PENGARUH PERSISTENSI LABA, STRUKTUR MODAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA (EARNINGS
RESPONSE COEFFICIENT)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisinis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fadilah Rahmatun Solehah
NIM : 1112082000062
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
PENGARUH PERSISTENSI LABA, STRUKTUR MODAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA (EARNINGS
RESPONSE COEFFICIENT)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fadilah Rahmatun Solehah
NIM : 1112082000062 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Yulianti, SE.,M.Si NIP. 19820318 201101 2 011 JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin Tanggal Sembilan Bulan Juni Tahun Dua Ribu Enam Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Fadilah Rahmatun Solehah
2. NIM : 1112082000062
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba (Earnings
Response Coefficient)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juni 2016
1. Reskino, SE., M. Si., Ak., CA. NIP.19740928 200801 2 004
( __________________________ ) Penguji I
2. Husnul Khotimah, SE., MS., Ak NIP.
( __________________________ ) Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 23 November 2016 telah dikalsanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Fadilah Rahmatun Solehah
2. NIM : 1112082000062
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :“Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba (Earnings
Response Coefficient)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 November 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA NIP. 19720516 200901 1 006 ( __________________________ ) Ketua 2. Yulianti, SE., M. Si NIP. 19820318 201101 2 011 ( __________________________ ) Sekretaris
3. Yusro Rahma, SE., M.Si NIP. 19800506 200801 2 016
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Fadilah Rahmatun Solehah
NIM : 1112082000062
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, November 2016
Yang Menyatakan
vii
THE INFLUENCE OF EARNINGS PERSISTANCE, CAPITAL STRUCTURE AND FIRM SIZE ON EARNINGS RESPONSE
COEFFICIENT
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of earnings persistance, capital structure and firm size of earnings response coefficient. This study used sample of manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2012-2015. Sample was determined by purposive sampling method. There are 41 manufacturing companies. This research used multiple linear regression. The results of this study showed that earning persistance was significantly influence on earnings response coefficient while capital structure and firm size were not significantly influence on earnings response coefficient.
Keywords : earnings persistance, capital structure, firm size and earnings response coefficient
viii
PENGARUH PERSISTENSI LABA, STRUKTUR MODAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA (EARNINGS
RESPONSE COEFFICIENT)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persistensi laba terhadap koefisien respon laba, struktur modal terhadap koefisien respon laba dan ukuran perusahaan terhadap koefisien respon laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2015.Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 41 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa persistensi laba berpengaruh terhadap koefisien respon laba, struktur modal tidak berpengaruh terhadap koefisien respon laba dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap koefisien respon laba.
Kata kunci : persistensi laba, struktur modal, ukuran perusahaan dan koefisien respon laba
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran, beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan, masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Keluarga tercinta Ayahanda Nasukha dan Ibunda Nuryati yang tak hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan dukungan moril dan materil. Kakak Yusuf Rachmat Saputra yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
2. Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak., selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, nasihat dan saran dalam menjalani perkuliahan.
x
7. Ibu Yulianti, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Insya Allah ilmu yang telah Ibu dan Bapak berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT.
9. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.
10. Sahabatku tercinta, Syamsu Alfin Falentino, Liska Damiati, Risma Cahyani, Tria Melani dan Sista Choiriyah yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi dan menjadi tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita diberi kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
11. Sahabatku tersayang, Hanny Rafidah, Aqmarina, Dwi Arisanti, Linda Amelia, Cindy Uliana Hafien dan Ayi Febrianti atas segala doa dan support yang tiada hentinya untuk memberikanku semangat. Semoga persahabatan yang telah terbangun tidak akan terputus.
12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012, terkhusus teman-teman kelas C. Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
13. Teman-teman KKN Unggul 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Nilam Anggraini, Tanti Tiffany Aulia, Fita Megeta Sari dan Arini Nurfadillah. Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara kita.
14. Seluruh keluarga besar Yayasan Triguna 1956 yang selalu memberikan semangat dan izin untuk dapat fokus dalam mengerjakan skripsi ini hingga tuntas. Terima kasih atas dorongan semangat dan doa yang selalu diberikan.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,
xi
motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 23 November 2016 Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Tinjauan Literatur... 11
1. Teori Agensi ... 11
2. Teori Pasar Modal Efisien ... 13
3. Koefisien Respon Laba ... 16
4. Persistensi Laba ... 21 5. Struktur Modal ... 23 6. Ukuran Perusahaan... 26 B. Penelitian Terdahulu ... 28 C. Kerangka Pemikiran ... 33 D. Perumusan Hipotesis ... 36
xiii
1. Pengaruh Persistensi Laba terhadap Koefisien Respon Laba ... 36
2. Pengaruh Struktur Modal terhadap Koefisien Respon Laba ... 37
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 42
B. Metode Penentuan Sampel ... 42
C. Metode Pengumpulan Data ... 43
D. Metode Analisis Data ... 43
1. Statistik Deskriptif ... 43
2. Uji Asumsi Klasik ... 44
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46
4. Pengujian Hipotesis ... 47
E. Model Regresi Berganda yang Terbentuk... 48
F. Operasionalisasi Variabel... 48
1. Persistensi Laba ... 49
2. Struktur Modal ... 49
3. Ukuran Perusahaan... 50
4. Koefisien Respon Laba ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian ... 56
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 57
1. Hasil Statistik Deskriptif ... 57
2. Uji Asumsi Klasik ... 59
a. Uji Normalitas ... 59
b. Uji Multikolonieritas ... 63
c. Uji Autokorealasi ... 64
d. Uji Heteroskedastisitas ... 65
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 67
4. Pengujian Hipotesis ... 68
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 68
xiv
C. Pembahasan ... 71
1. Pengaruh Persistensi Laba terhadap Koefisien Respon Laba ... 71
2. Pengaruh Struktur Modal terhadap Koefisien Respon Laba ... 72
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba ... 73
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 76
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Hutang dan Ekuitas ... 25
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 28
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55
Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 56
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskiptif ... 58
Tabel 4.3 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 60
Tabel 4.4 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Pengurangan Data Ekstrim... 61
Tabel 4.5 Hasil UjiMultikolonieritas Berdasarkan Nilai VIF dan Tolerance ... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ... 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F ... 69
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 34
Gambar 4.1 Grafik Histogram... 62
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 62
Gambar 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 65
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ... 82
Lampiran 2 Persistensi Laba ... 84
Lampiran 3 Struktur Modal ... 86
Lampiran 4 Ukuran Perusahaan ... 88
Lampiran 5 Koefisien Respon Laba ... 90
Lampiran 6 Harga Saham Pengunguman ... 92
Lampiran 7 Indeks Harga Saham Gabungan ... 97
Lampiran 8 Laba, Hutang dan Aset Perusahaan ... 102
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Informasi laba berperan penting bagi para pemakai laporan keuangan
khususnya investor dalam menanamkan investasi di pasar modal. Pentingnya
hal tersebut secara tegas disebutkan dalam Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) No. 1 menyatakan bahwa laba memiliki manfaat untuk
menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba
representative dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko
dalam investasi atau kredit.
