• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Pengujian Hipotesis

5.5.3 Pengaruh Work Interference with Family (WIF) Terhadap Job Performance Melalui Job Satisfaction

Hasil pengujian melalui SmartPLS menunjukkan bahwawork interference with family (WIF) berpengaruh negatif signifikan terhadap job performance

melalui job satisfaction, atau dengan kata lain hipotesis ketiga diterima. Pada pengujian signifikansi koefisien jalur (path) dapat diketahui bahwa variabel work interference with family (WIF) berpengaruh signifikan negatif terhadap job satisfaction dan job satisfaction berpengaruh signifikan positif terhadap job performance. Ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Boles dan Babin (1996) dalam Boleset al.(2001), yang mengatakan bahwa “work family conflict berhubungan dengan sejumlah sikap dan konsekuensi pekerjaan yang negatif, termasuk rendahnya kepuasan kerja”.

Dalam pengujian melalui SmartPLS telah ditemukan hasil bahwa work interference with family (WIF) mempengaruhi job performance sebesar 17,39% yang dijelaskan melalui pengaruh mediasi job satisfaction. Hair et al. (2014) menyatakan apabila nilai VAF diatas 80% maka dapat diasumsikan terjadi kondisi

full mediation. Jika nilai VAF diatas 20% dan kurang dari 80% maka diasumsikan terdapat kondisi partial mediation. Namun bila nilai VAF masih dibawah 20% maka dapat dikatakan terjadi kondisi mediasi yang lemah. Karena nilai VAF

dibawah 20% maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh mediasi job satisfaction

dalam pengaruh antara WIF terhadapjob performanceadalah lemah.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa responden yang mengalami work interference with family (WIF) termasuk dalam kategori rendah dengan rata-rata sebesar 2,46. Ini artinya responden tidak terlalu mengalami konflik pekerjaan yang mempengaruhi keluarga. Akan tetapi, dari statistik deskriptif dapat dilihat bahwa menurut responden, pekerjaan di rumah sakit cukup menyita waktu mereka dengan keluarga. Ini dapat disimpulkan dari rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan kuesioner yang berkaitan dengan hal tersebut yakni sebesar 2,62 yang termasuk dalam kategori cukup. Item pernyataan tersebut termasuk dalam indikator time based work interference with family. Selain itu nilai rata-rata pada jawaban kuesioner dengan pernyataan ”kehilangan kesempatan mengikuti acara keluarga karena pekerjaan di rumah sakit” sebesar 2,64 dimana ini termasuk dalam kategori cukup. Ini berarti bahwa responden merasa dirinya sering kehilangan kesempatan untuk mengikuti acara keluarga karena pekerjaannya. Item ini juga termasuk dalam indikator time based work interference with family.

Sedangkan nilai rata-rata paling rendah adalah pada item ”pekerjaan di rumah sakit membuat emosional dan mudah marah kepada anak-anak” dengan nilai rata- rata sebesar 2,20. Item pernyataan ini termasuk dalam indikatorstrain based work interference with family.

Dari statistik deskriptif variabel job satisfaction dapat dilihat bahwa kepuasan paling rendah adalah terkait dengan kepuasan kelengkapan fasilitas yang dimiliki rumah sakit untuk mendukung kelancaran melakukan pekerjaan. Nilai

rata-rata untuk item tersebut sebesar 3,17 dimana ini masuk dalam kategori kepuasan rendah. Tingkat kepuasan paling tinggi adalah terkait pada tim kerja yang solid dan saling mendukung dalam bekerja, dengan nilai rata-rata sebesar 4,20 dimana ini termasuk dalam kategori kepuasan tinggi.

