• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Rasa Ingin Tahu Siswa dalam Pembelajaran Biologi

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 60-68)

Diagram Skor Capaian Angket Pilihan Ganda Siklus III

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus 1.Perbandingan Pra-siklus dengan Siklus I

1. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Rasa Ingin Tahu Siswa dalam Pembelajaran Biologi

Rasa ingin tahu adalah kekuatan pendorong dalam suatu penelitian ilmiah. Rasa ingin tahu berkaitan dengan kualitas terkait kegiatan eksplorai, penyelidikan, dan pembelajaran (Salam, 2014). Rasa ingin tahu siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri karena tindakan yang diterapkan memberi dampak positif bagi proses pembelajaran untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Inkuiri adalah tentang mengajukan pertanyaan dan rasa ingin tahu. Inkuiri bertujuan untuk membimbing seseorang dalam sebuah penemuan, menunjukkan minat, motivasi, mencari permasalahan, memecahkan masalah, berpikir, dan menciptakan sesuatu yang bermakna (Delcourt, 2011). Inkuiri merupakan keadaan yang berkaitan dengan pikiran yang dipenuhi rasa ingin tahu. Kebanyakan siswa memiliki rasa ingin tahu yang alami, siswa bertanya mengapa dan bagaimana, namun jawaban yang diberikan terlalu banyak penekanan pada hasil dan menghentikan pertanyaan yang diajukan sebagai hal tidak menarik maka siswa dapat kehilangan naluri rasa ingin tahu (Zayed, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar dikatakan mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada materi Sistem Reproduksi Manusia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri selama tiga siklus. Hasil rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 secara keseluruhan mengalami peningkatan dari pra-siklus hingga Siklus III. Peningkatan yang terjadi merupakan dampak dari pelaksanaan setiap sintaks model pembelajaran inkuiri. Peningkatan rasa ingin tahu tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu rata-rata secara keseluruhan pada setiap siklus rasa ingin tahu mengalami peningkatan dari 49,11% menjadi 60,70% pada Siklus I, kemudian menjadi 70,94% pada Siklus II dan 77,03% pada Siklus III. Rentang peningkatan skor rasa ingin tahu dari pra siklus hingga Siklus III secara berturut-turut adalah 11,59% dari Pra Siklus ke Siklus I, 10,24% dari Siklus I ke

commit to user

Siklus II, dan 6,09% dari Siklus II ke Siklus III. Grafik peningkatan rasa ingin tahu dari pra-siklus hingga Siklus III disajikan pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III

Pendidikan sains yang memelihara rasa ingin tahu, akan mengajari anak-anak tentang bagaimana menyalurkan rasa ingin tahu tersebut ke dalam cara yang produktif. Gagasan baru merupakan hal yang esensial bagi pertumbuhan sains dan aktivitas manusia pada umumnya. Orang yang berpikiran tertutup, kehilangan rasa senang terhadap penemuan dan kehilangan kepuasan pertumbuhan intelektual selama hidupnya. Tujuan pendidikan sains tidak terbatas untuk menghasilkan saintis, tetapi juga membantu semua siswa untuk memahami pentingnya memperhatikan gagasan dengan hati-hati yang pada awalnya gagasan tersebut kelihatan mencemaskan atau berbeda dengan kepercayaan umum. Lowenstein (1994) melengkapi pernyataan tersebut dengan menetapkan bahwa rasa ingin tahu merupakan kekuatan motivasi terpenting yang mempengaruhi perilaku manusia (Wagner, 2008).

Hasil penelitian terkait rasa ingin tahu siswa yang terjadi pada penelitian tindakan kelas menunjukkan adanya kenaikan pada masing-masing siklusnya. Peningkatan terjadi karena penerapan model pembelajaran inkuiri mampu

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

PRA SIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

PE RS EN TA SE S KO R RA SA IN G IN T AH U (% ) TINGKATAN SIKLUS PTK 60,70% 70,94% 49,11% 77,-03%

commit to user

mengakomodasi siswa untuk lebih aktif, terampil, dan terlibat langsung dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hasil tindakan penerapan model pembelajaran inkuiri pada materi sistem reproduksi diperoleh melalui metode observasi, angket dan dokumentasi terkait rasa ingin tahu siswa. Siklus I materi yang digunakan adalah Sistem Reproduksi dengan sub topik Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Manusia. Berdasarkan hasil analisis Siklus I didapatkan bahwa ketercapaian dari aspek rasa ingin tahu mengalami peningkatan dari prasiklus, namun belum memenuhi target pada Siklus I. Keterlaksanaan sintak pada Siklus I belum mencapai hasil yang maksimal, yaitu 60,70%. Hal tersebut dimungkinkan karena baik guru maupun siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran inkuiri. Berdasarkan hasil observasi terlihat siswa mengalami kesulitan dalam menentukan rumusan masalah, alat bahan dan cara kerja serta rancangan penyelidikan yang perlu dituliskan dalam LKS kelompok. Hal lain yang dikeluhkan siswa dalam proses pembelajaran adalah waktu yang terlalu sempit sehingga siswa kurang bisa menerima materi secara detail dan jelas. Selama proses pembelajaran guru terlihat masih kaku dengan apersepsi yang terlalu lama dan belum optimal dalam membimbing siswa. Pertanyaan yang ditulis siswa dalam LKS dapat dikatakan belum menunjukan efektifitas pembelajaran inkuiri, dikarenakan siswa belum mengenal metode pembelajaran inkuiri.

Hasil Siklus II berbeda dengan hasil yang didapatkan pada pelaksanaan Siklus I. Terjadi peningkatan yang cukup baik, pada Siklus II, guru dan siswa mulai terbiasa menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Keterlaksanaan sintak pada Siklus II meningkat menjadi 70,94%. Siklus II dengan topik Gametogenesis memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa. Siswa sudah berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru atau teman yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Beberapa siswa dalam proses pembelajaran kekurangan waktu pada saat presentasi sehingga tidak semua siswa dapat menyampaikan pendapatnya. Secara umum proses pembelajaran sudah sesuai dengan RPP. Skor pencapaian rasa ingin tahu siswa pada Siklus II dapat meningkat pesat sebesar 10,24%. Guru masih mengambil peran dengan memandu siswa dalam pelajaran.

commit to user

Pelaksanaan pada Siklus III didapatkan hasil yang lebih baik dari pelaksanaan siklus sebelumnya. Keterlakanaan sintak pada Siklus III terlaksana secara maksimal Sehingga sintak tercapai 77,03%. Materi yang digunakan adalah Sistem Reproduksi dengan sub topik Fertilisasi dan Kehamilan. Guru dan siswa sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai sintaks inkuiri. Proses pembelajaran sudah berjalan baik, siswa sudah aktif dalam pembelajaran baik secara diskusi kelompok maupun menjawab pertanyaan soal LKS. Pelaksanaan penyelidikan sudah tidak bergantung lagi pada penjelasan guru, sehingga kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Pelaksanaan Siklus III berjalan dengan lancar dan secara umum mampu meningkatkan capaian persentase skor rasa ingin tahu secara maksimal dan mencapai target yang diharapkan. Rasa ingin tahu siswa yang tercatat pada lembar observasi dan angket sudah mencapai target yang diharapkan, yaitu sebesar 76,98% dan 77,09%.

