• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pra Tindakan 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015. Deskripsi umum mengenai sekolah dan kondisi kelas XI MIA 8 diuraikan sebagai berikut:

a. Deskripsi Umum Sekolah

SMA Negeri 1 Karanganyar beralamat di Jalan AW. Monginsidi No.03 Kabupaten Karanganyar. SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan sekolah yang memiliki akreditasi A (amat baik) dengan skor 91. Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar berjumlah 1.209 siswa pada tahun ajaran 2014/2015, dan memiliki 37 rombel, yaitu 14 kelas X yang terdiri dari 10 kelas IPA dan 4 kelas IPS, 14 kelas XI yang terdiri dari 9 kelas IPA dan 5 kelas IPS, dan 9 kelas XII yang terdiri dari 5 kelas IPA dan 4 kelas IPS. SMA Negeri 1 Karanganyar berjumlah 84 guru, terdiri dari 65 guru tetap dan 19 guru tidak tetap. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki fasilitas gedung atau ruang yang dimiliki, yaitu 37 ruang kelas, 4 Laboratorium, ruang Guru, ruang Kepala Sekolah, ruang Wakasek, ruang Tata Usaha, Perpustakaan, ruang Aula, ruang Komputer, ruang BP/BK, ruang Stensil, ruang OSIS, koperasi, masjid, 3 ruang gudang, 20 kamar mandi, dan 3 tempat parkir.

b. Deskripsi Umum Kelas XI MIA 8

Siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswi perempuan. Ruang kelas XI MIA 8 sangat proposional dengan ukuran kelas sekitar 8x8 meter. Kelas XI MIA 8 memiliki fasilitas, yaitu 16 meja siswa dan 32 kursi siswa, 1 pasang meja dan kursi guru, 1 meja multimedia, 1 papan tulis whiteboard, 1 papan pengumuman, daftar piket, daftar kepengurusan kelas, tata tertib siswa dan alat kebersihan. Kelas XI MIA 8 juga dilengkapi dengan LCD, speaker yang terhubung dengan sistem siaran informasi sekolah dan jendela bertirai dan 2

(2)

commit to user

pendingin ruangan yang dinyalakan sepanjang pembelajaran. Proses pembelajaran biologi di kelas XI MIA 8 dibimbing oleh seorang guru Biologi bernama Dra. Sri Astorini. Jadwal pembelajaran biologi di kelas XI MIA 8 adalah 4 jam pelajaran dengan dua kali pertemuan dalam satu minggu. Waktu yang dibutuhkan setiap satu kali tatap muka, yaitu 3x45 menit dan 1x45 menit. XI MIA 8 memiliki jadwal pembelajaran Biologi setiap hari Senin dan Kamis. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki KKM, yaitu 6,5.

2. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Penelitian diawali dengan menemukan berbagai permasalahan melalui kegiatan observasi pembelajaran dan kegiatan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran Biologi di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap kegiatan pembelajaran di kelas XI MIA 8 menunjukkan proses pembelajaran belum terfokus kepada siswa (student centered) sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung lebih banyak diam dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Kurangnya rasa ingin tahu siswa di kelas XI MIA 8 terhadap pembelajaran biologi terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru, dan berargumen di dalam kelas. Kurangnya rasa ingin tahu siswa juga terlihat dari rendahnya keinginan siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber. Rata-rata siswa hanya memiliki satu sumber belajar, yaitu buku paket atau LKS. Selama kegiatan praktikum biologi berlangsung hanya sebagian siswa yang fokus dalam melakukan penyelidikan. Kondisi tersebut tampak dominan di kelas XI MIA 8 dibandingkan dengan seluruh kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Karanganyar. Hasil wawancara lanjutan dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI MIA mendukung pernyataan bahwa tingkat rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 tergolong rendah. Berdasarkan tindakan observasi awal dan wawancara guru biologi kelas XI MIA SMA Negeri 1 Karanganyar penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas XI MIA 8 dengan fokus permasalahan yang harus diperbaiki adalah meningkatkan rasa ingin tahu siswa yang meliputi bertanya, partisipasi aktif dalam berpendapat, antusias dalam

(3)

commit to user

melakukan penyelidikan, perhatian dalam melakukan pengamatan dan berusaha keras memperoleh informasi baru.

Sikap rasa ingin tahu menurut Silvia (2006), yaitu ketika orang merasa penasaran dan mencurahkan lebih banyak perhatian pada kegiatan, mencari informasi lebih dalam, mengingat informasi yang lebih baik, dan bertahan pada tugas sampai tujuan terpenuhi (Kashdan, 2009). Rasa ingin tahu selain berperan sebagai inovator dalam membangun kreativitas dan pemikiran yang berbeda, juga berperan sebagai motivator intrinsik untuk mempertahankan minat dalam suatu permasalahan tertentu (Rowson, 2012). Motivasi intrinsik terindikasi dengan adanya partisipasi siswa yang berasal dari kebutuhan rasa ingin tahunya, keinginan untuk terlibat dalam aktivitas dan penyelesaian tugas dan keinginan berkontribusi (Dev dalam Shia, 1998).

B. Deskripsi Tindakan Tiap Siklus 1. Kondisi Awal (Pra-Siklus)

Tindak lanjut hasil observasi awal di kelas XI MIA 8 berupa observasi lanjutan untuk mengukur tingkat rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran biologi. Observasi lanjutan dilaksanakan sebelum siswa diberi tindakan (observasi pra-siklus). Observasi pra-siklus untuk mengukur rasa ingin tahu siswa mengunakan instrumen berupa lembar observasi dan angket rasa ingin tahu. Hasil analisis kegiatan observasi pra-siklus berdasarkan kedua instrumen rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar sebelum menggunakan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran Biologi disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Skor Gabungan Instrumen Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus

No Instrumen Capaian Aspek (%)

1 Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu 37,50

2 Angket Rasa Ingin Tahu 60,73

Jumlah 98,23

Rata-rata 49,11

Tabel 4.1 menunjukkan nilai gabungan dari kedua instrumen rasa ingin tahu. Berdasarkan hasil analisis observasi pra-siklus melalui lembar observasi dan

(4)

commit to user

angket rasa ingin tahu diperoleh nilai rata-rata sebesar 49,11%. Hasil analisis lembar observasi Pra Siklus memperoleh persentase sebesar 37,50% dan hasil analisis angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase sebesar 60,73% pada keseluruhan aspeknya.

Observasi prasiklus rasa ingin tahu diperoleh berdasarkan lembar observasi dan angket rasa ingin tahu. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan siswa dan guru di kelas selama proses pembelajaran. Hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada observasi prasiklus di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus.

No Aspek Capaian Aspek (%)

1 Epistemic Curiosity 30,64 2 Perceptual Curiosity 38,71 3 Spesific Curiosity 32,26 4 Diversive Curiosity 48,39 Jumlah 150,00 Rata-rata 37,50

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi terkait rasa ingin tahu siswa pada observasi prasiklus diperoleh skor rata-rata presentase sebesar 37,50%. Setiap aspek rasa ingin tahu memperoleh hasil persentase yang berbeda-beda. Aspek pertama, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 30,64%. Aspek kedua, yaitu aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 38,71%. Aspek ketiga, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 32,26%. Aspek keempat, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki presentase skor sebesar 48,39%. Grafik hasil observasi rasa ingin tahu per aspek pada Tabel 4.2 disajikan pada Gambar 4.1.

(5)

commit to user

Gambar 4.1. Grafik Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Prasiklus Per Aspek

Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa setiap siswa kalas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki tingkat rasa ingin tahu (Curiosity) yang beragam dalam satu kelas. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu menunjukkan bahwa aspek Diversive Curiosity memiliki persentase skor lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga aspek rasa ingin tahu lainya, yaitu 48,39%. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor terendah, yaitu 30,64%. Penjabaran skor lembar observasi berdasarkan tingkat setiap aspek rasa ingin tahu setiap siswa pada pra-siklus disajikan pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5.