Jika dilihat dari statistik deskriptif variabel work interference with family

dan job satisfaction dapat disimpulkan bahwa jika perawat mengalami konflik pekerjaan yang mempengaruhi keluarga terutama konflik yang bersangkutan dengan waktu (time based conflict), maka dapat menurunkan tingkat kepuasan mereka terhadap pekerjaan terutama kepuasan pada kelengkapan fasilitas di rumah sakit. Dengan hasil tersebut, memunculkan gagasan bahwa perawat yang mengalami time based work interference with family (konflik pekerjaan yang mempengaruhi keluarga karena kesenjangan terhadap waktu) membutuhkan fasilitas yang menunjang mereka untuk dapat meminimalkan munculnya jenis konflik tersebut. Misalnya dengan menyediakan fasilitas alat-alat medis yang lengkap dan memadai sehingga pekerjaan perawat berjalan dengan lancar tanpa ada penundaan waktu. Diharapkan dengan demikian mereka memiliki kesempatan dan waktu untuk berkumpul dengan keluarga karena kelengkapan fasilitas tidak menghambat ketepatan waktu dalam bekerja.

Sedangkan pada statistik deskriptif variabeljob performance dapat dilihat bahwa kinerja paling baik adalah pada kemampuan bekerja sama dengan rekan kerja dengan nilai rata-rata sebesar 4,05 dimana ini termasuk dalam kategori job performance yang baik. Sedangkan nilai terendah untuk job performance adalah

dikaitkan dengan statistik deskriptif padawork family conflictdanjob satisfaction,

dapat dikatakan bahwa jika perawat mengalami konflik pekerjaan yang mempengaruhi keluarga terutama konflik yang dipicu karena pertentangan waktu (time based conflict), maka mereka dapat mengalami penurunan kepuasan terutama terhadap fasilitas yang menunjang pekerjaan, kemudian selanjutnya dapat mengalami penurunan performa (kinerja) terutama kinerja untuk memunculkan kreativitas yang dapat menunjang pekerjaan. IRD RSUD Dr. Soetomo perlu untuk memberikan kelengkapan fasilitas yang menunjang pekerjaan agar dapat meningkatkan daya kreativitas perawat. Terlebih lagi jika konflik WIF tinggi karena perawat merasa kehilangan waktu dan kesempatan bersama keluarga, dapat menurunkan kepuasan mereka terhadap kelengkapan fasilitas pekerjaan. Jika fasilitas pekerjaan misalnya kelengkapan alat-alat medis yang memadai dapat dipenuhi sehingga tidak ada pekerjaan yang terbengkalai atau tertunda, diharapkan dapat mengurangi konflik WIF karena pertentangan waktu yang disebabkan tertundanya pekerjaan. Dan kemudian ini dapat meningkatkan daya kreativitas perawat yang dapat menunjang pekerjaan.

Responden penelitian terdiri dari 74,24% perempuan. Pada karakteristik responden berdasarkan usia, responden dengan usia paling banyak adalah 31-40 tahun yakni sebesar 33,33%. Selain itu jika dilihat dari karakteristik responden mengenai tingkat pendidikan, responden paling banyak adalah dengan tingkat pendidikan D3 yakni sebesar 80,30%. Jumlah anak yang dimiliki responden paling banyak adalah 2 anak dengan prosentase responden yang memiliki 2 anak sebesar 54,55%. Selain itu jika dilihat dari pekerjaan pasangan, paling banyak

adalah responden dengan pekerjaan pasangan sebagai PNS yakni sebesar 34,85%. Dengan melihat dari karakteristik responden ini, memunculkan gagasan bahwa perempuan cenderung mengalami WIF yang rendah. Sebagian besar responden merupakan lulusan keperawatan, dimana dalam pendidikan tersebut mereka juga telah mempersiapkan diri dari awal untuk menjadi perawat dengan segala resikonya termasuk kemungkinan timbulnya konflik-konflik yang mempengaruhi keluarga. Mereka sudah mengerti konsekuensi dari pekerjaan sebagai perawat sehingga dapat mempersiapkan diri mengelola adanya konflik WIF.

5.5.4 Pengaruh Family Interference with Work (FIW) Terhadap Job

Dokumen terkait