PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIMULASI PHET TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS XI MIPA SMA YOS SUDARSO
CILACAP TERKAIT MATERI ELASTISITAS SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Astuti Hestiningrum
NIM : 141424002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Bukan jadilah yang terbaik, tetapi lakukanlah yang terbaik dan teruslah berdoa
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada :
1. Universitas Sanata Dharma
2. Program Studi Pendidikan Fisika
3. Keluarga: Kedua orang tua saya yaitu R. Sumarto dan Surati beserta kedua
adik saya, Aditiya S.S dan Retno P.P.
4. Sahabat-sahabat saya: Agatha, Stella, Vero, Anas, Dewa dan Aan
5. Teman-teman Pendidikan Fisika 2014, boarding house family, sahabat
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Januari 2019
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Astuti Hestiningrum
NIM : 141424002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya
yang berjudul:
“PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIMULASI PHET TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS XI MIPA SMA YOS SUDARSO CILACAP TERKAIT MATERI ELASTISITAS”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Januari 2019
Yang menyatakan
Astuti Hestiningrum Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Hestiningrum, Astuti. 2019. Pengaruh Penggunaan Metode Simulasi PhET Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Kelas XI MIPA SMA Yos Sudarso Cilacap Terkait Materi Elastisitas. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: 1) tingkat pemahaman awal
siswa terkait materi elastisitas sebelum penerapan metode simulasi PhET; 2)
tingkat pemahaman akhir siswa terkait materi elastisitas sesudah penerapan
metode simulasi PhET; 3) pengaruh metode simulasi PhET terhadap pemahaman
siswa terkait materi elastisitas.
Sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI MIPA 1 dan 2. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 di SMA Yos Sudarso Cilacap. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
menggunakan Pretest dan Posttest Control Group Design. Data pretest dan
posttest dianalisis menggunakan uji T untuk kelompok independen dan kelompok
dependen. Analisis data ini menggunakan bantuan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tingkat pemahaman awal siswa
termasuk pada kategori sedang untuk aspek kognitif dan psikomotorik, lalu
termasuk kategori tinggi pada aspek afektif; 2) tingkat pemahaman akhir siswa
termasuk pada kategori sangat tinggi untuk aspek kognitif, lalu termasuk kategori
tinggi untuk aspek psikomotorik, dan afektif; 3) metode simulasi Phet dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif
terkait materi elastisitas. Tetapi peningkatan pemahaman pada aspek kognitif dan
psikomotorik yang terjadi tidak lebih baik dari metode ceramah interaktif yang
digunakan di kelas kontrol. Sedangkan untuk aspek afektif, peningkatan
pemahaman yang terjadi pada siswa di kelas treatment yang menggunakan
metode simulasi PhET lebih baik dari siswa di kelas kontrol.
ix ABSTRACT
Hestiningrum, Astuti. 2019. The Effect of Using PhET Simulation Methods on the Level of Understanding of Class XI MIPA Students at Yos Sudarso High School in Cilacap Regarding the Material of Elasticity. Essay. Yogyakarta: Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences Educations. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.
The purpose of this study is to find out: 1) the level of students' initial understanding of the material elasticity before applying the PhET simulation method; 2) the level of students' final understanding regarding the material elasticity after the application of the PhET simulation method; and 3) the influence of the PhET simulation method on student understanding regarding the material elasticity.
The sample used was students of class XI MIPA 1 and 2. The study was conducted in October 2018 in Yos Sudarso High School Cilacap. The research design used in this study is quantitative by using Pretest and Posttest Control Group Design. The pretest and posttest data were analyzed using the T test for the independent and dependent groups. This data analysis uses the SPSS program assistance.
The results showed that: 1) the level of initial understanding of students included in the medium category for cognitive and psychomotor aspects, then included in the high category on affective aspects; 2) the level of final understanding of students included in the very high category for cognitive aspects, then including the high category for psychomotor, and affective aspects; 3) Phet simulation methods can improve students' understanding of cognitive, psychomotor, and affective aspects related to material elasticity. But the increase in understanding of the cognitive and psychomotor aspects that occur is not better than the interactive lecture method used in the control class. Whereas for the affective aspect, the increase in understanding that occurs in students in the treatment class using the PhET simulation method is better than the students in the control class.
.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat kasih dan karunia -Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIMULASI PhET TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS XI MIPA SMA YOS SUDARSO CILACAP TERKAIT MATERI ELASTISITAS ”.
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana. Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan berbagai pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga
proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ. selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia membimbing dengan perhatian, serta telah banyak meluangkan
waktu dan masukan selama penulisan proposal hingga penyelesaian
skripsi.
3. Bapak Drs. Aluisius Sutrisna selaku Kepala SMA Yos Sudarso Cilacap
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA
tersebut.
4. Bapak Drs. Sunarto selaku Guru mata pelajaran Fisika Kelas XI IPA 1 dan
XI IPA 2 yang telah berkenan membimbing selama proses pengambilan
xi
5. Ibu Anastasia Elis Setyawati, S.Pd, Bapak Widarto, M.Pd., dan Bapak
Suharno, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Fisika di SMA Yos Sudarso
Cilacap yang telah membimbing saya.
6. Bapak Yustinus Ary Widyanto, S.Kom. selaku guru mata pelajaran TIK
yang telah membantu dan membimbing saya dalam menggunakan
laboratorium komputer.
7. Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku validator untuk soal tes dan angket
yang bersedia memberikan saran dan masukan yang baik bagi penelitian.
8. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
9. Bapak Drs. Aufridus Atmadi M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
10. Segenap Staf sekretariat JPMIPA atas kerja samanya dalam membantu
pembuatan surat ijin penelitian.
11. Segenap staf SMA Yos Sudarso Cilacap yang telah membantu mengurus
surat perizinan penelitian
12. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, semangat,
masukan dan doa selama menjalani perkuliahan hingga dalam
penyelesaian skripsi ini.
13. Adik - adik dan keluarga yang telah memberikan dukungan, masukan dan
doa selama penyelesaian skripsi ini.
14. Sahabat saya (Agatha, Aan, Dewa) yang selalu memberikan dorongan
xii
15. Sahabat sekaligus rekan satu tim dalam skripsi ini : Anas, Vero, Stella dan
Tessa yang telah memberikan semangat, bantuan, partisipasi dan
kerjasama yang baik selama menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat MMA, boarding house family, serta keluarga Piji yang telah
memberikan semangat dan dukungan mental.
17. Teman-teman dari pendidikan fisika angkatan 2014 yang telah berjuang
bersama-sama selama masa kuliah.
