• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. Pengaruh Perminan Ular Tangga pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Terhadap Peningkatan Perilaku Murid

5.1. Pengaruh Promosi Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Ular Tangga terhadap Pengetahuan Murid

5.1.1. Pengetahuan

Hasil analisis pada metode ceramah dengan menggunakan independent-sample t-test yang dilakukan ternyata terjadi perbedaan pengetahun murid pada kelompok perlakuan dan kontrol, dimana diperoleh rerata nilai murid pada kelompok perlakuan sebesar 23,83 dan kelompok kontrol sebesar 8,67 dan t hitung 27,18 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 (p<0,05), atau dengan perkataan lain bahwa ada perbedaan secara nyata pengetahuan murid seperti terlihat pada tabel 4.11. Pemberian promosi kesehatan dengan metode ceramah ternyata mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan murid tentang konsumsi makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi.

Sebelum dilakukan penyuluhan, secara umum pengetahuan murid tentang makanan jajanan pada metode ceramah masih rendah. Pengetahuan murid yang rendah disebabkan kurangnya informasi tentang makanan jajanan yang diterima murid khususnya selama berada di sekolah. Padahal jika suatu informasi diberikan di sekolah, murid cenderung akan menerima. Murid tidak pernah diberikan informasi tentang makanan jajanan baik dengan metode maupun media promosi kesehatan apapun.

Setelah penyuluhan dilakukan terjadi peningkatan pengetahuan pada murid, baik dengan menggunakan metode ceramah. Dapat dikatakan pengetahuan murid pada kelompok perlakuan menjadi lebih baik, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi sedikit perubahan pengetahuan murid. Perubahan pengetahuan murid pada kelompok kontrol disebabkan adanya ketertarikan murid untuk

mencari informasi dari berbagai media tentang makanan jajanan dan bertanya pada guru, teman, dan keluarganya sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang masih diingat setelah pretest.

Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003), salah satu strategi untuk perubahan perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah penyuluhan.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Metode Ceramah merupakan yang paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain (Anonim, 2013). Peningkatan pengetahuan dengan metode ceramah ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmadi (2010) yaitu, efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah terhadap pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata pola konsumsi jajanan anak

sekolah yang mengandung pemanis buatan dengan derajat kepercayaan 95% atau (p<0,05).

Sedangkan menurut Jayanti (2010), hasil uji t-test menunjukkan penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita di Kecamatan Medan Denai. Penelitian yang dilakukan oleh Dinatia (2011) menyebutkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan jajanan murid.

Pada metode permainan ular tangga juga menunjukan hasil analisis dengan menggunakan independent-sample t-test sama halnya dengan hasil analisis dari metode ceramah yaitu ada perbedaan pengetahun murid pada kelompok perlakuan dan kontrol. Rerata nilai murid pada kelompok perlakuan sebesar 24,40 dan kelompok kontrol sebesar 10,27 dan t hitung 35,09 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 (p<0,05), artinya ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode permainan ular tangga terhadap pengetahuan murid tengan konsumsi makanan jajanan seperti terlihat pada tabel 4.15. Pemberian promosi kesehatan dengan metode permainan ulat tangga ternyata mampu memengaruhi peningkatan pengetahuan murid tentang konsumsi makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi.

Sebelum dilakukan penyuluhan, secara umum pengetahuan murid tentang makanan jajanan pada metode permainan ular tangga kelompok masih rendah. Pengetahuan murid yang rendah disebabkan kurangnya informasi tentang makanan jajanan yang diterima murid khususnya selama berada di sekolah. Padahal jika suatu informasi diberikan di sekolah, murid cenderung akan

menerima. Murid tidak pernah diberikan informasi tentang makanan jajanan baik dengan metode maupun media promosi kesehatan apapun.

Setelah penyuluhan dilakukan terjadi peningkatan pengetahuan pada murid, dengan menggunakan metode permainan ular tangga. Dapat dikatakan pengetahuan murid pada kelompok perlakuan menjadi lebih baik, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi sedikit perubahan pengetahuan murid. Perubahan pengetahuan murid pada kelompok kontrol disebabkan adanya ketertarikan murid untuk mencari informasi dari berbagai media tentang makanan jajanan dan bertanya pada guru, teman, dan keluarganya sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang masih diingat setelah pretest.

Dalam ilmu perilaku kesehatan dikenal adanya pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) dengan berbagai metode dalam proses pembelajaran yang didalamya terintegrasi beberapa metode belajar yang memberikan motivasi dan keterlibatan yang aktif serta umpan balik yang baik pada setiap akhir penbelajaran, sehingga dapat menarik perhatian secara komperhensif bagi peserta pendidikan yang pada akhirnya memberikan peningkatan pada aspek pengetahuan setiap orang yang mengikutinya.

Pada dasarnya untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang suatu informasi perlu adanya metode pembelajaran dalam rangka aplikasi suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Penerapan sebuah model pembelajaran memungkinkan digunakannya metode pembelajaran lebih dari satu (Anonim, 2013). Metode permainan ular tangga merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan permainan edukatif, sehingga membuat anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan

mengasah logika dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim, 2012).

Peningkatan tersebut baru pada tingkatan yang pertama atau tingkatan paling rendah yaitu “Tahu”, atau diartikan sebagai adanya pengetahuan sebagai hasil mengingat kembali terhadap sesuatu yang dipelajari, dimana untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkan, menguraikan dan mendefenisikan.(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Mulyati (2009), salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pengaitan konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan permainan ular tangga. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif peningkatan hasil belajar sejarah untuk siswa kelas XI SMA N 1 Musuk, Boyolali. Media ini terbukti dalam peningkatan pengetahuan siswa tentang sejarah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi,dkk (2011) Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan pengetahuan gizi anak usia sekolah melalui pengoptimalan pendidikan jasmani dan kesehatan (PENJASKES). Sementara Pratiwi (2012) menyatakan media permainan ular tangga sebagai pengaruh penerapan metode perlakuan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas viii SMP N 1 Kebakkramat Surakarta.

Menurut teori Hamalik yang dikutip dari peneliatan Wiwik Norlita (2005), adanya peningkatan pengetahuan setiap peserta pendidikan dengan metode integrasi ditunjang oleh keaktifan dari peserta tersebut dan kemampuan fasilitator dalam mengelola kegiatan proses belajar mengajar sehingga fasilitator dapat membangkitkan fikiran yang kreatif dan akhirnya dapat merangsang partisipasi peserta dalam kelompoknya.

Anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan sehingga, upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya, karena (Dinatia, 2011).

A. Sikap

Dari tabel 4.11 menjelaskan bahwa promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan sikap dari setuju menjadi tidak setuju, dan dari setuju menjadi tidak setuju tentang konsumsi makanan jajanan. Dari hasil analisis dengan menggunakan independent-sample t-test, rerata nilai sikap murid pada kelompok perlakuan sebesar 9,87 dan sebesar 5,13 merupakan nilai dari kelompok kontrol. Dan diperoleh t hitung 8,451 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 (p<0,05). Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata responden menunjukkan adanya pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap sikap murid murid tentang konsumsi makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi.

Perlu kita ketahui bersama bahwa setelah penyuluhan dilakukan secara umum sikap murid mengalami peningkatan menjadi baik, meskipun masin ada murid dengan kategori kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol yang pada dasarnya tidak ada diberikan stimulus apapun tentang penelitan dari peneliti terjadi sedikit perubahan. Perubahan sikap murid pada kelompok kontrol disebabkan karena interaksi dari teman, informasi dari orang tua, guru dan media elektronik seperti tv.

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Jadi, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifestasi sikap yang tidak bisa langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini sikap positif para murid tidak dapat dipastikan sepenuhnya karena pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan permainan ular tangga sebab, ada beberapa variabel yang tidak diteliti yang dapat memengaruhi sikap murid seperti unsur-unsur kebudayaan/ adat istiadat yang mampu memengaruhi kebiasaaan makan sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu gizi, orang lain yang dianggap penting, media massa, dan faktor emosi dalam diri murid.

Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual (Muchtar, 2011).

Sama halnya dengan promosi kesehatan yang menggunakan metode ceramah, promosi kesehatan dengan metode permainan ular tangga juga menunjukkan adanya perubahan yang signifikan terhadap sikap murid tentang konsumsi makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan independent-sample t-test yang dilakukan juga terjadi perbedaan pada sikap responden. Dari Tabel 4.15

menunjukkan bahwa rata-rata jumlah skor sikap pada kelompok perlakuan sebesar 12,63 dan kelompok kontrol sebesar 5,83. Dan nilai t sebesar 16,53 dengan nilai probabilitas (p) = ,000 (p<0,05), atau dengan perkataan lain bahwa terjadi perbedaan secara nyata rata-rata sikap responden antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata responden menunjukkan sikap yang positif setelah dilakukan promosi kesehatan dengan metode permainan ular tangga.

Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan dan sikap setiap individu. Promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dn permainan ular tangga merupakan suatu formula pendidikan yang di dalamnya terintegrasi beberapa metode belajar juga dapat merubah sikap seseorang kearah yang lebih baik.

Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan objeknya. Sikap hanyalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara. Jadi, sikap adalah pandangan, pendapat, tanggapan ataupun penilaian dan juga perasaan seseorang terhadap stimulus atau objek yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak. Dengan kata lain, sikap merupakan

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Perubahan sikap sebagaimana pada teori perubahan perilaku, pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keyakinan/kepercayaan yang dilandasi oleh kebutuhan dan manfaat yang dirasakan, adanya pengetahuan tersebut seperti pada pembahasan serupa pengetahuan sebelumnya juga didapatkan dari hasil penginderaan, yang salah satunya didapatkan pada pendidikan atau proses belajar.

Usia anak sekolah dasar dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sangat mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005) serta pada kelompok usia ini memiliki kebiasaan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan, 2000). Menurut Suhardjo (2003), salah satu tujuan umum pendidikan gizi pada anak sekolah adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia.

B. Tindakan

Hasil analisis pada metode ceramah dengan menggunakan independent-sample t-test yang dilakukan ternyata terjadi perbedaan tindakan murid pada kelompok perlakuan dan kontrol, dimana diperoleh rerata nilai murid pada kelompok perlakuan sebesar 8,77 dan kelompok kontrol sebesar 5,43 dan t hitung 6,905 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 (p<0,05), atau dengan perkataan lain bahwa ada perbedaan secara nyata tindakan murid seperti terlihat pada tabel 4.11. Pemberian promosi kesehatan dengan metode ceramah ternyata mampu

mempengaruhi peningkatan tindakan murid tentang konsumsi makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi.

Sebelum dilakukan penyuluhan, secara umum tindakan murid tentang makanan jajanan pada metode ceramah masih rendah. Para murid memilih jajan pada pedagang makanan jajanan kaki lima yang mangkal di trotoar pinggir jalan daripada di kantin sekolah karena makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima lebih bervariasi, lebih menarik, murah, dan rasanya pun lebih enak menurut mereka.

Setelah penyuluhan dilakukan terjadi peningkatan tindakan pada murid dengan menggunakan metode ceramah. Dapat dikatakan tindakan murid pada kelompok perlakuan menjadi lebih baik, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi sedikit perubahan. Perubahan tindakan murid pada kelompok kontrol disebabkan adanya ketertarikan murid untuk mencari informasi dari berbagai media tentang makanan jajanan dan bertanya pada guru, teman, dan keluarganya sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang masih diingat setelah pretest.

Peningkatan tindakan murid pada kelompok perlakuan tidak begitu menonjol seperti pada pengetahuan dan sikap. Walaupun telah dilakukan penyuluhan, masih ada murid dengan tindakan tidak baik. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku atau tindakan adalah tidak mudah. Perubahan tersebut menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan pengetahuan

penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan tindakan seseorang agar perubahan perilaku.

Promosi kesehatan atau pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000).

Pada metode permainan ular tangga juga menunjukan hasil analisis dengan menggunakan independent-sample t-test sama halnya dengan hasil analisis dari metode ceramah yaitu ada perbedaan tindakan murid pada kelompok perlakuan dan kontrol. Rerata nilai murid pada kelompok perlakuan sebesar 8,10 dan kelompok kontrol sebesar 5,17 dan t hitung 4,83 dengan nilai probabilitas (p) = 0,000 (p<0,05), artinya ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode permainan ular tangga terhadap tindakan murid tengan konsumsi makanan jajanan seperti terlihat pada tabel 4.15. Pemberian promosi kesehatan dengan metode permainan ulat tangga ternyata mampu memengaruhi peningkatan pengetahuan murid tentang konsumsi makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi.

Sebelum dilakukan penyuluhan, secara umum tindakan murid tentang makanan jajanan pada metode permainan ular tangga masih rendah. Para murid memilih jajan pada pedagang makanan jajanan kaki lima yang mangkal di trotoar pinggir jalan daripada di kantin sekolah karena makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima lebih bervariasi, lebih menarik, murah, dan rasanya pun lebih enak menurut mereka.

Setelah penyuluhan dilakukan terjadi peningkatan tindakan pada murid dengan menggunakan metode permainan ular tangga. Dapat dikatakan tindakan murid pada kelompok perlakuan menjadi lebih baik, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi sedikit perubahan. Perubahan tindakan murid pada kelompok kontrol disebabkan adanya ketertarikan murid untuk mencari informasi dari berbagai media tentang makanan jajanan dan bertanya pada guru, teman, dan keluarganya sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang masih diingat setelah pretest.

Terdapat bermacam-macam faktor yang mempengaruhi gejala kejiwaan yang tercermin dalam tindakan manusia diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosioal, budaya, dan sebagainya. Seseorang dapat bertindak tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulasi yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan seseorang tidak harus didasari pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti, keinginan, minat, pengetahuan, emosi, berpikir, sikap, motivasi, reaksi, dan sebagainya. Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Terbentuknya perubahan perilaku karena interaksi antara individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses yakni proses belajar. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar (Notoatmodjo, 2003).

Umur dan kemampuan akademik juga dapat mempengaruhi proses perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Kemampuan akademik yang dimiliki para murid memungkinkan mereka untuk lebih mudah menangkap informasi yang

diberikan dan mampu mengingatnya kembali. Umur murid pada kelompok perlakuan berkisar antara 9-13 tahun yang merupakan kelompok umur peka dan mudah menerima perubahan sebab berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (Lucie, 2005).

Setelah murid-murid mengetahui stimulus atau objek kesehatan yang diberikan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, proses selanjutnya diharapkan para murid akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut dengan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

5.2.Perbedaan Metode Antara Ceramah Dan Permainan Ular Tangga