• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun 2015"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU MURID KELAS V

TENTANG KONSUMSI MAKANAN JAJANAN di SD NEGERI KECAMATAN

MEDAN PETISAH TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

WINDA GUMA YANDRI NIM. 081000045

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU MURID KELAS V

TENTANG KONSUMSI MAKANAN JAJANAN di SD NEGERI KECAMATAN

MEDAN PETISAH TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

WINDA GUMA YANDRI NIM. 081000045

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Anak usia sekolah dasar tidak terlepas dengan dunia jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya karena lapar, bujukan teman dan jumlah uang dari orang tua. Pemilihan menu yang aman, sehat dan bergizi belum menjadi perhatian khusus bagi anak sekolah. Hal ini menyebabkan persentase KLB (Kejadian Luar Biasa) keracunan pangan di tingkat SD setiap tahunnya adalah yang tertinggi diantara KLB dijenjang pendidikan lainnya.

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode yaitu metode ceramah dan media permainan ular tangga terhadap peningkatan perilaku murid tentang konsumsi makanan jajanan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pretes dan postest. Sampel penelitian terdiri dari 30 responden pada kelompok perlakuan dan 30 responden pada kelompok kontrol. Lokasi penelitian di SD N 060834 dan 060893 Kecamatan Medan Petisah Kota Medan. Data dianalisis menggunakan uji

independent-sample t test dengan α=0,05.

Hasil penelitian: Promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan media permainan ular tangga berpengaruh terhadap peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) murid. Peningkatan perilaku murid SD N 060834 tentang konsumsi makanan jajanan dengan metode ular tangga rata-rata pengetahuan= 27,18, sikap= 8,45 dan tindakan= 6,90 dan taraf signifikan= 0,000 dimana hipotesis (p < 0,05). Peningkatan perilaku murid kelas V SD N 060893 juga terlihat secara signifikan pada metode ceramah dengan rata-rata pengetahuan= 35,09, sikap= 16,53 dan tindakan= 4,83 dan taraf signifikan= 0,000 dimana hipotesis (p < 0,05). Promosi kesehatan dengan menggunakan metode permainan ular tangga lebih efektif dari pada metode ceramah dengan rata-rata pengetahuan = -1,202, sikap=-6,40 dan tindakan=0,971 dengan nilai probabilitas (p)=0,000 dimana hipotesis (p < 0,05). Anak SD adalah anak yang suka belajar sambil bermain. Mereka lebih tertarik dengan obyek dan media belajar yang menyenangkan.

(5)

Abstrack

The world sncaks can’t separated from primary school. Hunger, persuasion of friends and the amount of money as the factor to influenced children eating snack in the school. Selection menu of safe, healthy and nutritious yet is of particular concern for school children. Every year the food poisoning outbreak is highest other level education

The aim of research to determined the effect promotion health. The game of snakes using method to annalyze of the street food consumption. Design the experimented used pretest and posttest. 30 respondents in the treatment and 30 respondents in the control. The location research in SDN 060834 and 060893 Petisah District Medan.

Result: the method of snakes game and ladders affect the behavior improvement such as knowledge, attitude and action of students. Improved behavior of N 060 834 primary school students about street food consumption with the snake method average household = 27.18 knowledge, attitudes and actions = 8.45 = 6.90 and a significance level = 0.000 where the hypothesis (p <0.05). Improved behavior fifth grade elementary school pupils N 060 893 also looks significantly at a lecture with an average knowledge = 35.09, attitude and action = 16.53 = 4.83 and a significance level = 0.000 where the hypothesis (p <0.05) . Health promotion using the game of snakes and ladders is more effective than the lecture method with average knowledge = -1.202, attitude = -6.40 and action = 0.971 with probability (p) = 0.000 which hypothesis (p <0.05) . the elementary school more like learn by game and they are more intrested by fun object.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NamaLengkap : Winda Guma Yandri Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 17 Januari 1990 JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 4 (empat) orang

Alamat : Jl. Titi Papan Gatsu Gg. Pemuda No. 20 B

Kec.Medan Petisah Kel.Sei Sikambing D, Medan Pendidikan Formal :

1. SD N 060883 Medan, Lulus tahun 2003 2. SMP N 19 Medan, Lulus tahun 2005 3. SMA Panca Budi Medan, Lulus tahun 2008 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Pengalaman Organisasi:

1. 2009 – 2010 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FKM-USU, sebagai

Dept. Perguruan Tinggi, KeMahasiswaan dan Kepemudaan 2. 2010 – 2011 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FKM-USU, sebagai

Wakil Sekretaris Umum

3. 2010 – 2011 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FKM-USU, sebagai Kepala Bid. Penelitian dan Pengembangan (LitBang)

(7)

5. 2013 – Now AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), sebagai staff divisi edukasi

6. 2014 – Now IKMI (Ikatan Konselor Menyusui Indonesia), sebagai staff 7. 2013 – Now MRI (Masyarakat Relawan Indonesia), sebagai Programer. Pengalaman Kerja:

1. Oktober - Desember 2013, Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI), sebagai SENIOR BREASTFEEDING COUNSELORS, program Infant and Young Child Feeding in Bener Meriah District 2013 Earthquake Emergency Response, donation from KOICA (Korea International Coorperation Agency) and in cooperation with Save the Children Takengon.

2. Februari – Maret 2014, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Penanganan Pasca

Bencana Erupsi Gunung Kelud, Kediri Jawa Timur, dalam program Trauma Healing for Children and recovery infranstruktur.

3. Januari – September 2014, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Penanganan Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung, Tanah Karo Sumatera Utara, dalam program Trauma Healing for Children, recovery infranstruktur and economy.

