• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Gaya Pengasuhan

1. Definisi Gaya Pengasuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Widowati, 2013), pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan, kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih, dan sebagainya), memimpin (menggepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.

Elaine Donelson (dalam Widowati, 2013) berpendapat bahwa kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga anak tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.

Widowati (2013) berpendapat bahwa pola asuh orang tua diidentifikasi melalui adanya perhatian dan kehangatan, yaitu orang tua dalam mengasuh dan menjalin hubungan interpersonal dengan anak disadari adanya perhatian, penghargaan dan kasih sayang, kebebasan berinisiatif, yaitu kesediaan orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan dan mengembangkan pendapat ide, pemikiran dengan tetap mempertimbangkan hak-hak orang lain, nilai dan norma yang berlaku; Kontrol terarah, yaitu pola pengawasan dan pengendalian orang tua dengan

cara memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan terhadap sikap dan perilaku anak; Pemberian tanggung jawab, yaitu kesediaan orang tua memberikan peran dan tanggung jawab kepada anak atas segala sesuatu yang dilakukan.

Aisyah (2010) berpendapat bahwa pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa definisi pola pengasuhan itu sendiri adalah kegiatan merawat, membimbing, mendidik, dan memberi dukungan kepada anak sehingga anak dapat memperoleh kehangatan kasih sayang dan perhatian berupa kontrol, kedisiplinan, dan kesempatan untuk berkembang yang diberikan orang tua kepada anak.

2. Bentuk-bentuk Pengasuhan

Diana Baurimnd (dalam Santrock, 2002) menekankan tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam

perilaku sosial anak: otoriter, otoritatif, dan permisif. Para ahli perkembangan berpendapat bahwa pengasuhan anak yang permisif terjadi dalam dua bentuk: permissive-indulgent dan permissive-indifferent.

a) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak.

Anak-anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan memiliki keterampilan komunikasi yang rendah. Disiplin awal yang terlalu kasar diasosiasikan dengan agresi anak (Weiss & Others dalam Santrock, 2002) b) Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting)

Pola asuh otoritatif mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak.

Anak-anak yang mempunyai orang tua yang otoritatif bekompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab.

Suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang pemissive-indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurang kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka

inginkan, dan akibatnya ialah anak-anak tidak pernah belajar

mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka dituruti.

Anak-anak yang orang tuanya permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat pada orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku mereka.

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khusunya kurang kendali diri. Anak-anak memiliki keinginan kuat agar orang tua mereka perduli terhadap mereka.

Anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada anak mereka. Anak-anak yang orang tuanya

bergaya permissive-inddiferent inkompeten secara sosial, mereka

memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun kemandirian dengan baik.

Keempat klasifikasi pengasuhan mencakup dimensi penerimaan dan kemampuan untuk mendengar, serta menuntut dan mengendalikan.

Tabel 1: Karakteristik Anak Berdasarkan Pola Asuh

POLA ASUH KARAKTERISTIK ANAK

Pengasuhan otoriter

Kehangatan yang rendah serta keterlibatan positif yang rendah juga, tidak mempertimbangkan keinginan anak dan pendapat anak, memaksakan peraturan tanpa menjelaskan pada anak secara jelas, menunjukkan kemarahan dan perasaan tidak senang,

berkonfrontasi dengan anak terhadap perilaku buruknya dan menggunakan hukuman.

Temperamental, tidak senang, tidak memiliki tujuan, penuh ketakutan, mudah stress, menarik diri, tidak percaya terhadap orang lain.

Pengasuhan otoritatif

Hangat, terlibat, menunjukkan dukungan dan rasa senang terhadap tingkah laku anak yang konstruktif,

mempertimbangkan keinginan anak, memberikan berbagai alternatif pilihan, berkomunikasi dengan mereka secara jelas, menunjukkan rasa tidak senang terhadap tingkah laku yang buruk.

Ceria, memiliki tujuan, memiliki kontrol diri, mandiri orientasi terhadap prestasi, menunjukkan minat dan rasa ingin tahu terhadap situasi baru, memiliki energi yang banyak, menjaga hubungan dengan teman sebaya, dapat bekerja sama dengan orang dewasa, dapat mengatasi stress dengan baik.

Pengasuhan permissive-indulgent

Memiliki kehangatan yang cukup, mendukung pengekspresian secara bebas terhadap keinginan anak, tidak

mengomunikasikan peraturan secara jelas dan tidak memaksa mereka untuk mematuhinya, membiarkan ataupun menerima perilaku buruk anak, memiliki kedisiplinan yang tidak konsisten, tingkah laku yang mandiri, tidak menuntut ataupun mengendalikan.

Agresif, cepat marah tetapi cepat pula untuk langsung dapat ceria, tidak memiliki kontrol diri, menunjukkan sifat mandiri yang rendah, impulsif, rendah dalam orientasi prestasi, tidak memiliki tujuan, kurang memiliki rasa ingin tahu.

Pengasuhan permissive-indifferent

Berkonsentrasi pada diri sendiri, secara umum tidak responsif, berusaha memuaskan diri sendiri dan tidak memedulikan kebutuhan anak, gagal untuk memonitor kegiatan anak, hubungan dengan anak cenderung depresif, penuh kecemasan, dan butuh akan kedekatan emosi akibat dari perceraian.

Temperamental, memiliki perasaan tidak aman, impulsif, agresif, memiliki kepercayaan diri yang rendah, tidak bertanggung jawab, tidak dewasa, cenderung berteman dengan teman sebaya yang nakal.

Dokumen terkait