• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pengaruh Harga Jagung Giling, Harga Pakan Ayam Terhadap

5.2.5 Pengaruh Tidak Langsung Harga Jagung Giling Terhadap Harga

Analisis regresi pengaruh tidak langsung harga jagung giling terhadap harga telur ayam ras melalui harga ayam ras yang dilakukan dengan metode OLS (Ordinary

Least Squares) dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and

Service Solutions) menghasilkan hasil uji sebagaimana diperlihatkan pada tabel

berikut.

Tabel Model Summary (R Square)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .282a .079 .038 1209.89293

a. Predictors: (Constant), Harga Ayam, Harga Jagung

Dari tabel di atas diketahui bahwa, nilai koefisien determinasi (R-Square) adalah 0,079. Hal ini berarti bahwa hanya 7,9% variabel harga jagung giling dan harga ayam dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel harga telur ayam ras, sisanya 92,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum masuk dalam model regresi.

Tabel Uji Serempak (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5680282.935 2 2840141.467 1.940 .156a

Residual 6.587E7 45 1463840.911

Total 7.155E7 47

a. Predictors: (Constant), Harga Ayam, Harga Jagung b. Dependent Variable: Harga Telur

Apabila nilai probabilitas (sig) > α0,05 maka, H0 diterima dan H1 ditolak Apabila nilai probabilitas (sig) < α0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima

61

Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Harga jagung giling dan harga ayam ras tidak berpengaruh nyata secara serempak dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

H1 : Harga jagung giling dan harga ayam ras berpengaruh nyata secara serempak dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Nilai sig dari tabel analisis di atas yaitu 0,156. Hal ini berarti nilai sig > α0,05 maka, H0 diterima. Dimana harga jagung giling dan harga ayam ras tidak berpengaruh nyata secara serempak dan signifikan terhadap harga telur ayam ras. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Tabel Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -926.436 1786.022 -.519 .607 Harga Jagung .719 .372 .306 1.936 .059 Harga Ayam -.048 .096 -.079 -.498 .621

a. Dependent Variable: Harga Telur

Dengan menggunakan uji parsial:

a. Hubungan antara harga jagung giling terhadap harga telur ayam ras Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Harga jagung giling tidak berpengaruh nyata secara parsial dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

H1 : Harga jagung giling berpengaruh nyata secara parsial dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Jika nilai probabilitas (sig) > α0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya jika niali probabilitas (sig) < α0,05 maka H1 diterima. Dari tabel di atas

diperoleh nilai sig yaitu sebesar 0,059. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

sig > α0,05 maka H0 diterima yang berarti, harga jagung giling tidak berpengaruh nyata secara parsial dan signifikan terhadap harga telur ayam ras. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

b. Hubungan antara harga ayam ras terhadap harga telur ayam ras Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Harga ayam ras tidak berepngaruh nyata secara parsial dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

H1 : Harga harga ayam ras berpengaruh nyata secara parsial dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Jika nilai probabilitas (sig) > α0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya jika niali probabilitas (sig) < α0,05 maka H1 diterima. Dari tabel diatas diperoleh nilai sig yaitu sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig >

α

0,05 maka H0 diterima yang berarti, harga ayam ras tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap harga telur ayam ras. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

5.2.6 Pengaruh Harga Jagung Giling (X1), Harga Pakan Ayam (X2) dan Harga Ayam Ras (Y1) Terhadap Harga Telur Ayam Ras (Y2)

Analisis regresi harga jagung giling, harga pakan ayam dan harga ayam ras terhadap harga telur ayam ras yang dilakukan dengan metode OLS (Ordinary

Least Squares) dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and

Service Solutions) menghasilkan hasil uji sebagaimana diperlihatkan pada tabel

63

Model 1 : Model Summary X1, X2, dan Y1 terhadap Y2

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .309a .096 .034 1212.704

a. Predictors: (Constant), harga ayam ras, harga pakan ayam, harga jagung giling

Dari tabel di atas diketahui bahwa, nilai koefisien determinasi (R-Square) adalah 0,096. Hal ini berarti bahwa hanya 9,6% variabel harga jagung giling, harga pakan ayam dan harga ayam ras dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel harga telur ayam ras, sisanya 90,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum masuk dalam model regresi.

