• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.4. Pengaruh Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak

Medan

Motivasi intrinsik merupakan dorongan dari dalam diri individu, agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam suatu organisasi. Menurut Hezberg

dalam Dessler (2007), motivasi berasal dari dalam diri seseorang dan motivasi akan

timbul dengan melakukan pekerjaan. Teori Hezberg menyimpulkan bahwa hanya

bergantung pada insentif finansial sangat beresiko, oleh karena itu pengusaha tidak

boleh mengabaikan manfaat dari memberikan penghargaan secara formal dan

pekerjaan yang menantang yang merupakan hasrat hampir semua orang.

Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh motivasi intrinsik perawat

pelaksana kontrak terhadap kinerja perawat pelaksana kontrak adalah positif dan

signifikan. Positif terlihat dari koefisien regresi motivasi intrinsik sebesar B = 0,476

dan signifikan karena nilai p atau sig adalah 0,000 < 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh motivasi intrinsik perawat pelaksana kontrak adalah

searah dengan kinerja perawat pelaksana kontrak, dengan kata lain motivasi intrinsik

perawat pelaksana kontrak yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja perawat

pelaksana kontrak yang tinggi, sebaliknya motivasi intrinsik perawat pelaksana

kontrak yang rendah maka kinerja perawat pelaksana kontrak akan rendah.

Motivasi intrinsik perawat pelaksana kontrak merupakan bagian dari

kebutuhan akan kepuasan dari hasil kerja agar dapat meningkatkan kinerja perawat

merupakan kebutuhan psikologis yang terdapat dalam pekerjaan yang akan

menggerakkan motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan prestasi pekerjaan

yang baik. Dampak dari perawat pelaksana kontrak yang tidak memiliki motivasi

mengakibatkan tidak semua asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan standar

keperawatan yang telah ditetapkan sehingga berakibat kinerja perawat pelaksana

kontrak menjadi tidak optimal.

Hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa pada α 5% untuk sub variabel diketahui nilai prestasi (p = 0,010), pekerjaan itu sendiri (p = 0,020), dan variabel

kemajuan (p = 0,025) berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana kontrak. Sub

variabel prestasi berasal dari kombinasi antara usaha individu dengan tingkat

kemampuan, keterampilan, dan pengalaman individu. Prestasi yang dihasilkan

individu seharusnya berkaitan dengan imbalan yang akan diterima. Imbalan dapat

berupa upah, alih tugas, promosi, pujian dan pengakuan. Imbalan mempunyai

dampak yang penting atas perilaku dan prestasi. Menurut Hasibuan (2007) bahwa

kebutuhan peningkatan prestasi dan pengakuan dapat dipenuhi dengan cara

memberikan tugas yang menarik untuk dikerjakan bawahan. Merupakan suatu

tantangan bahwa suatu pekerjaan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat

menstimulasi dan menantang pekerja serta memberikan kesempatan bagi pekerja

untuk maju.

Pada sub variabel pekerjaan itu sendiri, sebagian individu yang bekerja

menganggap penting dan bangga akan pekerjaan dan menemukan identitas diri dalam

pekerjaan yang dijalani. Hal ini sejalan dengan teori Hezberg dalam Hasibuan (2007),

yang menyatakan bahwa pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi

pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah

mencapai sesuatu, tugas yang cukup menarik, yang memberikan tantangan bagi

pegawai merupakan faktor motivasi untuk berforma tinggi dan memerlukan

pengukuhan (reinforcement).

