BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Perumusan Hipotesis
2. Pengaruh Struktur Modal terhadap Koefisien Respon Laba
Struktur Modal adalah penggunaan aset dan sumber daya oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham. Konsep struktur modal sangat penting
untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam memilih trade off
antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.
38
panduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh
perusahaan dengan perbandingan hutang jangka panjang terhadap sumber
modal.
Dalam penelitian ini struktur modal dilihat dari leveragenya. Apabila
perusahaan melakukan pinjaman kepada pihak di luar perusahaan maka
akan timbul utang sebagai konsekuensi dari pinjaman tersebut dan berarti
perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang maka
financial leverage juga akan semakin besar karena utangnya tersebut.
Sehingga semakin baik kondisi perusahaan maka respon pasar akan
semakin negatif karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut
hanya akan menguntungkan kreditur.
Penelitian yang dilakukan oleh Nofianti (2014) menemukan bahwa
struktur modal memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan secara statis
terhadap koefisien respon laba. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dhaliwal et. al (1991) menemukan bahwa struktur modal
perusahaan yang diproksikan dengan leverage memiliki pengaruh yang
negatif terhadap koefisien respon laba. Pada umumnya struktur modal
yang diproksikan dengan besarnya leverage perusahaan menyebabkan para
investor menjadi kurang percaya terhadap laba yang dipublikasikan oleh
perusahaan, karena mengakibatkan respon pasar menjadi relatif rendah
yang mencerminkan laba suatu perusahaan kurang atau tidak berkualitas.
39
yang menunjukkan hasil terdapat pengaruh negatif antara leverage
terhadap koefisien respon laba. Setiati dan Kusuma (2004) melakukan
analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response
coefficient pada perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Dalam studi
mereka variabel beta, persistensi laba, prediktabilitas laba, pertumbuhan,
leverage, size mereka uji sebagai variabel independen atas earnings
response coefficient. Penelitian mereka menunjukkan (1) hasil pengujian
pada perusahaan bertumbuh menunjukkan bahwa persistensi laba
mempengaruhi secara positif namun faktor struktur modal mempengaruhi
secara negatif terhadap koefisien respon laba. (2) hasil pengujian pada
perusahaan tidak bertumbuh menunjukkan bahwa persistensi laba dan size
perusahaan mempengaruhi secara positif namun faktor risiko beta dan
struktur modal mempengaruhi secara negatif terhadap koefisien respon
laba (3) koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba
pada perusahaan bertumbuh berbeda dengan koefisien faktor-faktor yang
mempengaruhi koefisien respon laba pada perusahaan tidak bertumbuh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dhaliwal et. al (1991),
Setiati dan Kusuma (2004), Murwaningsih (2008) dalam Nofianti (2014),
dan Nofianti (2014), maka diduga bahwa struktur modal berpengaruh
terhadap koefisien respon laba atau earnings response coefficient.
Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
40 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba
Pada perusahaan besar, tersedia banyak informasi non-akuntansi
sepanjang tahun. Informasi tersebut digunakan oleh pemodal sebagai alat
untuk menginterpretasikan laporan keuangan dengan lebih baik, sehingga
dapat dijadikan alat untuk memprediksi arus kas dan mengurangi
ketidakpastian. Pada saat pengunguman laba, informasi laba akan direspon
positif oleh pemodal, pada umumnya perusahaan besar cenderung
mempunyai reporting responsibility yang lebih tinggi dan
mengindikasikan bahwa pada perusahaan besar earnings response
coefficient akan meningkat pula (Scott, 2006).
Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan yang dilihat dari
total aktivanya, akan membuat investor semakin merespon laba yang
diinginkan. Penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsih (2008) dalam
Nofianti (2014) terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia untuk tahun 2003-2006 menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap earnings response
coefficient. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arfan dan Ira (2008)
menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap koefisien respon laba. Sedangkan
secara parsial ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap koefisien respon laba. Penelitian yang dilakukan oleh
Diantimala (2008) secara simultan menunjukkan bahwa ukuran
41
Sedangkan secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap koefisien respon laba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsih (2008)
dalam Nofianti (2014), Arfan dan Ira (2008), Diantimala (2008), maka
diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap koefisien respon
laba atau earnings response coefficient. Sehingga dalam penelitian ini
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
HA3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap koefisien respon laba
42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen,
yaitu persistensi laba, struktur modal, ukuran perusahaan dan alokasi pajak
antar periode terhadap variabel dependen, yaitu koefisien respon laba.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana dalam menentukan
sampel sebagai objek penelitian dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak mengalami
delisting sejak Januari 2012 sampai Desember 2015.
2. Menerbitkan laporan keuangan yang sudah diaudit per 31 Desember setiap
tahunnya konsisten serta memiliki data keuangan lengkap terutama dengan
variabel yang diteliti.
3. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba secara berturut-turut
43
4. Menyediakan data harga saham harian tiga hari sebelum dan tiga hari
setelah tanggal publikasi laporan keuangan serta satu hari saat publikasi
pada tahun penelitian.
5. Laporan keuangan disajikan dalam satuan mata uang rupiah
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dengan dokumentasi dan studi pustaka. Studi dokumentasi ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh data sekunder berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur dan daftar harga saham penutupan yang
diperoleh melalui www.idx.co.id, www.yahoofinance.com dan publikasi Pusat
Pasar Modal Indonesia berupa Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode studi pustaka dari
jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan
penelitian ini.
D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013). Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan
44 2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik yang berguna untuk mengetahui apakah data yang
digunakan telah memenuhi ketentuan dalam model regresi. Pengujian ini
meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang
baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.
Menurut Ghozali (2013) uji Kolmogorov Smirnov dapat dilakukan
untuk menguji apakah residual terdistribusi secara normal. Dasar
pengambilan keputusan uji normalitas ini adalah jika nilai signifikan
uji Kolmogorov Smirnov > 0,05 berarti variabel dinyatakan
terdistribusi normal, dan begitu pula sebaliknya jika angka
signifikansi < 0,05 maka variabel dinyatakan tidak berdistribusi
normal.
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian uji multikolonieritas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah terdapat korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas
dalam model yang digunakan. Menurut Ghozali (2013),
multikoloniearitas berarti situasi di mana dua variabel atau lebih bisa
45 tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance Value
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multiokolonieritas adalah nilai tolerance
< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013).
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya
(Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji Durbin Watson (DW test).
Mekanisme pengujian Durbin-Watson (DW test) yang digunakan
adalah du < d < 4-du, dimana tidak ada autokorelasi positif atau
negatif (Ghozali, 2013).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas Salah satu cara
untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
46 absolut residual terhadap variabel bebas (Gujarati, 2003). Jika
variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
terikat, maka indikasi terjadinya heteroskedastisitas (sig > 0,05),
berarti model terbebas dari heteroskedastisitas.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi (R2)
menunjukkan proporsi yang diterangkan oleh variabel bebas dalam model
terhadap variabel terikatnya, sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, formulasi model
yang keliru dan kesalahan eksperimen. Rumus yang dapat digunakan
menurut Gujarati (2003) adalah:
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
ESS = Explain sum square (jumlah kuadrat yang diterangkan)
TSS = Total sum square (jumlah total kuadrat)
Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
47 4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2013). Setelah F garis
regeresi ditemukan hasilnya, kemudian dibandingkan dengan Ftabel- untuk
menentukan nilai Ftabel tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar
α = 0,05 dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep.