Mode 1 : Tabel Uji Serempak (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6844453.432 3 2281484.477 1.551 .215a Residual 6.471E7 44 1470651.602

Total 7.155E7 47

a. Predictors: (Constant), harga ayam ras, harga pakan ayam, harga jagung giling b. Dependent Variable: harga telur ayam ras

Apabila nilai probabilitas (sig) > α0,05 maka, H0 diterima dan H1 ditolak Apabila nilai probabilitas (sig) < α0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima

H0 : Harga jagung giling, harga pakan ayam, dan harga ayam ras tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap harga telur ayam ras. H1 : Harga jagung giling, harga pakan ayam, dan harga ayam ras berkontribusi

secara simultan dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Dari tabel di atas diperoleh nilai probabilitas (sig) yaitu 0,215. Karena nilai sig >

α

0,05, H0 diterima. Maka keputusannya harga jagung giling, harga pakan ayam dan

harga ayam tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Model 1 : Tabel Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 174.011 2175.891 .080 .937

harga jagung giling .958 .459 .408 2.088 .043

harga pakan ayam -.326 .367 -.162 -.890 .378

harga ayam ras -.050 .096 -.082 -.517 .607

a. Dependent Variable: harga telur ayam ras

Apabila nilai probabilitas (sig) > α0,05 maka, H0 diterima dan H1 ditolak Apabila nilai probabilitas (sig) < α0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima

H0 : Harga jagung giling, harga pakan ayam, dan harga ayam ras tidak berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

H1 : Harga jagung giling, harga pakan ayam, dan harga ayam ras berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

1. Harga jagung giling berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Terlihat bahwa pada kolom sig diperoleh nilai sig sebesar 0,043. Kemudian nilai sig < α0,05 maka, H1 diterima. Artinya koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi, harga jagung giling berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

2. Harga pakan ayam berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

65

Dari tabel diatas diperoleh nilai sig yaitu sebesar 0,378. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig > α0,05 maka H0 diterima yang berarti, koefisien analisis jalur adalah tidak signifikan. Jadi, harga pakan ayam tidak berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

3. Harga ayam ras berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Terlihat pada kolom sig diperoleh nilai sig sebesar 0,607. Kemudian nilai

sig > α0,05 maka, H0 diterima. Artinya koefisien analisis jalur tidak signifikan. Jadi, harga ayam ras tidak berkontribusi secara signifikan terhadap harga telur ayam ras.

Berdasarkan hasil analisis jalur substruktur 2 (X1, X2, Y1 dan Y2) yang terlihat pada koefisien 1 masing-masing diperoleh nilai:

1. Ρy2X1 = Beta = 0,408 [t = 2,088 dan sig = 0,043] 2. Ρy2X2 = Beta = -0,162 [t = -0,890 dan sig = 0,378] 3. Ρy2y1 = Beta = -0,082 [t = -0,517 dan sig = 0,607]

Hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan yaitu variabel harga pakan ayam (X2) dan harga ayam ras (Y1) maka, model 1 perlu diperbaiki melalui metode trimming, yaitu mengeluarkan variabel harga pakan ayam (X2) dan harga ayam ras (Y1) yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diulang atau diuji lagi yang mana variabel eksogen harga pakan ayam (X2) dan endogen harga ayam ras (Y1) tidak diikut sertakan. Hasil perhitungan sebagai berikut:

Mode 2 : Tabel Model Summary Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .273a .074 .054 1199.966

a. Predictors: (Constant), harga jagung giling

Model 2 : Tabel Uji Serempak (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5316867.361 1 5316867.361 3.692 .061a Residual 6.624E7 46 1439918.621

Total 7.155E7 47

a. Predictors: (Constant), harga jagung giling b. Dependent Variable: harga telur ayam ras

Model 2 : Tabel Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1485.880 1377.560 -1.079 .286

harga jagung giling .641 .333 .273 1.922 .061

a. Dependent Variable: harga telur ayam ras

Berdasarkan hasil analisis substruktur 2 model 2 masing-masing diperoleh nilai: 1. Ρy2x1 = Beta = 0,273 [t = 1,922 dan sig = 0,061]

Besar koefisien residu untuk ρy€2 = = 0,9622. Dengan demikian didapat diagram jalur substruktur 2 mengalami perubahan, yaitu menjadi

2= 0,9622

ρy2x1 = 0,273

Gambar. 11

X1

67

Berdasarkan hasil dari koefisien jalur pada substruktur 1 dan substruktur 2, maka dapat digambarkan secara keseluruhan

1=0,9044 2=0,9622

ρy1x1=0,069 ρy2x1= 0,273

Gambar. 12

Dari hasil regresi diperoleh koefisien jalur, pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel seperti diperlihatkan pada tabel 17.