Laba merupakan informasi yang ditunggu-tunggu oleh pasar dan sampai
saat ini masih diyakini sebagai informasi utama yang memiliki kandungan
informasi yang dapat mempengaruhi investor dalam membuat keputusan
apakah harus membeli, menahan dan menjual sekuritas yang diterbitkan
perusahaan. Namun demikian, laba itu sendiri memiliki keterbatasan yang
dipengaruhi oleh asumsi perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Boediono (2005) dalam Nofianti
(2014) menyatakan bahwa konflik keagenan yang mengakibatkan adanya
sifat oportunistis manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba.
Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan
keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor,
2
dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang
tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomi perusahaan
dapat diragukan kualitasnya. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor
untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan
nilai pasar perusahaan yang sebenarnya.
Di Indonesia permasalahan tentang kredibilitas atas informasi laba sering
terjadi sehingga menyebabkan turunnya kepercayaan investor. Seperti yang
terjadi pada PT Kimia Farma kasus ini mengharuskan penilaian kembali
(restatement) laba yang dilaporkan perusahaan PT Kimia Farma pada
periode-periode yang lalu. Karena terdapat indikasi bahwa manajemen
melakukan penggelembungan (mark up) laba. Selain itu, PT Kimia Farma
juga melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada dua unit usaha.
Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh
auditor eksternal (www.tempointeraktif.com). Kasus lainnya yang terjadi pada
PT KAI sebagai BUMN yang melakukan kegiatan ekonomi tidak lepas dari
kewajibannya untuk membuat laporan keuangan. Laporan keuangan yang
telah diaudit dan hasil auditnya diserahkan direksi PT KAI, akan tetapi
komisaris PT KAI menolak untuk menyetujui laporan keuangan PT KAI
untuk tahun 2005. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT
KAI karena seharusnya perusahaan BUMN tersebut mengalami kerugian
sebesar Rp 63 miliar. Kasus tersebut terjadi berawal dari perbedaan
pandangan antara manajemen dan komisaris, khususnya komite audit. Komite
3
adanya kejanggalan. Salah satunya adalah manajemen PT KAI tidak
melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya
kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan saat
jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003 (Sagara dan
Jalil, 2013).
Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa sebagian tindakan didasarkan
atas motivasi manajemen untuk meningkatkan laba yang diinginkan dalam
menarik minat shareholder, sehingga harga saham naik yang mengakibatkan
nilai perusahaan naik dan meningkatkan earnings response coefficient yang
dihasilkan. Boediono (2005) dalam Nofianti (2014) menyatakan bahwa
fenomena skandal keuangan menunjukkan kegagalan laporan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan, salah satunya adalah
laba yang disajikan bukan laba yang sebenarnya. Laba yang diharapkan
menjadi pendukung untuk pengambilan keputusan pemegang saham menjadi
diragukan kualitasnya.
Para pelaku pasar membuat keputusan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari laporan keuangan. Hal ini tercermin dalam tindakan pelaku
pasar yang disebut dengan reaksi pasar. Reaksi pasar dipicu oleh berbagai hal
yang salah satunya adalah pengunguman laba. Reaksi pasar ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga pasar (return saham) perusahaan tertentu
yang mencolok pada saat pengunguman laba. Yang dimaksud mencolok
4 return) dengan return harapan (expected return). Dengan kata lain terjadi
kejutan atau abnormal return pada saat pengunguman laba (Suwardjono,
2005).
Koefisien respon laba ini menunjukkan reaksi terhadap informasi laba
yang dipublikasikan oleh perusahaan yang diamati dari pergerakan harga
saham disekitar tanggal publikasi laporan keuangan. Nilai earnings response
coefficient diprediksi lebih tinggi jika laba perusahaan lebih persisten di masa
depan dan kualitas laba lebih baik. Dengan asumsi bahwa investor akan
menilai laba sekarang untuk memprediksi laba dan return di masa yang akan
datang, maka future return tersebut semakin berisiko jika reaksi investor
terhadap unexpected earnings perusahaan juga semakin rendah (Scott, 2006).
Hubungan antara harga dan laba diteliti oleh Ball dan Brown (1968)
dalam Mulyani, et. Al (2007) yang mengungkapkan tentang isi informasi
dengan analisis apabila perubahan unexpected earnings positif maka memiliki
abnormal rate of return rata-rata positif (merupakan good news bagi investor)
dan jika tidak memiliki informasi yaitu negatif, maka memiliki abnormal rate
of return rata-rata negatif (merupakan bad news bagi investor). Jika investor
mempunyai persepsi bahwa informasi keuangan memiliki tingkat kredibilitas
tinggi, maka investor akan bereaksi terhadap laporan keuangan tersebut. Hal
ini akan tercermin dari nilai earnings response coefficient yang tinggi. Reaksi
5
perusahaan. Tinggi rendahnya tergantung dari good news dan bad news yang
terkandung dalam laba yang dilaporkan perusahaan.
Sejumlah penelitian yang melakukan analisis terhadap koefisien respon
laba diantaranya Nofianti (2014) menggunakan struktur modal, ukuran
perusahaan dan kebijakan dividen terhadap variabel dependen dimana
menunjukkan bahwa secara parsial struktur modal dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap koefisien respon
laba, akan tetapi kebijakan dividen memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap koefisien respon laba. Kemudian konservatisme akuntansi
memoderasi variabel ukuran perusahaan terhadap koefisien respon laba serta
konservatisme akuntansi memoderasi variabel kebijakan dividen terhadap
koefisien respon laba. Akan tetapi konservatisme akuntansi tidak memoderasi
variabel antara struktur modal dengan koefisien respon laba. Selain itu
penelitian yang lain yang dilakukan oleh Umam (2013) menunujukkan bahwa
variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap earnings response
coefficient. Sedangkan pertumbuhan perusahaan, struktur modal dan kualitas
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Delvira dan Nelvirita (2013)
menunjukkan bahwa risiko sistematik berpengaruh negatif signifikan
terhadap earnings response coefficient. Sedangkan leverage tidak
6
laba memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap earnings response
coefficient.
Alasan peneliti melakukan penelitian terkait variabel koefisien respon
laba, persistensi laba, ukuran perusahaan dan struktur modal antara lain
sebagai berikut: pertama, informasi laba merupakan informasi penting bagi
investor dalam mengambil keputusan terkait dengan investasi yang dilakukan
sehingga kualitas informasi laba yang dilaporkan menjadi perhatian utama.
Karena laba yang tidak berkualitas akan menyesatkan investor dalam
mengambil keputusan. Kedua, meskipun terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas informasi laba namun faktor-faktor ini merupakan hal
yang penting dan perlu diperhatikan.
Mengingat bahwa investasi merupakan kegiatan untuk mendapatkan
keuntungan dari perusahaan yang diberi dana investasi, maka persistensi laba
yang merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan laba dari
waktu ke waktu dan bukan hanya karena suatu peristiwa tertentu perlu
menjadi pertimbangan investor dalam melakukan investasi berdasarkan track
record perusahaan tersebut salah satunya melalui persistensi laba (Delvira
dan Nelvirita, 2013).
Struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan utang pada suatu
perusahaan yang sering dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber
pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan dan risiko gagal melunasi utang
7
dimiliki perusahaan. Konsep struktur modal sangat penting terutama untuk
menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade off antara risiko
dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keuntungan finansial
(Subramanyan, 2011).
Ukuran perusahaan merupakan proksi dari keinformatifan harga.
Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan perusahaan kecil. Subramanyan (2011) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan merupakan salah satu ukuran kinerja yang sering
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Perusahaan besar dianggap
sudah mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan meningkatkan kualitas
labanya. Nofianti (2014) menyatakan dengan semakin besar ukuran
perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang menaruh
perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena perusahaan
yang besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Nofianti (2014) serta Delvira dan Nelvirita (2013). Namun dalam
penelitian ini terdapat perbedaan. Beberapa perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian Nofianti (2014)
adalah struktur modal, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen. Namun
dalam penelitian ini hanya menggunakan dua variabel yang sama dalam
8
penelitian ini juga menambahkan dua variabel independen yaitu
persistensi laba yang diambil dalam penelitian Delvira dan Nelvirita
(2013).
2. Metode analisis data yang digunakan penelitian terdahulu untuk Nofianti
(2014) adalah moderating regression analysis yang dimoderasi oleh
variabel konservatisme akuntansi. Sedangkan penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda sebagai metode analisis data
dalam penelitian ini yang serupa dengan penelitian Delvira dan Nelvirita
(2013).
3. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012 sampai 2015. Sedangkan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Nofianti (2014) sampel yang
digunakan adalah laporan keuangan manufaktur dari tahun 2007 sampai
2011. Penelitian Maisil Delvira dan Nelvirita (2013) menggunakan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 sampai
2011 sebagai sampel.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penelitian ini
berjudul “Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal dan Ukuran
Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba (Earnings Response Coefficient)”.
9 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah persistensi laba memiliki pengaruh terhadap koefisien respon laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2015?
2. Apakah struktur modal memiliki pengaruh terhadap koefisien respon laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2015?
3. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap koefisien respon
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2012-2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Pengaruh persistensi laba terhadap koefisien respon laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.
b. Pengaruh struktur modal terhadap koefisien respon laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.
c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap koefisien respon laba pada
10 2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1. Bagi peneliti, dapat lebih memahami dan menambah cakrawala
berpikir terutama menyangkut pengaruh persistensi laba, struktur
modal dan ukuran perusahaan terhadap koefisien respon laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Bagi mahasiswa, diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi
mahasiswa dalam menyusun penelitian ilmiah dengan topik yang sama
guna menambah pengetahuan mengenai koefisien respon laba.
b. Kontribusi Praktis
1. Perusahaan, sebagai bahan acuan untuk meningkatkan koefisien respon
laba.
2. Investor, diharapkan bermanfaat untuk mengetahui perilaku
manajemen dalam menyajikan laporan keuangannya sehingga dapat
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Agensi
Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent)
dengan investor (principal) yang muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Belkaoui (2007)
menyatakan bahwa agency theroy menggambarkan kerangka kerja untuk
menganalisa pelaporan keuangan antara manager dan pemilik perusahaan.
Pelaporan yang baik akan meminimalkan biaya modal perusahaan
karena mengurangi ketidakpastian perusahaan, sehingga akan mengurangi
risiko investasi. Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan
berkeinginan untuk memberi sinyal berupa informasi akuntansi dan
pelaporan sukarela (voluntary disclosure) kepada pasar untuk bersaing
mendapatkan dana dari investor (signalling theory) (Belkaoui, 2007).
Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya masalah keagenan yaitu
(Jensen dan Meckling, 1976):
a. Moral Hazard
Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan besar (kompleksitas
12
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan
pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara
etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
b. Penahanan Laba (Earnings Retention)
Masalah ini berkisar pada kecenderungan untuk melakukan
investasi yang berlebihan oleh pihak manajemen melalui peningkatan
dan pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan,
penghargaan bagi dirinya, namun dapat menghancurkan
kesehjahteraan pemegang saham.
c. Horison Waktu
Konflik ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas, dengan
mana prinsipal lebih menekankan pada arus kas untuk masa depan
yang kondisinya belum pasti, sedangkan manajemen cenderung
menekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
d. Penghindaran Risiko Manajerial
Masalah ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio
yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang
dicapainya, sehingga manajer akan berusaha meminimalkan risiko
saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan
risikonya. Misalnya manajemen lebih senang dengan pendanaan
ekuitas dan berusaha menghindari peminjaman utang, karena
13 2. Teori Pasar Modal Efisien
Pasar modal efisien merupakan pasar modal dengan harga sekuritas
telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar
modal tersebut. Efficient Market Hypothesis (EMH) atau hipotesis pasar
efisien melibatkan investor dan perusahaan serta berhubungan dengan
reaksi harga pasar terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya
(Subramanyan, 2010).
Fama (1970) dalam Tandelilin (2001) menerjemahkan pasar efisien
sebagai suatu pasar yang harganya senantiasa mencerminkan sepenuhnya
informasi yang tersedia. Harga saham akan berubah apabila terdapat
informasi baru yang seharusnya belum dapat diperkirakan. Jika informasi
tersebut sudah dapat diperkirakan, maka sudah tentu informasi tersebut
sudah diserap dan dicerminkan dalam harga saham saat ini. Fama juga
mengatakan bahwa dalam pasar efisien, tidak ada seorang pun yang boleh
mendapatkan keuntungan yang diharapkan lebih tinggi dibandingkan
rata-rata pasar.
Teori pasar efisien menyebutkan bahwa harga pasar sekuritas akan
menunjukkan nilai yang wajar. Nilai pasar yang wajar berubah karena
adanya informasi baru tentang arus kas masa depan sekuritas yang
bersangkutan. Pasar yang efisien memastikan hubungan yang erat antara
14
sebuah perusahaan yang dihasilkan dari suatu keputusan investasi,
pendanaan dan operasional yang sehat berada dalam kondisi kuat secara
finansial, maka harga sahamnya akan bergerak naik untuk mencerminkan
kondisi yang positif tersebut. Kenaikan harga saham atau nilai pasar
perusahaan menunjukkan peningkatan kemakmuran (wealth) pemegang
saham. Demikian pula sebaliknya, jika sebuah perusahaan yang dihasilkan
dari sejumlah keputusan irasional dan tidak sehat berada dalam kondisi
lemah secara finansial, maka harga sahamnya akan bergerak turun untuk
mencerminkan kondisi yang negatif tersebut. Penurunan harga saham atau
nilai pasar perusahaan menunjukkan penurunan kemakmuran pemegang
saham (Najmudin, 2011).
Fama (1970) dalam Tandelilin (2001) mengklasifikasikan bentuk pasar
yang efisien ke dalam tiga Efficient Market Hyphotesis (EMH), yaitu:
a. Efisiensi dalam bentuk lemah merupakan situasi ketika harga pasar
secara cepat mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam
harga masa lalu. Pergerakan harga pada masa lalu dianggap berpola
acak sehingga harga-harga pada masa lalu tidak dapat memprediksi
perubahan harga masa depan. Pasar yang efisien, maka informasi baru
akan dengan cepat tercermin dalam harga saham dan investor yang
membeli atau menjual saham tertentu tidak akan mampu memperoleh
15
b. Efisiensi dalam bentuk semi kuat merupakan situasi pasar pada saat
harga pasar mencerminkan semua informasi yang tersedia bagi
masyarakat umum. Para analis fundamental berusaha mencari dan
memilah sekuritas yang murah (undervalued) dan yang mahal
(overvalued) dengan menganalisis informasi fundamental seperti laba,
nilai aktiva, dan lain-lain. Tujuannya untuk mengungkap informasi
yang belum ditemukan tentang masa depan bisnis dan perusahaan.
c. Efisiensi dalam bentuk kuat merupakan sebuah situasi ketika
harga-harga dengan cepat mencerminkan seluruh informasi, termasuk
infomasi yang bersifat rahasia yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai saham yang benar. Pada pasar ini, saham-saham
akan selalu dinilai dengan wajar, tidak ada investor yang secara akurat
mampu meramalkan perubahan harga pada masa depan.
Untuk mengetahui apakah suatu pasar modal berada dalam bentuk
efisien yang lemah, setengah kuat atau kuat dapat dilakukan dengan
pengujian. Pengujian untuk bentuk efisien lemah dapat dilakukan misalnya
dengan menguji koefisien perubahan harga saham untuk time log tertentu,
misalnya harga saham hari ini dengan harga saham hari sebelumnya.
Untuk pengujian efisiensi setengah kuat dapat dilakukan dengan menguji
apakah segera setelah suatu infomasi menjadi milik publik, tidak terdapat
abnormal return merupakan selisih antara tingkat keuntungan nyata
dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Sedangkan untuk menguji
16
saham tidak hanya mencerminkan semua informasi publik, tetapi juga
informasi yang bersifat rahasia. Pengujian ini bisa dilakukan dengan
menganalisis kinerja dari portofolio yang dibentuk oleh pihak yang
mungkin mempunyai informasi yang khusus (Martalena dan Malinda,
2011).
3. Koefisien Respon Laba
Menurut Suwardjono (2005) laba didefinisikan sebagai perubahan atau
kenaikan ekuitas atau aset bersih atau kemakmuran bersih pemilik
(pemegang saham) dalam suatu periode yang berasal dari transaksi operasi
dan bukan transaksi modal (setoran dari dan distribusi ke pemilik). Laba
periode dimaknai sebagai informasi tentang kinerja masa lalu yang
meliputi daya melaba (earnings power), akuntabilitas dan efisiensi.
