Penjualan Brownies Elsari Periode Oktober 2004 s.d Oktober 2007
10. Pengaruh Perekonomian Global Resesi Ekonomi di Amerika Serikat
Krisis finansial yang membuat krisis perekonomian dunia, dipicu oleh hancurnya pasar perumahan di Amerika Serikat (AS) yang dimulai sejak 2006. Subprime mortgage adalah kredit perumahan berbunga tinggi karena risiko yang tinggi akibat rendahnya aset dari peminjam rumah. Subprime mortgage merupakan kredit perumahan yang skema pinjamannya telah dimodifikasi sehingga mempermudah kepemilikan rumah oleh orang miskin yang sebenarnya tidak layak mendapat kredit.
di seluruh dunia yang menga
naik
d eli masyarakat
dan hal
Ekonomi AS membutuhkan suntikan likuiditas segera dikarenakan sebagian investor terus mencairkan investasinya. Kondisi semakin parah karena pada saat bersamaan semua pihak membutuhkan likuiditas, yang berakibat terjadinya kelangkaan likuiditas (credit crunch).Untuk menutupi kebutuhan likuiditas, mayoritas investor terpaksa menjual portofolionya, termasuk sahamnya, secara besar-besaran,
kibatkan terempasnya pasar modal dunia. Adanya berita negatif tentang perusahaan-perusahaan raksasa yang bangkrut dan bank yang mulai kering likuiditas setiap hari membuat kepanikan pada para investor yang terlihat dari jatuhnya indeks. (Hermawan, 2008)
Dampak dari krisis ekonomi global tersebut yaitu naiknya harga dollar AS, terjadinya desinvestasi, sulitnya menarik investor dan semakin berhati-hatinya investor menanamkan modal, berkurangnya pesanan eksport, meningkatnya pengangguran, harga barang import
ikarenakan naiknya kurs dollar AS, menurunnya daya b
-hal lain yang merupakan bentuk sebab akibat dari hal-hal di atas.
Pengangguran, Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS dan Daya Beli Masyarakat
Adanya krisis global telah menambah pengangguran baru di dunia sebanyak 20 juta orang sehingga tingkat pengangguran dunia saat ini mencapai lebih dari 220 juta orang.(Hermawan, 2008).
Adanya pengangguran akibat krisis global ini, khususnya di Indonesia, harus menjadi pertimbangan industri kecil Elsari dalam
pengembangan produk dengan bersikap hati-hati dan melihat perkembangan pasar. Bertambahnya pengangguran erat kaitannya dengan penurunan daya beli masyarakat sehingga pangsa pasar kemungkinan menurun, dengan demikian jumlah produksi harus diperhatikan; pengamatan terhadap konsumen utamanya harus diperhatikan apakah dam ak krisis berpengaruh terhadap pembelian/jumlah pesanan brownies
Elsa h t
tentunya akan berpengaruh pada penghasilan Industri Kecil karena ada
kemungkinan hasil p njualan mi
Industri kecil yang terpengaruh oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar terutam ah industri kecil yang membutuhkan bahan baku
import dikarenakan harus memba ollar AS s dustri
Kecil ang b k dalam bid n dimana mayoritas bahan
bakunya berasal dari dalam nege dak terlalu oleh
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Indonesia meskipun mengalami penurunan dari pertumbuhan ekonom 11. ian engkaji dan nge p
ri atauka idak ada pengaruh berarti. Lemahnya daya beli masyarakat
e produksinya mengala penurunan.
AS a adal
yar dalam d edangkan In
y ergera ang makana
ri (lokal) ti terpengaruh
i sebelum krisis, Bank Dunia (2009) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,4 persen, atau masih di bawah China (7,5 persen) dan India (5,8 persen). Level ini masih di atas kompetitor terdekat Indonesia dalam menarik modal global, yaitu Thailand sebesar 3,6%, Malaysia sebesar 3,7% dan Filipina sebesar 3,0%, sedangkan Singapura, Hongkong dan Korea Selatan justru masing-masing mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2.2%, -1% dan -1.7% (Kompas, 2009).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor
PDRB Kota Bogor sebagai potret keadaan perekonom memberikan gambaran situasi serta merupakan alat untuk m
me valuasi perekonomian Kota Bogor. Nilai PDRB yang disajikan adalab PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000.
Ditinjau Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Kota Bogor tahun 2007 secara umum seluruh Sektor lapangan usaha mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 17.92 persen dibanding tahun 2006, yaitu dari Rp.
7.257.742,09 juta pada tahun 2006 menjadi Rp. 8.558.035,70 juta di tahun 2007. ([Bappeda, BPS Kota Bogor], 2008c). Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 mengalami pertumbuhan sebesar 6,09 persen dari Rp.
20 (Tabel 48)
abel or Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga
tan (2000) Tahun 20 lam n R )
3.782.273,71 juta di tahun 2006 menjadi Rp. 4.012.743,18 juta pada tahun
07 .
T 48 PDRB Kota Bog
Kons 2003 — 07 (da Jutaa upiah
No. Tahun PDRB A s Data sar Harga Berlaku (Jutaan rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Jutaan rupiah) (1) (2) (3) (4) 1 2003 4.165.569,13 3.168.185,54 2 2004 5.245.746,82 3.361.438,93 3 2005 6.191.918,90 3.567.230,91 4 2006 *) 7.257.742,09 3.782.273,71 5 2007 **) 8.558.035,70 4.012.743,18
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Dengan melihat bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 4.165.569,13 juta di tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 8.558.035,70 juta di tahun 2007 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatan dari Rp. 3.168.185,54 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 4.012.743,18 juta di tahun 2007,. maka hal ini menggambarkan bahwa i peningkatan riil yang w
dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjad
alaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat atau tingkat inflasi yang terjadi (Tabel 49).
PDRB Perkapita/Pendapatan perkapita
Pendapatan Perkapita (PDRB Perkapita) merupakan hasil bagi antara Pendapatan Regional (Nilai PDRB) dengan jumlah penduduk Pendapatan Perkapita ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk. Dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Pendapatan perkapita Kota Bogor menunjukkan peningkatan dari Rp. 5,26 juta pada tahun 2003 menjadi Rp. 9,98 juta di tahun 2007.
Demikian pula terjadi peningkatan pada PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 ([Bappeda, BPS Kota Bogor], 2008a, 2008c).
Tabel 49 PDRB Perkapita Kota Bogor
PDRB (Rp. juta / Kapita)
No.
URAIAN
2003 2004 2005 2006 2007
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 PDRB Perkapita Atas Dasar
Harga Berlaku 5.26 6.49 7.51 8.63 9.98
2 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 4.00 4.16 4.33 4.50 4.68 Sumber : Bappeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor, 2008c.
Bila dilihat dari PDRB maka perekonomian di Kota Bogor mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan PDRB perkapita maka dapat diperkirakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor dari adanya peningkatan penghasilan per kapita penduduk Kota Bogor. Dengan meningkatnya penghasilan diharapkan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi semakin meningkat dikarenakan daya bel
semaki a
meningkat seiring kota
Bogor, namun tentunya harus disertai rencana pemasaran yang baik agar penjualan dapat meningkat.