• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen…

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

K. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen…

Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas pada bank syariah yang di teliti pada skripsi ini adalah berdasarkan literature dan penelitian sebelumnya oleh Hempel (1994), Arifin (2002), Judisseno (2002) dan Aspachs (2005). Pengertian likuiditas adalah kedekatan untuk belanja dari sebuah asset (Ahmed, 2001:12)

36

1. Variabel Dependen

Likuiditas yang diteliti adalah tingkat buffer likuiditas dalam bentuk money potition yang dimiliki bank. Money potition ini terdiri (Hempel, 1994:151): a. Uang tunai, baik uang kertas maupun uang logam. Dapat disimpan di khasanah bank maupun pada tempat lain di bank. Bila bank memiliki uang tunai yang berlebih, maka kelebihannya disetorkan ke bank sentral atau bank lain. Demikian sebaliknya bila bank kekurangan uang tunai sehingga mengambil di bank sentral atau bank lain.

b. Giro di bank sentral. Giro ini merupakan simpanan bank yang merupakan gabungan dari ketentuan giro wajib dan selisih kliring setiap hari operasi. Giro di bank sentral bertambah bila dilakukan setoran, pencairan dari treasury bills dan peminjaman dari bank sentral. Giro ini berkurang bila melakukan pembelian treasury bills, penarikan untuk pembayaran dan penarikan dalam bentuk uang tunai.

c. Giro di bank lain. Giro ini merupakan simpanan bank di bank lain yang bermanfaat untuk penyelesaian pembayaran yang tidak melalui bank sentral. Contoh transaksi antar bank adalah pinjaman antar bank, transaksi international banking dan investasi lain.

d. Kas dalam perjalanan. Merupakan posisi kas yang sudah ditarik dari suatu pihak namun belum diterima bank.

Berdasarkan klasifikasi dari money potition diatas, maka pada penelitian ini disusun variabel dependen sesuai klasifikasi di Bank Syariah Mandiri, yaitu : 1) Kas dan Kas dalam Perjalanan

37 Variabel ini terdiri tiga komponen yaitu kas (termasuk kas dalam perjalanan), giro pada bank sentral dan giro pada bank lain. Uang adalah bentuk yang paling likuid dari defines tersebut. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Kas berbentuk uang tunai yang berupa uang kartal berupa uang kertas, uang logam, commemorative coin & nota, yang dikeluarkan BI atau otoritas moneter Negara lain sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk dalam kategori ini adalah bank notes dari Negara lain, misalnya uang kertas USD, dollar Singapura (SGD) atau riyal Arab Saudi (SAR). Berdasarkan lokasinya, maka kas dapat berada pada empat tempat yaitu

a) Kas Besar: adalah uang yang digunakan dalam penarikan dan penyetoran nasabah, dimana pada akhir hari disimpan di dalam ruang penyimpanan khusus yang disebut khasanah.

b) Kas ATM: adalah uang yang berada dalam mesin-mesin ATM bank. c) Kas Kecil: uang yang dipisahkan dari kas besar dan digunakan untuk

operasional bank dan disimpan dalam cash box.

d) Kas dalam perjalanan: uang yang masih harus diterima oleh cabang penerima dan baru saja diambil dari BI, bank lain atau cabang lain.

2) Giro pada Bank Indonesia

Adalah simpanan pada Bank Indonesia (primary reserve) selain yang berbentuk SWBI. Giro ini ada dalam valuta rupiah dan dollar AS. Secara mendasar, giro rupiah haruslah sejumlah minimum 5% dari dana pihak ketiga rupiah dan giro USD haruslah minimum 3% dari dana pihak ketiga USD.

38 Sebagaimana simpanan bank dalam bentuk uang tunai atau kas, giro di BI ini tidak menghasilkan return.

Ketentuan pemenuhan primary reserve ini harus dipenuhi bank dengan ancaman sanksi denda oleh BI.

3) Giro pada Bank Lain

Merupakan penempatan pada bank lain selain penempatan pada BI. Giro pada bank lain dibuka sesuai kebutuhan transaksi bank, sehingga memiliki valuta yang beragam yaitu IDR (Rupiah), USD, SGD, SAR, Japan Yen, Euro, dan dollar Australia. Giro pada bank lain bertujuan untuk

a) Memenuhi kebutuhan transaksi dalam negeri. Pada BSM, giro dalam rupiah pada bank lain memenuhi kebutuhan transaksi seperti pengelolaan uang tunai (kas besar dan kliring lokal) atau pembayaran transaksi ATM dengan Bank Mandiri.

b) Memenuhi kebutuhan transaksi luar negeri. Pada BSM, giro yang dibuka dalam valuta asing adalah pada Bank Mandiri, BCA, Citibank New York, United Overseas Bank Singapura, Wachovia Bank, Sumitomo Mitsui Banking, ANZ Bank dan Al Rajhi Banking & Investment.

2. Variabel Independen a. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga merupakan salah satu alasan utama bagi bank untuk menjaga tingkat likuiditasnya. Dana simpanan nasabah adalah dana yang dihimpun oleh bank dalam melakukan fungsi intermediasinya. Fungsi bank yang menjamin

39 ketersediaan likuiditas bagi para nasabahnya menyebabkan bank harus menghitung proporsi tertentu dari jumlah dana DPK ini pada kas dan primary reserve di BI. Pada bank syariah, DPK dapat terdiri dari tiga jenis kelompok yaitu:

1) Simpanan wadiah, terdiri dari giro dan tabungan wadiah. 2) Tabungan mudharabah.

3) Deposito mudharabah.

Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip wadiah yad adh-dhamanah seperti yang dijelaskan diatas. Artinya tabungan ini tidak mendapatkan keuntungan karena ia titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM. Tabungan yang berdasarkan akad wadiah ini tidak mendapatkan keuntungan dari bank karena sifatnya titipan. Akan tetapi, bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus / hadiah. (Antonio, 2001:156).

Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah diantaranya sebagai berikut. Pertama, keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini nasabah) dan mudharib (dalam hal ini bank). Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup. (Antonio, 2001:156).

Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan

40 bank selaku mudharib. Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang terdapat diantara keduanya. (Antonio, 2001:157).

b. Aset Siap Konversi menjadi Kas

Porsi terbesar dari fungsi penggunaan dana bank adalah berupa investasi pada surat-surat berharga. Selain untuk tujuan memperoleh penghasilan, investasi pada surat berharga ini dilakukan sebagai salah satu media pengelolaan likuiditas, dimana bank harus menginvestasikan dana yang ada seoptimal mungkin, tetapi dapat dicairkan sewaktu-waktu bila bank membutuhkan tanpa, atau sedikit sekali, mengurangi nilainya (Riyadi, 2006:39).

Aset bank yang terdiri dari aset yang bersifat likuid atau mudah diubah menjadi uang (Norman, 2005:23). Perbedaan aset siap konversi menjadi kas dengan kas dan setara kas adalah aset siap konversi menjadi kas merupakan aset yang memberikan return, sedangkan kas dan setara kas tidak memiliki return. Aset ini merupakan cadangan yang berfungsi sebagai penyangga primary reserve, ditanam dalam bentuk investasi jangka pendek dan tetap current. Karena kebutuhan likuiditas seringkali sulit diantisipasi, maka kriteria asset yang siap dikonversi menjadi kas adalah (Riyadi, 2006:39):

1) Short term atau siap untuk dijual (available for sale) 2) High quality, tidak jatuh nilainya saat dijual.

3) Marketable.

Secondary reserve ini dilakukan untuk memaksimalkan penempatan dana setiap saat dan tetap menghasilkan (Riyadi, 2006:39). Asset siap konversi menjadi kas,

41 dapat dikonversi melalui pasar uang dan pasar modal. Bentuk pada bank syariah untuk asset siap konversi menjadi kas adalah:

a) Penempatan pada bank lain berupa Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA).

b) Surat berharga berupa obligasi dan reksadana syariah. c) Penempatan pada BI berupa SWBI.

c. Akses pasar antar bank dan sumber dana lainnya termasuk LOLR

Dalam aktivitasnya, bank sering membutuhkan dana untuk memenuhi ketentuan primary reserve, menjaga tingkat saldo pada giro di bank sentral untuk transaksi, melakukan realisasi pembiayaan atau investasi, membayarkan dana kepada nasabah deposan maupun memenuhi kewajiban lainnya. Pada posisi bank membutuhkan dana jangka pendek, bank harus segera memenuhinya baik dari bank lain, maupun dari BI. Tingkat likuiditas bank antara lain dipengaruhi oleh fasilitas LOLR dari bank sentral (Arifin, 2002:45). Pada penelitian oleh Aspachs (2005) fasilitas pinjaman dari BI menyebabkan bank menurunkan tingkat likuiditasnya meskipun terdapat kendala moral hazard berupa bank memegang buffer likuiditasnya yang lebih rendah dari seharusnya. Sedangkan instrumen sumber dana lainnya dapat diperoleh bank pada pasar modal berupa saham dan obligasi (Riyadi, 2006:47). Pada bank syariah di Indonesia, meskipun terdapat fasilitas jangka pendek bagi bank syariah dari BI (PBI no.5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah), pada prakteknya hal ini tidak dilakkukan oleh BSM. Untuk itu, komponen dalam akses pasar pada penelitian ini adalah:

42 1) Antar bank pasiva berupa simpanan dari bank lain berbentuk giro dan

deposito dan penempatan berbentuk SIMA dari bank lain. 2) Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan bank. d. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang harus segera dipenuhi bank dalam waktu kurang dari satu tahun. Kewajiban lancar ini termasuk komponen dalam perhitungan rasio likuiditas berupa quick ratio (Judisseno, 2002:139). Bagi bank, kewajiban lancar ini merupakan seluruh transaksi baik yang dalam rangka transaksi baik bank maupun dalam rangka kegiatan operasional perusahaan. Komponen kewajiban lancar ini terdiri dari:

1) Kewajiban penerimaan negara pembayaran pajak dan bukan pajak 2) Kewajiban dalam rangka jasa bank dalam penerimaan jasa pembayaran. 3) Kewajiban dalam rangka setoran jaminan transaksi komitmen dan

kontijensi bank.

4) Kewajiban titipan lain seperti pembayaran dana sosial, bagi hasil yang belum dibayarkan dan pembayaran lain kepada pihak ketiga.

f. Pembiayaan yang Diberikan berupa Loan Growth

Pembiayaan yang diberikan merupakan variabel yang mempengaruhi likuiditas bank berupa hambatan finansial dalam menumpuk likuiditas (Aspachs, 10:2005). Pembiayaan yang diberikan dihitung berupa loan growth yang merupakan kemampuan bank untuk ekspansi sehingga mengurangi jumlah pos lain dalam neraca bank. Pada penelitian, loan growth ini diukur dengan membandingkan posisi pembiayaan antara suatu bulan dengan bulan sebelumnya.

43 g. Profit Bank

Profit bank merupakan variabel yang mempengaruhi likuiditas bank berupa sumber bagi likuiditas (Aspachs, 2005:10). Bagi bank syariah, profit bank merupakan pendapatan dari penyaluran pembiayaan, pendapatan surat berharga dan pendapatan operasional bank dengan dikurangi biaya bagi hasil dan biaya operasional bank.

Dokumen terkait