Pembelajaran inkuiri membutuhkan lebih dari sekedar menjawab pertanyaan atau mendapatkan jawaban yang benar, namun berperan dalam proses penyelidikan, pertanyaan yang melebihi batas pembelajaran dalam kurikulum tidak diabaikan. Point pada pertanyaan memiliki potensi untuk meningkatkan pembelajaran yang baik. Pertanyaan seputar materi pembelajaran dapat dijawab

langsung di kelas tapi masalah yang lain “dilemparkan kembali” kepada siswa dan

mereka didorong untuk menjadi sumber atau inti pembelajaran ( P. A. Towndrow et all, 2008). Pembelajaran menggunakan model inkuiri siswa dilatih untuk aktif dalam menyampaikan argumentasi dan berinteraksi dengan kelompoknya untuk merusmuskan dan memecahkan masalah berdasarkan pertanyaan yang dibuat melalui proses penyeldikan. Siswa mencari informasi melalui berbagai sumber literatur untuk menemukan jawaban, berdiskusi tentang ide yang diusulkan, mengnalisis hasil penyelidikan dan menemukan kesimpulan.

Proses inkuiri tidak dimulai dengan sebuah pertanyaan atau permasalahan, melainkan melalui sebuah sharing dalam kegiatan sosial kelompok (diskusi kelompok). Inkuiri memberi kesempatan bagi siswa untuk memunculkan ide-ide, sebuah pertanyaan, melatih kepekaan minat dan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya, mencari jawaban atas permasalahan. Siswa mungkin merasa penasaran,

commit to user

tetapi sumber daya yang relevan belum tentu tersedia untuk memuaskan rasa ingin tahu itu tersebut. Sumber daya yang telah tersedia bahkan membuat rasa ingin tahu tidak selalu dapat muncul dari diri siswa dengan sendirinya. Seorang siswa yang belajar melalui media online dapat menjadi kewalahan atau terganggu karena terlalu banyaknya informasi (Arnone, 2011). Berdasarkan hal tersebut, untuk memulai penyelidikan yang terbaik dapat dilakukan di kelas di mana ide-ide ditempatkan menjadi satu. Penerapan model pembelajaran inkuiri yang terdiri dari sintaks observe, formulate inquiry question, develop hypothesis, design

investigation and investigation, analyze data, dan argumentation diharapkan

dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu mereka yang bersifat argumentatif.

Sintaks observe adalah tahap menyajikan suatu fenomena atau masalah melalui pengamatan. Tahap mengamati siswa mengidentifikasi masalah melalui fenomena yang disajikan oleh guru. Fenomena yang disajikan pada Siklus I berupa kasus mengenai organ reproduksi pria dan wanita. Berdasarkan kasus yang diberikan siswa dilatih untuk mengemukakan ide dengan mengajukan atau menjawab pertanyaan dari guru terkait fenomena yang diamati. Siklus II fenomena yang disajikan, yaitu video dan kasus tekait materi gametogenesis berupa struktur sel gamet dan proses pembentukanya. Siswa terlihat antusias dalam mengamati fenomena yang disajikan guru, terlihat dengan banyaknya siswa yang aktif mengamati sendiri dan saling bertanya antarsiswa ataupun bertanya kepada guru. Siklus III guru menyajikan fenomena berupa gambar bayi kembar dan video terkait proses fertilisasi dan kehamilan, pada tahap ini siswa sangat antusias terkait fenomena yang diberikan, siswa aktif mengamati dan memberikan tanggapan atas pengamatan terhadap fenomena yang disajikan oleh guru.

Sintaks observe guru memberikan pertanyaan terkait fenomena yang diamati. Zayed (2014) menegaskan bahwa secara operasional, siswa dikatakan menunjukkan rasa ingin tahu ketika bereaksi positif ketika melakukan pengamatan terhadap fenomena baru, aneh, ganjil, atau misterius di lingkungan, hal ini menunjukkan kebutuhan atau keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang diri siswa sendiri dan lingkunganya, dan memindai lingkunganya mencari

commit to user

pengalaman baru. Mengacu pada aspek Percptual Curiosity, pada tahap observe siswa dilatih untuk mengeksplorasi rasa ingin tahu melalui pengamatan visual maupun sensorik. Tahap ini memberikan dampak positif bagi siswa, yaitu siswa dapat menggunakan berbagai sudut pandang berdasarkan fenomena yang diamati.