Kinerja perusahaan merupakan manifestasi dari kinerja manajemen
sehingga laba dapat pula diinterpretasi sebagai pengukur kefektifan dan
kefesienan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercaya
kepada manajemen. Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan
antara laba dan harga saham. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas
ke investor. Aliran kas masa depan ke investor digunakan untuk
menentukan apa yang disebut dengan nilai sekuritas atau saham. Laba
mempunyai kandungan informasi yang penting bagi pasar modal.
Sementara itu, investor berusaha untuk mencari informasi untuk
memprediksi laba yang akan diumumkan atas dasar data yang tersedia
17
analis untuk menangkap informasi privat atau dalam yang dikandungnya
dan untuk mengkonfirmasi laba harapan investor.
Salah satu pengujian informasi adalah menggunakan pendekatan
asosiasi atau sering disebut pula dengan studi koefisien respon laba
(earnings respon coefficient), selanjutnya disingkat dengan ERC. Earnings
response coefficient merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk
mengukur hubungan antara return dan sekuritas. Menurut Cho dan Jung
(1991) mendefinisikan earnings response coefficient sebagai efek setiap
dolar dari laba kejutan (unexpected earnings) terhadap return saham, yang
ditunjukkan melalui slope koefisien dalam regresi abnormal return saham
dengan unexpected earnings. Earnings response coefficient disebut juga
koefisien sensitivitas laba akuntansi, yaitu ukuran sensitivitas perubahan
harga saham terhadap perubahan laba akuntansi. Dari beberapa pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa besaran yang menunjukkan hubungan
antara laba dan return saham saat ini disebut dengan koefisien respon laba
(earnings response coefficient).
Cho dan Jung (1991) mengklasifikasikan pendekatan teoritis ERC
menjadi dua kelompok yaitu:
a. Model penilaian yang didasarkan pada informasi ekonomi (informaton
economics based valuation model) yang menunjukkan kekuatan
18
ketidakpastian di masa datang. Semakin besar gangguan dalam sistem
pelaporan perusahaan semakin kecil ERC.
b. Model penilaian yang didasarkan time series laba (time series based
valuation model).
Berbagai penelitian mengenai koefisien respon laba telah banyak
dilakukan. Collins dan Kothari (1989) memasukkan variabel beta,
persistensi laba, pertumbuhan dan size dalam pengukurannya terhadap
koefisien respon laba. Mereka menemukan bahwa variabel determinan
tersebut memiliki dampak penting terhadap koefisien respon laba, namun
beta saham ternyata tidak berbeda secara signifikan dari nol. Future
earnings juga terlihat terpengaruh oleh kesempatan bertumbuh yang
merepresentasikan nilai dari kesempatan investasi yang dihadapi
perusahaan.
Park dan Pincus (2000) yang melakukan studi atas pengaruh audit
internal dan external equity finding terhadap koefisien respon laba. Pada
studinya menemukan bahwa perusahaan dengan rasio modal internal dan
eksternal yang tinggi memiliki beta saham dan cost of equity capital yang
lebih rendah. Penelitian mereka konsisten dengan penelitian sebelumnya
setelah mereka memasukkan sejumlah variabel kontrol misalnya
persistensi laba, kesempatan bertumbuh, risiko laba, kualitas auditor, dan
ukuran perusahaan.
Bartov et al (2001) mencoba untuk melakukan estimasi atas koefisien
19
simultan menggunakan enam pendekatan metodologi yang belum pernah
dilakukan oleh berbagai penelitian sebelumnya, Hasil penelitian tersebut
adalah terdapat kenaikan dalam estimasi koefisien respon laba untuk
firm-spesific regressions-firm-spesific regressions sama baiknya dengan pooled
time-series cross-sectional regressions.
Wu dan Shih (2005) mencoba untuk menemukan bukti empiris
mengenai pengaruh employee stock bonus terhadap koefisien respon laba
di Taiwan. Bukti empiris pada penelitian ini mengindikasikan bahwa
market value of employee stock bonus berpengaruh negatif pada koefisien
respon laba. Penelitian ini juga menemukan bahwa pertumbuhan laba
perusahaan memberikan pengaruh terhadap hubungan antara employee
stock bonus terhadap koefisien respon laba.
Koefisien respon laba ditunjukkan dengan besarnya koefisien slope
dalam regresi yang menghubungkan laba sebagai variabel bebas dan return
saham sebagai variabel terikat. Earnings response coefficient dapat diukur
melalui beberapa tahap perhitungan. Tahap pertama menghitung
cumulative abnormal return dan tahap kedua menghitung unexpected
earnings.
Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba dapat tercermin dari
tingginya earnings response coefficient yang menunjukkan bahwa laba
yang dilaporkan berkualitas (Boediono, 2005 dalam Nofianti, 2014).
Earnings response coefficient adalah reaksi atas laba yang diumumkan
20
besarnya abnormal return saham dalam merespon kompenan kejutan dari
earnings yang dilaporkan perusahaan.
Beberapa alasan yang menyebabkan pasar bereaksi terhadap informasi
laba adalah sebagai berikut (Scott, 2009):
a. Keyakinan sebelumnya (prior belief) dari investor yang didasarkan
pada informasi yang tersedia tidak sama. Ketidaksamaan ini
dipengaruhi oleh besar kecilnya informasi yang diperoleh dan
kemampuan untuk menginterpretasinya.
b. Dengan masuknya informasi baru berupa laba, sebagian investor
merevisi ekspektasinya dengan datangnya berita baik ini (upward).
Namun sebagian investor yang sebelumnya memiliki ekspektasian
yang terlalu tinggi mungkin akan menginterpretasikan informasi laba
tersebut sebagai berita buruk (downward).
c. Investor yang merevisi ekspektasinya sebagai berita baik akan
bersedia membeli sekuritas pada harga sekarang, sedangkan investor
yang merevisi ekspektasinya sebaga berita buruk akan melakukan
sebaliknya.
d. Investor dapat mengobservasi jumlah sekuritas yang diperdagangkan
dengan munculnya informasi baru berupa laba sekarang.
Reaksi yang diberikan investor tergantung dari kandungan informasi
dalam laba masing-masing perusahaan, sehingga mengakibatkan earnings
21
lainnya. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan earnings
response coefficient tersebut adalah risiko sistematik yang diukur dengan
menggunakan beta, leverage yang merupakan proksi dari struktur modal,
persistensi laba dimana kemampuan menghasilkan laba yang permanen
menyebabkan earnings response coefficient berbeda setiap perusahaan,
kesempatan bertumbuh (growth opportunities), the similiarity of investor
expectations, dan the informativenees of price yang diproksikan dengan
ukuran perusahaan (firm size) (Scott, 2009).
Pada waktu perusahaan mengungumkan laba tahunan, bila laba aktual
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prediksi laba yang selama ini
dibuat maka yang terjadi adalah good news, sehingga investor akan
melakukan revisi terhadap laba dan kinerja perusahaan di masa mendatang
serta memutuskan membeli saham tersebut. Sebaliknya, jika hasil prediksi
lebih tinggi daripada laba aktualnya, yang berarti bad news, maka investor
akan melakukan revisi dan menjual saham perusahaan tersebut karena
kinerja perusahaan tidak sesuai dengan yang diperkirakan (Ambarwati,
2008).
4. Persistensi Laba
Definisi persistensi laba menurut Scott (2009) adalah revisi laba yang
diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang
diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba
22
perubahan harga saham. Besarnya revisi ini menunjukkan tingkat
persistensi laba. Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap
laba masa depan ekspektasian, yaitu manfaat masa depan yang diperoleh
dari pemegang saham.
Penman dan zhang (2002) membedakan laba ke dalam dua kelompok
sustainable earnings (earnings persistence atau core earnings) dan
(unusual earnings) yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang
(repetitive) dalam jangka panjang (sustainable). Sedangkan unusual
earnings atau transitory earnings merupakan laba yang tidak dapat
dihasilkan secara berulang-ulang (non-repeating), sehingga tidak dapat
digunakan sebagai indikator laba periode mendatang.
Chandrarin mengungkapkan bahwa laba yang persisten adalah laba
akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan (noise)
dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan sesungguhnya. Hal
ini juga dikuatkan oleh pendapat Hayn, gangguan laba akuntansi
disebabkan oleh persitiwa transitory (transitory event) atau penerapan
konsep akrual dalam akuntansi. Laba akuntansi dianggap semakin
persisten, jika koefisien variasinya semakin kecil (Wijayanti, 2006).
Para peneliti terdahulu mengukur persistensi laba dengan cara yang
berbeda-beda, Sloan (1996) mengacu pada Freeman et al. (1982)
menunjukkan bahwa persistensi laba merupakan hubungan antara current
23
didefinisikan sebabai laba operasi dibagi dengan total asset. Sedangkan
Francis et al (2004) dalam mengukur persistensi laba dari slope koefisien
hasil regresi current earnings pada lagged earnings per share. Sedangkan,
Dechow dan Dichev (2002) mengukur persistensi laba berdasarkan
hubungan kualitas akrual. Kualitas akrual didefinisikan sebagai estimasi
error dari hasil regresi modal kerja akrual.
5. Struktur Modal
Struktur modal merupakan kumpulan dana yang dapat digunakan dan
dialokasikan oleh perusahaan dimana dana tersebut diperoleh dari hutang
jangka panjang dan modal sendiri (Gitman, 2006). Menurut Keown dkk
(2008) struktur modal adalah panduan atau kombinasi sumber dana jangka
panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal menunjukkan
perbandingan baik dalam artian absolut maupun relatif antara hutang
dengan modal sendiri. Tingkat toleransi struktur modal akan sangat
tergantung pada varian pada pendapatan bersih perusahaan.
Definisi lain mengemukakan struktur modal itu merupakan campuran
atau kumpulan dari hutang, saham preferen dan modal sendiri yang
digunakan untuk menggalang dana (Brigham dan Houston, 2007). Struktur
modal adalah bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan dana jangka
panjangnya, yaitu melalui hutang dan ekuitas (Copeland dan Weston,
1992). Maka dari berbagai definisi struktur modal tersebut dapat dikatakan
24
saham maupun modal sendiri yang dapat digunakan dan dialokasikan
perusahaan.
Perusahaan dapat didanai dengan hutang dan ekuitas. Komposisi
penggunaan hutang dan ekuitas tergambar dari struktur modal.
Penggunaan hutang akan direspon negatif oleh investor karena investor
akan beranggapan bahwa perusahaan akan lebih mengutamakan
pembayaran hutang daripada pembayaran dividen (Scott, 2009).
Penggunaan hutang, menimbulkan beban tetap yang ditunjukkan oleh
leverage keuangan (financial leverage) yang berpengaruh terhadap rasio
hutang (debt ratio) serta rasio hutang dengan ekuitas (debt equity ratio).
Tingginya debt ratio dan debt equity ratio disebabkan oleh tingginya
leverage keuangan. Satu industri atau satu business line mempunyai
karakteristik leverage keuangan yang khas dibandingkan dengan industri
atau business line yang berbeda (Gitman, 1997).
Struktur modal mengahasilkan manfaat dan biaya. Manfaat dari hutang
adalah timbulnya keringanan pajak (tax shield) dari pembayaran bunga.