Jika Fhitung > Ftabel maka hal ini berarti variabel bebas mampu menjelaskan
variabel terikat secara bersama-sama. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel maka,
hal ini berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak mampu
menjelaskan variabel terikatnya.
b. Uji Signifikan Paramater Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk menguji tingkat
signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial. Kesimpulan yang diambil dalam uji
48
a. Jika sig. < 0,05, thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini
berarti bahwa ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. Jika sig. ≥ 0,05, thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini
berarti bahwa tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
E. Model Regresi Berganda yang Terbentuk
Analisis regresi berganda adalah analisis tentang hubungan antara satu
dependent variable dengan dua atau lebih independent variable. Data yang
telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan software SPSS 22.
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan model regresi linear berganda dengan persamaan sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y : Koefisien respon laba
a : Konstanta
b1b2b3 : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Persistensi Laba
X2 : Struktur Modal
X3 : Ukuran perusahaan
49 F. Operasionalisasi Variabel
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Persistensi Laba (X1)
Persistensi laba akuntansi diukur menggunakan koefisien regresi antara
laba akuntansi periode sekarang dengan laba akuntansi periode yang lalu.
Hal ini mengacu pada penelitian Chandrarin dalam Mulyani et al (2007).
Persistensi laba dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Xit = α + βXit-1 + e
Keterangan :
Xit : laba perusahaan i pada tahun t Xit-1 : laba perusahaan i pada tahun t-1
Apabila persistensi laba akuntansi (β1) > 1 menunjukkan bahwa laba
perusahaan adalah high persisten. Apabila persistensi laba (β1) > 0 hal ini
menujukkan bahwa laba perusahaan tersebut persisten. Sebaliknya,
persistensi laba (β1) ≤ 0 berarti laba perusahaan fluktuatif dan tidak persisten.
2. Struktur Modal (X2)
Struktur modal diukur berdasarkan leverage. Hal ini mengacu pada
penelitian (Dhaliwal et al., 1991) yang menunjukkan bahwa ERC akan
50 Levit =
Keterangan:
TUit = total utang perusahaan i pada tahun t TAit = total aktiva perusahaan i pada tahun t
3. Ukuran Perusahaan (X3)
Salah satu tolak ukur yang menunjukan besar kecilnya perusahaan
adalah skala perusahaan atau disebut juga ukuran perusahaan. Variabel
ukuran perusahaan diukur dengan log natural aset (Collins dan Kothari,
1989).
4. Koefisien Respon Laba
Koefisien respon laba merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi
antara proksi harga saham dan laba akuntansi. Proksi harga saham yang
digunakan adalah Cumulative Abnormal Return (CAR), sedangkan proksi
laba akuntansi yang digunakan adalah Unexpected Earnings (UE).
a. Cumulative Abnormal Return (CAR)
Perhitungan abnormal return dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan market adjusted model. Model ini menganggap
bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return sekuritas
adalah return pasar pada saaat peristiwa. Market adjusted model
digunakan karena pasar modal di Indonesia memiliki nilai dan volume
51
cenderung bergerak pada hari-hari atau peristiwa tertentu saja.
Sehingga dalam menggunakan market adjusted model tidak akan
ditemui kesulitan dikarenakan perdagangan di sekitar hari
pengunguman cenderung lebih banyak (Junaedi, 2005). Hartono
(2003) juga menyatakan hal yang sama bahwa market adjusted model
merupakan penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu
sekuritas adalah return indeks pasar saat itu. Dengan menggunakan
model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi
adalah sama dengan return indeks pasar.
Efisiensi pasar diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal
return) yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau
beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal
dalam jangka waktu yang cukup lama (Hartono, 2003). CAR
merupakan penjumlahan dari abnormal return. CAR merupakan
variabel dependen dalam pengukuran ERC. Dalam penelitian ini
abnormal return dihitung menggunakan sesuaian pasar (Soewardjono,
2005). Abnormal return diperoleh dari:
ARit = Rit – Rmt Keterangan:
ARit : abnormal return perusahaan i pada hari ke-t
52 Rmt : return pasar pada periode peristiwa ke-t
Untuk memperoleh data abnormal return tersebut, terlebih dahulu
harus mencari return saham harian dan return pasar harian (Maisil dan
Nelvirita, 2013).