Tabel 17.Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, Pengaruh Total Dan Pengaruh Bersama Harga Jagung Giling (X1), Harga Pakan Ayam (X2) Dan Harga Ayam Ras (Y1) Terhadap Harga Telur Ayam Ras (Y2).

Variabel Koefisien Jalur Pengaruh Pengaruh Bersama (R2YXk) Langsung Tidak Langsung Melalui Y1 Total X1 0,443 0,443 - 0,443 - X2 0,069 0,069 0,052 0,0035 - Y1 0,052 0,052 - 0,052 - €1 0,9044 0,90442=0,8179 - - - €2 0,9622 0,96222=0,9258 - - - X1 - - - - 0,07

Berdasarkan tabel dan hasil perhitungan secara keseluruhan di atas, maka dapat dimaknai dan dibahas sehingga memberikan informasi secara objektif sebagai berikut:

1. Besarnya kontribusi harga jagung giling (X1) yang secara langsung mempengaruhi harga telur ayam ras (Y2) adalah 0,4432 x 100% = 19,62%. X1

Y1 Y2

X2

2. Besarnya kontribusi harga pakan ayam (X2) yang secara langsung mempengaruhi harga telur ayam ras (Y2) adalah 0,0692 x 100% = 0,476% 3. Besarnya kontribusi harga jagung giling (X1) berpengaruh secara simultan

yang langsung mempengaruhi harga telur ayam ras (Y2) adalah 0,07 = 7% dan sisanya sebesar 0,96222x100% = 93% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian.

4. Pengaruh tidak langsung harga pakan ayam (X2) terhadap harga telur ayam ras (Y2) melalui harga ayam ras (Y1) sebesar 0,0035.

Dari hasil penelitian ini maka disimpulkan, harga jagung giling secara langsung berpengaruh terhadap harga pakan ayam serta memberikan dampak terhadap harga ayam ras, namun tidak memberikan dampak terhadap harga telur ayam ras. Secara tidak langsung harga pakan ayam berpengaruh nyata terhadap harga telur ayam ras melalui harga ayam ras.

Keempat pasar tersebut yaitu pasar jagung giling, pasar pakan ayam, pasar ayam dan pasar telur ayam ras merupakan integrasi pasar. Dimana yang dikatakan integrasi pasar terjadinya aktivitas perdagangan antara dua atau lebih, kemudian harga di suatu pasar berhubungan dengan harga di pasar-pasar lainnya. Analisis di atas juga menggambarkan dampak perubahan harga suatu barang di suatu tingkat pasar (harga jagung giling) terhadap perubahan harga barang ditingkat pasar lainnya (harga pakan ayam dan harga ayam ras).

69

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Harga jagung giling berpengaruh secara langsung terhadap harga ayam ras.

2. Harga jagung giling berpengaruh secara langsung terhadap harga pakan ayam.

3. Secara tidak langsung harga jagung giling berpengaruh nyata terhadap harga ayam ras melalui harga pakan ayam.

4. Harga pakan ayam tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap harga ayam.

5. Secara langsung harga ayam ras tidak berpengaruh nyata terhadap harga telur ayam ras.

6. Secara tidak langsung harga pakan ayam dan harga ayam ras tidak berpengaruh nyata terhadap harga telur ayam ras.

7. Secara parsial harga pakan ayam terhadap harga telur ayam ras tidak berpengaruh nyata.

8. Secara parsial harga ayam ras terhadap harga telur ayam ras tidak berpengaruh nyata.

9. Secara tidak langsung harga jagung giling terhadap harga telur ayam ras melalui harga ayam ras tidak berpengaruh nyata.

10. Secara parsial harga jagung giling terhadap harga telur ayam ras tidak berpengaruh nyata.

11. Secara parsial harga ayam ras terhadap harga telur ayam ras tidak berpengaruh nyata.

12. Besarnya kontribusi harga jagung giling (X1) yang secara langsung mempengaruhi harga ayam ras (Y1) adalah 0,4272 = 0,1823 atau 18, 23%. 13. Besarnya kontribusi harga pakan ayam (X2) yang secara langsung

mempengaruhi harga ayam ras (Y1) adalah -0,0262 = 0,000676 atau 0,0676%.

14. Besarnya kontibusi harga jagung giling (X1) dan harga pakan ayam (X2) berpengaruh secara simultan yang langsung mempengaruhi harga ayam ras (Y1) adalah 0,182 = 18% dan sisanya 0,9042 x 100% = 82% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian.