18. Icha, Rosni, Ike, Tessa, Sr. Friska, vero, mbak Ana,dan mbak Kress yang
telah bersedia menemani saya dan bersedia saya repotkan sebelum sidang
hingga semuanya berjalan dengan baik.
19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan, bantuan, dan doa baik selama penyelesaian skripsi
ini.
Yogyakarta, 23 Januari 2019
Penulis
Astuti Hestiningrum Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xvi
DAFTAR TABEL ...xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...xix
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Batasan Masalah...5
D. Tujuan ...6
E. Manfaat ...6
BAB II. DASAR TEORI ...7
A. Filsafat Konstruktivisme ...7
B. Pemahaman ...8
1. Pengertian Pemahaman ...8
2. Faktor yang mempengaruhi pemahaman ...8
C. Tingkat Dimensi Kognnitif ...10
D. Tingkat Dimensi Psikomotorik ...12
E. Tingkat Dimensi Afektif ...13
F. Simulasi Komputer ...14
G. Simulasi PhET ...15
H. Hasil Belajar ...17
1. Pengertian belajar ...17
xiv
3. Hasil belajar ...19
I. Materi Elastisitas ...20
1. Elastisitas Zat Padat ...21
2. Stress (Tegangan) ...22
3. Strain (Regangan) ...22
4. Modulus Elastis atau Modulus Young ...23
5. Hukum Hooke ...23
6. Rangkaian Pegas ...25
7. Tetapan Gaya ...27
BAB III. METODE PENELITIAN...28
A. Jenis Penelitian ...28
B. Desain Penelitian ...28
C. Subyek Penelitian ...30
1. Populasi Penelitian ...30
2. Sampel Penelitian ...30
D. Waktu dan Lokasi Penelitian ...30
E. Variabel Penelitian ...30
F. Treatmen ...30
1. Kelas treatment ...30
2. Kelas Kontrol ...31
G. Instrumen Penelitian...32
1. Instrumen Proses Pembelajaran ...32
2. Instrumen Pengumpulan Data ...32
a. Tes ...32
b. Angket ...35
H. Validitas Instrumen ...37
I. Metode Analisis Data ...37
a. Penskoran Test ...37
b. Pengkategorian Hasil Skor ...43
c. Uji Statistik ...43
BAB IV. DATA DAN ANALISIS ...46
A. Deskripsi Penelitian ...46
1. Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen ...47
2. Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol ...50
B. Data ...54
1. Skor Pretest dan Posttest Aspek Kognitif ...54
2. Skor Pretest dan Posttest Aspek Psikomotorik ...55
3. Skor Pretest dan Posttest Aspek Afektif ...56
C. Analisis Data ...57
1. Pengkategorian Skor Pretest dan Posttest Siswa ...57
a) Kelas Treatmen ...57
b) Kelas Kontrol ...58
xv
a. Peningkatan Tingkat Pemahaman Siswa pada Aspek
Kognitif ...59
b. Peningkatan Tingkat Pemahaman Siswa pada Aspek Psikomotorik ...62
3. Analisis Non-Tes untuk Mengaetahui Peningkatan Tingkat Pemahaman Siswa pada Aspek Afektif ...64
D. Pembahasan ...66
1. Tingkat Pemahaman Awal Siswa Sebelum Mengikuti Pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi PhET ...66
a. Aspek Kognitif ...66
b. Aspek Psikomotorik ...67
c. Aspek Afektif ...67
2. Tingkat Pemahaman Akhir Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran ...68
a. Aspek Kognitif ...68
b. Aspek Psikomotorik ...69
c. Aspek Afektif ...69
3. Pengaruh Metode Simulasi PhET ...70
E. Keterbatasan Penelitian ...72
BAB V. PENUTUP ...73
A. Kesimpulan ...73
B. Saran ...74
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori-kategori dalam dimensi kognitif ...10
Tabel 3.1 Pre-Test and Post-Test Kontrol Group ...29
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest ...33
Tabel 3.3 Kisi-kisi pernyataan angket ...35
Tabel 3.4 Pernyataan angket ...35
Tabel 3.5 Teknik penskoran soal pretest dan posttest untuk tingkat pemahaman siswa berdasarkan hasil belajar pada aspek kognitif dan aspek psikomotorik ...38
Tabel 3.6 Teknik penskoran angket untuk tingkat pemahaman siswa pada aspek afektif ...43
Tabel 3.7 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif ...43
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian di SMA Yos Sudarso Cilacap ...46
Tabel 4.2 Data skor pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol pada aspek kognitif ...54
Tabel 4.3 Data skor pretest dan posttest kelas treatmen dan kelas kontrol pada aspek psikomotorik ...55
Tabel 4.4 Data skor pretest dan posttest pada aspek afektif kelas treatmen dan kelas kontrol ...56
Tabel 4.5 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek kognitif ...57
Tabel 4.6 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek psikomotorik...57
xvii
Tabel 4.8 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek
kognitif ...58
Tabel 4.9 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek psikomotorik...59
Tabel 4.10 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek afektif ...59
Tabel 4.11 Ringkasan Pengujian Hasil Belajar Aspek Kognitif ...60
Tabel 4.12 Ringkasan Pengujian Hasil Belajar Aspek Psikomotorik ...62
xviii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tampilan awal simulasi PhET ...16
Gambar 2.2 Tampilan simulasi PhET untuk materi elastisitas khususnya hukum Hooke ...17
Gambar 2.3 Grafik gaya terhadap panjang bahan ...21
Gambar 2.4 Pegas yang dirangkai seri ...25
Gambar 2.5 Pegas yang dirangkai paralel ...26
Gambar 4.1 Siswa kelas XI MIPA 1 mengerjakan soal pretest ...47
Gambar 4.2 Siswa kelas XI MIPA 1 mengerjakan LKS di Lab Komputer ...49
Gambar 4.3 Siswa Kelas XI MIPA 1 Mengerjakan Posttest ...50
Gambar 4.4 Siswa kelas XI MIPA 2 mengerjakan soal pretest ...51
Gambar 4.5 Siswa Kelas XI MIPA 2 Mengerjakan latihan soal...53
xix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat permohonan izin penelitian ...78
Lampiran 2 Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian ...79
Lampiran 3 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas kontrol ...80
Lampiran 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas treatment ...86
Lampiran 5 Soal Pretest dan Posttest ...93
Lampiran 6 Angket Pretest dan Posttest ...94
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas treatment ...97
Lampiran 8 Contoh hasil pengerjaan soal dan angket pretest kelas treatment ...109
Lampiran 9 Contoh hasil pengerjaan soal dan angket posttest kelas treatment ...116
Lampiran 10 Contoh hasil pengerjaan soal dan angket pretest kelas kontrol ...123
Lampiran 11 Contoh hasil pengerjaan soal dan angket posttest kelas kontrol ...129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana
dalam suatu proses pembelajaran agar dapat mengembangkan potensi siswa
untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, akhlak
mulia, kecerdasan serta ketrampilan yang diperlukannya untuk menjadi bagian
dari masyarakat nasional maupun dunia. Pendidikan bertujuan untuk
memberikan pengetahuan baru bagi siswa dan meningkatkan kualitas siswa
yang berkaitan dengan kegiatan belajar yang dapat menunjang pencapaian
tujuan. Kegiatan belajar atau proses pembelajaran dapat terjadi secara formal
dan non-formal. Pendidikan secara formal dilakukan di sekolah, sedangkan
pendidikan non-formal dilakukan di luar sekolah contohnya les tambahan yang
dilakukan di luar sekolah.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menyampaikan materi
dengan baik dan benar agar siswa tertarik untuk belajar sehingga siswa dapat
memahami dan mempelajari materi yang telah disampaikan guru dengan baik
dan benar. Terdapat tiga golongan faktor yang mempengaruhi belajar siswa,
yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri seperti
motivasi, minat, inteligensi, kesehatan dan cara belajar siswa. Faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti keluarga, sekolah, dan
belajar siswa yang meliputi metode yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran (Syah, 2004: 144).
