tegangan atau stress (Nm-2 atau Pa) A : luas penampang benda (m2)

F : gaya pada bahan (N)

R : jari-jari penampang benda (m)

3. Strain (Regangan) ( e )

Strain atau regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang benda mula-mula.

(2.2)

dengan,

e : strain atau regangan ( tanpa satuan )

L : pertambahan panjang (m) A F   L L e  

L : panjang mula-mula (m)

4. Modulus Elastis (E) atau Modulus Young (Y)

Modulus elastis atau disebut juga modulus Young adalah ukuran ketahanan suatu zat terhadap perubahan panjang ketika benda tersebut diberi gaya. Modulus Young didapat dengan cara membandingkan tegangan dan regangan yang dialami oleh benda elastis.

(2.3) L L A E F . . (2.4) dengan :

E : modulus elastis atau modulus Young (Nm-2 atau Pa) 5. Hukum Hooke

Hukum Hooke adalah suatu hukum fisika tentang pertambahan panjang suatu benda elastik yang dikenai suatu gaya. Hukum ini diusulkan oleh seorang arsitek yang bernama Robert Hooke. Beliau dapat mengusulkan hukum ini setelah melakukan serangkaian uji coba untuk mengetahui efek pertambahan panjang pegas akibat pembebanan dengan desain sebagai berikut:

Sebelum diberi beban, panjang pegas mula-mula xo. Ketika beban digantung di ujung bawah pegas, gaya berat beban menarik pegas sehingga panjang pegas menjadi x. Pegas bertambah panjang sebesar x = x – xo.

Setelah serangkaian uji coba yang dilakukan, menurut beliau pertambahan panjang suatu benda yang relatif kecil berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda apabila gaya yang diberikan tidak melampaui batas elastis pegas. Secara matematis, persamaan tersebut dapat ditulis

x

k

F  .

(2.5) dengan,

F : Gaya Pemulih pada pegas (N)

Gaya pemulih disini merupakan besaran vektor. k : konstanta gaya atau konstanta pegas (Nm-1)

x : pertambahan panjang pegas (m)

Pertambahan panjang adalah besaran vektor karena pertambahan panjang merupakan perpindahan

Keterangan :

Tanda negatif pada persamaan hukum Hooke menunjukkan bahwa arah gaya Hooke (gaya pemulih) pada pegas berlawanan dengan arah perubahan panjang. Bila pegas ditarik ke bawah, maka arah gaya pemulih ke atas, dan berlaku sebaliknya. Dengan kata lain, arah gaya pemulih berlawanan dengan arah gaya yang merubah bentuk pegas.

6. Rangkaian Pegas Rangkaian Seri :

Gambar 2.4 pegas yang dirangkai seri

Pada rangkaian seperti ini maka gaya sebesar F bekerja pada masing-masing pegas dan besar x merupakan penjumlahan dari pertambahan panjang masing-masing pegas (x1, x2, x3, … xn)

x = x1 + x2 + x3 + … + xn (2.6)

Menurut hukum Hooke,  ⁄ , sehingga persamaan (2.6) dapat dikembangkan untuk mendapatkan besar konstanta pegas pengganti rangkaian seri . Maka tetapan pegas total untuk rangkaian seri adalah sebagai berikut

(2.7) 3 2 1 1 1 1 1 k k k ks    (2.8) ks : konstanta total rangkaian seri

k1

k2

Rangkaian Paralel :

k1 k2 k3

Gambar 2.5 pegas yang dirangkai paralel

Pada rangkaian paralel seperti ini, maka gaya sebesar F teragi ke masing-masing pegas dan setiap pegas bertambah panjang dengan besar yang sama.

(2.9)

Menurut hukum Hooke, , sehingga persamaan (2.9) dapat dikembangkan untuk mendaparkan besar konstanta pengganti rangkaian paralel yaitu sebagai berikut:

(2.10) (2.11) (2.12)

7. Tetapan Gaya

Untuk sembarang benda elastis, besarnya tetapan gaya (k) diperoleh dengan cara sebagai berikut:

(Hukum Hooke) (2.13)

(hubungan gaya dengan modulus elastis bahan)

(2.14)

(2.15) dengan,

k : tetapan gaya bahan elastis (Nm-1)

E : modulus elastis atau modulus Young (Nm-2) A : luas penampang bahan (m2)

L : panjang bahan (m)

(Perhatikan bahwa notasi pertambahan panjang pegas adalah x, sedangkan pertambahan panjang bahan elastis selain pegas biasa dinotasikan sebagai L).

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan skor atau angka sebagai data, lalu data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistika. (Suparno 2007: 135).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest - Posttest Control Group Design. Desain ini menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas treatment/eksperimen. Metode pengajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode ceramah, sedangkan untuk kelas eksperimen/treatment metode pengajaran yang digunakan adalah metode simulasi PhET. Sebelum memulai melakukan perlakuan, kedua kelas diberikan pretest. Setelah selesai perlakuan kedua kelas diberi posttest.

Pada kedua kelas, pembelajaran diawali dengan perkenalan lalu memberikan tes awal (pretest) untuk menguji pengetahuan awal siswa kelas XI IPA 2 (sebagai kelas kontrol) dan kelas XI IPA 1 (sebagai kelas treatment) SMA Yos Sudarso Cilacap pada materi Hukum Hooke kemudian dilanjutkan dengan proses pembelajaran. Untuk pertemuan pertama, di kelas kontrol langsung digunakan untuk memulai pembelajaran dengan metode ceramah. Sedangkan di kelas treatment digunakan untuk memperkenalkan simulasi

PhET secara umum serta cara penggunaan simulasi PhET pada materi Hukum Hooke, lalu pada pertemuan kedua pembelajaran dimulai dengan menggunakan simulasi PhET.

Setelah pembelajaran dengan metode yang berbeda terkait materi hukum Hooke telah selesai pada kedua kelas, maka dilakukan test akhir (posttest) untuk mengetahui peningkatan pemahaman pada materi Hukum Hooke pada siswa kelas XI IPA SMA Yos Sudarso Cilacap.

Design penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Pre-Test and Post-Test Kontrol Group

Treatment Group O1 X1 O1’

Kontrol Group O2 X2 O2

Keterangan:

O1 : Pretest kelas treatmen

X1 : Pembelajaran dengan metode simulasi PhET O1’ : Posttest kelas treatmen

O2 : Pretest kelas kontrol

X2 : Pembelajaran dengan metode ceramah O2’ : Posttest kelas kontrol

C. Subyek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2018/2019.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 sebagai kelas treatment dan kelas XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol.

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan ini dilaksanakan di SMA Yos Sudarso Cilacap pada tanggal 8 sampai dengan tanggal 12 Oktober 2018.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang menyatakan objek atau hal yang nilainya berbeda seperti kemampuan, nilai, minat, motivasi, dan lainnya ( Suparno, 2007: 29). Variabel bebas adalah variabel yang berdiri sendiri. Variabel terikat adalah variabel yang nilai atau hasilnya bergantung pada variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang

Dokumen terkait