Pada sub variabel kemajuan, para pegawai mengharapkan memiliki peluang

untuk promosi dalam mengembangkan karir. Karir adalah rangkaian posisi yang

berkaitan dengan kerja yang ditempati seseorang sepanjang hidup. Orang-orang

mengejar karir untuk memenuhi kebutuhan individual secara mendalam. Pemberi

kerja yang gagal membantu pegawai untuk memfokuskan karir di bidang yang

menguntungkan organisasi akan mengalami kekurangan pegawai yang yakin pada

diri sendiri yang siap menerima pekerjaan dan tanggung jawab baru. Pegawai yang

gagal mencapai keberhasilan karir membuat pegawai mencari kerja di luar untuk

“keberhasilan hidup” atau merasa tidak bahagia. Menurut Mathis & Jackson (2009),

manajemen puncak bertanggung jawab atas pengembangan program perencanaan

karir. Perspektif perencanaan karir organisasional antara lain menyebutkan kebutuhan

susunan kepegawaian organisasional di masa yang akan datang, merencanakan

jenjang karir, menilai potensi individual dan kebutuhan pelatihan, menyesuaikan

Hasil penelitian Afshari et al (2011) menunjukkan bahwa guru sebagai

pemimpin transformasional harus meningkatkan potensi setiap kreativitas anak

dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan atribut-atribut yang

berhubungan dengan kreativitas. Studi penelitian menunjukkan peran penting dari

kepemimpinan transformasional pada kreativitas, sehingga tidak ada lagi perawat

pelaksana yang merasa kurang percaya diri dan ragu-ragu, lamban dan kurang

mandiri. Pemimpin transformasional yang mendukung bawahan memainkan peran

penting dalam mendorong kreativitas melalui motivasi intrinsik, pemberdayaan

pengikut dan mendukung inovasi di lingkungan kerja.

5.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

Hasil uji analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien

determinasi (R square) sebesar 0,698 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 69,8% variasi variabel bebas gaya kepemimpinan transformasional

kepala ruang dan motivasi intrinsik perawat pelaksana kontrak berpengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel terikat kinerja perawat pelaksana kontrak, sedangkan

selisih yang ada (100 %– 69,8% = 30,2%) dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar

model. Variabel lain diluar model yang berpengaruh menurut peneliti salah satu bisa

berupa imbalan finansial yaitu gaji dan upah. Menurut Gibson (1997), imbalan

diklasifikasikan dalam dua kategori yang luas, yaitu imbalan ekstrinsik dan imbalan

pekerjaan mencakup finansial yaitu gaji dan upah serta tunjangan, status, promosi,

dan rasa hormat.

Variabel yang paling berpengaruh adalah variabel motivasi intrinsik perawat

pelaksana kontrak dengan nilai B = 0,476 sedangkan gaya kepemimpinan

transformasional kepala ruang mempunyai pengaruh yang lebih kecil dengan nilai B

= 0,190. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri pegawai sendiri sewaktu

menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pegawai,

berarti kesenangan bekerja atau kesadaran untuk bekerja muncul pada waktu pegawai

melakukan pekerjaan. Motivasi intrinsik yang timbul dari dalam diri pegawai

diperkuat oleh kepemimpinan yang berkualitas. Pemimpin harus memberi motivasi,

mengkoordinasi, memberi arah, dan bekerja dengan bawahan. Kepemimpinan dan

motivasi merupakan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki tautan dalam konteks

kerja dan interaksi antar manusia organisasional. Davis dalam Danim (2004)

mengemukakan bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi hanya merupakan kelompok

manusia yang kacau, tidak teratur, dan tidak akan dapat melahirkan perilaku tujuan.

Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan

memberi motivasi menuju tujuan-tujuan organisasi, yang berarti kepemimpinan dan

motivasi memiliki ikatan yang kuat. Kehadiran pemimpin memungkinkan manusia

organisasional dimotivasi dan diarahkan untuk dapat bekerja secara efektif dan

efisien. Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang mampu

memengaruhi para pengikut untuk merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan

melakukan lebih daripada yang diharapkan (Yukl, 2009). Jadi, berdasarkan hasil

penelitian diketahui motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih besar daripada

kepemimpinan transformasional karena motivasi intrinsik yang sudah ada dalam diri

pegawai semakin diperkuat dengan gaya kepemimpinan transformasional yang