Dalam suatu proses pembelajaran faktor-faktor yang telah disebutkan
sebelumnya merupakan faktor yang penting dan saling berkaitan. Apabila
faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar yang digunakan baik, tetapi
faktor internal siswa kurang baik, maka pengetahuan dan pemahaman yang
didapatkan siswa menjadi kurang maksimal. Apabila faktor internal dan
eksternal baik tetapi faktor pendekatan belajarnya kurang baik, maka faktor
internal yang siswa miliki seperti minat dan motivasi akan berkurang sehingga
pengetahuan dan pemahaman yang didapat siswa menjadi kurang maksimal.
Apabila ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, maka pengetahuan dan
pemahaman yang didapatkan siswa akan menjadi maksimal.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibagi menjadi 3 cabang yaitu fisika,
biologi dan kimia. Fisika adalah cabang IPA yang mempelajari gejala alam
yang tidak hidup yang dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen dan
teori. Fisika secara pengamatan dan eksperimen, fisika dapat dialami secara
langsung ketika eksperimen. Sedangkan fisika secara teori dapat dipelajari
dengan berpegang pada teori yang telah ditemukan sebelumnya. Karena teori
yang ada pada fisika tergolong banyak, maka terdapat banyak rumus
didalamnya. Selain itu, terkadang satu rumus dengan rumus yang lain dapat
saling terhubung.
Menurut beberapa siswa hal tersebut yang membuat fisika menjadi
jengah karena banyaknya rumus yang ada yang dapat membuat mereka
merasa pusing, bingung dan tidak tertarik untuk belajar fisika. Ada yang
bertanya “ kapan pelajaran ini selesai?”, “saya tidak mengerti apa-apa, lebih
baik saya mengerjakan hal yang lain yang membuat saya tertarik”, dan
berbagai pertanyaan lainnya yang dapat membuat mereka cepat terbebas dari
fisika. Oleh karena itu diperlukan metode yang dapat menarik perhatian
siswa, salah satunya adalah dengan menggunakan metode simulasi komputer.
Seiring perkembangan Ilmu Teknologi dan Informasi saat ini banyak
media yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika, seperti simulasi
komputer. Simulasi komputer adalah model pembelajaran yang menggunakan
komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika melalui monitor
komputer sehingga siswa dapat mempelajari dan melakukan suatu percobaan
dimanapun dan kapanpun siswa ingin melakukan percobaan (Suparno, 2013:
113).
Salah satu simulasi komputer yang dapat digunakan adalah Virtual
Laboratory PhET (Physics Education Technology). PhET adalah suatu
aplikasi yang menyediakan simulasi fenomena fisik berbasis penelitian yang
dapat mengajak siswa untuk belajar dengan cara eksplorasi langsung sehingga
siswa dapat melihat secara langsung fenomena-fenomena fisika. Siswa
diharapkan menjadi lebih tertarik dan lebih aktif pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas
“Proses Belajar Metode Problem Solving Berbantuan Simulasi PhET : Studi
Kasus Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2
Klaten Materi Hukum Gay-Lusac”. Pada penelitian tersebut siswa diberi
treatment berupa simulasi PhET dalam kelompok terdiri dari 3 siswa. Salah
satu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa proses belajar dengan
menggunakan metode problem solving berbantuan simulasi PhET ternyata
dapat meningkatkan keaktifan, eksplorasi dan dinamika siswa dalam
mempelajari fisika.
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan bukan studi kasus
atau kualitatif, melainkan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua kelas di
satu sekolah dengan menggunakan metode ceramah untuk kelas kontrol dan
metode simulasi PhET untuk kelas treatment. Salah satu hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi
PhET dapat meningkatkan pemahaman siswa pada aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif siswa.
Peneliti menggunakan metode ini berdasarkan pengalaman peneliti
ketika bersekolah dan ketika menjalani Program Pengalaman Lapangan
(PPL). Metode ini sama sekali belum pernah diterapkan oleh guru dari
peneliti ketika peneliti bersekolah dan pada saat PPL dilakukan pun peneliti
dan guru pembimbing peneliti tidak menerapkan metode ini. Selain itu
metode simulasi PhET ini memiliki kelebihan yaitu dapat diakses dimana saja
selama ada koneksi internet, beberapa simulasi dapat didownload, juga ada
mengulang-ulang pembelajaran dengan menggunakan simulasi PhET
kapanpun siswa inginkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode ini
agar baik siswa maupun guru memiliki pengetahuan tentang penggunaan
teknologi informasi sebagai media pembelajaran fisika.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “
PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIMULASI PhET TERHADAP
TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS XI MIPA SMA YOS
SUDARSO CILACAP TERKAIT MATERI ELASTISITAS
“.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah tingkat pemahaman awal siswa terkait materi elastisitas
sebelum penerapan metode simulasi PhET ?
2. Bagaimanakah tingkat pemahaman akhir siswa terkait materi elastisitas
sesudah penerapan metode simulasi PhET ?
3. Bagaimanakah pengaruh metode simulasi PhET terhadap pemahaman siswa
terkait materi elastisitas ?
C. Batasan Masalah
Materi yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada materi
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Tingkat pemahaman awal siswa terkait materi elastisitas sebelum
penerapan metode simulasi PhET.