Gambar 4.2. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Epistemic Curiosity pada Pra Siklus

0 10 20 30 40 50 60

EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE

PRASIKLUS PE RS EN TA SE S KO R LE M BA R O BS ER VA SI (%) 0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031 No Absen Siswa 30,64 38,71 32,26 48,39

ASPEK RASA INGIN TAHU

S k or A sp ek E pi st em ic C u ri os it y

(6)

commit to user

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat variasi nilai pada aspek Epistemic Curiosity setiap siswa pada pra-siklus. Siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Epistemic Curiosity tertinggi adalah 10 dalam skala 1-10. Pada hasil observasi aspek Epistemic Curiosity belum terlihat siswa yang mendapatkan skor maksimal. Skor aspek Epistemic Curiosity tertinggi yang diperoleh, yaitu 9 dan siswa yang memperoleh skor 9 sebanyak 1 siswa. Skor aspek Epistemic Curiosity terendah adalah 0. Siswa yang memperoleh skor terendah sebanyak 7 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Epistemic Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 30,64%.

Gambar 4.3. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Perceptual Curiosity pada Pra Siklus

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat variasi nilai pada aspek Perceptual Curiosity setiap siswa pada pra-siklus. Siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Perceptual Curiosity tertinggi adalah 4 dalam skala 0-4. Pada hasil observasi aspek Perceptual Curiosity siswa yang mendapatkan skor maksimal 4, yaitu sebanyak 1 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh skor 0 sebanyak sebanyak 6 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Perceptual Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 38,71%.

0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031 Sk or A sp ek Pe rc ep tu al C ur io si ty

(7)

commit to user

Gambar 4.4. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Spesific Curiosity pada Pra Siklus

Berdasarkan Gambar 4.4 terdapat variasi nilai pada aspek Spesific Curiosity setiap siswa pada pra-siklus. Siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Spesific Curiosity tertinggi adalah 4 dalam skala 0-4. Pada hasil observasi aspek Spesific Curiosity skor tertinggi yang diperoleh, yaitu 3. Siswa yang mendapatkan skor 3 sebanyak 3 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh skor 0 sebanyak sebanyak 7 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Spesific Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 32,26%.

Gambar 4.5. Histogram Capaian Skor Lembar Observasi pada Aspek Diversive Curiosity pada Pra Siklus

0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031 0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031 No Absen Siswa Sk or A sp ek S pe si fic C ur io si ty No Absen Siswa Sk or A sp ek Di ve rs iv e Cu rio si ty

(8)

commit to user

Berdasarkan Gambar 4.5 hasil observasi pada aspek Diversive Curiosity siswa yang diobservasi sejumlah 31 siswa. Capaian nilai aspek Diversive Curiosity tertinggi adalah 4 dalam skala 0-4. Pada hasil observasi aspek Spesific Curiosity yang memperoleh skor maksimal 4 sebanyak 3. Siswa yang mendapatkan skor 3 sebanyak 3 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh skor 0 sebanyak sebanyak 5 siswa. Rata-rata persentase skor aspek Spesific Curiosity kelas XI MIA 8 pada pra-siklus adalah 48,39%.

Pengukuran instrumen kedua hasil observasi prasiklus diperoleh berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu. Angket prasiklus diberikan kepada siswa sebelum pemberian tindakan. Hasil analisis angket rasa ingin tahu disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus.

No Aspek Capaian Aspek (%)

1 Epistemic Curiosity 58,58 2 Perceptual Curiosity 62,21 3 Spesific Curiosity 59,79 4 Diversive Curiosity 62,33 Jumlah 242,91 Rata-rata 60,73

Berdasarkan data hasil analisis angket rasa ngin tahu Pra Siklus pada Tabel 4.3 di atas memperoleh nilai rata-rata sebesar 60,73%. Masing-masing aspek rasa ingin tahu hasil analisis angket menunjukkan persentase yang berbeda-beda. Aspek pertama, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 58,58%. Aspek kedua, yaitu aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 62,21%. Aspek ketiga, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 59,79%. Aspek keempat, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki presentase skor sebesar 62,33%. Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu

(9)

commit to user

menunjukkan bahwa aspek Diversive Curiosity memiliki persentase skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya. Grafik capaian angket rasa ingin tahu per aspek pada Tabel 4.3 disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Grafik Capaian Per Aspek Angket Rasa Ingin Tahu Prasiklus

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi prasiklus dan angket prasiklus dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas XI MIA 8 SMA Negeri 1 Karanganyar. Tindakan yang dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran yang memfokuskan kegiatan kepada siswa (student centered), sehingga siswa terlibat aktif dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dalam pembelajaran Biologi. Salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif dalam meningkatkan rasa ingin tahu adalah model pembelajaran inkuiri.

Model inkuiri merupakan aplikasi dari pembelajaran kontruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Model pembelajaran inkuiri dipilih karena inkuiri merupakan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mendorong rasa ingin tahu siswa untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada. Rasa ingin tahu merupakan faktor penting yang mendasari dan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran inkuiri. Melalui

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE

PRASIKLUS 62,33

58,58 62,21 59,79

TIPE INSTRUMEN PENGUKURAN

PR O SE N TA SE C AP AI AN S KO R A N G KE T RA SA IN G IN T AH U ( % )

(10)

commit to user

penerapan model pembelajaran inkuiri diharapkan rasa ingin tahu siswa dapat meningkat pada setiap aspeknya. Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal adalah pelaksanaan tindakan dalam rangkaian siklus yang terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan di rencanakan dalam tiga siklus.

2. Siklus I

Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus I dilakukan pada materi sistem reproduksi dengan topik pembelajaran struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan selama 4 jam pelajaran (4x45 menit). Penjabaran dari setiap kegiatan dan hasil yang diperoleh pada Siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Siklus I direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan pada materi sistem reproduksi manusia dengan topik struktur dan fungsi organ reproduksi. Pertemuan pertama memerlukan waktu 2 x 45 menit dan pertemuan kedua memerlukan waktu 2 x 45 menit. Perencanaan tindakan untuk Siklus I disusun berdasarkan pra-siklus yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

Instrumen pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Sistem Reproduksi pada Manusia (Lampiran IA), RPP dengan materi Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Manusia (Lampiran IB.1), Lembar Kerja Siswa (Lampiran IB.2), lembar penilaian sikap (Lampiran IB.3), lembar penilaian keterampilan (Lampiran IB.4), lembar penilaian kognitif (IB.5), dan materi ajar dengan topik organ reproduksi manusia (IB.6). Instrumen penelitian yang disusun dan dipersiapkan, yaitu lembar observasi rasa ingin tahu (Lampiran IIA), instrumen angket rasa ingin tahu siswa (Lampiran IIB), instrumen angket multiple choise rasa ingin tahu (Lampiran IIC), lembar observasi keterlaksanaan sintaks (Lampiran IID), pedoman wawancara siswa (Lampiran IIE), pedoman wawancara guru (Lampiran IIF), serta peralatan dokumentasi.

(11)

commit to user b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 April 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP). Materi pada pertemuan pertama, yaitu struktur dan fungsi organ reproduksi manusia. Pada pertemuan pertama pelaksanaan sintaks meliputi apresepsi dan motivasi, melakukan observasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan menganalisis data. Pada sintaks apresepsi dan motivasi, guru menampilkan powerpoint berisi gambar fenomena sebuah keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan seorang anak. Guru meminta siswa untuk beropini terkait bagaimana seorang ayah dan ibu dapat menghasilkan keturunan. Siswa menyebutkan bahwa seorang ayah dan ibu dapat mengahasilkan keturunan melalui proses reproduksi. Guru mengarahkan siswa menentukan materi pembelajaran melalui pertanyaan-pertanyaan hingga siswa dapat menyebutkan bahwa materi pembelajaran adalah sistem reproduksi manusia Guru mengarahkan siswa pada topik pembelajaran dengan menampilkan sebuah kasus. Kasus yang diberikan oleh guru, yaitu jika seorang banci atau waria menikah dengan dengan laki-laki normal apakah dapat menghasilkan keturunan. Berdasarkan kasus tersebut siswa memberikan opini jika seorang banci menikah dengan laki laki normal maka tidak bisa menghasilkan keturunan karena memiliki struktur dan fungsi organ yang sama. Guru membimbing siswa memilih dan menentukan topik yang perlu dipelajari hari ini, yaitu struktur dan fungsi organ reproduksi manusia.

Pada sintaks observasi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengamati gambar poster organ reproduksi dan meminta siswa memberikan opini terkait gambar tersebut. Opini-opini yang disampaikan oleh para siswa merupakan sebuah ide/ gagasan yang dapat membantu dalam menyusun rumusan masalah tekait topik struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada sintaks mengajukan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah terkait hasil pengamatan gambar organ reproduksi. Selanjutnya, guru membatasi masalah yang diajukan oleh siswa untuk dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan.

(12)

commit to user

Sintaks merumuskan hipotesis, yaitu siswa mengemukakan opini sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan mengenai struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki serta hasil pengamatan gambar terkait sub topik pembelajaran. Selanjutnya, sintaks merencanakan dan pengadakan penyelidikan, yaitu guru meminta siswa membentuk 5 kelompok dan membagi masalah untuk diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Kelompok 1 dan 2 memperoleh subtopik struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki, sedangkan kelompok 3, 4 dan 5 memperoleh subtopik struktur dan fungsi organ reproduksi perempuan. Masing-masing kelompok diberi LKS kelompok sesuai subtopik dan setiap siswa memperoleh LKS untuk membantu menyelesaikan tugas kelompoknya. Bersama kelompok siswa merancang penyelidikan mengenai mengetahui struktur organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Selanjutnya, pada sintaks menganalisis data, yaitu siswa menganalisis data hasil penyelidikan dengan melakukan kajian literatur kajian literatur, pengamatan gambar maupun video, diskusi, maupun tanya jawab untuk mengkonfirmasi hasil analisis mengenai struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Siswa membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hipotesis dan hasil studi literatur. Siswa menuliskan hasil pengamatan dan analisis data pada LKS. Hasil rumusan masalah, hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan akan disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Rumusan Masalah, Hipotesis, Merancang dan Melakukan Penyelidikan yang Diajukan Setiap Kelompok pada Siklus I

Kelom-pok

Rumusan Masalah Hipotesis Merancang dan

Melakukan Penyelidikan

1 - Apa saja organ yang

terdapat pada sistem reproduksi laki-laki? - Bagaimana struktur

organ pada sistem reproduksi laki-laki? - Mengapa organ

reproduksi laki-laki

- Organ reproduksi –laki-laki terdiri dari: testis, skrotum, penis, epididmis, tubulus seminiferus, uretra, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral. - Struktur organ reproduksi laki-laki:

testis berbentuk bulat dan berjumlah dua, penis berbentuk seperti pipa,

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan

(13)

commit to user

sangat dibutuhkan untuk proses pembuahan? - Kapan terjadinya

ejakulasi pada laki-laki?

- Dimana sperma diproduksi dan dimatangkan?

peka terhadap rangsang.

- Karena sperma dibentuk di salah satu organ reproduksi laki-laki, yaitu testis. Sedangkan pembuahan membutuhkan sperma. Oleh karena itu organ reproduksi sangat dibutuhkan dalam proses pembuahan.

- Tempat pembentukan sperma di dalam testis disebut tubulus seminiferus sedangkan pematangan sperma terjadi di epididimis. - Eajkulasi adalah proses keluarnya

sperma melalui penis pada saat mengalami ereksi. Proses ini disebabkan adanya rangsangan terus menerus pada penis.

studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Organ reproduksi laki-laki merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia

2 - Apakah dengan organ

reproduksi yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Bagaimana struktur

organ reproduksi pada laki-laki dan

perempuan? - Apa fungsi

masing-masing organ reproduksi pada laki-laki?

- Seorang laki-laki menikah dengan seorang laki-laki tidak dapat menghasilkan keturunan. Mereka dapat menghasilkan keturunan jika sel sperma bertemu dengan sel ovum - Struktur organ reproduksi laki-laki:

testis berbentuk bulat dan berjumlah dua, penis berbentuk seperti pipa, peka terhadap rangsang

- Testis: tempat menghasilkan sperma; penis: alat kopulasi, saluran sperma dan urine; skrotum : mengatur suhu pada testis; kelenjar reproduksi menghasilkan hormon; epididimis: tempat pematangan sperma

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Organ reproduksi

perempuan dan laki-laki. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia.

3 - Apakah lesbian dapat

menghasilkan keturunan? - Apa saja organ

reproduksi pada wanita ?

- Apa fungsi bagian-bagian organ dan wanita?

- Bagaimana proses fertilisasi di dalam organ reproduksi wanita ?

- Seorang lesbian tidak dapat menghasilkan keturunan. Kerena memiliki organ reproduksi yang sama. Mereka dapat menghasilkan keturunan jika sel sperma bertemu dengan sel ovum.

- Organ reproduksi pada wanita terdiri dari ovarium, oviduk, uterus, dan vagina

- Fungsi organ reproduksi pada wanita, yaitu ovarium sebagai pembentukan sel telur; oviduk sebagai tepat terjadinya pembuahan; uterus sebagaitempat

berkembangnya embrio; vagina sebagai organ kopulasi.

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan mencari informasi melalui studi literatur melalui sumber referensi dari internet, alat peraga, dan buku biologi yang relevan. Organ

(14)

commit to user

- Saat fertilisasi atau bertemunya sel sperma dan sel ovum pada tuba falopii atau oviduk, terjadi pembuahan. Kemudian sel telur yang telah dibuahi berkembang menjadi embrio.

reproduksi

perempuan dan laki-laki merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur organ reproduksi manusia

4 - Apakah lesbian yang

memiliki organ reproduksi yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Apa fungsi

bagian-bagian organ dan wanita?

- Bagaimana struktur organ reproduksi wanita?

- Seorang lesbian tidak dapat menghasilkan keturunan. Kerena memiliki organ reproduksi yang sama. Mereka dapat menghasilkan keturunan jika sel sperma bertemu dengan sel ovum.

- Fungsi organ reproduksi pada wanita, yaitu ovarium sebagai pembentukan sel telur; oviduk sebagai tepat terjadinya pembuahan; uterus sebagaitempat

berkembangnya embrio; vagina sebagai organ kopulasi. - Struktur organ reproduksi pada

wanita terbagi menjadi 2, yaitu alat kelamin luar yang terdiri dar labia mayor, monus veneris, labia minor, klitors, orificiumure, dan himen ; alat kelamin dalam terdiri dari indung telur ovidul, uterus dan vagina

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Organ reproduksi perempuan merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia

5. - Apakah dengan organ

reproduksi mereka yang sejenis dapat menghasilkan keturunan? - Mengapa organ reproduksi mereka tidak menghasilkan keturunan?

- Kapan kita dapat mengetahui jika suatu sel ovum telah matang dalam organ reproduksi wanita? - Bagaiman struktur

organ reproduksi pada wanita?

- Apa fungsi bagian-bagian organ dan wanita?

- Seorang lesbian tidak dapat menghasilkan keturunan.