Sintaks formulate inquiry question siswa mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah berdasarkan hasil pengamatan. Tahap ini setiap siswa melakukan diskusi kelompok untuk merumuskan masalah terkait fenomena yang diberikan. Guru secara aktif membimbing siswa untuk menyusun rumusan masalah dan membatasi masalah yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan. Tidak hanya sedikit siswa yang kurang terlatih untuk merumuskan pertanyaan, tetapi mereka juga sering memiliki rasa percaya diri yang rendah ketika menyajikan ide-ide mereka, masalah, atau proyek-proyek (Delcourt et al, 2011). Sintaks merumuskan pertanyaan ini siswa dituntut memiliki tingkat rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mampu menyajikan ide-ide berupa pertanyaan atau menemukan masalah. Mengacu pada aspek Epistemic Curiosity, tahap mengajukan pertanyaan dan merumuskan masalah merupakan sarana siswa mengeksplorasi rasa ingin tahu untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual dengan mengajukan pertanyaan dan menyampaikan ide atau gagasan. Pertanyaan yang diajukan ssiswa dalam sintak rumusan masalah setiap siklus akan disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Rumusan Masalah yang Diajukan dari Setiap Kelompok Tahapan

Siklus

Rumusan Masalah

Siklus I - Mengapa organ reproduksi laki-laki sangat dibutuhkan untuk proses pembuahan?

- Kapan terjadinya ejakulasi pada laki-laki? - Dimana sperma diproduksi dan dimatangkan?

- Apa saja organ yang terdapat pada sistem reproduksi laki-laki? - Bagaimana struktur organ reproduksi pada laki-laki dan perempuan? - Apa fungsi masing-masing organ reproduksi pada laki-laki?

- Apakah dengan organ reproduksi yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Apakah lesbian dapat menghasilkan keturunan?

- Mengapa organ reproduksi mereka tidak menghasilkan keturunan? - Apa saja organ reproduksi pada wanita ?

- Apa fungsi bagian-bagian organ dan wanita?

- Bagaimana proses fertilisasi di dalam organ reproduksi wanita ? Lanjutan Tabel 4.19

commit to user

- Bagaimana struktur organ reproduksi wanita?

- Kapan kita dapat mengetahui jika suatu sel ovum telah matang dalam organ reproduksi wanita?

Siklus II - Apa itu spermatogenesis?

- Bagaimana proses terjadinya sperma? - Dimanakah proses terbentuknya sperma?

- Kapan dan berapa lama terbentuknya sperma pada laki-laki? - Apa saja hormon yang dapat empengaruhi proses spermatogenesis?

- Bagaimana struktur dari sperma?

- Apa yang menyebebkan seorang laki-laki kekurangan dalam memproduksi sperma?

- Bagaimana struktur ovum?

- Bagaimana proses mekanisme oogenesis ?

- Apa saja hormon yang mempengaruhi proses oogenesis? - Bagaimana mekanisme oogenesis?

- Bagaimana seorang perempuan dapat mengalami gangguan ovarium prematur - Bagaimana struktur ovum normal?

- Dimana mekanisme oogenesis terjadi? - Apa saja macam oogenesis?

- Bagaimana mekanisme oogenesis?

- Bagaimana pengaruh hormon pada mekanisme oogenesis?

- Bagaimana struktur ovum yang dihasilkan pada mekanisme oogenesis? - Kapan ovum mengalami pematangan?

- Bagaimana hubungan dari oogenesis dengan proses ovulasi?

Siklus III - Apa yang menyebabkan terjadinya fertilisasi?

- Bagaimana tahapan pembentuakan embrio? - Apa saja yang mencakup tanda-tanda kehamilan ? - Kapan lamanya kehamilan yang normal?

- Mengapa hanya ada satu sel sperma yang dapat menembus sel ovum? - Mengapa bisa terjadi kehamilan diluar rahim?

- Dimana terjadinya fertilisasi?

- Bagaiman proses terjadinya fertilisasi pada bayi kembar? - Bagaiman tahap-tahap perkembangan janin?