15. Besarnya kontribusi harga jagung giling (X1) yang secara langsung mempengaruhi harga telur ayam ras (Y2) adalah 0,4432 x 100% = 19,62%. 16. Besarnya kontribusi harga pakan ayam (X2) yang secara langsung

mempengaruhi harga telur ayam ras (Y2) adalah 0,4272 x 100% = 18,23% 17. Besarnya kontribusi harga jagung giling (X1) berpengaruh secara simultan

yang langsung mempengaruhi harga telur ayam ras (Y2) adalah 0,07 = 7% dan sisanya sebesar 0,96222x100% = 93% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian.

18. Pengaruh tidak langsung harga pakan ayam (X2) terhadap harga telur ayam ras (Y2) melalui harga ayam ras (Y1) sebesar 0,0035.

6.2 Saran

1. Pemerintah

Dalam penetapan harga jagung ditentukan berdasarkan biaya produksi petani untuk menjaga kelangsungan produksi jagung. Serta perbaikan kinerja pasar

71

pakan dan ayam ras dimulai dari kinerja pasar jagung sebagai permintaan turunan dari pasar pakan dan ayam ras.

2. Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan judul bagaimana pengaruh harga jagung impor terhadap harga jagung jagung dalam negeri, harga pakan dan harga ayam ras.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jagung

Jagung memegang peranan penting sebagai bahan pangan di Indonesia. Dikatakan penting karena jagung sebagai sumber karbohidrat kedua setelah padi. Selain mengkonsumsi padi sebagai bahan pangan, masyarakat Indonesia juga banyak mengkonsumsi jagung. Hal ini dikarenakan, jagung bermanfaat sebagai pengganti nasi, tepung, bihun, bahan campuran kopi, biskuit, kue kering dan lainnya (Adisarwanto dan Yustina, 2000).

Komponen jagung dalam produksi pakan ternak mempunyai proporsi yang paling tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun lainnya yaitu sebesar 51% (Syamsudin dalam Deptan, 2006).

Ketersediaan jagung berdampak terhadap ketersediaan bahan baku industri pakan ayam ras pedaging. Lebih lanjut ketersediaan pakan ini mempengaruhi ketersediaan daging ayam ras sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Meningkatnya permintaan daging ayam ras menyebabkan meningkatnya permintaan pakan, selanjutnya berdampak terhadap meningkatnya permintaan jagung, demikian sebaliknya. Fenomena ini menunjukkan bahwa kinerja masing-masing pasar tidak hanya ditentukan oleh faktor internal pasar bersangkutan, tetapi secara bersama-sama ditentukan juga oleh perilaku pasar lainnya (Kariyasa dan Sinaga 2007).

11

Peranan komoditi jagung sebagai bahan baku pakan ternak sampai saat ini belum tergantikan. Komponen jagung dalam bahan baku pakan ternak memiliki proporsi yg paling tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun lainnya. Komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54 persen, ayam petelur 47,14 persen dan untuk ternak babi grower sebesar 49,34 persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah, mengandung kalori tinggi, mempunyai protein dengan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan digemari oleh ternak. Upaya untuk menggantikan jagung dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil sehingga jagung tetap menjadi bahan baku utama pakan di seluruh dunia (Purwono, et al, 2007).

Sebagian besar ketersediaan jagung di Sumatera Utara diperuntukkan sebagai pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut menyerap lebih dari 80% produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20% lagi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar provinsi (Badan Ketahanan Pangan, 2007).

2.1.2 Ayam Ras

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler. Ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu, ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan

timbunan daging yang baik dan banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,6 kg per ekor ayam (Rasyaf, 2004).

2.1.3 Telur

Telur merupakan hasil dari system reproduksi suatu individu. Telur adalah hasil sekresi system produksi dan mekanisme endocrine, metabolic dan kimia faali. Telur ayam mempunyai komposisi zat-zat makanan sebagai berikut : air 66%, protein 13%, lemak 10,5% dan abu 10,5% (Anggorodi, 1985).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Transmisi Harga

Transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di satu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat / tingkat pasar lainnya (Hasyim, 2012).

2.2.2 Fluktuasi Harga

Fluktuasi harga adalah perubahan harga di atas atau di bawah harga rata-rata pertahun. Harga yang fluktuatif ini didapat karena adanya ketidakseimbangan jumlah permintaan dan penawaran di pasar (Anonimus, 2010).