Biaya dari struktur modal timbul dari tiga faktor yaitu (1) kemungkinan
naiknya risiko kebangkrutan akibat kewajiban atas hutang, (2) agency cost
yang timbul dari monitoring dan pengendalian oleh tindakan lender
perusahaan, dan (3) biaya yang timbul akibat manager mempunyai lebih
banyak informasi tentang prospek perusahaan dibandingkan investor
25
Adapun perbedaan karakteristik antara kedua tipe pendanaan itu
terletak pada keragaman hak suara relatif dalam manajemen, klaim pada
pendapatan dan aktiva, maturitas, dan perlakuan pajak. Keempat
karakteristik yang membedakan antara hutang dan ekuitas diringkas pada
Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik ini menjadi jelas mengapa pemilik
ekuitas mempunyai risiko lebih besar daripada hutang, sehingga ekuitas
mendapat kompensasi dengan expected return yang lebih besar daripada
hutang (Gitman, 1997).
Tabel 2.1
Perbedaan Karakteristik antara Hutang dan Ekuitas
Karakteristik Hutang Ekuitas
Hak suara dalam
manajemen
Tidak ada Ada
Klaim pada income dan aset Senior dari ekuitas
Subordinat pada
hutang
Maturitas Tetap Tidak ada
Perlakuan pajak Pengurangan atas
bunga
Tidak ada
Sumber: Gitman, 1997, Principles of Management Finance, 8th Edition
Terdapat beberapa teori mengenai struktur modal. Bermula dari teori
Modigliani-Miller capital structure irrelevance proposition, yang
mengasumsikan bahwa tidak terdapatnya bankruptcy cost, agency cost,
asymmetric information dan berada pada pasar yang efisien sehingga nilai
suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan tersebut
didanai (hutang dan ekuitas) dan bagaimana kebijakan devidennya. Teori
M&M mempengaruhi munculnya pengembangan teori struktur modal
26 6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total
aktiva, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar perusahaan (market
capitalization). Semakin besar total aktiva atau penjualan bersih
perusahaan maka akan semakin besar ukuran perusahaan begitu juga
sebaliknya, semakin rendah total aktiva atau penjualan bersih perusahaan
maka semakin kecil pula ukuran perusahaan. Menurut Ang (1997) ukuran
perusahaan yang dikelompokkan dengan kapitalisasi pasar diukur dengan
mengkalikan harga penutupan saham dengan jumlah saham yang beredar
dan terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kapitalisasi besar (Big Corporation)
merupakan saham-saham yang dinilai kapitalisasi pasarnya lebih besar
atau sampai dengan Rp 5 triliyun, kapitalisasi sedang (Medium
Corporation) merupakan saham-saham yang nilai kapitalisasi pasarnya
berkisar antara Rp 1 triliyun sampai dengan Rp 5 triliyun, kapitalisasi kecil
(Small Corporation) merupakan saham-saham yang nilai kapitalisasi
pasarnya kurang dari Rp 1 triliyun.
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan
adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki
total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap
kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
27
dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan yang
berukuran kecil (Diantimala, 2008).
Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi akses perusahaan
tersebut ke pasar modal sehingga akan mempengaruhi kemampuannya
dalam memperoleh dana yang dibutuhkan, dan diyakini akan mampu
memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar dibanding perusahaan
yang lebih besar akan mampu menggunakan teknologi yang lebih maju,
sumber daya manusia yang lebih profesional, kemampuan melakukan
promosi dan periklanan yang lebih baik dan sebagainya. Namun demikian,
ukuran perusahaan tidak selalu berpengaruh positif terhadap koefisien
respon laba hal ini terjadi ketika penelitian yang dilakukan menggunakan
long window karena informasi mengenai perusahaan besar yang tersedia
sepanjang tahun, menyebabkan reaksi pasar yang tidak begitu besar di
sekitar tanggal pengunguman laba dan akan terjadi sebaliknya pada
penelitian yang menggunakan short window karena sumber informasi yang
utama mengenai perusahaan kecil bagi investor adalah laporan keuangan
sehingga pada saat pengunguman laba informasi tersebut akan lebih
direspon daripada informasi laba perusahaan besar. Ukuran perusahaan
akan memberikan sinyal terhadap perolehan laba yang juga sebagai
representasi kandungan aktiva yang dimiliki perusahaan, karena informasi
yang dimiliki juga banyak, sehingga ini juga mempengaruhi reaksi
28 B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun dan
Judul
Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian 1. Nana Nofianti (2014) Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen terhadap Koefisien Respon Laba
Populasi : perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011
Sampel : -
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : Moderating Regression Analysis
Variabel lain : Konservatisme
Akuntansi (moderator)
Lokasi : Indonesia
x x X Struktur modal dan ukuran perusahaan memiliki hubungan yang negatif dan signifikan secara statistis terhadap koefisien respon laba. Kebijakan dividen memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan secara statistis terhadap koefisien respon laba. Konservatisme akuntansi memoderasi hubungan ukuran perusahaan dan kebijakan dividen dengan koefisien respon laba. Sedangkan akuntansi konservatisme tidak memoderasi hubungan antara struktur modal dengan koefisien respon laba.
2. Maisil Delvira dan Nelvirita (2013)
Pengaruh Risiko
Sistematik, Leverage dan Persistensi Laba terhadap Earnings Response Coefficient
(ERC) (Studi pada Perusahaan
Populasi : perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010
Sampel : 44 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : Multiple Regression Analysis
x x Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa resiko sistematik berpengaruh signifikan negatif terhadap koefisien respon laba. Leverage tidak berpengaruh terhadap koefisien respon laba. Sedangkan persistensi laba berpengaruh signifikan positif terhadap koefisien respon laba.
29 No Peneliti, Tahun dan
Judul
Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian Manufaktur yang Go
Public di BEI Tahun 2008-2010) Variabel lain : - Lokasi : Indonesia 3. Yossi Diantimala (2008) Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan dan
Default Risk terhadap Koefisien Respon Laba (ERC)
Populasi : perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007
Sampel : 30 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : Regresi
Linear Berganda
Lokasi : Indonesia
x X Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial akuntansi konservatif, ukuran perusahaan dan default risk berpengaruh secara negatif sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa akuntansi konservatif, ukuran perusahaan dan default risk berpengaruh signifikan terhadap koefisien respon laba.
