• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase responden yang mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi hanya sebanyak 14,3%, jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan perawat pelaksana yang motivasi intrinsiknya kategori sedang dan rendah. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara motivasi intrinsik dengan kinerja perawat pelaksana dalam penanganan pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat. Analisis multivariat menunjukkan

nilai koefisien regresi (B) sebesar 0,118, artinya bahwa setiap peningkatan motivasi dalam diri perawat pelaksana akan meningkatkan 0,118 point kinerja dalam penanganan pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat.

Secara keseluruhan motivasi intrinsik perawat pelaksana yang terdiri dari aspek : tanggung jawab, prestasi yang diraih, pengakuan hasil kerja, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan pengembangan dan kemajuan dominan pada jawaban kadang- kadang, namun persentase aspek motivasi intrinsik paling tinggi adalah aspek kemajuan dimana sebesar 20,4% yang menyatakan perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan pada pasien sesuai kebutuhan pasien, sedangkan aspek yang paling rendah (jawaban tidak pernah) pada aspek kemajuan pada item pertanyaan tentang perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan pada pasien karena ingin mengikuti perkembangan dan kemajuan di bidang keperawatan dimana jawaban tidak mencapai 53,1%.

Pembahasan secara terperinci tentang amsing-masing aspek (indikator) motivasi intrinsik terhadap kinerja perawat pelaksana akan diuraikan berikut ini a. Tanggung Jawab terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat yang dilakukan dengan baik (jawaban ya) adalah berupaya memenuhi kebutuhan pasien secara maksimal melalui asuhan keperawatan yaitu 18,4%

Sesuai pendapat Kusnanto (2004), bahwa secara umum perawat mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi. Tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mencakup aspek bio-psiko-sosial- kultural dan spiritul. Penelitian Lupiah, dkk (2009) menemukan bahwa aspek motivasi intrinsik tentang tanggung jawab didapatkan nilai yang menunjukkan tidak ada hubungan dengan kinerja perawat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliani (2007) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara tanggung jawab dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr Pirngadi Medan. Sebagaimana dinyatakan dalam teori Dua Faktor dari Herzberg yaitu faktor intrinsik bahwa tanggung jawab yang meningkat juga merupakan salah satu faktor motivasi yang mempengaruhi kinerja (Ilyas, 2001).

Hal tersebut diatas dapat disebabkan karena para perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Rantauprapat, memiliki keinginan dan itikad yang baik untuk melaksanakan tugas asuhan keperawatan. Para perawat menyatakan adanya perasaan bangga dan puas telah memberikan pelayanan yang baik kepada pasien serta adanya keyakinan untuk menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas.

b. Prestasi yang Diraih terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai dorongan mencapai prestasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat yang dilakukan

dengan baik (jawaban ya) adalah merasa perlu meningkatkan prestasi untuk peningkatan kinerja rumah sakit yaitu 16,3%

Sesuai penelitian Megasari (2010) yang menyimpulkan bahwa aspek prestasi yang diraih sebagai faktor kepuasan kerja berhubungan signifikan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Cibabat Kota Cimahi

c. Pengakuan Hasil Kerja terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang didorong oleh pengakuan terhadap hasil kerja dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat yang dilakukan dengan baik (jawaban ya) adalah asuhan keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana dapat diterima oleh kepala keperawatan yaitu 16,3%

Sesuai penelitian Amelia (2009) menyimpulkan bahwa pengakuan berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan. Demikian juga penelitian Siregar (2008) bahwa dari hasil uji regresi variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perawat adalah prestasi, pengembangan, kondisi kerja, dan pengakuan. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat adalah prestasi di RSUD Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.

d. Kemungkinan Pengembangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang didorong oleh adanya kemungkinan pengembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat yang

dilakukan dengan baik (jawaban ya) adalah perawat pelaksana berupaya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang keperawatan yaitu 18,4%.

Sesuai pendapat Handoko (2002) bahwa pengembangan potensi merupakan suatu peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mengembangkan secara maksimal potensi yang ada dalam dirinya agar kemampuan dan kemahiran yang dimilikinya dapat bertambah sesuai dengan yang diharapkannya

Sesuai penelitian Hadriyana (2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengembangan potensi dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Daeng Radja Kabupaten Bulukumba. Hal tersebut dapat disebabkan karena para perawat yang bekerja di RSUD Rantauprapat tidak semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan ataupun seminar dalam rangka peningkatan mutu asuhan keperawatan. Hal ini ini juga dikarenakan kurangnyena tenaga keperawatan serta terbatasnya dana yang tersedia di RSUD Rantauprapat. Pengembangan potensi akan dapat diwujudkan jika perawat diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Dalam program pendidikan dan pelatihan (Diklat) diperlukan perencanaan yang baik dari pihak rumah sakit karena hal ini dipengaruhi oleh berbagai kendala seperti kendala yang berkaitan dengan peserta yang akan mengikuti Diklat, kurikulum yang akan diberikan dan dana pengembangan yang sangat diperlukan dalam proses pendidikan dan pelatihan.

e. Kemajuan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang didorong oleh adanya kemajuan yang diperoleh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien pengguna kartu jaminan kesehatan daerah di RSUD Rantauprapat yang dilakukan dengan baik (jawaban ya) adalah perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan pada pasien sesuai kebutuhan pasien yaitu 20,4%.

Perawat sebagai suatu profesi harus dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan standar. Standar merupakan level kinerja yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kerja aktual dapat dibandingkan. Ia memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak cocok atau tidak dapat diterima. Standar praktek keperawatan adalah pernyataan tentang apa yang dibutuhkan oleh registered nursed untuk dijalankan sebagai profesi keperawatan. Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para anggotanya.

Dokumen terkait