• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penampilan produksi yang diamati pada penelitian ini meliputi raataan konsumsi ransum harian, pertambahan bobot badan harian, dan efisiensi penggunaan ransum. Tabel 5 memperlihatkan rataan penampilan produksi dari masing-masing perlakuan.

Tabel 5 Konsumsi Ransum Harian, Pertambahan Bobot Badan, dan Efisiensi Penggunaan Ransum pada Anak Babi yang Dilahirkan oleh Induk Tanpa dan Dengan Ovulasi Ganda sebelum Pengawinan dengan Litter Size Rendah, Sedang, dan Tinggi

Litter Size Parameter Perlakuan Rendah (6-8 ekor) Sedang (9-11 ekor) Tinggi (12-14 ekor) Rataan KRH (Kg) TSO 2.30±0.21 2.22 ±0.16 2.36±0.11 2.29 ±0.17 SO 2.24±0.08 2.17± 0.18 2.36± 0.42 2.26±0.26 Rataan 2.27±0.16 2.20±0.16 2.36± 0.29 2.28±0.22 PBBH(Kg) TSO 0.59±0.01 0.62± 0.03 0.60±0.01 0.61± 0.02a SO 0.61±0.04 0.72±0.04 0.82±0.30 0.72±0.19b Rataan 0.60±0.17 0.67±0.06 0.71±0.24 0.66±0.14 EPR TSO 0.26±0.02 0.28 ±0.02 0.25± 0.01 0.27±0.02a SO 0.27±0.01 0.33± 0.01 0.36±0.17 0.32±0.10b Rataan 0.27±0.02 0.31 ±0.33 0.31 ±0.13 0.30 ±0.08

Keterangan: Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), KRH = konsumsi ransum harian, PBBH = pertambahan bobot badan harian, EPR= efisiensi penggunaan ransum, TSO=tanpa ovulasi ganda, SO=ovulasi ganda

Konsumsi Ransum Harian

Pengamatan konsumsi ransum harian dilakukan untuk melihat pola konsumsi anak babi lepas sapih hingga mencapai bobot potong yang telah ditentukan. Rataan umum hasil konsumsi ransum adalah 2.28 ± 0.22 kg/ekor/hari. Hasil konsumsi ransum ini masih dalam batas yang direkomendasikan NRC (1998), yaitu sebesar 1-3 kg. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal, dan fase pertumbuhan. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa ovulasi ganda, litter size lahir, dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi konsumsi ransum harian. Hasil konsumsi ransum harian selama penelitian berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Konsumsi ransum harian babi yang dilahirkan oleh induk kontrol tanpa ovulasi ganda adalah 2.29 ± 0.17 kg/ekor/hari (dengan KK=7.21%) dan pada babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda sebelum pengawinan adalah 2.26 ± 0.26 kg/ekor/hari (dengan KK=11.66%). Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi ransum relatif tidak dipengaruhi oleh apakah anak babi tersebut dilhirkan oleh induk babi yang tanpa ovulasi ganda maupun dengan ovulasi ganda. Hal ini disebabkan ternak babi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai bobot badan awal, umur, dan fase pertumbuhan yang relatif sama. Keragaman dalam faktor-faktor ini akan mempengaruhi konsumsi ransum pada ternak babi. Menurut Whittemore (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum di antaranya palatabilitas, bentuk fisik, bobot badan, jenis kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal, dan fase pertumbuhan. Dengan demikian, konsumsi ransum harian menjadi relatif sama untuk anak babi yang induknya diovulasi ganda maupun tanpa ovulasi ganda.