4. November – Sekarang 2015, Jaringan Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala Puja puji kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan karunia-Nya berupa kecerdasan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PROMOSI KESEHATAN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU MURID KELAS V TENTANG KONSUMSI MAKANAN JAJANAN di SD NEGERI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2015” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi dan Bapak dr. Mhd Arifin Siregar, MS, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

5. Ibu Halinda selaku dosen Pembina Akademik yang telah membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Ibu dan Bapak, selaku kepala sekolah SD Negeri 060834 dan 060893 yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.

7. Mama Muslihati dan Ayah Mukhlis Saragih yang telah memberikan segala kasih sayangnya kepada penulis. Kalian adalah malaikat ku.

8. Mas Wanda, Adek Wirna dan Adeq Faqih yang memberikan semangat, keceriaan, pengalaman, pendewasaan selama ini kepada penulis.

9. Terkhusus kepada Mas Ahmad Subandi, Sp yang selalu menemani hari-hari penulis dalam keadaan suka dan duka. Kesabaran dan perhatian yang diberikan membuat penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa yang akan kita rencanakan kedepannya dapat terwujud. AMIN.

10. Kakanda Hery Firdaus, SKM dan Kiki Rismadi, SKM yang memberikan kesempatan penulis mengenal dunia LSM, sebuah pengalaman yang paling berharga selama ini.

(10)

12. Teman-teman seperjuangan Ifa, Ani, Dwi, Irma, Uud, Ade yang menjadi rekan penulis dalam mengarungi dunia pendidikan di kampus FKM.

13. Sahabatku Hima, Dani, Zul, Togar, Mayan, Ari, Rizki, Rifandi, Nila, Nina, Sofia, Rizka yang memberikan pelajaran pendewasaan selama dalam menjalankan roda organisasi.

14. Kakanda dan Adinda di keluarga besar HMI FKM USU (mohon maaf tidak dapat disebutkan satu-persatu) yang juga memberikan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Rekan-rekan RELAWAN di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) SUMUT dan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) atas semangat dan doanya kepada penulis.

16. Kepada saudara/i yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan semangat dan doanya kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih.

Akhir kata, semoga Allah SWT, selalu memberikan keberkahan kepada kita semua dan harapan penulis dengan skripsi ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pihak.

Medan, Februari 2015

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Promosi Kesehatan ... 13

2.2. Metode dan Media PromKes ... 14

2.2.1. Jenis-jenis Metode PromKes ... 14

2.2.2. Media PromKes ... 18

2.3. Metode Ceramah ... 19

2.4. Metode Permainan Ular Tangga ... 22

2.4.1. Proses Pembuatan Ular Tangga ... 25

(12)

2.5.1. Pengetahuan ... 27

2.5.2. Sikap ... 30

2.5.3. Tindakan ... 31

2.6. Makanan Jajanan ... 33

2.6.1. Makanan Jajanan Aman, Sehat dan Bergizi ... 34

A. Makanan Jajanan Aman ... 34

B. Makanan Jajanan Sehat ... 42

C. Makanan Jajanan Bergizi ... 44

2.7. Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan pada Murid SD ... 46

2.8. Kerangka Konsep ... 50

2.9. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 52

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 53

3.2.2. Waktu Penelitian ... 55

3.3. Populasi dan Sampel ... 55

3.3.1. Populasi ... 55

3.3.2. Sampel ... 56

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 56

3.4.1. Data Primer ... 56

3.4.2. Data Sekunder ... 56

(13)

3.6. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian ... 57

3.6.1. Tahap Proposal ... 57

3.6.2. Tahap Persiapan ... 57

3.6.3. Tahap Pelaksanaan ... 58

3.7. Mekanisme Pelaksanaan Metode ... 59

3.7.1. Metode Ceramah ... 59

3.7.2. Metode Permainan Ular Tangga ... 62

3.8. Definisi Operational ... 67

3.9. Aspek Pengukuran ... ... 67

1. Pengetahuan ... ... 67

2. Sikap ... 68

3. Tindakan ... 69

3.10. Variable Penelitian ... 69

3.11. Uji Validitas dan Realibilitas ... 69

3.12. Teknik dan Analisa Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 72

4.1. Gambaran Umum dan Krakteristik Responden ... 72

4.1.1. Gambaran Umum SD N 060834 ... 72

4.1.2. Krakteristik Responden SD N 060834 ... 73

4.1.3. Gambaran Umum SD N 060893 ... 74

4.1.2. Krakteristik Responden SD N 060893 ... 75

(14)

4.2.1. Gambaran Perilaku Pre-test dan Post-test pada

Metode Ceramah ... 76

4.2.2. Gambaran Perilaku Pre-test dan Post-test pada Metode Ceramah ... 81

4.2.2. Perbedaan Metode Ceramah Dan Metode Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid ... 86

BAB V PEMBAHASAN ... 88

5.1. Pengaruh Promosi Kesehatan dengan Metode Ceramah dan Ular Tangga terhadap Pengetahuan Murid ... 88

5.1.1. Pengetahuan ... 88

5.1.2. Sikap ... 93

5.1.3. Tindakan ... 96

5.2. Perbedaan Metode Antara Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid ... 100

5.2.1. Perbedaan Metode Antara Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Pengetahuan Murid ... 100

5.2.2. Perbedaan Metode Antara Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Sikap Murid ... 101

(15)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 104 6.1. Kesimpulan ... 104 6.2. Saran ... 105

Daftar Pustaka

(16)

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Kandungan gizi berbagai jenis jajanan ... 3