- Mereka tidak dapat menghasilkan keturunan karena lesbian hanya memiliki sel kelamin betina dan tanpa adanya sel kelamin laki-laki/ sperma sehingga tidaka akan terjadi pembuahan dimana terjadi

pertemuan sperma dan ovum yang dapat menghasilkan zigot. - Terdapat tanda-tanda yang

menunjukan adanya sel ovum telah matang , yaitu meningkatnya hormon

- Struktur organ reproduksi pada wanita terbagi menjadi 2, yaitu alat kelamin luar yang terdiri dar labia mayor, monus veneris, labia minor, klitors, orificiumure, dan himen ; alat kelamin dalam terdiri dari indung telur ovidul, uterus dan vagina

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui organ dan fungsi sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan mencari informasi melalui studi literatur melalui sumber referensi dari internet, alat peraga, dan buku biologi yang relevan. Organ reproduksi

perempuan

merupakan variabel bebas. Variabel terikat: struktur dan fungsi organ reproduksi manusia Lanjutan Tabel 4.4

(15)

commit to user

- Fungsi organ reproduksi pada wanita, yaitu ovarium sebagai pembentukan sel telur; oviduk sebagai tepat terjadinya pembuahan; uterus sebagaitempat

berkembangnya embrio; vagina sebagai organ kopulasi.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 4 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP), yang meliputi pelaksanaan sintaks argumentasi. Pada sintaks argumentasi siswa menyampaikan hasil kegiatan melalui kegiatan presentasi. Guru mengkonfirmasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sesi presentasi dan meminta perwakilan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Selanjutnya, pada kegiatan evaluasi guru meminta siswa untuk menutup buku kemudia siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan dua angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu.

c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus 1

Observasi terhadap rasa ingin tahu selama proses pembelajaran pada Siklus I dilihat dari keenam tahapan pada sintak model pembelajaran inkuiri. Observasi terhadap rasa ingin tahu dilakukan dengan menggunakan lembar observasi rasa ingin tahu, angket langsung rasa ingin tahu, dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. Observasi terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran dan keterlaksanaan sintaks dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer pada setiap kelompok dengan menggunakan lembar observasi, dokumentasi menggunakan kamera, dan wawancara terhadap siswa dan guru menggunakan pedoman wawancara. Evaluasi dilaksanakan di akhir pembelajaran dengan memberikan soal tes evaluasi tentang materi struktur dan fungsi organ reproduksi manusia dan angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda.

Tindakan Siklus I dengan topik Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi pada Manusia memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa. Hasil capaian

(16)

commit to user

berdasarkan analisis kedua instrumen rasa ingin tahu siswa pada Pra Siklus dan perbandingannya dengan Siklus I setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran Biologi disajikan dalam Tabel 4.5

Tabel 4.5 Skor Gabungan Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus I.

No Instrumen Capaian Aspek (%)

Pra-Siklus Siklus I

1 Lembar Observasi 37,50 53,93

2 Angket Rasa Ingin Tahu 60,73 67,47

Jumlah 98,23 121,40

Rata-rata 49,11 60,70

Berdasarkan Tabel 4.5, hasil skor capaian dari gabungan kedua instrumen rasa ingin tahu, berdasarkan hasil observasi dan angket rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,70%. Hal ini menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu siswa dari penelitian tindakan Pra Siklus sebesar 11,59%. Berdasarkan pengukuran dengan kedua instrumen diperoleh hasil bahwa lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I mencapai persentase skor sebesar 53,93%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Pra Siklus, yaitu 16,43%. Hasil analisis instrumen kedua, yaitu angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus I sebesar 67,47% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus I kurang siginifikan, yaitu sebesar 6,74% dari penelitian Pra Siklus.

- Perbandingan Lembar Observasi Prasiklus dan Siklus 1

Pada Siklus I data diperoleh berdasarkan hasil lembar observasi. Observasi pada Siklus I dilakukan dengan melakukan pengematan pada setiap kelompok oleh observer. Secara rinci hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.6

(17)

commit to user

Tabel 4.6 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I.

No Aspek Capaian Aspek (%)

Pra-Siklus Siklus I 1 Epistemic Curiosity 30,64 54,44 2 Perceptual Curiosity 38,71 51,61 3 Spesific Curiosity 32,26 50,81 4 Diversive Curiosity 48,39 58,87 Jumlah 150,00 215,73 Rata-rata 37,50 53,93

Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 53,93%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus I menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian Pra Siklus, yaitu sebesar 16,43%. Pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 54,44%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 23,80%. Pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 51,61% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 12,9%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 50,81% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 18,55%. Aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 58,87%. Aspek ini memiliki persentase skor lebih tinggi daripada aspek rasa ingin tahu lainya. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 25,27%.

- Perbandingan Angket Prasiklus dan Siklus 1

Pada Siklus I selain lembar observasi data juga diperoleh berdasarkan hasil penilaian angket. Angket rasa ingin tahu diberikan pada siswa pada akhir pembelajaran. Angket ini merupakan angket langsung dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia. Angket ini diukur dengan menggunakan skala rating

(18)

commit to user

frekuensi 4 poin. Secara rinci hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus I.

No Aspek Capaian Aspek (%)

Pra-Siklus Siklus I 1 Epistemic Curiosity 58,58 64,02 2 Perceptual Curiosity 62,21 69,47 3 Spesific Curiosity 59,79 68,20 4 Diversive Curiosity 62,33 68,20 Jumlah 242,91 269,89 Rata-rata 60,73 67,47

Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,47%. Hasil nilai rata-rata pada angket Siklus I menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan penelitian Pra Siklus, yaitu sebesar 6,74%. Pada aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 64,02%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 5,44%. Pada aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor lebih besar daripada aspek lainya, yaitu 69,47% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 7,26%. Aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 68,20% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari prasiklus, yaitu 8,41%. Aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 68,20%. Aspek ini juga menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari prasiklus, yaitu sebesar 5,87%.

- Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siklus I

Angket pilihan ganda ini merupakan data pendukung dari instrumen penelitian yang terdiri dari 10 soal dengan tipe soal pilihan ganda. Masing-masing pilihan jawaban dalam angket tersebut terdiri dari pilihan yang mengukur dimensi

(19)

commit to user

epistemic curiosity, perceptual curiosity, specific curiosity, dan diversive curiosity. Hasil dari angket pilihan ganda ini akan dianalisis untuk mengetahui presentase tingkat dimensi siswa terkait topik struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Hasil analisis angket pilihan ganda rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Diagram Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siswa Siklis I.

Berdasarkan Gambar Diagram 4.7 dapat dilihat bahwa aspek Diversive Curiosity memiliki skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya, yaitu 44,19%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung memiliki tingkat keingintahuan pada dimensi Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi). Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung memilih poin D yang merupakan pilihan siswa untuk berusaha keras mendapatkan informasi lebih terkait materi Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi pada Manusia melalui jurnal, buku, atau media online. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor lebih rendah dibandingkan aspek lainya, yaitu 13,55%. Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung tidak memilih poin A yang merupakan pilihan siswa untuk mendapatkan informasi terkait materi Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi pada Manusia melalui bertanya atau partisipasi aktif dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat yang tergolong dalam dimensi Epistemic Curiosity.

13,55% 18,39 %

23,87% 44,19%

Diagram Capaian Skor Angket Pilihan Ganda Siklus 1

EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE

(20)

commit to user d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I

Hasil observasi Siklus I terhadap rasa ingin tahu siswa menunjukkan terjadinya peningkatan pada kedua instrumen dibandingkan dengan hasil prasiklus. Perbandingan persentase capaian rasa ingin tahu antara proses pembelajaran prasiklus dengan proses pembelajaran Siklus I dapat disajikan pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus dan Siklus I

Gambar 4.8 menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu dari Pra Siklus ke tindakan Siklus I. Hasil analisis kedua instrumen menunjukkan adanya kenaikan capaian skor dibandingkan dengan penelitian tindakan Pra Siklus. Berdasarkan pengukuran dengan lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I mencapai persentase skor sebesar 53,93%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Pra Siklus, yaitu 16,43%. Hasil analisis angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus I sebesar 67,47% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus I, yaitu sebesar 6,74% dari penelitian Pra Siklus.