1. Menghitung return saham harian dengan rumus yang sama
dengan penelitian yang digunakan oleh Maisil dan Nelvirita
(2013).
Rit =
Dimana:
Rit : return saham perusahaan i pada hari ke t
Pit : harga penutupan saham i pada hari ke t
Pit-1 : harga penutupan saham i pada hari ke t-1
2. Menghitung return pasar harian dengan rumus yang sama dengan
penelitian yang digunakan oleh Maisil dan Nelvirita (2013).
Rmt =
Keterangan:
Rmt : return pasar harian
IHSGt : indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1 : indeks harga saham gabungan pada hari t-1
Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan proksi dari harga
saham atau reaksi pasar (Soewardjono, 2005).
53
Keterangan:
CARi (t1, t2) : abnormal return kumulatif perusahaan i selama
periode amatan ±3 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan
ARit : abnormal return perusahaan i pada hari t
t1 : awal periode pengamatan 3 hari sebelum tanggal publikasi
laporan keuangan
t2 : akhir periode pengamatan 3 hari setelah tanggal publikasi
laporan keuangan.
b. Unexpected Earnings (UE)
Selisih antara laba harapan dan laba laporan aktual (reported atau
actual earnings) disebut laba kejutan (unexpected earnings)
(Suwardjono, 2005). Unexpected earnings merupakan variabel
independen dalam pengukuran ERC. Unexpected earnings
diperhitungkan menggunakan laba dengan model random-walk yang
dilakukan oleh Collins dan Kothari (1989) yaitu diukur dengan rumus
sebagai berikut:
UEit =
| | Keterangan:
UEit : Unexpected earnings perusahaan i pada periode tahun t
Eit : Laba akuntansi setalah pajak perusahaan i pada tahun t
Eit-1 : Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i pada tahun sebelum t
54
| |: nilai mutlak laba akuntansi setelah pajak perusahaan i sebelum tahun t
ERC merupakan variabel dependen pada penelitian ini yang
diperoleh dengan dari regresi antara cummulative abnormal return
(CAR) dengan unexpected earnings (UE) sebagaimana dinyatakan
dalam model empiris, yaitu (Maisil dan Nelvirita, 2013):
CAR = α + β(UE) +
Keterangan:
CAR : cummulative abnormal return
UE : unexpected earnings
β : koefisien hasil regresi (ERC) e : komponen error
55 Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian No Nama Variabel Jenis
Variabel
Indikator Skala 1 Persistensi Laba (X1)
(Chandrarin dalam Mulyani et al, 2007)
Independen Xit = α + βXit-1 + e Rasio
2 Struktur Modal (Dhaliwal et al., 1991) Independen Levit = Rasio 3 Ukuran Perusahaan (Collins dan Kothari, 1989)
Independen SIZE = LN (Total Aset) Rasio
5 Koefisien Respon
Laba
(Maisil dan Nelvirita, 2013)
Collins dan Kothari (1989)
Dependen CAR = α + β(UE) + 1. CARi (t1, t2) = ∑ ARit = Rit – Rmt a. Rit = b. Rmt = 2. UEit = | | Rasio
56 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012-2015.
Perusahaan sektor manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebelum 1 Januari 2012 dan selama periode penelitian tersebut keluar dari
Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah
menguji pengaruh persistensi laba, struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap koefisien respon laba. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah purposive sampling. Penelitian ini mengambil sampel selama 4 tahun
yaitu dari tahun 2012-2015. Berdasarkan kriteria yang ditentukan dalam
pengambilan sampel diperoleh sampel sebanyak 41 perusahaan manufaktur
selama periode 2012-2015. Sehingga total keseluruhan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 164 perusahaan.