Tabel 2.1. Kontaminasi mikroorganisme terhadap kesehatan ... 40

Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar ... 47

Tabel 3.1. Distribusi Jumlah siswa SD N Kelas V ... 55

Tabel 4.1. Distribusi Murid Berdasarkan Kelas, Jumlah Rombongan Belajar, dan Jumlah Murid di SD N 060834 TAHUN 2013/2014 ... 73

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Metode Ular Tangga SD N 060834 Tahun 2014 ... 73

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Metode Ular Tangga SD N 060834 ... 74

Tabel 4.4. Distribusi Murid Berdasarkan Kelas, Jumlah Rombongan Belajar, dan Jumlah Murid di SD N 060893 TAHUN 2013/2014 ... 74

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Metode Ceramah SD N 060893 Tahun 2014 ... 75

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Metode Ceramah SD N 060893 ... 75

Tabel 4.11.Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Postest Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol SD N 060834 Tahun 2014 ... 81

Tabel 4.15.Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Postest Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol SD N 060893 Tahun 2014 ... 86

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perubahan Perilaku menurut teori S-O-R ... 27 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 50 Gambar 3.1. Model Rancangan Penelitian ... 52 Gambar 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pretest dan Postest

Pengetahuan ... 77 Gambar 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pretest dan Postest Sikap ... ... 78 Gambar 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pretest dan Postest Tindakan . ... 80 Gambar 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pretest dan Postest

(18)

Daftar Lampiran Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Materi Penelitian

Lampiran 3 Panduan Pelatihan Fasilitator

Lampiran 4 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Metode Ceramah

Lampiran 5 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Metode Permainan Ular Tangga

(19)

ABSTRAK

Anak usia sekolah dasar tidak terlepas dengan dunia jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya karena lapar, bujukan teman dan jumlah uang dari orang tua. Pemilihan menu yang aman, sehat dan bergizi belum menjadi perhatian khusus bagi anak sekolah. Hal ini menyebabkan persentase KLB (Kejadian Luar Biasa) keracunan pangan di tingkat SD setiap tahunnya adalah yang tertinggi diantara KLB dijenjang pendidikan lainnya.

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode yaitu metode ceramah dan media permainan ular tangga terhadap peningkatan perilaku murid tentang konsumsi makanan jajanan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pretes dan postest. Sampel penelitian terdiri dari 30 responden pada kelompok perlakuan dan 30 responden pada kelompok kontrol. Lokasi penelitian di SD N 060834 dan 060893 Kecamatan Medan Petisah Kota Medan. Data dianalisis menggunakan uji

independent-sample t test dengan α=0,05.

Hasil penelitian: Promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan media permainan ular tangga berpengaruh terhadap peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) murid. Peningkatan perilaku murid SD N 060834 tentang konsumsi makanan jajanan dengan metode ular tangga rata-rata pengetahuan= 27,18, sikap= 8,45 dan tindakan= 6,90 dan taraf signifikan= 0,000 dimana hipotesis (p < 0,05). Peningkatan perilaku murid kelas V SD N 060893 juga terlihat secara signifikan pada metode ceramah dengan rata-rata pengetahuan= 35,09, sikap= 16,53 dan tindakan= 4,83 dan taraf signifikan= 0,000 dimana hipotesis (p < 0,05). Promosi kesehatan dengan menggunakan metode permainan ular tangga lebih efektif dari pada metode ceramah dengan rata-rata pengetahuan = -1,202, sikap=-6,40 dan tindakan=0,971 dengan nilai probabilitas (p)=0,000 dimana hipotesis (p < 0,05). Anak SD adalah anak yang suka belajar sambil bermain. Mereka lebih tertarik dengan obyek dan media belajar yang menyenangkan.

(20)

Abstrack

The world sncaks can’t separated from primary school. Hunger, persuasion of friends and the amount of money as the factor to influenced children eating snack in the school. Selection menu of safe, healthy and nutritious yet is of particular concern for school children. Every year the food poisoning outbreak is highest other level education

The aim of research to determined the effect promotion health. The game of snakes using method to annalyze of the street food consumption. Design the experimented used pretest and posttest. 30 respondents in the treatment and 30 respondents in the control. The location research in SDN 060834 and 060893 Petisah District Medan.

Result: the method of snakes game and ladders affect the behavior improvement such as knowledge, attitude and action of students. Improved behavior of N 060 834 primary school students about street food consumption with the snake method average household = 27.18 knowledge, attitudes and actions = 8.45 = 6.90 and a significance level = 0.000 where the hypothesis (p <0.05). Improved behavior fifth grade elementary school pupils N 060 893 also looks significantly at a lecture with an average knowledge = 35.09, attitude and action = 16.53 = 4.83 and a significance level = 0.000 where the hypothesis (p <0.05) . Health promotion using the game of snakes and ladders is more effective than the lecture method with average knowledge = -1.202, attitude = -6.40 and action = 0.971 with probability (p) = 0.000 which hypothesis (p <0.05) . the elementary school more like learn by game and they are more intrested by fun object.

(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pembangunan suatu bangsa tidak pernah lepas dari aset pokok yang disebut sumber daya alam (natural resources) dan sumber daya manusia (human resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan.

Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang sangat serius terhadap masalah kesehatannya. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatannya adalah dengan melakukan perbaikan gizi melalui pendidikan gizi.

Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya dalam perbaikan gizi terutama diusia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas (Depkes RI, 2005).

(22)

dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Sehingga, masih banyak makanan jajanan yang tidak memenuhi standar gizi untuk anak sekolah dasar.