Dampak positif dari penerapan model pembelajaran inkuiri adalah adanya peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa pada setiap aspeknya. Hal ini

0 20 40 60 80 100

LEMBAR OBSERVASI ANGKET 37,50 60,73 53.93 67,47 PRA SIKLUS SIKLUS 1 PER SENT AS E C AP AI AN SK O R RA SA INGI N TA HU S IS W A (% )

(21)

commit to user

dibuktikkan dengan adanya peningkatan skor pada kedua instrumen rasa ingin tahu dari psasiklus ke tindakan Siklus I. Pada tindakan Siklus I siswa tidak banyak mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran. Siswa sudah mulai berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru atau teman yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Beberapa siswa hanya mengalami kesulitan dalam menentukan rumusan masalah, alat bahan dan cara kerja yang perlu dituliskan dalam LKS kelompok. Hal lain yang dikeluhkan siswa dalam proses pembelajaran adalah waktu yang terlalu sempit sehingga siswa kurang bisa menerima materi secara detail dan jelas. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil tindakan Siklus I belum mencapai target rata-rata 70% untuk rasa ingin tahu, meskipun terjadi peningkatan pada setiap aspek rasa ingin tahu sehingga perlu dilakukan tindakan Siklus II.

Refleksi siklus I melibatkan pandangan dari guru, siswa, dan peneliti. Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan untuk mendapatkan pandangan dari guru dan siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Wawancara terhadap beberapa perwakilan siswa menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Konsep materi yang tidak dijelaskan oleh guru secara mendetail mampu menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga mendorong siswa untuk menggali infomasi melalui diskusi kelompok, tanya jawab, dan berbagai sumber literatur. Refleksi Siklus I dan bahan rencana perbaikan untuk pelaksanaan Siklus II ditampilkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan untuk Siklus II

Temuan Hasil Refleksi Siklus I Rencana Perbaikan untuk Siklus II

Pelaksanaan - Keterlaksanaan sintak belum

terlaksana secara menyeluruh, baru mencapai 61,25%.

-Apersepsi yang terlalu lama, dan

kurang memotivasi sehingga menyita waktu yang cukup banyak

- Kegiatan presentasi yang kurang

- Evaluasi sintak RPP di Siklus I dengan guru dan dilanjutkan dengan perencanaan RPP untuk Siklus II.

-Mengatasi apersepsi yang terlalu

lama adalah dengan mempersingkat apersepsi, namun mampu

memotivasi rasa ingin tahu siswa dan makna juga tujuan pembelajaran tetap tersampaikan

(22)

commit to user

memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk

mengkomunikasikan pendapatnya

-mengkomunikasikan pendapatnya,

setiap siswa diberi waktu dan hanya menjelaskan poin-poin penting yang ingin diungkapkan

Pengukuran rasa ingin tahu

- Capaian persentase skor sebesar 60,70%.

- Belum mencapai target 70%, pelaksanaan tindakan dilanjutkan menuju Siklus II.

Siswa - Siswa mengalami kesulitan pada

saat merumuskan permasalahan

- Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam perumusan masalah adalah dengan membimbing siswa dalam kelompok untuk menentukan rumusan masalah

- Terdapat siswa yang tidak mengajukan pertanyaan, berpendapat, atau menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran

- Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah guru melakukan pendekatan kepada siswa dan memberikan bimbingan agar siswa dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran serta memperbaiki LKS yang diberikan pada siswa sehingga meningkatkan rasa ingin tahu

Guru - Guru masih kaku dalam

menggunakan apresepsi pada awal pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa

- Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat rencana pembelajaran yang lebih baik sehinggaguru dapat berperan sebagai fasilitator dan motivator

- Guru masih kaku dan belum terbiasa melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri.

- Upaya yang dilakukan adalah memberi penguatan dan pembekalan kepada guru mengenai model pembelajaran inkuiri.

- Guru belum terbiasa memberikan reward serta penguatan pada siswa

- Guru akan berusaha memberikan reward (hadiah) ataupun hukuman pada siswa, untuk meningkatkan keaktifan siswa

2. Siklus II

Siklus II terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus II dilakukan pada materi sistem reproduksi dengan topik pembelajaran gametogenesis. Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan selama 4 jam pelajaran (4x45 menit). Penjabaran dari setiap kegiatan dan hasil yang diperoleh pada Siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut.

(23)

commit to user a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Siklus II direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan pada materi sistem reproduksi manusia dengan topik gametogenesis. Pertemuan pertama memerlukan waktu 2 x 45 menit dan pertemuan kedua memerlukan waktu 2 x 45 menit. Perencanaan tindakan untuk Siklus II disusun berdasarkan pra-siklus yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

Instrumen pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Sistem Reproduksi pada Manusia (Lampiran IA), RPP dengan materi Gametogenesis (Lampiran IC.1), Lembar Kerja Siswa (Lampiran IC.2), lembar penilaian sikap (Lampiran IC.3), lembar penilaian keterampilan (Lampiran IC.4), lembar penilaian kognitif (Lampiran IC.5), dan materi ajar dengan topik proses gametogenesis (Lampiran IC.6). Instrumen penelitian yang disusun dan dipersiapkan, yaitu lembar observasi rasa ingin tahu (Lampiran IIA), instrumen angket rasa ingin tahu siswa (Lampiran IIB), instrumen angket multiple choise rasa ingin tahu (Lampiran IIC), lembar observasi keterlaksanaan sintaks (Lampiran IID), pedoman wawancara siswa (Lampiran IIE), pedoman wawancara guru (Lampiran IIF) serta peralatan dokumentasi.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP). Materi pada pertemuan pertama, yaitu gametogenesis. Pada pertemuan pertama pelaksanaan sintaks meliputi apresepsi dan motivasi, melakukan observasi, menyajikan pertanyaan atau masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan menganalisis data. Pada sintaks apresepsi dan motivasi, guru mengaitkan materi hari ini dengan materi pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk beropini terkait apa saja organ yang memiliki kesamaan fungsi pada laki-laki dan perempuan pada organ reproduksi manusia. Siswa menyebutkan bahwa organ reproduksi vagina dan penis memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai alat kopulasi dan organ testis dan ovarum berfungsi sebagai tempat pembentukan sel kelamin. Guru mengarahkan siswa melalui pertanyaan terkait apakah pembentukan sel kelamin / gamet seperti

(24)

commit to user

sperma atau ovum dapat dihasilkan secara langsung oleh testis dan ovarium. Siswa kemudian beropini bahwa pembentukan sperma dan ovum dihasilkan melalui beberapa tahapan yang disebut gametogenesis. Guru membimbing siswa memilih dan menentukan topik yang perlu dipelajari hari ini, yaitu proses gametogenesis.

Pada sintaks observasi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengamati kasus terkait kelainan dalam proses gametogenesis dan video mengenai proses struktur sperma, ovum serta proses gametogenesis dan meminta siswa memberikan opini terkait video tersebut. Opini-opini yang disampaikan oleh para siswa merupakan sebuah ide/ gagasan yang dapat membantu dalam menyusun rumusan masalah tekait topik gametogenesis. Pada sintaks mengajukan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah terkait hasil pengamatan video proses gametogenesis. Selanjutnya, guru membatasi masalah yang diajukan oleh siswa untuk dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan.