2. Tingkat pemahaman akhir siswa terkait materi elastisitas sesudah
penerapan metode simulasi PhET.
3. Pengaruh metode simulasi PhET terhadap tingkat pemahaman siswa terkait
materi elastisitas.
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi :
1. Guru
Dengan ini, hasil penelitian diharapkan dapat membantu guru menambah
referensi media pembelajaran berbasis komputer dan menambah desain
pembelajaran yang efektif dan menarik minat siswa untuk belajar fisika.
2. Penelitian
Dapat dijadikan sumber informasi pembelajaran fisika menggunakan
metode simulasi PhET yang berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa.
3. Siswa
Dapat membuat siswa menjadi berminat dan termotivasi untuk
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Filsafat Konstruktivisme
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan terjadi. Filsafat konstruktivisme
menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, tetapi
sesuatu yang harus dibentuk di dalam pikiran masing-masing individu. Dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif
melalui kegiatan berpikir yang dilakukan oleh seseorang (Von Glasersfeld
dalam Bettencourt, 1989 dalam Suparno, 2013: 14). Karena pengetahuan
dikonstruksikan atau dibangun, maka proses ini berjalan terus menerus karena
adanya suatu pemahaman baru (Piaget, 1971 dalam Suparno, 2013: 14)
Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk melalui
kegiatan berpikir, maka siswa haruslah aktif dalam berpikir. Tanpa keaktifan,
siswa tidak akan mendapat tambahan pengetahuan atau yang paling buruk
siswa tidak akan mengerti apa-apa. Pengetahuan dibentuk di dalam pikiran
setiap individu, maka sangatlah kecil peluang terjadinya transfer pengetahuan
karena pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja.
Pengetahuan hanya dapat diberikan kepada siswa untuk dikonstruksi secara
aktif oleh siswa itu sendiri. Siswa harus mencari makna, membandingkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan menyelesaikan
mereka perlukan dalam pengetahuan baru untuk mempertanggungjawabkan
pengetahuan yang didapat terhadap hasil belajar mereka.
B. Pemahaman
1. Pengertian pemahaman
Menurut Benyamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50)
pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Pemahaman merupakan hasil dari pengetahuan yang telah diterima dan
diolah oleh siswa melalui kegiatan berpikir. Seorang siswa dikatakan paham
terhadap materi pelajaran yang diajarkan apabila siswa tersebut dapat
memberikan contoh lain selain yang diberikan guru mengenai materi
pelajaran yang telah diajarkan.
2. Faktor yang mempengaruhi pemahaman
Ada 2 faktor yang mempengaruhi pemahaman, yaitu:
a. Faktor intern, yaitu faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa dari
dalam yaitu kondisi individu atau siswa tersebut yang terdiri dari kondisi
fisiologi dan psikologis anak.
1) Kondisi fisiologis anak
Kondisi fisiologis anak sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar anak. Fisiologis ialah kondisi fisik dan panca inderanya.
Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak
proses belajar. Disamping itu, indera penglihatan dan pendengaran
juga tidak kalah penting karena sebagian besar orang belajar tidak
lepas dari kedua indera tersebut.
2) Kondisi psikologis anak
Kondisi psikologis anak yaitu minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan
kemampuan-kemampuan kognitif.
b. Faktor ekstern
1) Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
yang meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan
alami berupa suhu, kelembaban udara dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan sosial dapat berwujud manusia maupun representasi
(wakil) manusia seperti potret dan rekaman lingkungan sosial yang
lain seperti suara mesin serta lingkungan yang jorok dapat
mengganggu belajar siswa.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor-faktor yang pengadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras
(hardware) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum,
perpustakaan dan sebagainya; maupun faktor-faktor lunak (software)
seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman-pedoman
C. Tingkat Dimensi Kognitif
Menurut Benyamin S. Bloom, dimensi kognitif lebih menekankan beberapa
kategori proses, seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kategori-kategori dalam dimensi kognitif Kategori Proses Nama-nama lain Definisi dan contoh
1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka penting
1.1. Mengenali Mengidentifikasi
Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan relevan dan memori jangka panjang.
2. MEMAHAMI – Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
2.1.Menafsirkan gambaran jadi bentuk lain.
2.2.Mencontohkan
Mengilustrasikan, Memberi contoh.
Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip
2.3.Mengklasifi-kasikan
Mengkategorikan, Mengelompokkan
Menentukan sesuatu dalam satu kategori.
2.4.Merangkum
Mengabstraksi, Menggeneralisasi
Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok.
Kategori Proses Nama-nama lain Definisi dan contoh
2.7.Menjelaskan Membuat model
Membuat model sebab-akibat dalam sebuah system.
3. MENGAPLIKASIKAN – menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
3.1.Mengeksekusi Melaksanakan
Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier
3.2.Mengimple-mentasikan
Menggunakan
Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier
4. MENGANALISIS – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting.
4.2.Mengorgani-bias, nilai atau maksud di balik materi pelajaran.
5. MENGEVALUASI – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar. kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan
Kategori Proses Nama-nama lain Definisi dan contoh sedang dipraktikkan.
5.2.Mengkritik Menilai
Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah
6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
6.1.Merumuskan Membuat hipotesis
Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria.
6.2.Merencanakan Mendesain
Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas.
6.3.Memproduksi Mengkonstruksi
Menciptakan suatu produk.
Kategori-kategori pada tabel diatas mencakup proses kognitif yang paling
banyak dijumpai di bidang pendidikan seperti mengingat, memahami dan
mengaplikasikan hingga ke proses-proses kognitif yang jarang dijumpai yakni
Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.
D. Tingkat Dimensi Psikomotorik
Ranah psikomotor ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat oleh Bloom yang terdiri dari (Surya, 2013:
123):
1. Persepsi, menggunakan alat indera untuk menjadi pegangan dalam
2. Kesiapan, meliputi kesiapan fisik, mental, dan emosional
3. Respon terpimpin, tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang
kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
4. Mekanisme, membiasakan gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.
5. Respon tampak yang kompleks, gerakan motoris yang terampil terdiri dari
pola-pola gerakan yang kompleks di dalamnya.
6. Penyesuaian, yaitu keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dengan berbagai situasi.
7. Penciptaan, yaitu membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan
situasi atau permasalahan tertentu.
E. Tingkat Dimensi Afektif
Pembagian ranah afektif menurut H. Mustaqim (2001: 39) adalah sebagai
berikut :
1. Menyimak, meliputi bersedia menerima, memperhatikan secara selektif atau
terkontrol, dan memperhatikan secara sadar
2. Merespon, meliputi bersikap responsif (menanggapi secara aktif), bersedia
menanggapi, dan merasa puas dalam merespon.