Pada umumnya anak-anak lebih menyukai jajanan di warung maupun kantin sekolah daripada makanan yang telah tersedia di rumah (Kus dan Kusno, 2007). Menurut Adriani,dkk (2012), hal tersebut terjadi karena anak usia ini sering dianggap sedang memasuki fase Johnny won’t eat artinya dimana anak suka makan makanan yang mereka sukai. Sehingga salah satu faktor yang memengaruhi status gizi anak adalah kebiasaan makan.

Menurut Agresta (2005) dalam Damanik (2010) kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi jumlah uang dari orangtua, rasa lapar, bujukan teman, rayuan pedagang makanan, dan lainnya. Selain itu, iklan di media massa berdampak cukup besar dalam memengaruhi kebiasaan makan anak. Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat melengkapi kebutuhan gizi anak.

Pada umumnya, anak sekolah menghabiskan seperempat waktunya setiap hari di sekolah (Aprillia, 2011). Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi dan perut akan terasa lapar kembai (Sihadi, 2004). Akhirnya apabila tidak beli jajan, anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya pada pelajaran yang diberikan guru. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih makanan jajanan 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna (Yusuf, dkk, 2008).

(23)

memberikan 36% energi dan 29% protein dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologi maupun kimiawi masih dipertanyakan (Cahanar, 2006 dalam Butarbutar 2009).

Tabel 1.1 Daftar Komposisi Bahan Makanan

No. Jajanan Ukuran Berat

Hasil penelitian di daerah Bogor juga menunjukkan rata-rata konsumsi energi yang berasal dari makanan jajanan bagi 265 anak sekolah dasar kelas IV-VI sekitar 304 kal, menyumbang sekitar 24,7 % dari rata-rata total konsumsi kalori per hari. Untuk protein sekitar 6,7 gram/hari, menyumbang sekitar 22,9 % dari rata-rata total konsumsi protei per hari mereka (Sihadi, 2004).

(24)

sebab banyak makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat beredar. Mengonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat dapat menyebabkan anak terkena penyakit dan dapat menurunkan status gizi anak (Haryanto, 2002).

Berdasarkan Hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan bahwa sebanyak 40-44% jajanan anak disekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Berdasarkan pengambilan sampel jajanan anak sekolah di 6 ibu kota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya), ditemukan 72,08% yang positif mengandung zat berbahaya. Jajanan di sekolah tersebut mengandung bahan berbahaya yang dilarang digunakan untuk pangan seperti formalin, boraks, zat pewarna rhodamin B dan methanyl yellow dimana jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi akut berupa alergi, batuk, diare, dan keracunan dalam jangka panjang dapat terakumulasi dan mencetuskan kanker (Kompas, 2011 dalam Andrita 2012).

Dari hasil penelitian tentang pemeriksaan formalin pada bakso yang dijual di sekolah dasar di kota Medan yang dilakukan oleh Ginting (2010) menunjukkan bahwa dari 21 (dua puluh satu) sampel yang dianalisis diambil dari dua puluh satu sekolah dasar yang tersebar di dua puluh satu kecamatan, tujuh sampel positif mengandung formalin dengan kadar yang diperoleh berkisar antara 20,71 mcg/g hingga 49,44 mcg/g.

(25)

setelah makan nasi uduk, serta keracunan pada murid salah satu SD Kota Medan setelah minum susu yang dipromosikan ke sekolah tersebut.

Berdasarkan kasus yang ditemukan di Kecamatan Medan Johor pada tahun 2010 terdapat tiga orang anak menjadi korban keracunan makanan. Dua diantaranya adalah anak SD yang meninggal dan seorang lagi kritis (Suara Pembaharuan, 2010). Pada bulan Februari 2011 puluhan murid sekolah dasar Al Washliyah di Kecamatan Medan Denai mengalami keracunan. Puluhan murid SD mengalami mual-mual setelah mengonsumsi jajanan di kantin sekolah. Sekitar 14 murid diantaranya harus mendapatkan perawatan medis yang serius ke rumah sakit (Eksposnews, 2011).

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari 2 (dua) sekolah yaitu sekolah SD Negeri 060893 dan 060834, makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima ditemukan menggunakan warna yang mencolok seperti pada saus siomay, saus sosis goreng, saus telur goreng, saus mie goreng, minuman sirop, es tiga rasa, dll. Dan mereka dibekali uang jajan berkisar antara Rp. 2.000,00 - Rp. 5.000,00 yang memungkinkan anak mampu membeli makanan jajanan secara bebas.

(26)

pada anak sekolah yang notabene merupakan golongan usia pertumbuhan yang seharusnya mengonsumsi makanan sehat (Judarwanto, 2008).

Salah satu ruang lingkup yang sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan adalah lingkungan sekolah. Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya, karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan (Dinatia, 2011). Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005) serta kelompok usia ini memiliki kebiasaan-kebiasaan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan, 2000). Menurut Suhardjo (2003), salah satu tujuan umum pendidikan gizi pada anak sekolah adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia.

Promosi kesehatan atau pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000).

(27)

kepada sarsaran diharapkan sasaran dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan termasuk masalah gizi yang lebih baik. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah sederhana dan mudah dikenal pula sehingga mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif (Nurhayati, 2010).

Untuk mencapai pengetahuan yang baik dan optimal tentang gizi, maka metode dan media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode ceramah. Pada metode ceramah dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2005).

(28)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2010) menunjukkan perbedaan pengetahuan ibu balita pre-test dan post test dengan penyuluhan yaitu dari 16,65 menjadi 33,12, perbedaan sikap ibu balita pre-test dan post test dengan penyuluhan yaitu dari 8,12 menjadi 15,81, perbedaan pengetahuan ibu balita pre-test dan post pre-test dengan media leaflet yaitu dari 16,08 menjadi 33,12, perbedaan sikap ibu balita pre-test dan post test dengan media leaflet yaitu dari 8,46 menjadi 14,23. Hasil uji t-test menunjukkan penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita di Kecamatan Medan Denai. Sedangkan menurut Ahmadi (2010) efektivitas penyuluhan terhadap pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan dengan derajat kepercayaan 95% atau (p<0,05).