Sintaks merumuskan hipotesis, yaitu siswa mengemukakan opini sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan mengenai proses gametogenesis berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki serta hasil pengamatan gambar dan video terkait sub topik pembelajaran. Selanjutnya, sintaks merencanakan dan pengadakan penyelidikan, yaitu guru meminta siswa membentuk 5 kelompok dan membagi masalah untuk diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Kelompok 1 dan 2 memperoleh subtopik struktur sperma dan proses spermatogenesis, sedangkan kelompok 3 4, dan 5 memperoleh subtopik struktur ovum dan proes oogenesis. Masing-masing kelompok diberi LKS kelompok sesuai subtopik dan setiap siswa memperoleh LKS untuk membantu menyelesaikan tugas kelompoknya. Bersama kelompok siswa merancang penyelidikan mengenai topik gametogenesis. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ website yang relevan. Selanjutnya, pada sintaks menganalisis data, yaitu siswa menganalisis data hasil penyelidikan dengan melakukan kajian literatur kajian literatur, pengamatan gambar maupun video, diskusi, maupun tanya jawab untuk mengkonfirmasi hasil analisis mengenai struktur sperma, ovum, spermatogenesis,

(25)

commit to user

oogenesis dalam topik gametogenesis. Siswa membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hipotesis dan hasil studi literatur. Siswa menuliskan hasil pengamatan dan analisis data pada LKS. Hasil rumusan masalah, hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan akan disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Rumusan Masalah, Hipotesis, Merancang dan Melakukan Penyelidikan yang Diajukan Setiap Kelompok pada Siklus II

Kelom -pok

Rumusan Masalah Hipotesis Merancang dan

Melakukan Penyelidikan 1 - Apa itu spermatogenesis? - Bagaimana proses terjadinya sperma? - Dimanakah proses terbentuknya sperma?

- Kapan dan berapa lama

terbentuknya sperma pada laki-laki?

- Apa saja hormon yang dapat empengaruhi proses

spermatogenesis?

- Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel gamet jantan - Spermatogenesis dimulai dari

spermatogonium lalu

mengalami pembelahan secara miosis menjadi sel spermatosit primer kemudian mengalami pembelahan miosis pertama menghasilkan spermatosit sekunder yang haploid (n). Spermatosit sekunder

mengalami pembelahan meosis kedua menghasilkan dua spermatid sehingga diperoleh 4 spermatid yang akan

terdiferensiasi menjadi sperma. - Di tubulus seminiferus dalam

testis

- Ketika laki-laki memasuki masa pubertas dan akan berlangsung selama 65-75 hari.

- Hormon LH dan FSH

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui buku/ LKS / website yang relevan. Struktur Sel sperma dan proses spermatogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat 2 - Bagaimana struktur dari sperma? - Bagaimana proses spermatogenesis? - Apa yang menyebebkan seorang laki-laki kekurangan dalam memproduksi sperma?

- Sperma terdiri atas beberapa bagian, yaitu kepala, bagian tengah dan ekor.

- Proses spermatogenesis terjadi melalui pembelahan secara mitosis maupun meosis - Sorang laki-laki tidak bisa

memproduksi secara normal karena beberapa faktor, diantaranya genetik, kondisi tubuh, lingkungan, dll

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia, khususnya mengetahui struktur sel sperma. Penyelidikan dilakukan dengan mencari data/ mengkaji dari berbagai sumber, yaitu LKS, buku, internet/ website , dan video pembelajaran yang relevan. Struktur sel sperma dan proses spermatogenesis

(26)

commit to user merupakan variabel bebas . Proses gametogenesis merupakan variabel terikat 3 - Bagaimana struktur ovum? - Bagaimana proses mekanisme oogenesis ? - Apa saja hormon

yang

mempengaruhi proses oogenesis?

- Ovum terdiri dari beberapa bagian, yaitu filamen protein, membran dan sel nukleus. Ovu memiliki bentuk bulat

- Mekanisme gametogenesis, yaitu oogonium  oosit primer meiosis oosit sekunder dan badan polar I  ovulasi  ootid dan badan polar II  meiosis  ovum - Hormon yang mempengaruhi

pembentukan ovum adalah hormon FSH dan LH

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui, video, gambar ,buku/ website yang relevan. Struktur sel ovum dan proses oogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat 4 - Bagaimana mekanisme oogenesis? - Bagaimana seorang perempuan dapat mengalami gangguan ovarium prematur - Bagaimana struktur ovum normal? - Dimana mekanisme oogenesis terjadi? - Apa saja macam

oogenesis?

- Mekanisme gametogenesis, yaitu oogonium  oosit primer meiosis oosit sekunder dan badan polar I  ovulasi  ootid dan badan polar II  meiosis  ovum - Karena terdapat gangguan

folikel, dan menurunya kadar hormon estrogen.

- Struktur ovum terdiri dari lapisan yang paling luar, yaitu corona radiata, zona pellusida, sitoplasma, dan nukleus. - Dihasilkan di ovarium

- Oogenesis terdiri dari oogenesis pralahir dan oogenesis

pascalahir.

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia. Penyelidikan dengan melakukan studi literatur melalui media video, gambar, buku/ website yang relevan. Struktur sel ovum dan proses oogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat 5 - Bagaimana mekanisme oogenesis? - Bagaimana pengaruh hormon pada mekanisme oogenesis? - Bagaimana struktur ovum yang dihasilkan

- Saat pubertas, oosit primer melkukan pembelahan meiosis menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosi primer), terjadi dibawah pengaruh FSH.

- Pengaruh hormon FSH adalah berperan memacu aktivitas folikel pada ovarium supaya ovum menjadi atang dan

Penyelidikan dirancang untuk mengetahui proses gametogenesis pada sistem reproduksi manusia, mengetahui struktur sel ovum normal. Penyelidikan dilakukan dengan mencari informasi Lanjutan Tabel 4.9

(27)

commit to user pada mekanisme oogenesis? - Kapan ovum mengalami pematangan? - Bagaimana hubungan dari oogenesis dengan proses ovulasi?

memproduksi hormon estrogen. Pengaruh hormon LH adalah mendorong terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur)

- Struktur ovum terdiri atas membran sel, sitoplasma, nukleus dan lapisan berjeli. - Ovum mengalami pematngan

pada saat proses ovulasi - Jka pada saat ovulasi terjadi

pembuahan, oosit sekunder meneruskan pembelahan menjadi ootid (haploid) dan badan polar kedua. Setelah pembuahan, oosit sekunder membelah lagi secara meiosis hingga dihasilkan ovum

tentang materi yang akan dikaji melalui buku/ website yang relevan dan melakukan sharing tentang materi yang dikaji. Struktur sel ovum dan proses oogenesis merupakan variabel bebas. Proses gametogenesis merupakan variabel terikat

`

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP), yang meliputi pelaksanaan sintaks argumentasi. Pada sintaks argumentasi siswa menyampaikan hasil kegiatan melalui kegiatan presentasi. Guru mengkonfirmasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sesi presentasi dan meminta perwakilan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Selanjutnya, pada kegiatan evaluasi guru meminta siswa untuk menutup buku kemudia siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dan dua angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu.

c. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II

Observasi terhadap rasa ingin tahu selama proses pembelajaran pada Siklus II dilihat dari keenam tahapan pada sintak model pembelajaran inkuiri. Observasi terhadap rasa ingin tahu dilakukan dengan menggunakan lembar observasi rasa ingin tahu, angket langsung rasa ingin tahu, dan angket pilihan ganda rasa ingin tahu. Observasi terhadap keterlaksanaan proses pembelajaran dan keterlaksanaan sintaks dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer pada setiap kelompok dengan menggunakan lembar observasi, dokumentasi menggunakan kamera, dan wawancara terhadap siswa dan guru menggunakan pedoman wawancara. Evaluasi dilaksanakan di akhir pembelajaran dengan memberikan soal tes evaluasi tentang

(28)

commit to user

materi gametogenesis dan angket rasa ingin tahu yang terdiri dari angket langsung dan angket pilihan ganda.

Tindakan Siklus II dengan topik Gametogenesis memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa. Hasil capaian berdasarkan analisis kedua instrumen rasa ingin tahu siswa pada Siklus II dan perbandingannya dengan Siklus I setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran Biologi disajikan dalam Tabel 4.10

Tabel 4.10 Skor Gabungan Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus II.

No Instrumen Capaian Aspek (%)

Siklus I Siklus II

1 Lembar Observasi 53,93 69,49

2 Angket Rasa Ingin Tahu 67,47 72,39

Jumlah 121,40 141,88

Rata-rata 60,70 70,94

Berdasarkan Tabel 4.10, hasil skor capaian dari gabungan kedua instrumen rasa ingin tahu, berdasarkan hasil observasi dan angket rasa ingin tahu pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,94%. Hal ini menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu siswa dari penelitian tindakan Siklus I sebesar 10,24%. Berdasarkan pengukuran dengan kedua instrumen diperoleh hasil bahwa lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II mencapai persentase skor sebesar 69,49%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Siklus I, yaitu 15,56%. Hasil analisis instrumen kedua, yaitu angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus II sebesar 72,39% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus II kurang siginifikan, yaitu sebesar 4,92% dari penelitian Siklus I.

- Perbandingan Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II

Pada Siklus II data diperoleh berdasarkan hasil lembar observasi. Observasi pada Siklus II dilakukan dengan melakukan pengamatan pada setiap kelompok oleh observer. Secara rinci hasil analisis lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.11

(29)

commit to user

Tabel 4.11 Skor Capaian Tiap Aspek pada Lembar Observasi Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus II.

No Aspek Capaian Aspek (%)

Siklus I Siklus II 1 Epistemic Curiosity 54,44 70,67 2 Perceptual Curiosity 51,61 67,74 3 Spesific Curiosity 50,81 63,71 4 Diversive Curiosity 58,87 75,81 Jumlah 211,56 277,93 Rata-rata 52,89 69,49

Berdasarkan hasil lembar observasi rasa ingin tahu pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 69,49%. Hasil nilai rata-rata pada Siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan penelitian Siklus I, yaitu sebesar 16,6%. Aspek yang memiliki persentase tertinggi sampai dengan terendah secara berurutan adalah aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 75,81%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 16,94%. Kedua, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 70,67% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 16,23%. Ketiga, yaitu Aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 67,74%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 16,13%. Keempat, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 63,71% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 12,9%.

- Perbandingan Angket Siklus 1 dan Siklus II

Pada Siklus II selain lembar observasi data juga diperoleh berdasarkan hasil penilaian angket. Angket rasa ingin tahu diberikan pada siswa pada akhir pembelajaran. Angket ini merupakan angket langsung dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia. Angket ini diukur dengan menggunakan skala rating

(30)

commit to user

frekuensi 4 poin. Secara rinci hasil analisis angket rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II di setiap aspeknya disajikan pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus II.

No Aspek Capaian Aspek (%)

Siklus I Siklus II 1 Epistemic Curiosity 64,02 68,95 2 Perceptual Curiosity 69,47 75,35 3 Spesific Curiosity 68,20 72,23 4 Diversive Curiosity 68,20 73,04 Jumlah 269,89 289,57 Rata-rata 67,47 72,39

Berdasarkan hasil analisis angket rasa ingin tahu pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,39%. Hasil nilai rata-rata pada angket Siklus II menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tindakan Siklus I, yaitu sebesar 4,92%. Aspek yang memiliki persentase tertinggi sampai dengan terendah secara berurutan adalah aspek Perceptual Curiosity (keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor lebih besar daripada aspek lainya, yaitu 75,35% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus I, yaitu 5,88%. Kedua, yaitu aspek Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi) memiliki persentase skor sebesar 73,04% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 4,84%. Ketiga, yaitu aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) memiliki persentase skor sebesar 72,23% yang menunjukkan adanya peningkatan capaian presentase skor dari Siklus II, yaitu 4,03%. Keempat, yaitu aspek Epistemic Curiosity (keingintahuan untuk memperoleh informasi atau fakta intelektual) memiliki persentase skor sebesar 68,95%. Aspek ini menunjukkan adanya peningkatan capaian persentase skor dari Siklus I, yaitu sebesar 4,93%.

(31)

commit to user - Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siklus II

Angket pilihan ganda ini merupakan data pendukung dari instrumen penelitian yang terdiri dari 10 soal dengan tipe soal pilihan ganda. Masing-masing pilihan jawaban dalam angket tersebut terdiri dari pilihan yang mengukur dimensi epistemic curiosity, perceptual curiosity, specific curiosity, dan diversive curiosity. Hasil dari angket pilihan ganda ini akan dianalisis untuk mengetahui presentase tingkat dimensi siswa terkait topik struktur dan fungsi organ reproduksi pada manusia. Hasil analisis angket pilihan ganda rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus I di setiap aspeknya disajikan pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 Diagram Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siswa Siklis II.

Berdasarkan Gambar Diagram 4.9 dapat dilihat bahwa pada tindakan Siklus II aspek Diversive Curiosity memiliki skor lebih tinggi dibandingkan aspek lainya, yaitu sebesar 44,33%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung memiliki tingkat keingintahuan pada dimensi Diversive Curiosity (keingintahuan untuk mengeksplorasi pengetahuan atau informasi). Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung memilih poin D yang merupakan pilihan siswa untuk berusaha keras mendapatkan informasi lebih terkait materi gametogenesis melalui jurnal, buku, atau media online. Pada aspek Spesific Curiosity (keingintahuan untuk mengenal lebih dalam bagian dari pengetahuan yang ada) hanya memperoleh skor sebesar 23% dan pada aspek Perceptual Curiosity

12,67%

20%

23% 44,33%

Diagram Skor Capaian Angket Pilihan Ganda Siklus II

EPISTEMIC PERCEPTUAL SPESIFIC DIVERSIVE

(32)

commit to user

(keingintahuan untuk mengakomodasi pengalaman melalui indra) memiliki persentase skor sebesar 20%. Sedangkan aspek Epistemic Curiosity memiliki skor lebih rendah dibandingkan aspek lainya, yaitu 12,67%. Berdasarkan hasil analisis angket, siswa cenderung tidak memilih poin A yang merupakan pilihan siswa untuk mendapatkan informasi terkait materi gametogenesis melalui bertanya atau partisipasi aktif dalam mengungkapkan gagasan atau pendapat yang tergolong dalam dimensi Epistemic Curiosity.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II

Hasil observasi Siklus II terhadap rasa ingin tahu siswa menunjukkan terjadinya peningkatan pada kedua instrumen dibandingkan dengan hasil Siklus I. Perbandingan persentase capaian rasa ingin tahu antara proses pembelajaran Siklus I dengan proses pembelajaran Siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.10 menunjukkan kenaikan capaian skor rasa ingin tahu dari Siklus I ke tindakan Siklus II. Hasil analisis kedua instrumen menunjukkan adanya kenaikan capaian skor dibandingkan dengan penelitian tindakan Siklus I. Berdasarkan pengukuran dengan lembar observasi rasa ingin tahu pada penelitian tindakan Siklus II mencapai persentase skor sebesar 69,49%. Hal ini menunjukkan kenaikan dari capaian skor lembar observasi Siklus I, yaitu 15,56%. Hasil analisis

0 20 40 60 80 100

LEMBAR OBSERVASI ANGKET

53,93 67,47

69,49 72,39

SIKLUS 1 SIKLUS 2

TIPE INSTRUMEN PENGUKURAN

PE RS EN TA SE C AP AI AN S KO R R AS A IN G IN TA HU S IS WA (% )

(33)

commit to user

angket rasa ingin tahu menunjukkan hasil persentase pada Siklus II sebesar 72,39% pada keseluruhan aspeknya. Kenaikan capaian persentase pada angket hasil tindakan Siklus II, yaitu sebesar 4,92% dari penelitian Siklus II.