Di Indonesia, harga telur ayam ras sangat fluktuatif. Penyebabnya bermacam-macam, diantaranya faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Biasanya pada waktu menjelang lebaran (Hari Raya Idul Fitri), harga telur ayam ras akan mulai merangkak naik pada minggu kedua bulan Ramadhan dan akan mencapai puncaknya pada 2-3 hari menjelang lebaran (Abidin, 2003).

13

2.2.3 Integrasi Pasar

Integrasi pasar merupakan keterpaduan di antara beberapa pasar yang memiliki hubungan harga tinggi. Pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas perdagangan antara dua atau lebih, kemudian harga di suatu pasar berhubungan dengan harga di pasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar ditransmisikan ke pasar-pasar lain, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang (Fitrianti, 2009).

Terintegrasi atau tidaknya suatu pasar dapat dianalisis dengan memperhatikan faktor:

1. Segmentansi pasar

Pasar dikatakan tidak terintegrasi jika perubahan harga yang terjadi di pasar acuan tidak mempunyai pengaruh, baik cepat atau lambat terhadap harga di pasar domestik. Dengan demikian diharapkan dengan terintegrasinya pasar domestik, maka harga yang terjadi di pasar domestik dipengaruhi oleh perubahan harga yang ada di pasar acuan.

2. Integrasi jangka pendek

Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka pendek apabila perubahan harga yang terjadi di pasar acuan secara langsung dan utuh diteruskan ke dalam harga di pasar domestik (Nachrowi dan Hardius, 2006).

2.2.4 Penentuan Harga Pokok

Harga pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dengan nilai mata uang. Namun harga pokok juga bisa diartikan sebagai jumlah biaya-biaya dari produk yang telah dikeluarkan. Untuk menghitung harga

pokok hendaknya diketahui dengan baik biaya dan jenis-jenisnya. Komponen/ elemen harga pokok adalah biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Tidak dapat dihindarkan berarti bahwa tanpa pengeluaran biaya proses produksi tidak dapat berjalan dan tidak akan ada hasil. Bahan baku dan tenaga kerja langsung termasuk yang tidak dapat dihindarkan di dalam proses produksi, akan tetapi tidak berarti semua pengeluaran biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja diperhitungkan ke dalam harga pokok (Lesmono, 1998).

Tujuan menghitung harga pokok:

1. Untuk menentukan harga penjualan, harga pokok penjualan tidak dapat ditentukan sebelum harga pokoknya ditentukan terlebih dahulu.

2. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan. Laba dihitung dengan cara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Padahal harga pokok penjualan baru dapat ditentukan setelah harga pokok ditentukan terlebih dahulu.

3. Untuk memberi penilaian didalam laporan keuangan yang berupa neraca. Harta dalam neraca yang berupa persediaan produk jadi harus dinilai, diberi harga. Dengan pemberian harga tersebut dapat diketahui kekayaan perusahaan. Penilaian atau pemberian harga tersebut informasinya dari harga pokok.

4. Untuk menentukan kebijakan perusahaan. Misalnya dalam kasus akan memberi potongan harga pada saat menjual secara besar-besaran.Dalam pengambilan kebijakan ini jangan sampai harga yang ditentukan berada di bawah harga pokok.

15

5. Untuk menentukan efisiensi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan perkiraan penentuan harga pokok sebelum proses produksi dikaksanakan dengan perhitungan harga pokok setelah proses produksi dikerjakan.

Tujuan perhitungan harga pokok tersebut di atas tidak dapat terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing tujuan saling terkait (Halim, 2009).

Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat informasi harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca (Mulyadi, 2005).

2.2.5 Biaya Produksi

Biaya merupakan mencakup satu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Boediono, 2002). Biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun secara tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak-pajak (Daniel, 2004).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba (1999) menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga jagung dunia responsif terhadap perubahan ekspor dan lebih banyak ditentukan oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung domestik tidak responsif terhadap perubahan harga jagung impor dengan nilai elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung impor yang sampai ke Indonesia.

Penelitian mengenai dampak harga BBM (Bahan Bakar Minyak) terhadap kesinambungan usaha dalam pola kemitraan ayam broiler yang dilakukan oleh Agus Hermawan, Dian M. Yuwono dan Abdul Choliq (2005) menghasilkan kebijakan pengurangan subsidi BBM memicu naiknya biaya produksi usaha ayam

Dokumen terkait