Media yang digunakan juga harus disesuaikan dengan sasaran, mengingat bahwa kelompok usia ini sangat cenderung mengaktualisasikan dirinya seperti bermain, bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung (Anonim, 2012). Maka, pendekatan media yang lebih efektif pada usia ini dengan karakter yang telah dikemukakan haruslah media yang menarik dan menyenangkan agar mudah diserap oleh anak. Media yang digunakan menggunakan permainan yang sifatnya lebih edukatif.

(29)

edukatif dapat meningkatkan kemampuan menguatkan anggota badan, menjadi lebih terampil dan menumbuhkan serta mengembangkan kepribadiannya.

Salah satu permainan edukatif yang terkait pendidikan gizi adalah US Departement of Agricultural (USDA), mengembangkan permainan edukatif untuk memperbaiki status gizi anak. Permainan ini dinamakan My Pyramid for Kids

yang menggunakan konsep “Membantu Anak untuk Makan dengan Baik, Melakukan Olahraga dan Mendapatkan Kesenangan” (French,dkk, 2006).

Colby dan Haldeman (2007) yang menggunakan media teater anak sebagai media pendidikan gizi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku, kepercayaan dan kebiasaan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk (2006) menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual. Penelitian juga dilakukan oleh Ikada (2010) menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar tentang gizi setelah dilakukan pendidikan dengan menggunakan media buku cerita bergambar.

Departemen Kesehatan RI (2008), untuk mempromosikan kesehatan disekolah sebaiknya menggunakan pendekatan yang sesuai dengan dunianya anak sekolah. Salah satu metode promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk anak TK dan SD adalah dengan menggunakan permainan ular tangga, dimana pesan-pesan kesehatan dapat dituangkan kedalam permainan tersebut sehingga anak lebih tertarik.

(30)

untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim, 2012). Menurut Mulyati (2009), salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pengaitan konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan permainan ular tangga.

Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan disain yang dirancang, yaitu dengan media permainan ular tangga. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan “sangat berinteraktif jika dimainkan bersama-sama”. Kata interaktif sendiri mempunyai arti “terhubung” antara satu dengan yang lain ataupun “input” dari sang pemakai dengan media yang dipakai. Ular tangga pada

umumnya terdiri atas satu petak permainan yang berisi kotak-kotak yang harus dilewati oleh para pemain dengan menggerakan bidak setelah sebelumnya memutar dadu terlebih dahulu. Permainan yang mudah, bermanfaat dan menyenangkan merupakan kunci terpenting dalam mendesain permainan anak. Konsep ini merujuk pada konsep “Bermain Sambil Belajar”.

1.2.Perumusan Masalah

(31)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan metode ceramah dan metode permainan ular tangga terhadap peningkatan perilaku murid tentang konsumsi makanan jajanan di SD Negeri Kecamatan Medan Petisah.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 060893 Kecamatan

Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sebelum dilakukan metode ceramah.

2. Untuk mengetahui sikap siswa SD Negeri 060893 Kecamatan Medan

Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sesudah dilakukan metode ceramah.

3. Untuk mengetahui tindakan siswa SD Negeri 060893 Kecamatan Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sesudah dilakukan metode ceramah.

4. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 060834 Kecamatan Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sebelum dilakukan metode permainan ular tangga.

5. Untuk mengetahui sikap siswa SD Negeri 060834 Kecamatan Medan Petisah tentang konsumsi makanan jajanan sebelum dilakukan metode permainan ular tangga.

6. Untuk mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 060834 Kecamatan

(32)

7. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan perilaku antara metode ceramah dan metode permainan ular tangga

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak SD Negeri 060834 dan 060893 di Kecamatan Medan Petisah dalam peningkatan perilaku tentang konsumsi makanan jajanan.

2. Sebagai bahan masukan puskesmas setempat agar lebih memperhatikan pentingnya penyuluhan tentang makanan jajanan sekolah.

3. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan atau informasi yang disampaikan kepada sarsaran diharapkan sasaran dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan termasuk masalah gizi yang lebih baik.

Menurut Notoatmodjo (2007) WHO telah merumuskan: “Promosi

kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya)”.

Batasan lain, promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian Health Foundation sebagai berikut: “Program kesehatan yang dirancang untuk

membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya).

(34)

Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo, 2003). Promosi kesehatan atau pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan Bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000).

2.2. Metode dan Media Promosi Kesehatan 2.2.1. Jenis-jenis Metode Promosi Kesehatan

Metode yang ditawarkan menurut Notoatmodjo (2007) dalam promosi kesehatan dibagai menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

(35)

berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perubahan perilaku yang baru.

b. Wawancara (Interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan, hanya saja peneliti dapat menggali informasi lebih untuk dapat mengarahkan perilaku sasaran menjadi lebih baik.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya (Lucie, 2005). Dan yang harus diingat pada metode ini adalah besarnya kelompok sasaran akan berkaitan dengan efektivitas metode yang akan digunakan. Metode ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Kelompok besar

Sasaran penyuluhan pada kelompok ini lebih dari 15 (lima belas) orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah metode ceramah dan seminar b. Kelompok kecil

(36)

pendapat (brain sroming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peran (role play), permainan simulasi (simulation game).