5. Khoerul Umam Sandi (2013)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Earnings Response Coefficient
Populasi : perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011
Sampel : 102 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : regresi
berganda
Lokasi : Indonesia
x x x Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap earnings
response coefficient. Sedangkan pertumbuhan
perusahaan, struktur modal dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.
6. Syed Fakhrodin K H,
Saeed Saeida
Arkadani, Ramin
Populasi : perusahaan yang terdaftar di Stock Exchange periode 2008-2012
x Karena perbedaan mekanisme dari insentif manajemen laba dipertimbangkan dan seterusnya dan investigasi dua hipotesis dalam penelitian ini. Bersambung ke halaman selanjutnya
30 No Peneliti, Tahun dan
Judul
Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian Abghari (2014) Investigate the Relationship Between Earnings Management Incentives and Earnings Response Coefficient Sampel : 99 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : regresission analysis
Lokasi : Iran
Hipotesis pertama pengungkapan earnings management incentives secara tidak langsung
memiliki pengaruh dengan ERC dan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel dalam pasar modal iran.
7. Hossein Ashrafi
Soltan Ahmadi dan
Farmarz Kazemi Hasirchi (2015) The Impact of Earnings Management Incentives on Earnings Response Coefficient
Populasi : perusahaan terdaftar di Tehran Stock Market periode
2005-2013
Sampel : 44 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : regresission based test
Variabel lain : financial leverage, debt
Lokasi : India
x Hasil penelitian menunjukkan financial leverage memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan dengan ERC.
8. Muhammad Arfan
dan Ira Antasari (2008)
Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan
Populasi : emiten manufaktur di
BEJ periode 2003-2005
Sampel : 44 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
stratified random sampling
x Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap koefisien respon laba. Sedangkan secara parsial Bersambung ke halaman selanjutnya
31 No Peneliti, Tahun dan
Judul
Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian Profitabilitas
Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba pada Emiten Manufaktur di BEJ.
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : regresi
linear berganda
Lokasi : Indonesia
hanya pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap koefisien respon laba.
9. Sri Mulyani, Nur Fadjrih Asyik dan Andayani (2007) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Response Coefficient pada Perusahaan yang Terdafatar di Bursa Efek Jakarta
Populasi : seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ
Sampel : 51 perusahaan
Metode pengambilan sampel :
purposive sampling
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : regresi
berganda
Variabel lain : Risiko Sistematik,
kesempatan bertumbuh dan kualitas auditor
Lokasi : Indonesia
x x x x Hasil penelitian menunjukkan bahwa persistensi laba, leverage, beta, kesempatan bertumbuh dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap koefisien respon laba. Sedangkan kualitas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien respon laba.
10. Dhaliwal, S. Kyung J. Lee dan Neil L Fargher (1991) The Association Between Unexpected Earnings and Abnormal Security Return in The Presence of Financial Populasi : 8.246 observation in 1970-1984 Sampel : 52 perusahaan
Metode pengambilan sampel : compustat and crsp
Jenis data : sekunder
Metode analisis data : regresi
linear berganda
Variabel lain : -
x Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage
memiliki hubungan yang negatif signifikan terhadap ERC
32 No Peneliti, Tahun dan
Judul
Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian
Leverage Lokasi : Amerika Serikat
11. Ali Kesuma (2009)
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta Pengaruhnya
terhadap Harga
Saham Perusahaan Real Estate yang
Go-Public di Bursa Efek
Indonesia.
Populasi : seluruh perusahaan real
estate yang terdaftar di BEi
Sampel : 34 perusahaan
Metode pengambilan sampel :- Jenis data : sekunder
Metode analisis data : structural equation modelling
Variabel lain : - Lokasi : Indonesia
x x Hasil menunjukkan bahwa struktur modal
mempunyai pengaruh tidak signifikan dan searah dengan harga saham.
33 C. Kerangka Pemikiran
Informasi laba digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan, apakah
perusahaan tersebut melaporkan labanya lebih tinggi atau lebih rendah dari
tahun sebelumnya serta menilai prospek perusahaan di masa mendatang.
Pentingnya informasi laba dalam mengambil keputusan menyebabkan
kualitas laba yang dilaporkan perusahaan menjadi hal yang penting untuk
dipertimbangkan oleh para pengguna laporan keuangan. Namun demikian,
laba itu sendiri memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh asumsi
perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan.
Boediono (2005) dalam Nofianti (2014) menyatakan bahwa konflik
keagenan yang mengakibatkan adanya sifat oportunistis manajemen akan
mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat
membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti
para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Nilai
perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian
dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang
kondisi ekonomi perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Jika laba seperti ini
digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba
tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya.
Oleh karena itu diperlukan alat pengukur kualitas laba yang disebut
dengan earnings response coefficient atau koefisien respon laba. Laba yang
34 SFAC No 1 menyatakan
informasi laba diyakini sebagai informasi utama
dalam mempengaruhi keputusan investor dalam menilai kinerja perusahaan
laba yang dihasilkan memiliki kekuatan respon (power of respon) yang
berbeda-beda. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin
dari tingginya earnings response coefficient menunjukkan laba yang
berkualitas. Demikian sebaliknya, lemahnya reaksi pasar tehadap informasi
laba yang tercermin dari rendahnya earnings response coeffiecient
menunjukkan laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas. Penelitian
ini menguji mengenai pengaruh persistensi laba, struktur modal dan ukuran
perusahaan terhadap earnings response coefficient atau koefisien respon laba,
berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan dapat disederhanakan dalam
bentuk skema sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
GAP
bersambung ke halaman selanjutnya
Laba tidak menyajikan fakta
sebenarnya mengenai kondisi suatu perusahaan
Adanya kemungkinan manipulasi laba yang dilakukan oleh pihak menajemen
Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Koefisien Respon
35 Basis Teori : Teori Agensi dan
Teori Pasar Modal Efisien
Variabel Independen 1. Persistensi Laba 2. Struktur Modal 3. Ukuran Perusahan Variabel Dependen Koefisien Respon Laba Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan