• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Kesesuaian (Test Goodnes Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

9. Pengaruh mortalitas terhadap penambahan populasi sapi bali.

Tabel 15 mengambarkan Variabel mortalitas memiliki nilai Signifikansi sebesar 0,000 di dalam kawasan peternakan dengan Koefisien Regresi sebesar -1,978 sedangkan pada tabel 16 di luar kawasan peternakan memiliki nilai Signifikansi sebesar 0,002. Ini menunjukan bahwa variabel mortalitas berpengaruh terhadap variabel penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan, begitu pula di luar kawasan tingkat mortalitas berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali, dengan nilai Koefisien Regresi sebesar 0,802. Mortalitas yang tinggi di lokasi penelitian cendru tinggi di sebabkan kurang wawasan peternak dalam menangani ternak yang dipelihara, dilihat dari sejarahnya ternak yang berada di lokasi penelitian berasal dari luar Provinsi Aceh sehingga masi perlunya di lakukan program karantina sehingga ternak lebih mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru. 10. Pengaruh manajemen terhadap penambahan populasi sapi bali.

Tabel 15 menjelaskan tentang variabel manajemen memiliki nilai Signifikansi sebesar 0,575 ini menunjukan bahwa manajemen tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan peternakan sedangkan pada tabel 16 nilai koefisisen Regresi sebesar 0,001 di dalam kawasan peternakan, ini menunjukan bahwa variabel manajemen berpengaruh terhadap variabel penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan peternakan, sedangkan variabel manajemen di luar kawasan tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali dengan nilai Signifikansi sebesar 0,995 dengan nilai Koefisien Regresi sebesar -0,824. Di dalam kawasan peternakan manajemen tidak berpengaruh dikarenakan peternak sebahagian besar tidak berada di lokasi peternakan melainkan kembali ke kota sehingga program yang di berikan oleh pemerintah tidak dapat dilaksanakan dengan baik, berbeda dengan peternak yang berada di luar kawasan peternak menetap di lokasi tersebut sehingga dapat lebih banyak mengurus ternaknya.

Perencanaan Strategi

Faktor-faktor strategis lingkungan yang berpengaruh pada kawasan peternakan dan di luarkawasan Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, terdiri dari faktor-faktor strategis lingkungan eksternal dan internal. Faktor-faktor strategis lingkungan eksternal adalah faktor- faktor strategis yang berasal dari lingkungan eksternal pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

Faktor kekuatan pada lokasi penelitian

a. Iklim yang sesuai dalam pengembangan sapi bali

Aceh Tengah memiliki ketinggian 100-2.500 meter diatas permukaan laut, letek geografis Kabupaten ini berada pada 04010.330- 0505.7500 Lintang Utara (LU) dan 95015.40’’- 9702.025’’ Bujur Timur (BT). Kawasan peternakan terletak pada ketinggian antara 500-700 meter diatas permukaan laut, tergolong wilayah beriklim sedang dengan curah hujan berkisar antara 1500-2000 mm3

b. Usia peternak yang produktif

pertahun serta memiliki musim basah 8-9 bulan dan musim kering 3-4 bulan dalam setahunya yang merupakan iklim yang sesuai dalam pemeliharaan sapi bali.

Suparni, (2000) menyatakan bahwa usia produktif untuk Negara yang sedang berkembang umumnya adalah 15-55 tahun. Begitu juga halnya usia peternak di lokasi penelitian yang pada umumnya digolongkan usia produktif 25 sampai dengan 65 tahun. Pada umumnya peternak usia lanjut fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberi pengertian yang dapat mengubah cara berfikir.

c. Dinas Peternakan

Aceh Tengah memiliki salah satu dinas yang membidangi peternakan yang merupakan pendukung dalam budidaya ternak sapi bali baik di luar kawasan maupun di dalam kawasan peternakan yang tertuang dalam keputusan Bupati no 119 tahun 2004. Dengan demikian adanya Dinas Peternakan merupakan satu kekuatan dalam budidaya sapi bali di Kabupaten Aceh Tengah.

d. Pelatihan

Pelatihan merupakan faktor penting dalam budidaya sapi. Dilokasi penelitian sebahagian besar peternak pernah mengikuti pelatiah, selain menambah pengetahuan dalam bidang peternakan pelatihan juga dapat menumbuhkan rasa kemauan yang tinggi dalam pengembangan sapi bali, dengan dikeluarkannya surat keputusan Bupati no 119 tahun 2004 maka Pemerintah Daeran yang bergerak dibidang peternakan sering mengadakan pelatihan dalam budidaya sapi bali baik di Kabupaten Aceh Tengah maupun di luar Kabupaten Aceh Tengah.

e. Bibit

Bibit sapi yang baik memiliki ciri-ciri yang khusus diantaranya: aktif, nafsu makan tinggi, dan tidak cacat. Kreteria bibit yang baik tersebut tampak pada bibit yang ada pada

lokasi penelitian dengan demikian bibit masuk dalam kekuatan budidaya sapi bali dilokasi penelitian.

f. Pengalaman

Riady (2004) menyatakan bahwa umur dan pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan hati-hati dalam bertindak dengan adanya pengalaman buruk dimasa lalu.

g. Lahan hijauan

Tersedianya lahan yang relatip luas sangat memungkinkan dalam budidaya sapi bali di lokasi penelitian dengan luas lahan 650 Ha sehinnga sangat memungkinkan dalam pengembangan sapi bali ditambah dengan hutang hutan masyarakat yang dapat di pergunakan dalam pengembangan sapi bali.

h. Bibit hijauan

Bibit hijauan yang dibagikan oleh dinas Peternakan Kabupaten Aceh Tengah seluruhnya bersumber dari hijauan yang baik sehinnga dapat memenuhi kebutuhan pakan pada lokasi penelitian. Pakan sapi pada merupakan sumber pembangun tubuh. Untuk memproduksi protein tubuh, sumbernya protein pakan, sedangkan energi yang diperlukan bersumber dari pakan yang di konsumsi, sehingga pakan merupakan kebutuhan utama dalam pertumbuhan ternak (Suryana, 2000).

i. Akses jalan

Akses jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 6 merupakan kekuatan yang dapat mendukung dalam pengangkutan hasil produksi peternakan yang berasal dari lokasi penelitian.