3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata, belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Metode ini juga efektif untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, namun bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Metode yang direkomendasikan untuk pendekatan massa, yaitu:

a. Ceramah umum (public speaking)

b. Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, seperti: TV,

radio, internet, dan sebagainya c. Simulasi

d. Media cetak seperti: majalah, koran, buku

e. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, seperti: spanduk, poster dan sebagainya.

(37)

metode pembelajaran lebih dari satu (Anonim, 2013). Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:

1. Berdasarkan pemberian informasi: a. Metode Ceramah

b. Metode Tanya Jawab c. Metode Demonstrasi

2. Berdasarkan pemecahan masalah:

a. Metode Curah Pendapat (Brainstorming) b. Metode Diskusi Kelompok

c. Metode Rembuk Sejoli

d. Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group) e. Metode Panel

f. Metode Forum Debat g. Metode Seminar h. Metode Simposium 3. Berdasarkan penugasan:

a. Metode Latihan (Drill) b. Metode Penugasan (Resitasi) c. Metode Permainan:

(38)

6. Simulasi

d. Metode Kelompok Kerja (Workshop) e. Metode Studi Kasus

f. Metode Karyawisata

2.2.2. Media Promosi Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi (Depkes RI, 2004).

Menurut Mardikanto yang dikutip oleh Lucie (2005), media pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan yang dapat mempermudahkan sasaran dalam menerima pesan-pesan kesehatan sehingga mampu memutuskan untuk mengadopsi menjadi perilaku bagi sasaran sesuai dengan pesan yang telah disampaikan.

Berdasarkan media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, menurut Notoatmodjo (2003) media dibagi menjadi 3 (tiga) yakni:

1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu: a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam

bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

(39)

c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,

gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat. e. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan.

g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki jenis yang berbeda, antara lain:

a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab,

sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.

c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang berhubungan dengan kesehatan.

d. Slide dan Film strip

3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan

pesan kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum. 2.3. Metode Ceramah

(40)

kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain (Anonim, 2013).

Ceramah merupakan metode pembelajaran yang konvensional. Ceramah jika terlalu sering digunakan tidak akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32) metode ceramah perlu diperbaiki dalam penerapannya dengan cara:

1. Membangun daya tarik

2. Memaksimalkan pengertian dan ingatan 3. Melibatkan siswa

4. Memberikan penguatan.

Cara untuk membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah, yaitu:

1. Guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti: anekdot, cerita

fiksi, kartun, atau media visual yang menarik siswa 2. Kemukakan suatu problem

3. Kemukakan nilai positif dan manfaat

4. Berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu. Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu:

1. Memberikan headlines dan kata kunci 2. Kemukakan contoh dan analogi

3. Gunakan media pembelajaran atau minimal alat bantu visual. Agar siswa

(41)

Hal tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan tantangan

spot. Tantangan spot adalah penghentian ceramah secara periodik disertai dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk memberikan contoh dari konsep yang disajikan. Selain penggunaan tantangan spot, pemberian latihan-latihan juga dapat melibatkan siswa dalam ceramah. Latihan-latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah disampaikan dalam ceramah.

Materi yang disampaikan melalu metode ceramah mudah terlupakan. Kondisi tersebut perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya penguat dalam metode ceramah, yaitu: aplikasi masalah dan review. Aplikasi masalah adalah pemberian masalah atau pertanyaan pada siswa untuk diselesaikan dengan memanfaatkan informasi yang diberikan pada saat ceramah. Selain itu, penguatan dapat diberikan dengan memberikan

review. Review dalam hal ini siswa diminta mengulas ceramah yang telah disampaikan.

Namun, dalam beberapa penelitian atau pembelajaran metode ceramah efektif dilakukan dari pada metode lain, diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dinatia (2011) menyebutkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan jajanan murid.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti, dkk (2005) tentang promosi

(42)

terbukti bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

3. Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan

audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual (Muchtar, 2011).

4. Jayanti (2010), hasil uji t-test menunjukkan penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita di Kecamatan Medan Denai.

5. Sedangkan menurut Ahmadi (2010) efektivitas penyuluhan dengan metode

ceramah terhadap pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan dengan derajat kepercayaan 95% atau (p<0,05).

2.4 Metode Permainan Ular Tangga

(43)

Menurut Shaleh (2009) menyatakan bahwa permainan ini adalah permainan hindu yang berasal dari india dan merupakan permainan moralitas, yang disimbolkan dalam bentuk ular dan tangga. Tangga dianggap mewakili berbagai jenis sifat kebaikan sedangkan ular mewakili jenis sifat kejahatan. Permainan ini digunakan untuk memberikan pengertian kepada anak-anak tentang agama. Kebaikan akan membawa turun ke tingkat yang rendah dalam kehidupan. Kotak yang berjumlah 100 mewakili tingkat Nirwana.

Permainan ular tangga merupakan alat bermain yang bersifat edukatif sehingga membuat anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah logika dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim, 2012). Melalui permainan ular tangga dapat membuat anak-anak meyakini bahwa belajar itu hal yang menyenangkan tidak membosankan dan kemampuan perkembangan anak dapat berkembang dengan baik.

Menurut Mulyati (2009), salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pengaitan konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan permainan ular tangga. Model pembelajaran dengan menggunakan metode ular tangga mempunyai beberapa keunggulan, yang diantaranya yaitu:

1. Dapat menciptakan suasana pembelanjaran yang fun atau menyenangkan. 2. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual

maupun kelompok.