Litter size lahir, walaupun jumlah anak sekelahiran berbeda, tidak mempengaruhi konsumsi ransum harian. Hal ini demikian karena fase pertumbuhan babi percobaan adalah relatif seragam mulai disapih sampai umur potong. Demikian juga bobot awal babi penelitian hampir sama. Bentuk fisik ransum mulai dari butiran sampai campuran butiran dan jagung, kemudian campuran konsentrat dan jagung, semuanya adalah sama. Perbedaan tingkat konsumsi ransum harian dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, yaitu kandungan energi pakan. Energi ransum yang rendah akan meningkatkan jumlah konsumsi ransum, sedangkan kandungan energi yang tinggi akan menyebabkan penurunan konsumsi pakan (Sihombing 2006). Kandungan energi ransum yang digunakan pada penelitian ini sejak disapih sampai bertumbuh pengakhiran adalah 3891-3400 kkal/kg sehingga menyebabkan konsumsi ransum harian menjadi relatif sama. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh ovulasi ganda dan liter size

lahir dan interaksi keduanya tidak memperlihatkan perbedaan konsumsi ransum harian yang nyata pada ternak babi yang diteliti.

Pertambahan Bobot Badan Harian

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) anak babi selepas sapih sangat menentukan pencapaian target bobot potong babi dan kemampuan babi dalam memanfaatkan ransum yang diberikan. Hasil pengamatan pada Tabel 5. memperlihatkan rataan umum pertambahan bobot badan harian adalah 0.66 ± 0.14 kg. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa ovulasi ganda nyata (P<0.05) meningkatkan pertambahan bobot badan harian babi, sedangkan litter size lahir dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan harian. Rataan pertambahan bobot badan ternak babi dari periode penyapihan hingga bertumbuh pengakhiran yang dilahirkan oleh induk babi kontrol tanpa ovulasi ganda adalah 0.61 ± 0.02 kg/ekor/hari (dengan KK=7.21%) dan yang dilahirkan oleh induk babi yang diovulasi ganda adalah 0.72 ± 0.19 kg/ekor/hari (dengan KK=0.62%). Pertambahan bobot badan harian babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda lebih tinggi 0.11 kg/ekor/hari dibandingkan dengan PBBH anak babi yang dilahirkan oleh induk tanpa diovulasi ganda. Manalu dan Sumaryadi (1999) menyatakan bahwa ovulasi ganda pada induk terbukti dapat meningkatkan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan yang menyebabkan pertumbuhan uterus, embrio dan fetus, bobot lahir dan bobot sapih yang lebih tinggi, dengan demikian akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya, seperti pada pertambahan bobot badan harian menjadi lebih baik.

Hasil penimbangan yang dilakukan tiap minggu seperti pada Gambar 11. memperlihatkan kenaikan pertambahan bobot badan yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1990) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak babi periode grower akan mengalami peningkatan bobot badan dalam tiap periode waktu berikutnya. Pertumbuhan pada babi dipengaruhi oleh berbagai faktor; diantaranya umur, nutrisi, lingkungan, bobot lahir, dan penyakit. Pada Gambar 11. terlihat bahwa babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilahirkan oleh induk tanpa ovulasi

ganda. Hal ini membuktikan bahwa ovulasi ganda dapat menghemat konsumsi ransum harian dengan pertambahan bobot badan yang lebih baik. Konsumsi ransum yang sama pada babi yang dilahirkan oleh induk kontrol tanpa ovulasi ganda adalah 2.29 ± 0.17 kg/ekor/hari dan pada babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda adalah 2.26 ± 0.26 kg/ekor/hari. Konsumsi ransum yang relatif sama pada kedua kelompok itu menghasilkan pertambahan bobot badan yang berbeda. Pertambahan bobot badan yang tinggi terjadi pada babi yang dilahirkan oleh induk babi yang diovulasi ganda. Perbedaan ini dikarenakan bobot lahir anak pada induk yang diovulasi ganda (1.46 ± 0.19 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan oleh induk kontrol tanpa ovulasi ganda (1.34 ± 0.14 kg). Ovulasi ganda menstimulus peningkatan pertumbuhan dan perkembangan bobot embrio dan fetus walaupun dengan jumlah konseptus yang lebih banyak. Perbedaan tersebut memberi gambaran bahwa adanya pengaruh hormon yang sama fungsinya dengan hormon LH dan FSH terhadap pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus selama proses kebuntingan terutama melalui modulasi progesteron dan estradiol serta faktor pertumbuhan, akan menentukan penampilan anak pascalahir dan produksi (Foxcroft dan Town 2004). Dengan uraian di atas disimpulkan bahwa bobot lahir anak yang baik akan menyebabkan pertambahan bobot badan yang lebih baik. Pertumbuhan dan perkembangan fetus sangat menentukan penampilan anak lahir dan merupakan faktor utama penentu kelangsungan hidupdan pertumbuhan pascalahir.

