• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Aktivitas Enzim ALAD

Pengaruh pemberian Pb terhadap aktivitas enzim ALAD dan pengaruh pemberian Pb dengan vitamin c 200mg/kgBB, vitamin c 500mg/kgBB dan 1000mg/kgBB dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Data penelitian Enzim ALAD pada kelompok kontrol dan berbagai kelompok perlakuan (n = 32)

No Aktivitas enzim ALAD (U/L)

Kontrol Pemberi an Pb P1 P2 P3 1 1,2642 0,1979 0,7685 1,1905 1,1164 2 2,1880 0,7431 0,8650 1,3571 1,2924 3 1,1760 0,2854 0,4193 1,3096 1,7305 4 1,7672 0,8478 1,6501 1,2509 1,1320 5 3,0997 0,8413 0,437 0,2352 0,6795 6 1,0940 0,5271 0,7471 0,1730 1,1651 7 0,6876 1,5167

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perlakuan terhadapaktivitas enzim ALAD dilakukan uji ANOVA

Tabel 2. Distribusi rata-rata Aktivitas Enzin ALAD terhadap kelompok kontrol dan berbagai kelompok perlakuan (n=32)

No Variabel Mean (u/L) SD 95% CI P.Value 1 2 3 4 5

Aktvitas enzim ALAD Kontrol Perlakuan Pb P1 P2 P3 1,76 0,59 0,91 1,04 1,19 0,78 0,26 0,49 0,69 0,34 0,95-2,58 0,35-0,83 0,46-1,37 0,31-1,76 0,84-1.55 0,010

Berdasarkan hasil perhitungan uji anova untuk rata-rata enzim ALAD pada

kontrol yaitu mencit yang tanpa perlakuan adalah 1,76u/L, dengan standar deviasi 0,78. Pada mencit yang diberikan hanya Pb secara intraperitoneal selama 2 hari didapatkan enzim ALAD 0,59u/L dengan standar deviasi 0,26. Pada mencit yang diberikan Vitamin C 200mg/kg BB secara oral selama 1 minggu dan kemudian diberikan Pb secara intraperitonial selama 2 hari ternyata didapatkan enzim ALAD 0,91 /L dengan standar deviasi 0,49. Sedangkan mencit yang diberikan Vitamin C 500mg/kg BB secara oral selama 1 minggu dan kemudian diberikan Pb secara intraperitonial selama 2 hari ternyata enzim, ALAD 1,04µ/L dengan standar deviasi 0,69. Sedangkan mencit yang diberikan Vitamin C 1000mg/kg BB secara oral selama 1 minggu dan kemudian diberikan Pb secara intraperitonial selama 2 hari ternyata didapatkan enzim ALAD 1,19 /Ldengan standar deviasi 0,34.

Dari rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil uji statistik nilai p = 0,010. Berarti pada alpha 5% ( 0,05) maka H0 ditolak, sehingga dapat

perlakuan. Karena nilai rata-rata Aktivitas enzim ALAD berbeda nyata pada 5 kelompok maka analisis dilanjutkan ke uji LSD, untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara signifikan yang hasilya seperi tabel dibawa ini :

Tabel 3 Hasil uji LSD Aktivitas enzim ALAD pada kelompok perlakuan (n=32)

Variabel P Value

Aktv Enzim DALAD Kontrol - Perlakuan Pb

Kontrol –Vit C 200mg/kgBB +Perlakuan Pb Kontrol –Vit C 500mg/kgBB +Perlakuan Pb Kontrol –Vit C 1000m/kgBBg +Perlakuan Pb

0,001 0,008 0,027 0,077

Berdasarkan analisis uji LSD didapatkan kelompok yang terdapat perbedaan signifikan adalah antar kelompok kontrol (mencit tanpa perlakuan) dan mencit dengan perlakuan Pb didapatkan p = 0,001, maka H0 ditolak, berarti dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai aktivitas enzim ALAD pada kedua kelompok perlakuan tersebut. Sementara itu antara kelompok kontrol dengan mencit yang diberikan vitamin C 200mg/kgBB ( secara oral selama 1 minggu) dan diberikan perlakuan Pb (secara intraperitoneal selama 2 hari), dari hasil uji statistik didapatkan p= 0,008 maka H0 ditolak, oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata aktivitas enzim ALAD pada kedua kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol dengan kelompok mencit diberikan vitamin C 500mg/kgBB ( secara oral selama 1 minggu) dan diberikan perlakuan Pb (secara intraperitoneal selama 2 hari), dari hasil uji statistik LSD didapatkan p = 0,027, maka H0 ditolak. Berarti dapat disimpulkan terdapat perbedaan

yang signifikan nilai rata-rata aktivitas enzim ALAD pada dua kelompok tersebut. Selanjutnya pada kelompok kontrol dengan kelompok mencit yang diberikan vitamin C 1000 mg/kg BB (secara oral selama 1 minggu) dan pemberian Pb (secara intraperitoneal selama 2hari), didapatkan hasil uji statistik nilai p = 0.077, maka H0

diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai aktivitas enzim ALAD pada kedua kelompok perlakuan.