3. Dapat mengembangkan kreativitas.

(44)

6. Struktur kognisi yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar bermakna akan stabil.

7. Tersusun secara relevan sehingga tergaja dalam ingatan.

Permainan ular tangga sudah banyak dilakukan dan dikembangkan dalam beberapa penelitian atau pembelajaran, diantaranya yaitu:

1. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif peningkatan hasil belajar sejarah untuk siswa kelas XI SMA N 1 Musuk, Boyolali. Media ini terbukti dalam peningkatan pengetahuan siswa tentang sejarah (Mulyati, 2009).

2. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam mengajar

perbendaharaan kata bahasa inggris untuk sekolah dasar (Sari,dkk, 2011). 3. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan

pengetahuan gizi anak usia sekolah melalui pengoptimalan pendidikan jasmani dan kesehatan (PENJASKES) (Dewi,dkk, 2011).

4. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam pelajaran matematika (Anonim, 2011).

5. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar tentang hygien dan sanitasi diri (anonim, 2011).

6. Media permainan ular tangga sebagai pengaruh penerapan metode perlakuan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas viii SMP N 1 Kebakkramat Surakarta (Pratiwi, 2012)

7. Modifikasi permainan ular tangga dalam mengimplementasikan konsep

(45)

2.4.1. Proses Pembuatan Ular Tangga

Permainan ini masuk kedalam kategori “board games” seiring dengan

munculnya monopoli, halma, ludo dan sebagainya. Bisa dilihat bahwa permainan ular tangga tradisional ini ringan ( mudah dimengerti ), sederhana peraturannya, mendidik dan menghibur anak-anak dengan cara yang positif dan sangat interaktif. Proses pembuatan permainan ular tangga yaitu:

1. Ular tangga tangga dibuat dalam ukuran 3 x 3 meter persegi dengan ukuran per kotaknya adalah 30 x 30 cm. 10 (sepuluh) kotak secara vertikal dan 10 (sepuluh) kotak secara horizontal. Setiap kotak akan diberi nomor 1 (satu) sampai 100 (seratus). Ular tangga ini dicetak dengan bahan MMT atau bahan spanduk plastik.

2. Setiap kotak berisi pesan-pesan tentang makanan jajanan makanan yang aman, sehat dan Bergizi, jenis-jenis makanan jajanan, pengaruh makanan jajanan terhadap kesehatan. Pesan-pesan ini akan ditampilkan ke dalam bentuk gambar yang berwarna dan kata-kata.

3. Materi atau pesan yang akan ditampilkan kedalam permainan ini meliputi

pengertian makanan jajanan, jenis makanan jajanan, makanan jajanan aman, sehat dan bergizi, pengaruh makanan jajanan terhadap kesehatan, pengaruh sarapan pagi terhadap kesehatan, hygien dan sanitasi.

4. Permainan ini menggunakan anak sebagai bidaknya.

5. Permainan ini akan dimulai dengan terlebih dahulu melempar dadu. Dadu

(46)

untuk berapa kotak yang harus dilalui setiap bidaknya) dalam bentuk bulatan seperti yang telah dilampirkan.

2.5. Proses Adopsi Dalam Promosi Kesehatan

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subajek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(47)

Gambar 2.1. Perubahan Perilaku menurut teori S-O-R

Menurut Green dalam Notoadmodjo (2003) bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Menurut Notoatmodjo (2003), untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude) dan tindakan (Psychomotor Domain). 2.5.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Stimulus

Organisme: - Perhatian - Pengertian - Penerimaan - Pengetahuan

Reaksi

(Perubahan sikap)

Reaksi

(48)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin. Anak yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Dalam hal ini, pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai 6 (enam) tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

(49)

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(50)

2.5.2. Sikap (attitude)

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (2003) merupakan seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Jadi, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Setelah seseorang melewati tahap proses pengetahuan suatu objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah penilaian atau proses bersikap terhadap stimulus atau objek tertentu. Penilaian bisa berupa pendapat atau lainnya terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah gizi).

Sikap gizi anak sekolah adalah penilaian atau pendapat anak sekolah terhadap cara-cara memelihara dan berperilaku hidup sehat. Dengan kata lain, pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat), dan sebagainya bagi kesehatan. Sikap anak sekolah terhadap makanan sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Haryanto, 2002). Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

(51)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Mengahargai (valuing)

Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Menurut Amaliani (2012), pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap

pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. 2.5.3. Tindakan (Psychomotor Domain)

(52)

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku atau tindakan adalah tidak mudah. Perubahan tersebut menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik

(practice) atau tindakan. Dalam hal ini, penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Seperti halnya pengetahuan dan sikap, untuk mengubah suatu objek untuk dijadikan tindakan atau perilaku pada diri seseorang, menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa tingkatan yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan denagn tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu ssesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan tindakan tingkat kedua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis, atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tiga. 4. Adaptasi (adaption)

(53)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

2.6. Makanan Jajanan

Makanan jajanan merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Konsumsi dan kebiasaan jajan anak turut mempengaruhi kontribusi dan kecukupan energi dan zat gizinya yang berujung pada status gizi anak. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan, makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.

Sedangkan menurut Kus dan Kusno (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.

(54)

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 yang dikutip oleh Dinatia (2010), jenis makanan jajanan digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang

goreng, kue bugis dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti mi bakso, nasi goreng, mi goreng, mi rebus, pecal, dan sebagainya.

3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah, dan sebagainya.

2.6.1. Makanan Jajanan Aman, Sehat dan Bergizi

Jaminan atas keamanan, sehat dan Bergizi pada makanan jajanan mempunyai kontribusi besar pada pembentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, yang akan memengaruhi daya saing bangsa ditingkat global. Oleh karena itu, pengawasan pangan perlu mendapat prioritas karena secara langsung dapat melindungi kesehatan masyarakat khususnya anak usia sekolah dasar terutama dari pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan, sehat dan Bergizi. A. Makanan Jajanan Aman

Keamanan pangan didefenisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Undang- undang RI no.7 tentang Pangan Tahun1996).