Adanya peningkatan terhadap rasa ingin tahu siswa pada setiap aspeknya dipengaruhi dari penerapan model pembelajaran inkuiri. Hal ini dibuktikkan dengan adanya peningkatan skor pada kedua instrumen rasa ingin tahu dari Siklus I ke tindakan Siklus II. Pada tindakan Siklus II siswa tidak banyak mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran karena sudah mulai terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri. Siswa sudah berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru atau teman yang sedang melakukan presentasi di depan kelas. Hal yang dikeluhkan siswa dalam proses pembelajaran adalah waktu yang terlalu sempit pada saat presentasi sehingga tidak semua siswa dapat menyampaikan pendapatnya. Namun, secara umum proses pembelajaran sudah sesuai dengan RPP.

Refleksi dan analisis Siklus II menghasilkan kesimpulan bahwa tindakan berupa penerapan model inkuiri mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa meskipun belum mencapai target 70% untuk rata-rata skor rasa ingin tahu pada setiap aspeknya, sehingga tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Refleksi Siklus II dan bahan rencana perbaikan untuk pelaksanaan Siklus III ditampilkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Hasil Refleksi Siklus II dan Rencana Perbaikan untuk Siklus III

Temuan Hasil Refleksi Siklus II Rencana Perbaikan untuk Siklus III

Pelaksanaan - Keterlaksanaan sintak belum

terlaksana secara

menyeluruh, baru mencapai 76,25%.

- Terdapat beberapa pertanyaan siswa dalam LKS yang belum memenuhi indikator conceptual

- Evaluasi sintak RPP di Siklus II dengan guru dan dilanjutkan dengan perencanaan RPP untuk Siklus III. - Guru menambahkan pertanyaan

mengenai pemahaman konsep pada LKS dan memberi kesempatan pada siswa mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang belum dipahami

Pengukuran rasa ingin tahu

Capaian persentase skor sebesar 70,94%.

- Belum mencapai target 70%, pelaksanaan tindakan dilanjutkan menuju Siklus III.

(34)

commit to user

Siswa Beberapa siswa masih malu

dan kurang aktif dalam bertanya maupun diskusi kelompok

- Guru memberi perhatian khusus kepada siswa yang kurang aktif berdiskusi dalam kelompok

Guru - Guru masih memandu siswa

dalam proses pembelajaran

- Upaya untuk mengatasi masalah ini adalah melatih siswa untuk mengikuti pembelajaran secara mandiri. Guru hanya sebagai inisiator dan motivator dalam proses pembelajaran

3. Siklus III

Siklus III terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus III dilakukan pada materi sistem reproduksi dengan topik pembelajaran fertilisasi dan kehamilan. Siklus III terdiri dari 2 kali pertemuan selama 4 jam pelajaran (4x45 menit). Penjabaran dari setiap kegiatan dan hasil yang diperoleh pada Siklus III dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan Siklus III

Siklus III direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan pada materi sistem reproduksi manusia dengan topik fertilisasi dan kehamilan. Pertemuan pertama memerlukan waktu 2 x 45 menit dan pertemuan kedua memerlukan waktu 2 x 45 menit. Perencanaan tindakan untuk Siklus III disusun berdasarkan pra-siklus yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

Instrumen pembelajaran meliputi silabus dengan materi pokok Sistem Reproduksi pada Manusia (Lampiran IA), RPP dengan materi Gametogenesis (Lampiran ID.1), Lembar Kerja Siswa (Lampiran ID.2), lembar penilaian sikap (Lampiran ID.3), lembar penilaian keterampilan (Lampiran ID.4), lembar penilaian kognitif (ID.5), materi ajar dengan topik fertilisasi dan kehamilan. Instrumen penelitian yang disusun dan dipersiapkan, yaitu lembar observasi rasa ingin tahu (Lampiran IIA), instrumen angket rasa ingin tahu siswa (Lampiran IIB), instrumen angket multiple choise rasa ingin tahu (Lampiran IIC) lembar observasi keterlaksanaan sintaks (Lampiran IID), pedoman wawancara siswa (Lampiran IIE), pedoman wawancara guru (Lampiran IIF) serta peralatan dokumentasi.

(35)

commit to user b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Mei 2015 selama 2 x 45 menit (2 JP). Materi pada tindakan Siklus III, yaitu fertilisasi dan kehamilan. Pada pertemuan pertama pelaksanaan sintaks meliputi apresepsi dan

motivasi, melakukan observasi, menyajikan pertanyaan atau masalah,

merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan

menganalisis data. Pada sintaks apresepsi dan motivasi, guru menampilkan fenomena berupa gambar seorang bayi, gambar bayi kembar dua dan gambar bayi kembar delapan dan meminta opini siswa mengenai fenomena yang di tampilkan. Guru meminta siswa untuk beropini apa yang membedakan antara fenomena gambar-gambar tersebut. Siswa menyebutkan bahwa yang mebedakan gambar tersebut adalah jumlah bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yaitu dapat menghasilkan keturunan berupa bayi kembar. Guru mengarahkan siswa melalui pertanyaan terkait bagaimana proses terbentuknya bayi kembar. Siswa kemudian beropini bahwa terbentuknya bayi kembar terjadi karena bertemunya ovum dan lebih dari satu sperma yang disebut proses pembuahan atau fertilisasi. Guru menampilkan fenomena kedua berupa kasus bayi tabung, kelahiran bayi prematur, dan kehamilan di luar kandungan. Guru meminta siswa beropini tentang keterkaitan semua media gambar yang ditampilkan. Siswa menyebutkan bahwa masing-masing gambar memiliki keterkaitan yaitu membahas tentang proses kehamilan dari pada berbagai kondisi yang terjadi. Berdasarkan fenomena guru membimbing siswa memilih dan menentukan tujuan pembelajaran hari ini, yaitu fertilisasi dan kehamilan.

Pada sintaks observasi, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengamati video mengenai tahap-tahap fertilisasi hingga masa kehamilan (gestasi) dan meminta siswa memberikan opini terkait video tersebut. Opini-opini yang disampaikan oleh para siswa merupakan sebuah ide/ gagasan yang dapat membantu dalam menyusun rumusan masalah tekait topik fertilisas dan kehamilan. Pada sintaks mengajukan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah terkait hasil pengamatan video

Gambar

Tabel  4.4  Hasil  Rumusan  Masalah,  Hipotesis,  Merancang  dan  Melakukan Penyelidikan yang Diajukan Setiap Kelompok pada Siklus I
Tabel 4.5 Skor Gabungan Capaian Rasa Ingin Tahu Siswa Pada Siklus I.
Gambar 4.7 Diagram Skor Capaian Tiap Aspek pada Angket Pilihan Ganda Rasa Ingin Tahu Siswa Siklis I.
Gambar 4.8 Diagram Kenaikan Persentase Skor Rasa Ingin Tahu Siswa Pra Siklus dan Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan berbasis multimedia yang dinamis. Company profile multimedia radio Masdha akan berisi informasi tentang Radio Masdha, contoh suara dari penyiar, dan video

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya, sehingga penulis diberi kemudahan dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

Sementara data sekunder didapatkan dari kantor Balai TNBB, kantor desa (Sumber klampok dan Pejarakan) dan desa Adat/Pakraman, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng,

Judul yang dipilih dalam penelitian ini yang dilaksanakan sejak februari 2015 adalah Optimasi Jarak Pengisian BBM Dalam Menentukan Persediaan Bahan Bakar Minyak

Kosep dasar PNT yang dikembangkan oleh FAO (Ange, 1990) adalah mengembangkan penggunaan sumber daya yang tersedia setempat (organik, hayati dan mineral) secara

Gagasan dalam uji perbandingan adalah membandingkan deret yang diberikan dengan deret yang telah diketahui konvergen atau divergen. Teorema Uji Banding ini hanya berlaku

Dilakukan simulasi pada pengujian ketiga dengan skema variasi bitrate dengan penguat EDFA pada 3 penempatan yaitu booster , in-line , dan pre-amplifier

Harga r hitung lebih kecil dari r tabel baik untuk kesalahan 5 % maupun 1% (-0,119 < 0,344 < 0,442), maka Ho diterima, tidak terdapat pengaruh antara