• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGATURAN ASURANSI KESEHATAN TERHADAP PNS DI INDONESIA

B. Pengaturan Asuransi Kesehatan di Indonesia

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap pegawai negeri, pensiunan dan keluarganya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dengan kerjasama antara Pegawai negeri, pensiunan dan keluarganya akan mendapatkan jaminan kesehatan berupa pengobatan, pemeriksaan laboratorium, sampai pengobatan rawat inap di Rumah Sakit.

Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan Tabungan Asuransi Sosial Pegawai negeri Sipil (TASPEN) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963, yang kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan

29 Perkembangan Asuransi Kesehatan

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan, Beserta Keluarganya mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dan kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya yang sekarang diganti menjadi PT. ASKES (PERSERO) Indonesia. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke Badan Usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.30

Adapun yang menjadi dasar hukum keberadaan asuransi kesehatan ini dapat dilihat dalam:

1. Peraturan dalam KUHD

Dalam KUHD ada 2 (dua) sifat peraturan asuransi, yaitu peraturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Peraturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I Bab 9 Pasal 246, Pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Peraturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287- Pasal 308 KUHD dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :

a. Asuransi kebakaran Pasal 287-Pasal 298 KUHD b. Asuransi hasil pertanian Pasal 299-Pasal 301 KUHD

30

c. Asuransi jiwa Pasal 302-Pasal 208 KUHD

d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592-Pasal 685 KUHD e. Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686-

Pasal 695 KUHD.

Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputi substansi berikut ini:

a. asas-asas asuransi

Asas Asuransi merupakan jaminan bersama, Penyertaan dalam sebuah skema yang disetujui bersama, membantu satu sama lain dengan menggunakan rekening yang telah ditentukan untuk membayar kerugian yang akan timbul.

b. unsur-unsur asuransi

Unsur-unsur asuransi merupakan adanya perjanjiian, adanya pemberian perlindungan, adanya pembayaran premi oleh masyarakat. Dengan adanya unsur-unsur asuransi akan mengalihkan risiko individu meniadi risiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.

c. perjanjian asuransi

Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan oleh resiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung.

d. syarat-syarat (klausula) asuransi

Terdapat dua syarat-syarat (klausula) dari asuransi yaitu Asuransi sebagai lembaga pelimpahan resiko dan asuransi sebagai lembaga penyerap dana dari masyarakat. Guna menghadapi segala kemungkinan termaksud di atas maka orang berusaha melimpahkan semua kemungkinan kerugian yang timbul kepada pihak lain yang kiranya bersedia menggantikan kedudukannya. Dalam masyarakat yang sudah maju dan sadar akan nilai

kegunaan lembaga asuransi atau pertanggungan sebagai lembaga pelimpahan risiko, setiap kemungkinan terhadap bahaya menderita kerugian itu pasti diasuransikan atau dipertanggungkan.

e. jenis-jenis asuransi

Dua jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang (summen verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering). Tetapi dengan perkembangan usaha peransuransian muncul satu jenis asuransi lagi yaitu asuransi varia (varia verzekering).

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan, maka Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian Lembaran Negara Nomor 13 tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992 mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif menurut Undang-Undang Perasuransian. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1992.

Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 terdiri dari 13 (tiga belas) bab dan 28 (dua puluh delapan) pasal dengan rincian substansi sebagai berikut :

a. Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan: 1) Usaha asuransi dan

2) Usaha penunjang asuransi b. Jenis usaha perasuransian meliputi:

1) usaha asuransi terdiri dari asuransi: kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi 2) usaha penunjang asuransi terdiri dari pialang asuransi, pialang reasuransi,

pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria dan agen asuransi.

c. Perusahaan perasuransian meliputi: 1) perusahaan asuransi kerugian 2) perusahaan asuransi jiwa 3) perusahaan reasuransi 4) perusahaan pialang asuransi 5) perusahaan pialang reasuransi 6) perusahaan penilai kerugian asuransi 7) perusahaan konsultan aktuaria 8) perusahaan agen asuransi

d. bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari : 1) Perusahaan perseroan (Persero)

2) Koperasi

3) Perseroan Terbatas 4) Usaha Bersama (mutual)

e. Kepemilikan perusahaan perasuransian oleh :

1) Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia

2) Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan perusahaan perasuransian yangtunduk pada hukum asing.

f. Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri keuangan

g. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri keuangan mengenai:

1) Kesehatan keuangan perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan reasuransi

2) penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal usaha

h. Kepailitan dan likuidasi perusahaan asuransi melalui keputusan pengadilan niaga

i. Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi :

1) Ketentuan sanksi pidana karena kejahatan menjalankan usaha perasuransian tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, mengelapkan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi, menerima/menadah/membeli perusahaan asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi, reasuransi.

2) sanksi administrasi berupa ganti kerugian, denda, administratif, peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin perusahaan.

3. Undang-Undang Asuransi Sosial

Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja dan pemeliharaan kesehatan. Program asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Perundang-undang yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai berikut:

a. Asuransi sosial kecelakaan pemumpang (Jasa Raharja):

1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965.

2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965.

b. Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek):

1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (perubahaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977)

3) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASBRI).

4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pengawai Negeri Sipil.

c. Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehatan (ASKES)

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan perundang-undangan asuransi sosial di samping ketentuan asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatur tentang usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari segi publik administratif.