Faktor kelemahan pada lokasi penelitian a. Pendidikan rendah

Sugiono (1999) menerangkan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berfikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Oleh karna itu pendidikan sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Selanjutnya dijelaskan David (2006) pendidikan merupakan upaya untuk mengadakan perubahan prilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sudah diketahui dan direstui oleh masyarakat.

b. Tidak meratanya pelatihan yang di berikan Pemerintah Daerah

Dalam dan di luar kawasan peternak sebahagian besar peternak pernah mengikuti pelatiah, dengan dikeluarkannya surat keputusan Bupati no 119 tahun 2004 maka pemerintah daerah yang bergerak dibidang peternakan sering mengadakan pelatihan dalam budidaya sapi

bali baik di Kabupaten Aceh Tengah maupun diluar Kabupaten Aceh Tengah, hanya saja kurang meratanya kesempatan yang diberikan oleh pemerintah dalam mengikuti pelatiahan yang diberikan kepada peternak yang ada dilokasi penelitian.

c. Beternak merupakan usaha sampingan

Salah satu faktor dari kelemahan ialah kurang yakinnya peternak bahwasanya ternak sapi dapat dijadikan usaha utama, dengan banyaknya peternak dilokasi penelitian bekerja sebagai petani di lahannya masing-masing, sehinnga beternak di anggap usaha sampingan, dengan demikian beternak sebagai usaha sampingan dianggap sebagai kelemahan dalam pengembangan sapi bali dilokasi penelitian.

d. Kurang berfungsinya sarana dan prasarana

Sarana yang telah disediakan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah kurang dimanfaatkan dengan dibuktikan banyaknya embung air dan fasilitas lain yang disediakan tidak dipergunakan sebagai mana mestinya, sehingga faktor inilah yang menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan sapi potong dilokasi penelitian.

e. Kurang pengawasan oleh instansi terkait

Faktor yang penting dalam budidaya sapi bali ialah pengawasan, pengawasan merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan budidaya sapi bali, namun demikian pada lokasi penelitian pengawasan sangat jarang dilakaukan dengan kurangnya petugas turun kelapangan, dengan demikian pengawasan yang kurang baik menjadi faktor kelemahan dalam pengembangan sapi bali dilokasi penelitian.

f. Kurang aktif tenaga penyuluh dilapangan

Sama halnya Faktor yang penting dalam budidaya sapi bali ialah penyuluh. Penyuluh merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan budidaya sapi bali.

Tabel 17. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Sumary)

Faktor-faktor Internal Bobot Ranting Skor

di dalam Kawasan Peternakan Kekuatan

1. Iklim yang sesuai dan cocok dalam pengembangan 0.09 4 0.36

sapi Bali

2. Usia peternak tergolong usia yang produktif 0.08 3 0.24

3. Adanya dinas/lembaga yang berkaitan dengan 0.08 3 0.24

Peternakanyang dapat ditanyai setiap harinya

4. Adanya pelatihan dibidang peternakan 0.07 3 0.21

5. Bibit sapi yang dimiliki merupakan bibit 0.07 4 0.28

yang baik dan tidak cacat

6. Adanya pengalaman beternak 0.06 2 0.12

7. Lahan hijauan yang baik untuk ditanami 0.06 3 0.18 hijauan pakanternak

8. Bibit hijauan yang ditanam berasal dari 0.05 2 0.10 rumput yang baik

9. Akses jalan yang dapat dilalui kendaraan 0.05 2 0.10

roda 6

Kelemahan

1. Tingkat pendidikan yang relatif rendah 0.07 4 0.28

2. Kurangnya pelatihan tingkat peternak 0.07 3 0.21

3. Beternak merupakan usaha sampingan 0.06 3 0.18

4. Terbatasnya dan kurang berfungsinya 0.05 2 0.10

sarana dan pra sarana dibidang peternakan

5. Kurang baiknya pengawasan dari dinas peternakan 0.05 1 0.05

6. Kurang aktifnya penyuluh peternakan di lapangan 0.05 1 0.05

Total 0.96 2.70

Di Luar Kawasan Peternakan Kekuatan

1. Iklim yang sesuai untuk pemeliharaan sapi bali 0.06 2 0.05

2. Usia peternak merupakan usia produkutif 0.05 2 0.11

3. Akses jalan dapat di lalui kendaraan roda 6 0.08 4 0.19

4. Sapi yang di pelihara merupakan bibit yang di pilih sendiri 0.07 3 0.18

5. Memiliki pengalaman beternak 0.06 3 0.10

Kelemahan

1. Pendidikan yang relatifrendah 0.07 2 0.05

2. Beternak merupakan usaha sampingan 0.08 2 0.15

3. Fasilitas layanan peternak tidak tersedia 0.07 3 0.14

4. Kurangnya pelatihan tingkat peternak 0.05 3 0.16

Total 0.61 1.13

Dokumen terkait