(55)

untuk anak sekolah yang bila dikonsumsi manusia dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan antara lain bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya biologis,. 1. Bahaya Fisik

Bahaya fisik tersebut merupakan benda asing seperti rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu atau kerikil, potongan kayu atau ranting, pecahan kaca atau gelas dan lain sebagainya bisa masuk kedalam makanan apabila makanan dijual di tempat terbuka dan tidak disimpan dalam wadah tertutup yang dapat mencederai konsumen.

2. Bahaya Kimia

Untuk bahaya kimia dapat terjadi karena penggunaan bahan berbahaya yang memang tidak boleh digunakan pada makanan, yang hingga saat ini masih kerap terjadi. Seperti penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan, penggunaan pewarna tekstil, rhodamin (merah) dan methanil yellow (kuning) agar makanan menjadi lebih menarik. Selain itu masih ditemukannya penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan. Penggunaan bahan-bahan tersebut masih sering dilakukan oleh pedagang-pedagang kecil yang memang mereka belumtahu atau sudah tahu bahayanya namun lebih memilih yang harganya lebih murah.

(56)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/Menkes/PER/X/1999 bahan tambahan pangan (BTP) secara umum merupakan bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tiadak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

Di Indonesia telah disusun peraturan tentang bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan ditambah dan yang dilarang oleh departemen kesehatan. Golongan bahan tambahan yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/IX/88, yaitu:

1. Antioksidan (antioxidant)

Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam askorbat dan garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng. 2. Antikempal (anticaking agent)

Untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis, yang biasa ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk.

3. Pengatur keasaman (acidity regulator)

Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada jeli.

4. Pemanis buatan (artificial sweeterner)

(57)

5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent)

Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan telur hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener)

Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak. Contoh: gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju.

7. Pengawet (preservative)

Mencegah fermentasi dan pengasaman/ penguraian oleh mikroorganisme. Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju. 8. Pengeras (firming agent)

Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol.

9. Pewarna (colour)

Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan karamel warna coklat.

10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa (flavor, flavor enhancer)

Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: Asam guanilat, Asam inosinat, dan monosodium glutamate (MSG) pada produk daging. 11. Sekuestran (sequestrant)

(58)

Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada beberapa BTP lainnya yang biasanya digunakan dalam pangan (Cahyadi, 2008), yaitu:

1. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba yang dapat menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut dan lain-lain.

2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.

3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga

mempertahankan kadar air pangan.

Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/Menkes/PER/X/1999 sebagai berikut :

1. Natrium tetraborat (boraks) 2. Formalin (formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oils) 4. Kloramfenikol (chlorampenicol)

5. Kalium klorat (potassium chlorate) 6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate)

7. P-Phenetilkarbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxypheny) 8. Asam Salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)

(59)

kimia yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan, seperti rhodamin B (pewrna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintetis) dan potassium bromat (pengeras).

Menurut Cahyadi (2008) tujuan bahan tambahan pangan (BTP) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan tambahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan

dengan cara produksi yang baik untuk pangan

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

3. Bahaya Biologi

Bahaya biologi dapat disebabkan oleh bakteri (akibat kesalahan saat pemasakan, penyimpanan) atau binatang. Makanan tersebut sangat mungkin sekali terkontaminasi sehingga dapat menyebabkan suatu penyakit yang disebut penyakit bawaan makanan. Anak-anak sering menjadi korban penyakit tersebut. Hal ini umumnya disebabkan oleh belum diterapkannya praktik higiene dan sanitasi yang memadai (Agustina,dkk, 2009).

(60)

ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna, 2003). Menurut Anwar (2004) dalam Andrita (2012), Jajanan sering terkontaminasi oleh mikroorganisme ataupun bahan-bahan kimiawi (Anwar, 2004). Kontaminasi mikroorganisme dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yang dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.1. Kontaminasi mikroorganisme terhadap kesehatan Jenis mikroba Bahan Pangan Sumber

Kontaminasi

Gejala Salmonella Daging dan

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Komposisi Bahan Makanan
Gambar 2.1. Perubahan Perilaku menurut teori S-O-R
Tabel 2.1. Kontaminasi mikroorganisme terhadap kesehatan
Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Stasiun 4a berada di cekungan Teluk Kendari, diperkirakan limbah baik yang barasal dari Teluk Lasolo maupun yang berasal dari Teluk Kendari akibat arus akan terperangkap

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan

Robot dapat melakukan 6 mode service yakni mode service dekat, jauh, kiri, kanan, acak dan gabung dengan rata-rata persentase keberhasilan sebesar 93,35%.. Kata kunci:

Panjang dari bagian segmen yang tidak mempunyai sel ganglion (aganglionik) itu biasanya berbeda-beda ; 75% pasien terbatas pada bagian rektum dan sigmoid, 8%

Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan menggunakan persamaan (1) diperoleh perbandingan biaya pemeliharaan rutin konstruksi jalan perkerasan lentur dan perkerasan

Membuat falsafah sebagai cara berpikir dan menempatkan sains sebagai cara untuk mengetahui tentang pendidikan, bimbingan dan konseling adalah sesuatu yang

Perlakuan akuntansi untuk penjualan produk utama dan produk sampingan pada Pabrik Tahu dan Tempe Padang Tarok dapat dilakukan dalam 4 metode yaitu; penjualan produk

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah: apakah promosi kesehatan dengan metode peer education efektif dalam