1.76 0.59 0.91 1.04 1.19 0 0.5 1 1.5 2 2.5 KN KP C200 C500 C1000 Perlakuan A k ti v ita s D A L A D (U /l )

Gambar 4. Perbandingan Aktivitas enzim ALAD pada Seluruh Kelompok Percobaan

Keterangan:

KN : Kelompok yang hanya diberi aquadest

KP : Kelompok yang diberikan Pb asetat dosis 20 mg/kgBB secara intraperitoneal

C200 : Kelompok yang diberikan vitamin C 200 mg/kgBB/hari selama tujuh hari sebelum diberikan Pb asetat 20 mg/kgBB secara intraperitoneal

C500 : Kelompok yang diberikan vitamin C 500 mg/kgBB/hari selama tujuh hari sebelum diberikan Pb asetat 20 mg/kgBB secara intraperitoneal

C1000 : Kelompok yang diberikan vitamin C 1000 mg/kgBB/hari selama tujuh hari sebelum diberikan Pb asetat 20 mg/kgBB secara intraperitoneal

Gambar tersebut menunjukkan adanya penurunan aktivitas enzim ALAD pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Keadaan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam WHO(1989), bahwa kadar Pb dalam darah yang mencapai 0,1 g/ml dapat menurunkan aktivitas enzim ALAD. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayes(1985), Enzim -ALAD adalah enzim yang mengandung Zn dan peka terhadap penghambatan oleh Pb. Selain itu Pb juga memberikan dampak negatip bagi proses eritropoesis maupun pematangan eritrosit. Pb yang berikatan dengan eritrosit menyebabkan defisiensi enzim G-6-PD, Defisiensi G-6-PD pada metabolisme glukosa (melalui jalur Heksosa Mono fosfat / HMP) untuk energi eritrosit dapat menyebabkan kegagalan regenerasi trifosfopiridin nucleotida (TPNH) yang mengakibatkan gagalnya reduksi GSSG (glutation tereduksi) menjadi GSH (Glutation) karena tidak terbentuk reduktor NADPH. GSH berperan dalam melenyapkan oksidator kuat pada eritrosit dan melindungi gugus Sulf hidril eritrosit, Sehingga blokir terhadap enzim G-6PD menyebabkan eritrosit mudah teroksidasi dan lisis. Oksidasi eritrosit menyebabkan terbentuknya methemoglobin dalam jumlah yang banyak dan mengendap disisi membran eritrosit, sehingga kelenturannya berkurang dan mudah tereduksi oleh fagosit (Sadikin, 2001). Dalam penelitian ini, setelah dilakukan uji statistik ternyata hanya penurunan enzim ALAD yang menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, sedangkan peningkatan kadar Hb menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan bahwa biosintesis enzim ALAD sangat rentan terhadap peningkatan kadar kadar Pb dibandingkan dengan biosintesis Hb. Hal ini juga ditegaskan oleh Lu

(1995) yang menyatakan bahwa enzim yang terlibat dalam sintesis hemoglobin terutama enzim ALAD paling rentan terhadap keracunan Pb.

Penurunan enzim tersebut adalah dikarenakan : Toksisitas Pb disebabkan adanya interaksi antara Pb dengan senyawa ligand yang ada didalam tubuh misalnya gugus enzim –SH dari ALAD (yang mengakibatkan penumpukan ALA) dan hem sintetase (mengakibatkan penumpukan protoporfirin) sehingga terjadi hambatan sintesis hemoglobin. Pb juga dapat menghambat enzim ferokelatase yang menyebabkan ion fe tidak dapat berikatan dengan cincin proporpirin, oleh karena terjadi kompetisi antara Pb dengan Fe akibat dari hal tersebut diatas maka Pb dapat mengakibatkan penurunan enzim ALAD (Ganiswara et al., 1995). Keadaan ini sesuai dengan penelitian (Sugiharto and W, 2004) yang menyebutkan bahwa pemberian larutan Pb nitrat [(PbNO3)2] dengan dosis 12 ppm dan 50 ppm selama 30

hari secara oral pada tikus putih memberikan hasil terjadinya penurunan enzim ALAD dan kadar Hb.

Selain itu, pada penelitian ini ditemukan bahwa kelompok mencit yang diberikan vitamin C 1000mg/kg BB + Pb dapat menaikkan nilai aktivitas enzim ALAD. Hal ini dibuktikan dari hasil uji anova bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (vitamin C 1000mg/kgBB +Pb) dengan kelompok kontrol, yang berarti nilai rata-rata aktivitas enzim ALAD pada kelompok kontrol dengan perlakuan tidak jauh berbeda. Hal ini dapat diyakini, bahwa dengan pemberian vitamin C 1000 mg/kgBB dapat menaikkan nilai aktivitas enzim ALAD, yang sebelumnya diberikan Pb, akan tetapi pemberian vitamin C 200mg/kgBB dan vitamin

C 500mg/kgBB tidak dapat menaikkan nilai aktivitas enzim ALAD, walaupun nilai rata-rata antara kelompok yang diberikan Pb saja, vitamin C 200mg/kgBB + Pb, vitamin C 500 mg/kg BB + Pb didapatkan ada kenaikan aktivitas enzim ALAD, namun kenaikan tersebut masih di bawah nilai kelompok kontrol, dan hal ini dibuktikan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelompok tersebut secara bermakna yang artinya dalam penelitian ini terjadi peningkatan aktivitas enzim ALAD dengan pemberian vitamin C 1000mg/kgBB tetapi tidak dapat memperbaiki hingga sama seperti kontrol.Dalam penelitian ini vitamin C 1000mg/kgBB dapat berperan sebagai zat antioksidan dan detoksikasi dengan cara meningkatkan aktivitas enzim gluthatione S-transferase (GST) serta kelompok enzim gluthatione yang lain (GS-x) yang berperan dalam melenyapkan oksidator kuat (dalam hal ini ion Pb) pada eritrosit dan melindungi gugus enzim-SH eritrosit.

Dokumen terkait