- Hormon apa saja yang terlibat dalam masa kehamilan? - Bagaimana perkembangan janin pada masa kehamilan? - Bagaiman proses fertilisasi?

- Bagaimana tahap-tahap kehamilan? - Kapan lamanya kehamilan yang normal?

Sintaks ketiga dalam model pembelajaran inkuiri adalah develop hypothesis. Pada tahap ini siswa menyampaikan jawaban sementara yang memungkinkan berdasarkan rumusan masalah yag telah dibuat. Kumpulan hipotesis yang disebutkan siswa, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. Mengacu pada aspek Specific Curiosity, pada tahap ini siswa dilatih untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada dengan menyampaikan gagasan dan solusi dari suatu masalah.

commit to user

Sintaks selanjutnya adalah design investigation and investigation, yaitu menyusun rancangan penyelidikan dan melakukan penyelidikan. Tahapan menyusun rancangan penyelidikan setiap kelompok berdiskusi menyusun rancangan penyelidikan yang berbeda sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat terkait materi Sistem Reproduksi Manusia. Siswa mencatat ide untuk prosedur penyelidikan mereka dan bekerja dengan anggota kelompok untuk membuat prosedur penyelidikan kelompok. Tahap investigation siswa dilakukan dengan penyelidikan berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Tahap penyelidikan yang dilakukan tidak dengan metode praktikum, namun penyelidikan untuk memecahkan masalah dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber literatur. Setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam melakukan penyelidikan. Siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman langsung, konsisten berlatih keterampilan penyelidikan dan mencari pemahaman yang lebih dalam konten ilmu pengetahuan melalui penyelidikan (Banchi, 2008). Mengacu pada aspek Specific Curiosity, pada tahap ini siswa dilatih untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada dengan memecahkan suatu masalah.

Selanjutnya, sintaks dalam model pembelajaran inkuiri adalah analyze data, yaitu menganalisis data hasil penyelidikan dan mencocokannya dengan hipotesis yang telah dibuat untuk menarik suatu kesimpulan. Sintaks menganalisis data memberikan kesempatan siswa untuk mencari informasi dari berbagai macam sumber literatur baik dari buku, video pembelajaran, gambar, atau website yang relevan. Tahap analisis data siswa mengeksplorasi rasa ingin tahu membaca buku, jurnal, atau bertanya dengan ahli untuk meningkatkan pemahaman tentang fenomena yang sedang dipelajari. Mengacu pada aspek Diversive Curiosity, siswa dilatih untuk mengembangkan rasa ingin tahu mereka dengan mengeksplorasi lebih lanjut terkait permasalahan yang muncul. Hasil dari penyelidikan membuat siswa dalam kelompok mulai menyusun dan mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan awal berdasarkan bukti investigasi. Siswa memiliki kesempatan untuk bertindak seperti ilmuwan, berasal dari pertanyaan, merancang dan melaksanakan investigasi, dan mengkomunikasikan hasil mereka (Banchi, 2008).

commit to user

Sintaks terakhir adalah communicate, yaitu mengkomunikasikan hasil penyelidikan siswa melalui presentasi di depan kelas. Presentasi dilakukan untuk melatih siswa berpikir kritis dengan mengemukakan pendapat, menanggapi pertanyaan dan kritik dari siswa lain saat presentasi. Siswa lebih mampu mengevaluasi dan merefleksikan pembelajaran mereka sendiri dan belajar kolektif di kelas ketika mereka telah menjadi bagian dari proses belajar dari awal, setelah memainkan peran aktif dalam perencanaan awal dan identifikasi tujuan pembelajaran utama. Melalui hubungan dengan orang lain mengkomunikasikan hasil penyelidikan akan memperkaya wawasan, dengan dialog 'internal' yang lebih bervariasi, dan sebagai hasilnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang lebih masuk akal, melalui 'koreksi diri' (Justice. et al, 2009).

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 60-68)

Dokumen terkait