3. Menghargai, mencakup menerima nilai dengan baik, merasa wajib
melakukan nilai.
4. Mengorganisasi nilai, meliputi mengendalikan tingkah laku yang sesuai
5. Mewatak, yaitu memberlakukan secara umum seperangkat nilai,
menjunjung tinggi dan memperjuangkan nilai.
F. Simulasi Komputer
Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program
komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika tanpa melakukan
percobaan secara langsung di laboratorium (Suparno, 2013: 117). Simulasi
komputer dapat membantu guru dalam menyampaikan beberapa materi yang
sulit untuk dibayangkan seperti efek fotolistrik.
Beberapa keuntungan menggunakan metode simulasi komputer yang
dapat membantu proses pembelajaran (Suparno, 2013: 119 – 120):
a. Dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun sehingga siswa dapat belajar
lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama tanpa terikat guru, jam atau
waktu.
b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya mahal,
dengan cara yang murah dan mudah bahkan dapat dilihat oleh siswa lebih
jelas. Misalnya percobaan nuklir, dapat dilihat dalam simulasi tanpa harus
mencoba nuklir sendiri
c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam model
sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya. Misalnya, model gerak
atom atau molekul yang sulit dilihat mata dapat dilakukan dengan simulasi
d. Di internet banyak sekali percobaan dengan simulasi yang dapat dijadikan
tugas siswa untuk mengamati dan mempelajarinya.
e. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat
membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat
membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang
mereka lakukan dan lihat.
G. Simulasi PhET
Simulasi PhET adalah salah satu metode pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi berupa komputer yang menggunakan aplikasi PhET.
Aplikasi PhET (Physics Education Technology) adalah aplikasi yang berisi
berbagai simulasi interaktif fenomena-fenomena fisis berbasis riset atau virtual
laboratorium yang dikembangkan oleh Universitas Colorado. Simulasi PhET
menggunakan animasi yang interaktif yang serupa dengan praktikum atau
eksperimen tetapi bersifat virtual. Simulasi PhET dibuat seperti permainan
dimana siswa dapat belajar dengan mencoba dan bereksplorasi sendiri tetapi
dalam pengawasan dan bimbingan dari guru.
Pengaturan simulasi PhET ini sangatlah sederhana dan mudah
digunakan seperti click, drag, menggeser, mengubah angka sesuai dengan
angka yang diinginkan juga terdapat tombol-tombol. Simulasi PhET juga
menampilkan hal-hal yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata
memberikan gambaran kepada siswa agar lebih mudah dalam mempelajari
konsep fisika.
Simulasi PhET dibuat dalam Java dan Flash. Jika pada komputer sudah
terpasang Java, maka simulasi PhET dapat langsung digunakan langsung dari
website PhET. Tetapi jika pada komputer belum terpasang Java, maka akan
ada beberapa aplikasi yang tidak dapat dibuka karena terbuat dari Java.
Seperti yang dijelaskan simulasi PhET dapat diunduh di website
(http://phet.colorado.edu) yang kemudian akan tampil seperti gambar 2.1 dan
2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2. Tampilan simulasi PhET untuk materi elastisitas khususnya hukum Hooke
H. Hasil Belajar
1. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
seseorang, merupakan pengerian belajar menurut Hintzman ( Syah, 1995:
89). Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk apapun
memungkinkan disebut sebagai belajar, sebab sampai pada batas tertentu
pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian orang yang bersangkutan.
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar dapat diartikan sebagai tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri
a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of
behavior). Ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
menjadi tahu. Ada tidaknya hasil belajar hendaknya dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diamati.
b) Perubahan perilaku relatif permanen, ini berarti bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap
atau tidak berubah-ubah, akan tetapi dilain pihak tingkah laku tersebut
tidak akan terpancar seumur hidup.
c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada proses
belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
Artinya hasil belajar tidak selalu serta merta terlihat segera setelah
selesai belajar. Hasil belajar terus berproses setelah kegiatan belajar
selesai.
d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman,
artinya belajar itu harus dilakukan secara aktif, sengaja, terencana,
bukan karena peristiwa insindental.
e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat, memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Syah, 1995: 132-139),
a) Faktor internal, yakni kondisi fisik dan mental siswa, juga inteligensi,
sikap, minat, motivasi dan bakat siswa
b) Faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa baik sosial dan
non-sosial
c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode belajar yang digunakan oleh siswa.
3. Hasil belajar
Hasil belajar tidak hanya dilihat dari satu aspek saja tetapi dapat
dilihat dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Hasil belajar juga
diperoleh berdasarkan pemahaman dan pendalaman materi yang diberikan.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan dan hal ini dapat tercapai apabila
siswa sudah memahami materi yang telah diajarkan serta mengalami
perubahan tingkah laku yang lebih baik.
Beberapa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah
sebagai berikut (Surya, 2013: 111-113) :
a) Perubahan yang disadari, artinya individu yang mengikuti proses
pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah.
b) Perubahan yang bersifat kontinu, artinya suatu perubahan yang telah
c) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah
diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu
yang bersangkutan.
d) Perubahan yang bersifat positif, artinya perubahan yang didapatkan
senantiasa bertambah. Misalnya ilmu menjadi lebih banyak, prestasi pun
semakin meningkat.
e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan terjadi melalui
serangkaian aktivitas yang terencana dan terarah.
f) Perubahan yang bersifat menetap, artinya perubahan yang terjadi sebagai
hasil dari pembelajaran akan kekal dalam diri individu atau setidaknya
untuk masa tertentu.
g) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan tersebut terjadi
karena ada sesuatu yang akan dicapai.
I. Materi Elastisitas
Materi Elastisitas ini diambil dari beberapa referensi buku fisika
diantaranya :
Terpadu Fisika SMA/MA jilid 2A untuk kelas XI Semester 1 yang ditulis
oleh Bob Foster dan diterbitkan oleh Erlangga
LKS Kuantum untuk SMA/MA IPA Cilacap
Fisika untuk Sains dan Teknik jilid1 edisi ketiga yang ditulis oleh Paul A.
1. Elastisitas Zat Padat
Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk
awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan pada benda itu
dihilangkan. Berdasarkan elastisitasnya, benda dibedakan atas:
Benda elastis, contohnya pegas, karet, penggaris, baja yang tipis, kaca,
kayu yang tipis, dan karet.
Benda plastis, contohnya tanah liat, plastisin, adonan tepung kue, plastik.
Namun demikian, tidak sembarang gaya luar yang diberikan pada
benda elastis akan dapat menunjukkan sifat elastisitasnya. Perhatikan
gambar 2.3 grafik gaya F terhadap pertambahan panjang bahan L berikut:
Gambar 2.3 Grafik gaya terhadap panjang bahan
Daerah dimana benda masih bersifat elastis, yaitu O-A disebut daerah
elastik. Daerah dimana benda sudah bersifat plastis, yaitu A-B disebut
daerah plastis. Titik A disebut batas elastisitas, sedangkan titik B disebut
titik patah. OA berbentuk garis linear, AB berbentuk garis lengkung. F
L
A B
2. Stress (Tegangan) ( )
Stress atau tegangan adalah perbandingan antara gaya yang dialami
benda dengan luas penampang benda atau gaya per satuan luas
penampang.
(2.1)
Jika benda berbentuk silinder (misalnya kawat), gunakan A = R2 dengan,
: tegangan atau stress (Nm-2 atau Pa) A : luas penampang benda (m2)
F : gaya pada bahan (N)
R : jari-jari penampang benda (m)
3. Strain (Regangan) ( e )
Strain atau regangan adalah perbandingan antara perubahan
panjang dengan panjang benda mula-mula.
(2.2)
dengan,
e : strain atau regangan ( tanpa satuan )
L : pertambahan panjang (m) A F
L : panjang mula-mula (m)
4. Modulus Elastis (E) atau Modulus Young (Y)
Modulus elastis atau disebut juga modulus Young adalah ukuran
ketahanan suatu zat terhadap perubahan panjang ketika benda tersebut diberi
gaya. Modulus Young didapat dengan cara membandingkan tegangan dan
regangan yang dialami oleh benda elastis.
⁄⁄ (2.3)
L L A E F . .
(2.4)
dengan :
E : modulus elastis atau modulus Young (Nm-2 atau Pa) 5. Hukum Hooke
Hukum Hooke adalah suatu hukum fisika tentang pertambahan
panjang suatu benda elastik yang dikenai suatu gaya. Hukum ini diusulkan
oleh seorang arsitek yang bernama Robert Hooke. Beliau dapat
mengusulkan hukum ini setelah melakukan serangkaian uji coba untuk
mengetahui efek pertambahan panjang pegas akibat pembebanan dengan
desain sebagai berikut:
Sebelum diberi beban, panjang pegas mula-mula xo. Ketika beban
digantung di ujung bawah pegas, gaya berat beban menarik pegas sehingga
Setelah serangkaian uji coba yang dilakukan, menurut beliau
pertambahan panjang suatu benda yang relatif kecil berbanding lurus
dengan gaya yang diberikan pada benda apabila gaya yang diberikan tidak
melampaui batas elastis pegas. Secara matematis, persamaan tersebut dapat
ditulis
x
k
F
.
(2.5)dengan,
F : Gaya Pemulih pada pegas (N)
Gaya pemulih disini merupakan besaran vektor.
k : konstanta gaya atau konstanta pegas (Nm-1)
x : pertambahan panjang pegas (m)
Pertambahan panjang adalah besaran vektor karena pertambahan
panjang merupakan perpindahan
Keterangan :
Tanda negatif pada persamaan hukum Hooke menunjukkan bahwa arah
gaya Hooke (gaya pemulih) pada pegas berlawanan dengan arah
perubahan panjang. Bila pegas ditarik ke bawah, maka arah gaya pemulih
ke atas, dan berlaku sebaliknya. Dengan kata lain, arah gaya pemulih
6. Rangkaian Pegas
Rangkaian Seri :
Gambar 2.4 pegas yang dirangkai seri
Pada rangkaian seperti ini maka gaya sebesar F bekerja pada
masing-masing pegas dan besar x merupakan penjumlahan dari
pertambahan panjang masing-masing pegas (x1, x2, x3, … xn)
x = x1 + x2 + x3 + … + xn (2.6)
Menurut hukum Hooke, ⁄ , sehingga persamaan (2.6)
dapat dikembangkan untuk mendapatkan besar konstanta pegas
pengganti rangkaian seri . Maka tetapan pegas total untuk
rangkaian seri adalah sebagai berikut
(2.7)
3 2 1
1 1 1 1
k k k
ks
(2.8)
ks : konstanta total rangkaian seri k1
k2
Rangkaian Paralel :
k1 k2 k3
Gambar 2.5 pegas yang dirangkai paralel
Pada rangkaian paralel seperti ini, maka gaya sebesar F teragi ke
masing-masing pegas dan setiap pegas bertambah panjang dengan
besar yang sama.
(2.9)
Menurut hukum Hooke, , sehingga persamaan (2.9)
dapat dikembangkan untuk mendaparkan besar konstanta pengganti
rangkaian paralel yaitu sebagai berikut:
(2.10)
(2.11)
(2.12)
7. Tetapan Gaya
Untuk sembarang benda elastis, besarnya tetapan gaya (k) diperoleh dengan
cara sebagai berikut:
(Hukum Hooke) (2.13)
(hubungan gaya
dengan modulus
elastis bahan)
(2.14)
(2.15)
dengan,
k : tetapan gaya bahan elastis (Nm-1)
E : modulus elastis atau modulus Young (Nm-2) A : luas penampang bahan (m2)
L : panjang bahan (m)
(Perhatikan bahwa notasi pertambahan panjang pegas adalah x,
sedangkan pertambahan panjang bahan elastis selain pegas biasa
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan skor atau angka sebagai
data, lalu data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistika. (Suparno
2007: 135).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest - Posttest Control
Group Design. Desain ini menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas treatment/eksperimen. Metode pengajaran yang digunakan pada kelas
kontrol adalah metode ceramah, sedangkan untuk kelas eksperimen/treatment
metode pengajaran yang digunakan adalah metode simulasi PhET. Sebelum
memulai melakukan perlakuan, kedua kelas diberikan pretest. Setelah selesai
perlakuan kedua kelas diberi posttest.
Pada kedua kelas, pembelajaran diawali dengan perkenalan lalu
memberikan tes awal (pretest) untuk menguji pengetahuan awal siswa kelas XI
IPA 2 (sebagai kelas kontrol) dan kelas XI IPA 1 (sebagai kelas treatment)
SMA Yos Sudarso Cilacap pada materi Hukum Hooke kemudian dilanjutkan
dengan proses pembelajaran. Untuk pertemuan pertama, di kelas kontrol
langsung digunakan untuk memulai pembelajaran dengan metode ceramah.
PhET secara umum serta cara penggunaan simulasi PhET pada materi Hukum
Hooke, lalu pada pertemuan kedua pembelajaran dimulai dengan menggunakan
simulasi PhET.