Gambar 11 Pertumbuhan Babi mulai Disapih sampai Potong

y = 4.3529x + 11.427 R² = 0.9988 y = 4.8399x + 11.148 R² = 0.9978 - 20 40 60 80 100 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 B obot B ada n (k g /e)

Jumlah Minggu Penimbangan TSO

SO

Linear (TSO) Linear (SO)

Efisiensi Penggunaan Ransum

Percobaan untuk mengevaluasi ransum biasanya menggunakan pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum sebagai kriteria pokok. Nilai efisiensi penggunaan ransum adalah hasil perhitungan dari perbandingan antara pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan konsumsi ransum dalam satuan waktu yang sama sehingga makin tinggi angka efisiensi maka makin efisien penggunaan ransumnya. Efisiensi ransum berkaitan erat dengan rataan pertambahan bobot badan harian dan konsumsi ransum serta aktivitas fisiologi ternak (Bogart 1997). Efisiensi pakan adalah jumlah produksi satuan makanan yang dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pakan dapat dijadikan kriteria untuk menunjukkan kualitas ransum. Rataan umum efisensi penggunaan ransum untuk babi hasil penelitian adalah 0.30 ± 0.08. Efisiensi penggunaan ransum babi yang dihasilkan oleh induk yang tanpa dan dengan ovulasi ganda sebelum pengawinan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Efisiensi penggunaan ransum babi yang dilahirkan oleh induk kontrol atau tanpa ovulasi ganda adalah 0.27 ± 0.02 (dengan KK=6.42%), sementara pada babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda sebelum pengawinan adalah 0.32 ± 0.10 (dengan KK=8.94%). Efisien penggunanaan ransum ini lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi dari NRC (1988), yaitu sebesar 0.35–0.50.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa ovulasi ganda induk sebelum pengawinan nyata (P<0.05) memperbaiki efisiensi penggunaan ransum, sedangkan litter size lahir dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi efisiensi penggunaan ransum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan ternak babi untuk menghasilkan bobot badan yang tinggi terjadi pada babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda, dengan konsumsi ransum yang tidak berbeda dari anak yang dilahirkan oleh induk tanpa ovulasi ganda. Jadi dapat dikatakan bahwa babi yang dilahirkan oleh induk yang diovulasi ganda lebih efisien dalam penggunaan makanan untuk menjadi produk, dalam hal ini pertambahan bobot badan. Devendra dan Fuller (1979) juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan adalah nutrisi, lingkungan, kesehatan ternak, dan keseimbangan ransum yang diberikan.

Pengaruh litter size lahir pada efisiensi penggunaan ransum dapat dilihat pada Tabel 5. Efisiensi penggunaan ransum untuk babi dari litter size rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut adalah 0.27 ± 0.02, 0.31 ± 0.03, dan 0.31 ± 0.13. Hasil ini memperlihatkan bahwa babi yang berasal dari induk dengan litter size

yang rendah adalah yang paling tidak efisein dibanding dengan litter size yang sedang dan tinggi. Untuk babi yang berasal dari litter size sedang dan tinggi nilai efisiensinya adalah sama, yang dapat dijelaskan bahwa litter size yang sedang dengan jumlah anak (9-11 ekor) dan litter size tinggi dengan jumlah anak (12- 14 ekor), sama efisien dalam menggunakan ransum untuk menjadi produk. Bogart (1997) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan makanan dapat digunakan sebagai parameter untuk seleksi terhadap ternak yang mempunyai pertambahan bobot badan yang baik.

Simpulan

Performans produksi ternak babi dapat dihasilkan melalui ovulasi ganda dengan PMSG dan hCG pada babi dara (induk) sebelum pengawinan yang selanjutnya dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan ransum, dengan tingkat konsumsi ransum yang relatif sama.

Dokumen terkait