Selengkapnya mengenai rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini:
Tabel 4.1
Kriteria Pengambilan Sampel
No Kriteria Jumlah
1. Jumlah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2015
125
2. Perusahaan sektor manufaktur yang melaporkan menggunakan mata uang asing
(24)
57
No Kriteria Jumlah
kerugian selama periode pengamatan
4. Perusahaan yang tidak menggunakan tahun buku yang berakhir 31 Desember
(3)
5. Perusahaan yang tidak menampilkan data dengan lengkap
(9)
Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel 41
Total keseluruhan sampel yang digunakan selama periode 4 tahun
164
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012-2015
berjumlah 164 perusahaan. Dari 164 perusahaan sektor manufaktur tersebut
terdapat 24 perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya menggunakan
mata uang asing. Selain itu terdapat 48 perusahaan yang mengalami kerugian
atau tidak melaporkan laba secara berturut-turut selama periode pengamatan.
Serta terdapat 3 perusahaan yang tidak menggunakan tahun buku yang
berakhir 31 desember dan 9 perusahaan yang tidak menampilkan data dengan
lengkap. Sehingga perusahaan sektor manufaktur yang dijadikan sampel
adalah sebanyak 41 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan
sampel penelitian adalah sebanyak 164 perusahaan.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen (Y) yaitu ERC (Earnings Response Coefficient) serta variabel
58
perusahaan. Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif
seperti yang terlihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Beta 164 -24,59 11,26 ,4018 3,16107 LEV 164 ,13 ,93 ,4080 ,16902 SIZE 164 25,58 33,13 28,4192 1,73319 ERC 164 -1122,27 827,62 -6,9980 119,31133 Valid N (listwise) 164 Sumber: Output SPSS
Nilai minimum digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dari suatu
data variabel yang bersangkutan, sedangkan nilai maximum digunakan
untuk mengetahui nilai terbesar dari suatu data variabel yang
bersangkutan. Nilai mean digunakan untuk mengetahui rata-rata dari
suatu data variabel yang bersangkutan, dan nilai standar deviation
digunakan untuk mengetahui seberapa besar data variabel yang
bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis variabel dependen dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap ERC (Earnings Response
Coefficient) menunjukkan nilai minimum sebesar -1122,27 dimiliki oleh
Indofood Sukses Makmur Tbk, nilai maksimum sebesar 827,62 dimiliki
oleh Indofood Suksem Makmur Tbk dengan nilai ratarata sebesar
-6,9980 dan standar deviasi sebesar 119,31133. Hasil analisis variabel
independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap persistensi
59
Wilmar cahaya Indonesia, nilai maksimum sebesar 11,26 dimiliki oleh
Prima Alloy Steel Universal Tbk, dan nilai rata-rata sebesar 0,4018
dengan standar deviasi sebesar 3,16107. Hasil analisis variabel
independen dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap struktur
modal menunjukkan nilai minimum sebesar 0,13 dimiliki oleh Mandom
Indonesia Tbk, nilai maksimum sebesar 0,93 dimiliki oleh Prima Alloy
Steel Universal Tbk dengan rata-rata sebesar 0,4080 dan standar deviasi
sebesar 0,16902. Hasil analisis variabel independen dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan
menunjukkan nilai minimum sebesar 25,58 dimiliki oleh Lionmesh
Prima Tbk, nilai maksimum sebesar 33,13 dimiliki oleh Astra
International Tbk dengan rata-rata sebesar 28,4192 dan standar deviasi
sebesar 1,73319.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan alat uji grafik histogram,
grafik normal p-plot dan non-parametic Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Dasar pengambilan keputusan pada uji grafik histogram dan grafik
normal p-plot adalah dengan melihat bentuk grafik dan penyebaran
60
adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika
angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel tidak terdistribusi
secara normal dan menolak H0. Sebaliknya jika angka probabilitas lebih
dari 0,05 berarti data terdistribusi secara normal dan menolak HA.