Setelah pembelajaran dengan metode yang berbeda terkait materi
hukum Hooke telah selesai pada kedua kelas, maka dilakukan test akhir
(posttest) untuk mengetahui peningkatan pemahaman pada materi Hukum
Hooke pada siswa kelas XI IPA SMA Yos Sudarso Cilacap.
Design penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Pre-Test and Post-Test Kontrol Group Treatment Group O1 X1 O1’
Kontrol Group O2 X2 O2’
Keterangan:
O1 : Pretest kelas treatmen
X1 : Pembelajaran dengan metode simulasi PhET
O1’ : Posttest kelas treatmen
O2 : Pretest kelas kontrol
X2 : Pembelajaran dengan metode ceramah
C. Subyek Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA
SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2018/2019.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 sebagai
kelas treatment dan kelas XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol.
D. Waktu dan Lokasi Penelitian
Kegiatan ini dilaksanakan di SMA Yos Sudarso Cilacap pada tanggal 8
sampai dengan tanggal 12 Oktober 2018.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang menyatakan objek atau hal yang nilainya
berbeda seperti kemampuan, nilai, minat, motivasi, dan lainnya ( Suparno,
2007: 29). Variabel bebas adalah variabel yang berdiri sendiri. Variabel terikat
adalah variabel yang nilai atau hasilnya bergantung pada variabel bebas.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman siswa.
F. Treatmen
1. Kelas Treatment
Kelas treatment adalah kelas yang diberikan perlakuan khusus.
simulasi PhET terbimbing dimana siswa akan diberi LKS (Lembar Kerja
Siswa) untuk membantu proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada kelas treatment adalah sebagai berikut;
Pada awal pertemuan siswa diberikan pretest dan pengenalan simulasi
PhET. Selanjutnya pada pertemuan kedua, pengenalan PhET secara
mendalam dan penggunaan PhET untuk mempelajari materi elastisitas
khususnya hukum Hooke, serta mengerjakan LKS. Pada pertemuan ketiga
siswa diberikan posttest.
2. Kelas Kontrol
Kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberikan perlakuan khusus.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam kelas kontrol adalah metode
ceramah. Dalam penelitian ini, kelas kontrol adalah kelompok yang
digunakan sebagai pembeda untuk melihat perubahan yang terjadi pada
kelas treatment.
Pada pertemuan pertama, kelas kontrol diberi pretest dan
dilanjutkan dengan pembelajaran terkait materi elastisitas khususnya hukum
Hooke menggunakan power point. Pada pertemuan kedua siswa
melanjutkan proses pembelajaran ceramah aktif dan mengerjakan
latihan-latihan soal. Pada pertemuan ketiga, siswa diberikan posttest.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
dokumentasi dan observasi (Suparno, 2010: 56). Dalam penelitian ini
dibedakan menjadi dua jenis instrumen, yaitu :
1. Instrumen Proses Pembelajaran
Instrumen proses pembelajarab dibagi menjadi 2 yaitu Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan instrumen
yang berisi gambaran garis besar proses pembelajaran didalam kelas
selama proses penelitian. RPP digunakan sebagai panduan peneliti untuk
melakukan proses pembelajaran. RPP untuk kelas kontrol dan untuk
kelas treatment dibedakan. RPP lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan agar siswa lebih mudah
memahami materi pembelajaran. Dengan menggunakan LKS, siswa
dipandu untuk menggunakan simulasi PhET sehingga siswa dapat lebih
memahami materi Elastisitas khususnya Hukum Hooke. Oleh karena itu
LKS ini dibuat untuk kelas treatment. LKS lengkap dapat dilihat pada
lampiran.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpul data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Data yang diperoleh harus sesuai dengan tujuan dan
pokok masalah penelitian. Instrumen data terdiri dalam penelitian ini berupa
ranah kognitif dan psikomotorik sedangkan angket digunakan sebagai
instrumen pengumpul data dalam ranah afektif.
a. Test
Test terdiri dari Pretest dan Posttest.
1. Pretest
Pretest bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa
kelas XI IPA pada SMA Yos Sudarso Cilacap pada materi Elastisitas
sebelum melakukan proses pembelajaran.
2. Posttest
Posttest bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman
akhir siswa kelas XI IPA pada SMA Yos Sudarso Cilacap pada materi
Elastisitas. Kisi-kisi soal posttest dan kunci jawaban posttest dapat
dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest dan posttest
Ranah Aspek Indikator Soal Jawaban
Ranah Aspek Indikator Soal Jawaban didorong oleh
sebuah gaya!
Pretest dan Posttest lengkap dapat dilihat pada lampiran.
b. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh
informasi dari responden yang ingin diketahui. Ada 3 macam angket,
yaitu angket dari cara menjawab, angket dari jawaban yang diberikan dan
angket dari bentuknya ( Suparno, 2010: 61). Kisi-kisi angket dan angket
lengkap dapat dilihat pada tabel 3.3 dan 3.4.
Tabel 3.3 Kisi – kisi pernyataan angket
No Aspek No Item No Item Jumlah
Tabel 3.4 Pernyataan angket
No. Pernyataan Skor
1. Saya masih mengingat atau mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum Hooke
5 4 3 2
2. Saya kurang memahami materi elastisitas dan hukum Hooke
5 4 3 2
saya belum paham materi yang diajarkan 4. Saya berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
materi yang disampaikan pengajar
5 4 3 2
5. Saya berusaha menyesuaikan diri dengan cara mengajar yang digunakan oleh mengajar
5 4 3 2
6. Saya merasa bosan dengan cara mengajar yang digunakan pengajar sehingga saya memilih tidak memperhatikan pelajaran
5 4 3 2
7. Saya tidak segan untuk bertanya kepada pengajar ketika saya belum paham
5 4 3 2
8. Saya menjadi bersemangat belajar fisika jika pelajaran diadakan di luar kelas (di lab. Fisika, lab. komputer, atau halaman sekolah)
5 4 3 2
9. Bahasa yang digunakan saat mengajar sulit untuk dipahami sehingga saya tidak memahami materi yang diajarkan
5 4 3 2
10. Saya merasa bersemangat dengan cara mengajar yang digunakan sehingga saya memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh
5 4 3 2
11. Saya tidak berminat untuk menyesuaikan diri dengan materi yang diajarkan oleh pengajar
5 4 3 2
12. Saya sangat tertarik dengan materi yang diajarkan karena metode pengajarannya menarik
5 4 3 2
13. Saya sangat tertarik dengan materi yang diajarkan karena saya menyukai materi ini
5 4 3 2
14. Saya tidak tertarik dengan materi yang diajarkan karena saya tidak menyukai fisika
5 4 3 2
15. Saya sulit memahami materi karena saya tidak menyukai fisika
Keterangan :
5 : sangat benar
4 : benar
3 : tidak benar
2 : sangat tidak benar
H. Validitas Instrumen
Validitas instrumen menentukan apakah suatu instrumen mengukur apa
yang mau diukur. Suatu tes sendiri dikatakan valid apabila sesuai dengan
tujuan penelitian.
Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi
(content validity). Untuk melihat kevalidan isi instrumen test yang dibuat,
dapat ditentukan dengan minimal dua cara yaitu (Suparno, 2014: 66):
1. Dengan menggunakan kisi-kisi yang menunjukkan bahwa instrumen itu
memuat isi yang akan diteskan, bukan hanya sebagian saja.
2. Dengan meminta penilaian dari ahli, apakah memang test tersebut sesuai
dengan isi yang mau dites.
Instrumen yang perlu divalidasikan adalah soal pretest, posttest serta
angket.
I. Metode Analisis Data a. Penskoran Test
Hasil tes dinilai dengan menggunakan panduan tabel 3.5 dan 3.6 di bawah
Tabel 3.5 Teknik penskoran soal pretest dan posttest untuk tingkat pemahaman siswa berdasarkan hasil belajar pada aspek kognitif dan
aspek psikomotorik
Ranah Soal Penyelesaian Keterangan Skor
Kognitif Apa yang dimaksud
Menjawab 100% benar 10
Menjawab 75% benar 7
Menjawab 50% benar 5
Menjawab 25% benar 2
Tidak menjawab 0
Menulis rumus dengan benar dan bunyi hukum Hooke benar 100%
12
Menulis rumus dengan benar dan bunyi hukum Hooke benar 75%
10
Menulis rumus dengan benar dan bunyi hukum Hooke
relatif kecil
Menulis rumus dengan benar dan bunyi hukum Hooke benar 25%
6
Menulis rumus dengan benar, tetapi tidak menuliskan bunyi hukum Hooke
4
Menulis rumus salah, tetapi bunyi hukum Hooke benar 100%
8
Menulis rumus salah, tetapi bunyi hukum Hooke benar
75% 6
Menulis rumus salah, tetapi bunyi hukum Hooke benar 50%
4
Menulis rumus salah, tetapi bunyi hukum Hooke benar 25%
2
Menulis rumus salah dan bunyi hukum Hooke salah/tidak dijawab
1
TIdak menjawab pertanyaan 0
Mengapa suatu
Jawaban agak masuk akal
2
Jawaban tidak masuk akal
1
motor. Menjawab 4, yang
Menjawab 3 dan ketiganya merupakan penerapan
Menjawab 3, dan ketiganya bukan merupakan penerapan elastisitas
1
Menjawab 2, dan keduanya merupakan penerapan
Menjawab 2, dan keduanya bukan merupakan penerapan elastisitas
1
Menjawab 1, dan merupakan penerapan elastisitas 1
Menjawab 1 dan bukan merupakan penerapan elastisitas
0
Gambarkanlah dan lengkap, pemberian arah benar 3, serta diberi
keterangan
10
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 2, serta diberi
keterangan
8
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 1, serta diberi
keterangan
6
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 3, tetapi tidak diberi keterangan
8
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 2, tetapi tidak diberi keterangan
6
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 1, tetapi tidak diberi keterangan
4
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 2, serta diberi keterangan
7
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 1, serta diberi keterangan
5
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 2, dan tidak diberi keterangan
5
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 1, dan tidak diberi keterangan
3
Menggambar salah 1
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 3, serta diberi
keterangan
10
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 2, serta diberi
keterangan
8
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 1, serta diberi
keterangan
6
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 3, tetapi tidak diberi keterangan
8
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 2, tetapi tidak diberi keterangan
6
Menggambar dengan benar dan lengkap, pemberian arah benar 1, tetapi tidak diberi keterangan
4
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 2, serta diberi keterangan
7
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 1, serta diberi keterangan
5
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 2, dan tidak diberi keterangan
5
Menggambar dengan benar tetapi tidak lengkap,
pemberian arah benar 1, dan tidak diberi keterangan
3
Menggambar salah 1
Tabel 3.6 Teknik penskoran angket untuk tingkat pemahaman siswa pada aspek afektif
Ranah Nomor pernyataan Keterangan angka Skor
Afektif
Nomor 1, 4, 5, 7, 10, 12, dan 13 (pernyataan positif) 14, dan 15 (pernyataan negatif)
b. Pengkategorian Hasil Skor
Skor dikategorikan dengan cara seperti pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Kategori skor pretest dan posttest siswa pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
Interval skor Kategori
80 – 100 Sangat tinggi
dianalisa dengan uji t dengan langkah seperti berikut:
1) Uji T independen untuk pre-test kelas simulasi PhET (X1) dan kelas
kontrol (X2). Analisa ini untuk melihat tingkat pemahaman awal dari
2) Uji T dependen untuk membandingkan pre-test dan post-test untuk
kelas simulasi PhET (X1).
3) Uji T dependen untuk membandingkan pre-test dan post-test untuk
kelas kontrol (X2).
4) Uji T independen untuk membandingkan post-test untuk kelas simulasi
PhET (X1) dan kelas kontrol (X2).
Rumus uji T yang digunakan seperti berikut :
1) Uji T independen
(3.1)
Keterangan:
= jumlah anggota kelompok 1
= jumlah anggota kelompok 2
= nilai rata-rata kelompok 1
= nilai rata-rata kelompok 2
= standar deviasi kelompok 1
= standar deviasi kelompok 2
2) Uji T kelompok dependen adalah sebagai berikut:
Keterangan:
X1 = nilai pretest
X2 = nilai posttest
D = perbedaan nilai (X1 – X2)
N = jumlah pasangan
Semua uji T dihitung dengan menggunakan program SPSS dengan level
signifikan α = 0,05. Apabila nilai p < α, maka signifikan. Maka terdapat
46 BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2018 sampai dengan 12
Oktober 2018 di SMA Yos Sudarso Cilacap. Pada penelitian ini digunakan 2
kelas yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas treatmen dengan jumlah siswa 31
siswa dan kelas XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 32
siswa. Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan pada setiap
kelas. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SMA Yos Sudarso Cilacap
Kelas Waktu penelitian
Jam ke
Kegiatan Alokasi
Waktu
9-10 Perkenalan siswa dengan pengajar, pretest,
pengenalan serta info tentang simulasi PhET, dan juga pengerjaan LKS simulasi ke I dengan menggunakan simulasi
5-6 Pembahasan LKS simulasi I, lalu
1-2 Pembahasan LKS dan Posttest