HASIL PENELITIAN
5.2 Pengaruh Kebutuhan Masyarakat terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat
5.2.1 Pengaruh Perceived Need terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat
Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik berganda, diketahui faktor perceived need tentang pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan RSUD Parapat oleh masyarakat. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa kebutuhan yang dipersepsikan masyarakat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tentang kesehatan akan menentukan apakah masyarakat memanfaatkan atau tidak memanfaatkan rumah sakit tersebut.
Fenomena perceived need masyarakat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon yang berimplikasi terhadap rendahnya pemanfaatan RSUD Parapat ditunjukkan dari jawaban responden tentang perasaan sakit yang responden derita namun sebanyak 85,3% menyatakan tidak memanfaatkan pelayanan RSUD Parapat tetapi lebih memilih ke rumah sakit Ajibata.
Gambaran kebutuhan yang dirasakan (perceived need) masyarakat terhadap RSUD Parapat dapat ditunjukkan dari beberapa alasan yang dikemukakan responden sebagai berikut : responden menyatakan perasaan sakit yang responden derita belum menundukung pemanfaatan RSUD Parapat, karena lebih memilih rumah sakit lain seperti RSU Ajibata. Kondisi ini menunjukkan adanya persaingan antara rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta, sehingga pemerintah Kabupaten Simalungun perlu melakukan upaya pembenahan dengan menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan masyarakat.
RSUD Parapat perlu dilakukan lebih serius, karena 27,5% responden menyatakan jika penyakit yang diderita tidak sembuh meskipun telah berulang kali diobati biasanya akan diobati ke rumah sakit yang lebih besar ke Kota Pematangsiantar, Medan atau bahkan ke luar negeri (Penang). Sistuasi demikian sebagai dampak dari pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di RSUD Parapat belum dirasakan oleh masyarakat sebagai pengobatan yang sesuai untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
Kondisi yang digambarkan di atas menunjukkan bahwa rumah sakit sebagai salah satu pelayanan jasa yang dalam melakukan aktivitasnya, tidak boleh lepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua hal tersebut meningkatkan kesadaran dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan jasa kesehatan yang semakin baik. Hal ini juga menyebabkan nilai (value) masyarakat berubah terhadap pelayanan jasa kesehatan yang lebih bermutu. Perubahan ini merupakan tantangan bagi pihak rumah sakit yang dihadapkan pada lingkungan usaha yang berubah.
Tingkat persaingan yang semakin ketat dikalangan usaha Rumah Sakit mempersyaratkan adanya daya saing bagi rumah sakit agar dapat memenangkan persaingan yang ada. Salah satu bentuk daya saing yang harus diciptakan oleh usaha rumah sakit adalah kualitas layanan. Rumah sakit harus berupaya meningkatkan kualitas jasa pelayanannya secara terus menerus. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka masyarakat pengguna akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, oleh karena itu peningkatan kualitas layanan rumah sakit perlu terus menerus dilakukan.
Sesuai Caurana dan Marta (2002) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap pemanfaatan secara berulang (loyalitas) pasien. Lebih lanjut Rifai (2005) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa persepsi masyarakat tentang kualitas jasa pelayanan kesehatan dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan merupakan indikator utama keberhasilan jasa pelayanan kesehatan.
Sesuai kajian Trinsnantoro (2005) bahwa kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sudah semakin bertambah seiring dengan masalah kesehatan yang dihadapinya. Masih terbatasnya pelayanan yang disediakan pada sarana
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, sehingga masyarakat hanya dapat memanfaatkan pelayanan ada terutama pelayanan pengobatan. Sedangkan kebutuhan masyarakat tidak saja pada upaya kuratif tetapi juga upaya promotif dan preventif.
Masih terbatasnya pemanfaatan atau permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dikarenakan masyarakat belum mengetahui akan kebutuhan kesehatannya. Secara umum keadaan permintaan (demand) dan kebutuhan (need) pelayanan kesehatan dapat digambarkan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung es. Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konseptual, need akan pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai demand (Trinsnantoro, 2005).
Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap kesehatan itu sendiri. Disamping itu masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikanya. Penelitian Trinsnantoro (2005) menggambarkan bahwa sebagian besar (76,3%) masyarakat yang memanfaatkan puskesmas adalah yang tidak berpendidikan dan berpendidikan rendah. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Menurut Shaik dan Hatcher (2004) pemanfaatan pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta, formal maupun non formal, terkait dengan faktor-faktor
sosiodemografis, tingkat pendidikan, kepercayaan dan praktek kultural, diskriminasi gender, status perempuan, kondisi lingkungan, sistem politik dan ekonomi, pola penyakit serta sistem pelayanan itu sendiri. Beberapa kebijakan pemerintah tidak memperhitungkan perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan dan bagaimana perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan. Hal itu dapat mendorong terjadinya perbedaan pada hasil kebijakan antara desa dan kota sebab satu kebijakan tidak bisa untuk semua daerah (one size does not fit all). Kebijakan kesehatan lebih menguntungkan bagi daerah pedesaan jika pembuat kebijakan memperhatikan isu-isu tertentu yang timbul pada masyarakat, seperti program dan kebijakan kesehatan. Menurut Namara (2007) Dengan menggunakan sudut pandang masyarakat pedesaan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan fase-fase kebijakan serta program diperlukan fleksibilitas rancangan kebijakan sehingga masyarakat dapat meningkatkan aksesnya ke sumber-sumber pelayanan kesehatan.
Kebijakan pembangunan RSUD Parapat diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Kebijakan tersebut seharusnya efektif untuk memenuhi tujuan kebijakan dalam ukuran waktu dan hasil yang diharapkan. Walaupun RSUD Parapat merupakan rumah sakit umum Klas D namun mempunyai potensi yang besar dapat dimanfaatkan secara optimal dan statusnya ditingkatkan menjadi rumah sakit yang ideal bagi masyarakat.
Dalam membahas konsep demand sektor kesehatan, perlu ada pembedaan mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting untuk
dibahas mengingat terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya. Beberapa pertanyaan kunci dalam membahas demand for health dan demand for health care: (a) mengapa orang ingin sehat?, (b) apa yang menentukan demand seseorang untuk menjadi sehat?, (c) apa pengaruh pelayanan kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan?. Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat karena kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup. Kebutuhan untuk menjadi sehat tidaklah sama antarmanusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contoh, seorang atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya dibanding seseorang yang menganggur. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara demand terhadap kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan? Menurut Teori Blum, kesehatan dipengaruhi oleh: (1) keturunan; (2) lingkungan hidup, (3) perilaku, dan (4) pelayanan kesehatan. Akan tetapi konsep ini dinilai sulit untuk menerangkan hubungan antara demand terhadap kesehatan dan demand terhadap.
Menurut penelitian Grossman dalam Adisasmito (2008), faktor yang sangat berpengaruh dalam khasanah ekonomi kesehatan menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan, dan kesehatan. Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya. Keinginan untuk lebih sehat
diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis.