• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Jaminan Kesehatan Di PT Asuransi Kesehatan Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Jaminan Kesehatan Di PT Asuransi Kesehatan Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN DI PT ASURANSI KESEHATAN INDONESIA TERHADAP PERLINDUNGAN KESEHATAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ASTRI E SILALAHI NIM : 070200279

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

(2)

PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN DI PT ASURANSI KESEHATAN INDONESIA TERHADAP PERLINDUNGAN KESEHATAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-tuas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Astri E Silalahi Nim : 070200279

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

DISETUJI OLEH

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

NIP. 197501122005012002 Windha, SH. M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

Nip : 196302151989032002 Nip : 197501122005012002 Windha, SH. M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemurahan dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis, sehingga peulis dapat mengikuti perkuliahan dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatra Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang penulis kemukakan “PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN DI PT ASURANSI KESEHATAN INDONESIA TERHADAP PERLINDUNGAN KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL”. Skripsi ini membahas tentang penyelenggaraan asuransi kesehatan, sistem jaminan kesehatan, penerapan jaminan kesehatan terhadap perlindungan kesehatan Pegawai Negeri Sipil.

Penulis telah mencurahkan segebap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekekurangannya, baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Iniversitas Sumatera Utara .

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini.

4. Ibu Windha, SH. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbimngan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini.

5. Bapak Muhammad Hamdan, SH. MH., selaku Dosen Wali penulis. 6. Bapak dan Ibu dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya dan membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

8. Teristimewa kepada Orangtua tercinta Patia Silalahi dan Relinta Purba yang telah membesarkan dan mendidik Penulis dengan kasih sayang yang tak hentinya memberikan motivasi, semangat dan mendoakan setiap langkah Penulis dalam mencapai cita-cita.

(5)

10.Kepada sahabat-sahabat Penulis : Chairina N. S, Maylissa P.Siaturi, Dian Maya Sari, Ria Villafasari, Widyarti, Ananda Indah, Dian Afriani, Dini Novrina, Bulan Pangaribuan.

11.Teman-teman seangkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara : Ditha A. Dislam, Dewi Astuti, Ignatius, Immanuel, Jonathan, Masnur, Riska, Ima dan lainnya.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua. Amin.

Medan, Maret 2011 Penulis

(6)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap Jaminan Kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah pengaturan tentang asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia, pelaksanaan sistem asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia dan penerapan jaminan kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengambilan data, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun arsip PT. ASKES yang berkaitan dengan penelitian, dimana hak ini bertujuan mengetahui mengetahui pengaturan tentang asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia, mengetahui pelaksanaan sistem asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia dan penerapan jaminan kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS.

(7)

OUTLINE

PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN DI PT ASURANSI KESEHATAN INDONESIA TERHADAP PERLINDUNGAN KESEHATAN PEGAWAI

NEGERI SIPIL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan D. Keaslian Penulisan

E. Tinjauan Kepustakaan F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan

BAB II : PENGATURAN TENTANG ASURANSI KESEHATAN TERHADAP PNS DI INDONESIA

A. Sejarah Asuransi Kesehatan di Indonesia B. Pengaturan Asuransi Kesehatan di Indonesia C. Perkembangan Asuransi Kesehatan di Indonesia BAB III : PELAKSANAAN SISTEM ASURANSI KESEHATAN

TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Asuransi Kesehatan Sebagai Sistem

B. Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Terhadap Pegawai Negeri Sipil

(8)

BAB IV :PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN PT. ASKES TERHADAP PERLINDUNGAN KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Sejarah Panjang Perjalanan ASKES

B. Sistem Jaminan Kesehatan di PT. ASKES Indonesia

C. Penerapan Jaminan Kesehatan PT. ASKES Terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Saran DAFTAR PUSTAKA

Nama : Astri E Silalahi NIM : 070200279

(9)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap Jaminan Kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah pengaturan tentang asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia, pelaksanaan sistem asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia dan penerapan jaminan kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan pengambilan data, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen maupun arsip PT. ASKES yang berkaitan dengan penelitian, dimana hak ini bertujuan mengetahui mengetahui pengaturan tentang asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia, mengetahui pelaksanaan sistem asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia dan penerapan jaminan kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO, 1948) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, menetapkan kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, oleh karena itu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya, termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), pensiunan PNS beserta anggota keluarganya. Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara dan abdi masyarakat untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional.1

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian mengatur bahwa pemerintah berkewajiban untuk menjamin kesehatan Pegawai Negeri Sipil serta anggota keluarganya. Pasal 32 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 menyebutkan bahwa: “Peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan”. Sehingga pada akhirnya pegawai negeri sipil dapat memusatkan perhatiannya pada pelaksanaan tugasnya. Usaha kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan materiil dan spiritual berupa jaminan hari tua, bantuan perawatan kesehatan, bantuan kematian dan lain

1 Az. Nasution, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen: Tinjauan Singkat UU No. 8

(11)

sebagainya”. Ini merupakan hal yang wajar karena Pegawai Negeri Sipil adalah bagian dari masyarakat yang berperan cukup penting dalam proses pembangunan, sehingga dalam melaksanakan tugasnya mutlak dijaga dan dipelihara kesehatannya. Mengingat hal di atas Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Bagi PNS dan Penerima Pensiunan. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan di dalam asuransi kesehatan berdasarkan pada asas usaha bersama dan kekeluargaan (gotong-royong), dimana pembiayaan pemeliharaan kesehatan ini ditanggung bersama oleh para pegawai negeri, penerima pensiun dan pemerintah. Sakit adalah risiko yang dihadapi setiap orang yang tidak diketahui kapan dan seberapa besar terjadinya risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu mengubah ketidakpastian tersebut menjadi suatu kepastian dengan memperoleh jaminan adanya pelayanan kesehatan pada saat risiko itu terjadi.2

Asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan kesehatan adalah upaya untuk menciptakan suatu risk pooling, yaitu mengalihkan risiko pribadi menjadi risiko kelompok sehingga terjadi risk sharing. Dalam asuransi kesehatan biayanya dipikul bersama oleh masyarakat melalui sistem kontribusi yang dilakukan secara pra upaya. Tujuan asuransi kesehatan adalah meningkatkan pelayanan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan anggota keluarganya. Asuransi

2 Departemen Kesehatan – GTZ, Makalah Seminar Eksekutif tentang "Pengembangan

(12)

kesehatan juga bertujuan memberikan bantuan kepada peserta dalam membiayai pemeliharaan kesehatannya.3

Bentuk pokok asuransi kesehatan terdiri dari tiga pihak (third party) yang saling berhubungan, yaitu:4

1. Tertanggung/peserta

Yang dimaksud tertanggung/peserta yang terdaftar sebagai anggota, membayar iuran (premi) sejumlah dengan mekanisme tertentu. Dalam asuransi sosial ini yang menjadi peserta adalah Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiunan, TNI/Polri, Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991.

2. Penanggung/badan asuransi

Yang dimaksud penanggung atau badan asuransi (health insurance institutional) adalah yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengelola

iuran serta membayar biaya kesehatan yang dibutuhkan peserta. 3. Pemberi Pelayanan Kesehatan

Yang dimaksud dengan pemberi pelayanan kesehatan (health provider) adalah yang bertanggung jawab menyediakan pelayanan kesehatan bagi peserta dan untuk itu mendapatkan imbalan jasa dari badan asuransi.

Upaya menjaga kesehatan atau pemeliharaan kesehatan sebagaimana yang dinyatakan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, diperlukan 2 (dua) jenis produk yang merupakan hasil dari

3

Kertonegoro, S. Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1999), Hal 12.

4 Sendra Ketut, Konsep dan Penerapan Asuransi Unit Link, (Yogyakarta : PPM, 2004),

(13)

kegiatan tenaga profesional bidang medik dan/atau kesehatan, yaitu baik produk manufaktur yang berupa obat, alat kesehatan, juga diperlukan produk jasa berupa upaya Pelayanan Kesehatan (YANKES) di Rumah Sakit, Puskesmas, serta sarana kesehatan lainnya.

Sebagaimana yang di atur dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/MENKES/SK/II/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Pada prinsipnya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya di daerah kota atau kabupaten telah di atur dalam Kepmen (Keputusan Menteri) Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota yakni di sebutkan dalam BAB II Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi: “Kabupaten atau kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal”. Dan Pasal 2 ayat 2 huruf z yang berbunyi “Standart pelayanan minimal sebagai mana yang di maksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta kinerja dan penyelenggara pembiyaan untuk keluaraga miskin dan masyarakat rentan, cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin dan masyarakat rentan.5

Pemerintah Indonesia dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat terutama kesejahteraan di bidang kesehatan mempunyai program yaitu Asuransi Kesehatan (ASKES) yang ditujukan kepada suatu kelompok tertentu yaitu

5 Introduksi Asuransi Kesehata

(14)

Golongan Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, beserta keluarganya.

PT. ASKES (Persero) Indonesia sebagai badan pengelola Asuransi Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, beserta anggota keluarganya, dalam rangka upaya menciptakan aparatur negara yang sehat, kuat dan dinamis serta memiliki jiwa pengabdian terhadap nusa dan bangsa.6

PT. ASKES (Persero) Indonesia menawarkan jasanya agar seseorang anggota masyarakat bersedia menjadi anggota atau nasabah suatu perusahaan asuransi. PT. ASKES (Persero) sebagai pengelola program dan pengelola dana yang bertanggung jawab atas terjaminnya pemeliharaan kesehatan peserta. Adanya prinsip jaminan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan PT. ASKES (Persero) adalah prinsip managed care yaitu melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang menyeimbangkan antara pelayanan kesehatan yang bermutu dan pembiayaan yang terkendali. Prinsip ini berdasarkan kenyataan biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat secara tajam sementara tuntutan akan mutu pelayanan juga meningkat, sehingga tanpa adanya pengendalian terhadap biaya pelayanan kesehatan, tuntutan akan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu tidak tercapai.

Progam jaminan pemeliharaan kesehatan PT. ASKES (Persero) dilaksanakan secara komprehensif menyangkut empat aspek pelayanan kesehatan, yaitu promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif

6

(15)

(pengobatan penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan kesehatan juga mengacu pelayanan yang dilaksanakan berjenjang dengan mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada setiap jenjang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bentuk pelayanan ini dikenal sebagai sistem rujukan yang menetapkan prosedur rujukan sebagai ketentuan yang harus diikuti semua peserta.7

Banyak peserta askes yang merasa kalau biaya kesehatan yang diberikan Askes, khususnya ketika harus dirawat di rumah sakit, jauh dari mencukupi. Selain masalah pembiayaan, masih terdapat masalah lain, di antaranya peresepan obat yang diberikan oleh dokter kadang tidak tersedia di apotek, pemberian obat terkadang tidak termasuk dalam DPHO Askes sehingga peserta harus menyediakan sejumlah dana untuk membeli, adanya kesenjangan pelayanan pasien askes dengan pasien umum, serta proses administrasi yang sangat rumit dan lama.

Namun pada prakteknya masih terdapat permasalahan yang dialami PNS sebagai peserta askes.

8

Kinerja PT. ASKES (Persero) Indonesia pada saat ini dapat dikatakan umumnya belum menggembirakan. Pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik. Bahkan sering kali dipersulit dalam pelayanan terhadap konsumen misalnya konsumen dipersulit ketika akan menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian. Sedangkan dari pihak masyararat industri asuransi kurang diminati, di samping minimnya pengetahuan

7 Laporan Tahunan PT. Askes tahun 2010. Jakarta, 2010.

8 Freddy Harris, Nasabah dalam Asuransi, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, (Jakarta :

(16)

masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income perkapita masyarakat.9

Asuransi kesehatan memberikan jaminan terhadap kerugian yang timbul dari hilangnya atau menurunnya kesehatan seseorang. Hilang atau berkurangnya kesehatan seseorang, sebenarnya memiliki dampak risiko yang lebih besar. Sakitnya seseorang, tidak hanya dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan secara tajam karena kemampuannya berkurang, namun juga dapat menimbulkan kerugian lain berupa diperlukannya dana tambahan guna pengobatan dan perawatan selama yang bersangkutan sakit. Apabila berkurangnya kemampuan untuk memperoleh pendapatan itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kerugian yang dialami seseorang akan semakin bertambah besar.10

Dalam asuransi kesehatan, selain usia dan jenis kelamin, maka profesi, riwayat sakit yang pernah diderita, suku bangsa, adat kebiasaan seseorang dan pandangan hidupnya merupakan faktor-faktor yang menentukan tingkat premi yang harus dibayar. Mengingat biaya pemeliharaan kesehatan itu semakin lama semakin besar, ada baiknya bila setiap anggota masyarakat memiliki asuransi kesehatan yang minimal (standar).

PT. ASKES (Persero) Indonesia sebagai badan pengelola Asuransi Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, beserta anggota

9 Laporan Tahunan PT. Askes tahun 2010. Jakarta, 2010

10 Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, (Yogyakarta :

(17)

keluarganya, dalam rangka upaya menciptakan aparatur negara yang sehat, kuat dan dinamis serta memiliki jiwa pengabdian terhadap nusa dan bangsa.11

Uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Penerapan Jaminan Kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil.”

B. Perumusan Masalah

Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal diluar permasalahan.

Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan tentang asuransi kesehatan terhadap Pegawai Negeri Sipil di Indonesia?

2. Bagaimana pelaksanaan sistem asuransi kesehatan terhadap Pegawai Negeri Sipil di Indonesia?

3. Bagaimana penerapan jaminan kesehatan di PT. ASKES (Persero) Indonesia terhadap perlindungan kesehatan Pegawai Negeri Sipil?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

(18)

a. Untuk mengetahui pengaturan tentang asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem asuransi kesehatan terhadap PNS di Indonesia.

c. Untuk mengetahui penerapan jaminan kesehatan di PT. ASKES (Persero) Indonesia terhadap perlindungan kesehatan PNS.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum jaminan kesehatan di Indonesia.

b. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat mengetahui hak-hak nasabah pada asuransi kesehatan.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Penerapan Jaminan Kesehatan di PT. Askes Indonesia Terhadap Perlindungan Kesehatan PNS. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

(19)

berdasarkan pandangan hukum atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur Aparatur Negara dan Abdi Masyarakat adalah salah satu unsur penting dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, khususnya dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan nasional. Keberhasilan Pegawai Negeri Sipil (PNS) melaksanakan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam melaksanakan pembangunan nasional ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adalah faktor jaminan sosial untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya. Pemberian jaminan sosial yang memadai pada masa aktif saja belum menjamin sepenuhnya ketenagakerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Oleh karena itu jaminan hari tua Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya mutlak diperlukan mengingat mempunyai kaitan yang erat dengan ketenangan, semangat dan disiplin kerja, dedikasi terhadap tugas yang diembannya.12

Pemberian pensiun oleh pemerintah kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat memberikan motivasi bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk lebih giat bekerja dan memberikan kepastian penghasilan di masa datang. Dengan adanya program jasa pensiun maka para Pegawai Negeri Sipil (PNS) merasa aman terutama bagi mereka yang menganggap pada usia pensiun sudah tidak produktif lagi.13

12 Ruddy Ady Putra, Abstrak Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, (Medan :

Perpustakaan Sumatra Utara, 2008), Hal 36. 13

Mukti AG, Thabrany H, Trisnantoro L. T., Restrukturisasi Program Pensiun Pegawai

(20)

Bagi seseorang yang bekerja di instansi pemerintah atau memiliki ikatan dinas atau ikatan hukum dengan pemerintah dalam bekerja yang sering kita kenal sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pada umumnya faktor usia sangat menentukan dalam hal jangka waktu/masa aktif kerja yaitu sampai pada usia 56 tahun mereka harus pensiun atau sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 Tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil mereka harus pensiun.

Dalam rangka untuk memperbaiki pelayanan kesehatan masyarakat agar tercapai peningkatan pelayanan dalam bidang kesehatan dan ketepatan sasaran secara optimal sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam ketentuan Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang berbunyi “Bahwa jaminan kesehatan di selenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan”. Hal ini merupakan salah satu bentuk atau cara agar masyarakat dapat dengan mudah melakukan akses ke fasilitas kesehatan atau mendapatkan pelayanan kesehatan.

(21)

dimulailah sistem baru pemerintahan di Indonesia bergerak kearah desentralisasi, termasuk di sektor pelayanan kesehatan.14

Program yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT. ASKES (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT. ASKES (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini telah berjalan memasuki tahun ke empat dan telah banyak hasil yang dicapai terbukti dengan terjadinya kenaikan yang luar biasa dari pemanfaatan program ini dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin dan pemerintah telah meningkatkan jumlah masyarakat yang dijamin maupun pendanaannya. Namun di samping keberhasilan yang telah dicapai, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu dibenahi antara lain: kepesertaan yang belum tuntas, peran fungsi ganda sebagai pengelola, verifikator dan sekaligus sebagai pembayar atas pelayanan kesehatan, verifikasi belum berjalan dengan optimal, kendala dalam kecepatan pembayaran, kurangnya pengendalian biaya, penyelenggara tidak menanggung resiko.15

Undang-Undang No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian memberikan definisi asuransi sebagai berikut “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada

tanggal 1 Desember 2010.

15 Thabrany H, Purwanto E, Mochtar O, Hasyim. Review Jaminan Sosial di Indonesia.

(22)

pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti.16

Asuransi Sosial adalah alat untuk menghimpun risiko dengan memindahkan kepada organisasi yang biasanya adalah organisasi pemerintah yang diharuskan oleh Undang-Undang untuk memberikan manfaat atau pelayanan kesehatan kepada atau atas nama orang-orang yang diasuransikan itu pada waktu terjadinya kerugian-kerugian tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.17

Asuransi Sosial adalah asuransi yang memberikan perlindungan yang dari segi objeknya diutamakan pada benda immaterial dan umumnya tidak dapat dinilai dengan uang.18

16 Abdul Salim, Asuransi dan Manajemen resiko (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada,

2000), hal 1.

Asuransi sosial adalah asuransi yang dikelola oleh pemerintah atau instansi atau badan yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengelola asuransi, berbeda dengan asuransi komersial dimana asuransi sosial hanya mencakup perlindungan dasar yang biasanya ditentukan dalam peraturan perundangan. Asuransi sosial pada umumnya dikelompokkan bagi masyarakat

17

A. Hasymi Ali, Bidang Usaha Asuransi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1999), hal 18. 18

R. Ali Ridho,, Aspek-Aspek Hukum dalam Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan

(23)

tertentu sebagaimana dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut:19

1. Semua pegawai negeri menjadi anggota asuransi kesehatan pegawai negeri dan untuk itu setiap bulan gaji pegawai negeri dipotong 2%.

2. Semua pegawai negeri wajib menjadi anggota tabungan dan asuransi pegawai negeri (TASPEN) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963, untuk itu setiap pegawai negeri harus membayar iuran yang langsung dipotong sebesar 3,25% dari gaji setiap bulan.

3. Semua karyawan perusahaan swasta dan BUMN wajib menjadi anggota asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977, asuransi ini mencakup asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua dan asuransi kematian.

Asuransi kesehatan yang berada di tingkat pusat, penyelenggaraannya diserahkan pada badan penyelenggara dan pemeliharaan kesehatan pusat, sedangkan pada tingkat propinsi diselenggarakan oleh kepala dinas kesehatan dan kotamadya. Dana yang dipakai oleh pemerintah untuk membiayai pemeliharaan kesehatan dibentuk dengan cara memotong presentase tertentu dari gaji pegawai negeri setiap bulan dan potongan ini bersifat wajib. Dari dana yang terkumpul inilah pemerintah membiayai atau membayar tuntutan atau klaim dari setiap pegawai negeri bilamana mereka harus mengeluarkan biaya untuk kesehatannya.

(24)

Jadi sebenarnya dana tersebut dibentuk dengan cara gotong royong membantu mereka jika dalam keadaan sakit dan memerlukan biaya.20

Walaupun seorang pegawai negeri dipotong gajinya setiap bulan, kalau dia tidak sakit maka ia tidak mendapatkan apa-apa tetapi dari uangnya yang terkumpul bersama-sama dengan peserta lain akan dipakai untuk membiayai perawatan atau obat kepada peserta lain yang sedang sakit. Dasar hukumnya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1991.

Asuransi kesehatan memegang teguh prinsip bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, karena pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut meliputi :

1. Tipe Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.21

20 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta : PT. Intermasa, 1986),

Hal. 17.

(25)

bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan asuransi kesehatan, sistem jaminan kesehatan dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum Asuransi Kesehatan di PT. ASKES (Persero) Indonesia.

2. Data dan Sumber Data

Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat. Dalam penelitian ini antara lain, Keputusan Menteri Kesehatan, Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang isinya menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar dan majalah, dan internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara :

(26)

Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian dikemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.

G. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

(27)

BAB II PENGATURAN TENTANG ASURANSI KESEHATAN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA

Bab ini berisikan tentang Sejarah Asuransi Kesehatan Indonesia, Pengaturan Asuransi Kesehatan di Indonesia dan Perkembangan Asuransi Kesehatan di Indonesia, Proses Berasuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil.

BAB III PELAKSANAAN SISTEM ASURANSI KESEHATAN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA

Bab ini berisikan tentang Asuransi Kesehatan sebagai Sistem, Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan terhadap Pegawai Negeri Sipil, dan Permasalahan yang timbul dalam Pelaksanaan Program Asuransi Kesehatan di Indonesia.

BAB IV PENERAPAN JAMINAN KESEHATAN DI PT. ASKES (PERSERO) INDONESIA TERHADAP PERLINDUNGAN KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Bab ini berisikan tentan Jaminan kesehatan di PT. ASKES (PERSERO) INDONESIA dan Penerapan Jaminan Kesehatan PT. ASKES (PERSERO) terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(28)

BAB II

PENGATURAN ASURANSI KESEHATAN TERHADAP PNS DI INDONESIA

A. Sejarah Asuransi Kesehatan Indonesia

Sejak 1.000 tahun Sebelum Masehi masyarakat kuno telah mengenal prinsip dasar asuransi yaitu yang dikenal dengan istilah “Hukum Laut”. Dalam konsep hukum laut di jaman kuno, perahu-perahu mengalami kesulitan mendarat akibat malam yang gelap gulita. Untuk mengatasi hal itu disepakati mengupayakan penerangan dengan cara melemparkan sesuatu kelaut, sehingga laut menjadi terang dan hasilnya dapat dinikmati para nelayan. Karena penerangan yang dihasilkan oleh upaya itu dinikmati bersama oleh para nelayan, maka disepakati untuk menanggung bersama upaya itu. Dengan kata lain “Segala yang dikorbankan untuk manfaat bersama harus dipikul (kontribusi) secara bersama-sama”. Hukum kuno tersebut menjadi dasar dari prinsip asuransi, bukan hanya asuransi kesehatan, tetapi semua asuransi “a common contribution for the common good”22

Di kalangan masyarakat China kuno juga sudah dikenal konsep asuransi yaitu masyarakat memberikan dana secara rutin kepada sinshe tanpa memperhatikan apakah mereka sakit atau tidak. Ketika salah seorang anggota keluarga masyarakat sakit, mereka membawa si sakit ke shinse tanpa membayar lagi. Di Timur Tengah, konsep asuransi juga sudah berkembang sejak jaman kuno

22 Murti Bhisma, Dasar-dasar Asuransi Kesehatan, (Yogyakarta : Kanisius, 2000), Hal.

(29)

yang tumbuh di kalangan pedagang yang berbisnis lintas daerah (kini lintas negara). Berdagang di gurun pasir luas dari Yaman di Selatan sampai Suriah di Utara atau dari Libia di Barat sampai Iran di Timur, mempunyai risiko kehilangan arah karena luasnya gurun pasir. Untuk menghindari beban ekonomi para keluarga kafilah yang berdagang jauh tersebut, para kafilah bersepakat mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk memberikan santunan kepada anggota keluarga kafilah yang hilang atau meninggal dalam perjalanan bisnisnya.

(30)

Funds yaitu asosiasi para pedagang untuk mengatasi berbagai risiko dalam menjalankan usahanya.23

Dilihat dari keanggotaan dan bentuk perkumpulannya, dikenal beberapa variasi kelompok atau perkumpulan seperti serikat pekerja usaha dagang, industri kecil, pekerja di berbagai sektor, pengrajin, pengusaha (waktu itu masih kecil atau menengah), dokter secara perorangan, asosiasi dokter, kelompok keagamaan, dan perusahaan asuransi. Jenis asuransi yang umum di abad ke-19 adalah mutual aid societies yaitu bentuk gotongroyong informal yang mengumpulkan iuran dari para

anggota perkumpulan dan menjanjikan memberikan uang tunai (cash benefit) ketika anggota yang mengalami cacat (hilang kemampuan/disable) yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit, sehingga anggota itu tidak mampu berdagang atau bekerja lagi.24

Konsep asuransi sosial, yang bersifat wajib karena diatur oleh pemerintah atau penguasa, mulai berkembang di Eropa pada tahun 1883 ketika Kanselir Otto von Bismarck mewajibkan seluruh pekerja untuk bergabung dalam Dana Sakit (sicknes fund, zieken fond). Bismarck berpendapat penduduk harus mendapatkan haknya pada masamasa sulit seperti ketika jatuh sakit. Hak tersebut diatur melalui suatu mekanisme khusus yang berasal dari kontribusinya sendiri, bukan sumbangan orang.. Negara harus menjamin agar hak tersebut terpenuhi dengan cara mewajibkan pekerja membayar iuran untuk dirinya sendiri. Sebagai konsekuensinya, ketika orang mengalami kegagalan mendapatkan upah akibat

23 Perkembangan Asuransi Kesehata

Desember 2010.

24 Perkembangan Asuransi Kesehatan

(31)

sakit, orang tersebut berhak mendapatkan penggantian kehilangan upah tersebut. Jadi manfaat yang diberikan bukan biaya pengobatan atau perawatan, akan tetapi pengganti upah yang hilang karena tidak mampu bekerja (tuna karya sementara) akibat suatu penyakit. Pada awalnya, kewajiban ini hanya dikenakan kepada pekerja kelas atas (white collar), kemudian diperluas hingga pekerja, kasar, pelajar, mahasiswa, dan petani. Seperti juga yang terjadi di berbagai belahan dunia, penghimpunan dana secara tradisional yang bersifat sukarela oleh friendly societies semacam upaya dana sehat atau koperasi di Indonesia tidak bisa

berkembang secara optimal. Jerman, tradisi ekonominya berkembang melalui pembentukan kelompok usaha yang terdiri atas pedagang, pengusaha kecil dan pengrajin (guilds), menerapkan sistem asuransi kesehatan wajib menggunakan pendekatan tradisi tersebut. Oleh karenanya sistem asuransi wajib (asuransi sosial) ini dikembangkan untuk tiap kelompok kerja atau di lingkungan suatu usaha/perusahaan. Ada tiga kunci kebijakan Jerman di akhir abad ke-19 tersebut, yaitu setiap pekerja wajib mengikuti program dana sakit, dana yang terkumpul dikelola sendiri oleh kelompoknya dan sumber dana berasal dari pekerja itu sendiri, bukan dari pemerintah (Stierle, 1998). Model asuransi sosial inilah yang kemudian berkembang dan menjadi dasar penyelenggaraan asuransi/jaminan sosial (social security) di seluruh dunia dengan berbagai variasi penyelenggaraan.25

Pada pertengahan abad ke-19 (tahun 1851), di Amerika, tepatnya di San Francisco terbentuk voluntary mutual protection associations seperti La societe

25

(32)

Francaise de Beienfaisance Mutuelle. Asosiasi ini selanjutnya mendirikan rumah sakit di tahun 1852 untuk melayani perawatan bagi anggotanya. Sejak tahun 1875, establishment funds (Dana Bersama) di Amerika mulai banyak terbentuk. Dana

(33)

Amerika sampai 40 tahun kemudian. Di tahun 1940an, empat Negara bagian Amerika (Rhode Island-1942, California-1946, New Jersy-1948, dan New York-1949) mewajibkan asuransi disabilitas pendapatan jangka pendek (short term disability income insurance) di negara bagian tersebut.26

Jaminan sosial (social security) yang kini dikenal di dunia dan mencakup salah satu program asuransi kesehatan sosial dikembangkan di Amerika di tahun 1935 setelah terjadi krisis ekonomi besar (great depression) di tahun 1932. Akan tetapi pada waktu pertama kali undang-undang jaminan sosial diundangkan tahun 1935, program asuransi kesehatan belum masuk dalam sistem jaminan sosial Amerika. Program yang masuk lebih dahulu adalah jaminan hari tua dan disabilitas yang dikenal dengan OASDI (old age, survivor benefit, and disability income). Baru pada pada tahun 1965 Amerika menambahkan program jaminan kesehatan yang terdiri atas Medicare (asuransi kesehatan wajib bagi penduduk lanjut usia atau lansia, penderita cacat dan penderita gagal ginjal) dan Medicaid (program bantuan pemerintah pusat dan daerah dalam jaminan kesehatan bagi penduduk miskin). Setelah tahun 1965, program jaminan sosial Amerika dikenal dengan OASDHI (old age, survivor benefit, disability, and Health Insurance). Seluruh program jaminan sosial tersebut dikelola oleh pemerintah federal (pusat) bukan oleh pemerintah bagian. Namun demikian, dalam hal asuransi kesehatan komersial, pemerintah Amerika menyerahkan pengaturannya kepada negara

26

(34)

bagian. Asuransi kesehatan komersial berkembang pesat pasca terjadinya krisis besar di Amerika.27

Di Indonesia konsep asuransi kesehatan sudah dimulai sejak tahun 1934, Pemerintah Hindia Belanda mengatur mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan melalui gaji pegawai pemerintah Hindia Belanda. Sistem yang dianut adalah restitusi (reimburstment) dengan landasan hukum sebagai berikut:

a) Staats Regeling No. 1 tahun 1934 menyatakan bahwa peserta hanya PNS dengan status Eropa/disamakan, pemberi pelayanan kesehatan (PPK) adalah RS pemerintah. Paket santunan yang diberikan adalah pelayanan komprehensif ditanggung/gratis.

b) Staats Regeling No. 110 tahun 1938 menyatakan bahwa peserta adalah semua PNS dan anggota keluarganya. pemberi pelayanan kesehatan adalah RS pemerintah. Paket santunan yang diberikan adalah pelayanan komprehensif ditanggung/gratis.

c) Staatblad No. 104 tahun 1948 (merupakan periode revolusi) menyatakan bahwa peserta adalah golongan berhak (derech hebbenden) yaitu pegawai yang berhak dengan gaji kurang dari 420/bln. Pemberi pelayanan kesehatan adalah RS pemerintah. Paket santunan yang diberikan adalah pelayanan dasar merupakan pelayanan gratis. Rawat inap membutuhkan co-payment 3% dari gaji pokok. Golongan tidak berhak yaitu pegawai

yang mempunyai gaji > 420/bln. Pemberi pelayanan kesehatan adalah RS

(35)

pemerintah dengan pelayanan dasar gratis. RS swasta harus melakukan reimburstment. Rawat inap copayment dari gaji pokok.28

Sesungguhnya Pemerintah Indonesia telah mulai mengembangkan konsep asuransi sejak tahun 1947, tetapi karena berbagai kondisi politik dan perekonomian yang kurang menguntungkan regulasi yang dimunculkan lebih banyak mentah di tengah jalan. Jalan terang mulai terlihat pada tahun 1968 ketika Menteri Tenaga Kerja Awaludin Djanin mengupayakan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri dan keluarganya. Upaya ini merupakan pengembangan asuransi kesehatan sosial pertama di Indonesia. Program asuransi kesehatan pegawai negeri ini semula dikelola oleh suatu badan di tubuh Departemen Kesehatan (Depkes) yang dikenal dengan Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK). Akibat birokrasi dan adminsitrasi yang kurang efisien BPDPK kemudian dikonversi secara korporat menjadi Perusahaan Umum (Perum) yang dikenal dengan Perusahaan Umum Husada Bakti (PUHB) di tahun 1984. Pemerintah menerbitkan PP No. 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional. Dengan PP No. 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Husada Bhakti (PHB). Dengan perubahan menjadi PHB maka pengelolaan Askes yang pada waktu itu dikenal juga dengan kartu kuning, dapat dilaksanakan lebih fleksibel. Namun status perum juga dinilai kurang leluasa

(36)

dalam pengembangan asuransi kesehatan kepada pihak diluar pegawai negeri.29 Kemudian pada tahun 1992 PUHB dirubah menjadi PT (Persero) Asuransi Kesehatan (PT Askes).

B. Pengaturan Asuransi Kesehatan di Indonesia

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap pegawai negeri, pensiunan dan keluarganya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dengan kerjasama antara Pegawai negeri, pensiunan dan keluarganya akan mendapatkan jaminan kesehatan berupa pengobatan, pemeriksaan laboratorium, sampai pengobatan rawat inap di Rumah Sakit.

Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan Tabungan Asuransi Sosial Pegawai negeri Sipil (TASPEN) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963, yang kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan

29 Perkembangan Asuransi Kesehatan

(37)

Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan, Beserta Keluarganya mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dan kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya yang sekarang diganti menjadi PT. ASKES (PERSERO) Indonesia. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke Badan Usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.30

Adapun yang menjadi dasar hukum keberadaan asuransi kesehatan ini dapat dilihat dalam:

1. Peraturan dalam KUHD

Dalam KUHD ada 2 (dua) sifat peraturan asuransi, yaitu peraturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Peraturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I Bab 9 Pasal 246, Pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Peraturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287- Pasal 308 KUHD dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :

a. Asuransi kebakaran Pasal 287-Pasal 298 KUHD b. Asuransi hasil pertanian Pasal 299-Pasal 301 KUHD

30

(38)

c. Asuransi jiwa Pasal 302-Pasal 208 KUHD

d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592-Pasal 685 KUHD e. Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal

686-Pasal 695 KUHD.

Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputi substansi berikut ini:

a. asas-asas asuransi

Asas Asuransi merupakan jaminan bersama, Penyertaan dalam sebuah skema yang disetujui bersama, membantu satu sama lain dengan menggunakan rekening yang telah ditentukan untuk membayar kerugian yang akan timbul.

b. unsur-unsur asuransi

(39)

c. perjanjian asuransi

Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)

pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung

berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan oleh resiko yang

dipertanggungkan kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar premi

secara periodik kepada penanggung.

d. syarat-syarat (klausula) asuransi

Terdapat dua syarat-syarat (klausula) dari asuransi yaitu Asuransi sebagai lembaga pelimpahan resiko dan asuransi sebagai lembaga penyerap dana dari

masyarakat. Guna menghadapi segala kemungkinan termaksud di atas maka

orang berusaha melimpahkan semua kemungkinan kerugian yang timbul kepada

pihak lain yang kiranya bersedia menggantikan kedudukannya. Dalam

masyarakat yang sudah maju dan sadar akan nilai

kegunaan lembaga asuransi atau pertanggungan sebagai lembaga pelimpahan

risiko, setiap kemungkinan terhadap bahaya menderita kerugian itu pasti

diasuransikan atau dipertanggungkan.

e. jenis-jenis asuransi

(40)

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan, maka Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian Lembaran Negara Nomor 13 tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992 mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif menurut Undang-Undang Perasuransian. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1992.

Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 terdiri dari 13 (tiga belas) bab dan 28 (dua puluh delapan) pasal dengan rincian substansi sebagai berikut :

a. Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan: 1) Usaha asuransi dan

2) Usaha penunjang asuransi b. Jenis usaha perasuransian meliputi:

1) usaha asuransi terdiri dari asuransi: kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi 2) usaha penunjang asuransi terdiri dari pialang asuransi, pialang reasuransi,

(41)

c. Perusahaan perasuransian meliputi: 1) perusahaan asuransi kerugian 2) perusahaan asuransi jiwa 3) perusahaan reasuransi 4) perusahaan pialang asuransi 5) perusahaan pialang reasuransi 6) perusahaan penilai kerugian asuransi 7) perusahaan konsultan aktuaria 8) perusahaan agen asuransi

d. bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari : 1) Perusahaan perseroan (Persero)

2) Koperasi

3) Perseroan Terbatas 4) Usaha Bersama (mutual)

e. Kepemilikan perusahaan perasuransian oleh :

1) Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia

2) Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan perusahaan perasuransian yangtunduk pada hukum asing.

f. Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri keuangan

g. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri keuangan mengenai:

(42)

2) penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal usaha

h. Kepailitan dan likuidasi perusahaan asuransi melalui keputusan pengadilan niaga

i. Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi :

1) Ketentuan sanksi pidana karena kejahatan menjalankan usaha perasuransian tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, mengelapkan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi, menerima/menadah/membeli perusahaan asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi, reasuransi.

2) sanksi administrasi berupa ganti kerugian, denda, administratif, peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin perusahaan.

3. Undang-Undang Asuransi Sosial

Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja dan pemeliharaan kesehatan. Program asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Perundang-undang yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai berikut:

a. Asuransi sosial kecelakaan pemumpang (Jasa Raharja):

(43)

2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965.

b. Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek):

1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (perubahaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977)

3) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASBRI).

4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pengawai Negeri Sipil.

c. Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehatan (ASKES)

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya.

(44)

C. Perkembangan Asuransi Kesehatan di Indonesia

Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia bisa dikatakan lebih lambat dibandingkan negara lainnya di wilayah Asia. Keterlambatan tersebut muncul karena penduduk Indonesia pada umumnya adalah risk taker dalam hal kesakitan dan kematian. Sakit dan mati dalam kehidupan bangsa Indonesia yang religius adalah takdir sehingga membeli asuransi kesehatan dianggap sebagai tindakan mencegah sesuatu yang bersifat takdir. Kedua, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang belum memungkinkan mereka untuk menyisihkan uang guna membayar premi asuransi. Dari sisi suplay, yang juga dipengaruhi oleh demand, belum banyak perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia. Selain itu fasilitas kesehatan yang mendukung terlaksananya asuransi kesehatan juga tidak berkembang dengan baik dan merata. Dari sisi regulasi, pemerintah terlambat memperkenalkan konsep asuransi kepada masyarakat melalui kemudahan perijinan dan kepastian hukum dalam bisnis asuransi, atau mengembangkan asuransi kesehatan sosial bagi masyarakat luas.31

Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia dapat dilihat dalam 3 kelompok/babak perkembangan yaitu perkembangan asuransi kesehatan sosial, perkembangan Dana Sehat/JPKM/Jaminan Kesehatan Penduduk Miskin dan perkembangan asuransi kesehatan komersial:32

1. Perkembangan asuransi kesehatan sosial

31 Perkembangan Asuransi Kesehatan

Desember 2010.

(45)

Program asuransi kesehatan pegawai negeri ini semula dikelola oleh suatu badan di tubuh Departemen Kesehatan (Depkes) yang dikenal dengan Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang dikonversi Perusahaan Umum (Perum) yang dikenal dengan Perusahaan Umum Husada Bakti (PUHB) di tahun 1984. Kemudian pada tahun 1992 PUHB dirubah menjadi PT (Persero) Asuransi Kesehatan (PT. Askes). Kebijakan ini sebenarnya merupakan sesuatu yang membingungkan karena sesuai dengan tujuannya asuransi kesehatan sosial tidak bersifat for profit, melainkan not for profit. Bentuk PT merupakan suatu keabnormalan mengingat PT biasanya bertujuan for profit dan wajib menyetorkan deviden ke pemegang sahamnya dalam kasus ini adalah pemerintah. 33

Bagi pegawai swasta, pemerintah mulai mengembangkan asuransi sosial pada tahun 1971, ditandai dengan dibentuknya Perusahaan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK). Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) atau disebut jamsostek didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 dan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 116/MENKES/1977 tentang peraturan, tata cara, persyaratan, pembayaran iuran dan pembayaran jaminan sosial tenaga kerja. Jenis program yang diselenggarakan Istilah not for profit sendiri bukan berarti tidak boleh mencari untung melainkan keuntungan yang diperoleh harus dikembalikan untuk meningkatkan mutu pelayanan oleh pengelola asuransi dan pemberi pelayanan kesehatan.

(46)

oleh ASTEK antara lain program asuransi kecelakaan kerja dan Program tabungan hari tua yang dikaitkan dengan asuransi kematian.

Astek pada awalnya hanya menangani asuransi kecelakaan kerja, kemudian setelah uji coba selama 5 tahun yang dimulai pada tahun 1985 program ini diperluas sebagai program jaminan sosial. Di bulan Februari 1992, Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) disetujui DPR dan diundangkan. Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.Jaminan sosial tenaga kerja mencakup Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Kematian.

Jamsostek merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

(47)

depan tenaga kerja yang akan menunjukan ketenangan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Kemudian selain Jamsostek ada Asuransi Angkatan Bersenjata RI (ASABRI) pada permulaannya dijadikan satu dengan TASPEN (Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963), tetapi karena tidak begitu lancar sehingga perlu diadakan pemisahan yang diwujudkan pada tahun 1971 dengan Lembaran Negara Nomor 50 Tahun 1971. Adapun yang menjadi pesertanya adalah Anggota TNI dan Pegawai sipil Departemen Pertahanan dan Keamanan diwajibkan menjadi peserta mulai dari tanggal pengangkatannya.

Asuransi kesehatan dari Asabri meliputi rencana/skema pensiun yang

memberikan uang pensiun berkala setelah berakhirnya masa kerja atau uang

pensiun berkala kepada ahli waris setelah peserta meninggal dunia, juga jaminan

hari tua yang dibayarkan seluruhnya sekaligus pada saat kematian atau

berakhirnya masa kerja pekerja yang diasuransikan. Jaminan hari tua yang

dibayarkan seluruhnya sekaligus tersebut setara dengan 16,5 bulan gaji apabila

meninggal dunia semasa masih bekerja atau mencapai usia akhir masa kerja (56

tahun). Jumlah uang pensiun dihitung pada tingkat 2,5% dari gaji bulanan terakhir

untuk tiap tahun kerja. Pada saat meninggal dunia, sebelum atau sesudah akhir

masa kerja, uang pensiun bulanan dibayarkan kepada janda atau duda (atau

kepada anak apabila peserta tidak mempunyai istri/suami).34

Upaya pengembangan asuransi/jaminan sosial yang sifatnya mencakup seluruh rakyat Indonesia mendapat angin segar ketika Majelis Permusyawaratan

(48)

Rakyat (MPR) mengeluarkan Ketetapan MPR No. X/2001 yang menugaskan Presiden Megawati untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Ketetapan ini ditindaklanjuti Presiden dengan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 20/2002 yang membentuk tim penyusun rancangan UU SJSN. Setelah usaha yang keras untuk merumuskan suatu reformasi sistem jaminan sosial, akhirnya UU SJSN disetujui DPR dan kemudian diundangkan dalam Lembar Negara pada tanggal 19 Oktober 2004 oleh Presiden Megawati dengan dihadiri oleh lima menteri terkait.35

2. Perkembangan Dana Sehat/JPKM/Jaminan Kesehatan Penduduk Miskin dan, Dana sehat adalah upaya penghimpunan dana masyarakat untuk kepentingan pengobatan dalam bentuk yang paling sederhana. Di awal tahun 1970 mulai berkembang konsep dana sehat di berbagai wilayah kabupaten bahkan provinsi di Indonesia. Upaya pengembangan ini didorong oleh pemerintah dengan harapan yang begitu besar agar masyarakat memiliki kesadaran untuk membiayai dirinya sendiri melalui mekanisme transfer resiko. Namun demikian upaya ini akhirnya tidak berhasil. Hingga saat ini tidak ada dana sehat yang bertahan hidup, apalagi berkembang.

Setelah mengembangkan konsep dana sehat, pemerintah berupaya mengembangkan konsep Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang diambil dari konsep Health Maintenance Organisation (HMO) di Amerika dengan dukungan struktural yang lebih kuat, diantaranya dengan dicantumkannya konsep JPKM dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

35 Fuad Usman dan M. Arief, Security For Life (Hidup Nyaman Dengan Berasuransi),

(49)

Upaya mengembangkan JPKM dimulai dengan merangsang dana sehat menjadi JPKM, sayangnya upaya ini tidak banyak membuahkan hasil. Di daerah banyak pejabat di lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) yang tidak bisa membedakan konsep dana sehat dengan JPKM. Pengembangan JPKM menjadi lebih stagnan ketika JPKM dibuat dalam kerangka pikir dana sehat, sehingga sasaran program ini kebanyakan adalah kelompok ekonomi lemah. Kenyataan tersebut diperburuk dengan kurangnya dukungan kemampuan pengelolaan yang diakibatkan oleh rendahnya keterlibatan profesional asuransi kesehatan. Kekurangan dukungan profesional asuransi dihambat oleh adanya anggapan bahwa JPKM bukan asuransi.

Pengembangan JPKM memasuki babak baru ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Pemerintah yang khawatir dengan penurunan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan didukung oleh pihak internasional mengembangkan program Jaring Pengaman Sosial untuk bidang kesehatan (JKJBK) yang ditumpangi keinginan untuk lebih mengembangkan JPKM. Upaya JKJBK didanai pinjaman Asian Development Bank (ADB) sebesar 300 juta US dolar untuk masa lima tahun. Dana dibayarkan ke Puskesmas dan Bidan Desa melalui suatu badan yang disebut pra bapel JPKM. Lagi-lagi upaya ini tidak banyak membuahkan hasil bagi upaya memperluas cakupan JPKM menuju universal coverage.36

Berbagai kontroversi tentang pengembangan JPKM yang didomplengkan pada program jaring pengaman sosial dan sesungguhnya menerapkan konsep

(50)

asuransi kesehatan komersial dengan produk managed care, berlangsung cukup lama. Pada tahun 2002 akhirnya program tersebut diganti dengan memberikan dana secara langsung kepada Puskemas dan RS. Dana yang digunakan untuk mensubsidi kelompok miskin ini kemudian berasal dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM).37

3. Perkembangan asuransi kesehatan komersial.

Asuransi kesehatan komersial mulai ditawarkan kepada masyarakat Indonesia pada awal tahun 1970 oleh perusahaan asuransi multinasional yang memiliki cabang di Indonesia. Sampai tahun 1992 perkembangan asuransi kesehatan komersial tidak mengalami pertumbuhan yang berarti karena dasar hukum yang tidak begitu jelas. Baru sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang mengatur bahwa asuransi jiwa dan asuransi kerugian dapat menjual asuransi kesehatan dan derivatnya, asuransi kesehatan komersial mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada saat ini kurang lebih sekitar 30% dari seluruh perusahaan asuransi kerugian dan jiwa (± 160 perusahaan) aktif memasarkan asuransi kesehatan. Diperkirakan sekitar 3 juta tertanggung telah menjadi nasabahnya (sekitar 1,5% populasi). Asuransi kesehatan komersial dapat dibeli oleh individu maupun kelompok (kumpulan). Karena pertimbangan administratif dan risiko, kebanyakan produk asuransi kesehatan hanya boleh dibeli oleh kelompok, bukan orang per orang.

Perkembangan asuransi komersial yang dijual oleh perusahaan asuransi sebelum tahun 1992 tidak mengalami pertumbuhan yang berarti karena landasan

(51)

hukumnya tidak begitu jelas. Asuransi kesehatan komersial kala itu umumnya dijual sebagai produk tumpangan (rider) yang dijual oleh perusahaan asuransi kerugian, karena memang asuransi kesehatan merupakan asuransi kerugian. Perusahaan asuransi jiwa tidak jelas apakah dapat menjual asuransi kesehatan atau tidak.38

Apabila suatu pemerintahan mencanangkan untuk melaksanakan suatu sistem jaminan kesehatan, sebenarnya pemerintah tersebut berjanji kepada para pekerja dan anggota keluarganya akan masa depan kesejahteraan mereka. Janji ini tidak saja diberikan kepada para pekerja pada saat ini yang akan pensiun dalam jangka waktu 15 sampai 30 tahun mendatang, tetapi mencakup juga generasi pekerja yang akan datang. Bila janji tersebut gagal dipenuhi maka kredibilitas pemerintah yang telah dibangun dengan susah payah akan sulit dipulihkan. Pengalaman negara lain dalam mengelola program pensiunnya seringkali menunjukkan bahwa pemerintahan berikutnya biasanya gagal dalam memenuhi janjinya yang disebabkan karena perhitungan yang tidak tepat. Ketidaktepatan perhitungan biasanya karena terlalu tingginya perkiraan (over estimate) akan pemasukan dan rendahnya perkiraan (under estimate) akan biaya yang harus ditanggung dari program tersebut. Akibatnya generasi berikutnya harus menanggung beban dengan membayar pajak lebih tinggi atau memperoleh santunan jaminan sosial dengan jumlah yang lebih kecil dari yang dijanjikan. Dengan demikian perencanaan dalam pengembangan jaminan kesehatan merupakan sesuatu yang sangat serius. Perencanaan untuk membangun jaminan

38

(52)

kesehatan harus dipikirkan secara matang dengan menyerap masukan dari semua pihak serta didasarkan pada ekspektasi yang realistis.39

39 Kiswanti, Utin. “Kajian Awal Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial bagi

(53)

BAB III

PELAKSANAAN SISTEM ASURANSI KESEHATAN TERHADAP PNS

DI INDONESIA

A. Asuransi Kesehatan sebagai Sistem

Yang dimaksud dengan sistem adalah kumpulan/unit/komponen yang saling berkaitan erat satu sama lain, sulit untuk dipisahkan dalam upaya mencapai satu tujuan. Sesuai dengan arah pembangunan nasional dan dengan pemikiran dasar dari sistem kesehatan nasional, tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya mutu dan lingkungan hidup yang optimal bagi setiap penduduk dengan mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Kesehatan Nomor 9 Tahun 1960 Pasal 1 menyebutkan “Bahwa tiap-tiap warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan Pemerintah”. Pembangunan sistem jaminan kesehatan haruslah dikaitkan dengan pembangunan kesehatan secara menyeluruh. Artinya pembangunan sistem jaminan kesehatan tersebut haruslah terintegrasi dengan program pembangunan ekonomi dan program penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.

(54)

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi tenaga kerja dan keluarganya.40

Sebagai bentuk pelaksanaan amanah UUD 1945, pada tahun 2001, MPR RI melalui TAP MPR RI No.X/MPR/2001 menugaskan pada Presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pada tanggal 19 Oktober 2004, Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dimaksud adalah suatu rangkaian upaya untuk memberikan perlindungan kesehatan terhadap peserta dan terdiri dari berbagai jenis dan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit. Upaya pemeliharaan kesehatan tersebut mencakup pemeliharaan kesehatan dasar yang sifatnya wajib diikuti dengan berasuransi kesehatan bagi masyarakat. Asuransi Kesehatan adalah salah satu jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Asuransi kesehatan merupakan salah satu bentuk pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan suatu sistem jaminan sosial dan pengembangan serta penyuluhan sosial.

Namun kemampuan bekerja dan penghasilan tersebut dapat berkurang atau hilang karena berbagai risiko yang dihadapi, misalkan kecelakaan, cacat, sakit, hari tua dan meninggal dunia. Beberapa sarjana berpendapat bahwa faktor utama terjadinya kecelakaan kerja terletak pada faktor manusianya.

(55)

Dalam UU SJSN, sistem jaminan sosial ini dibangun agar mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dapat menyebabkan masyarakat menjadi miskin seperti penyakit, kecelakaan, kematian, usia tua, pensiun dan kecacatan. Sistem ini juga dibangun untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup dasar serta untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan sosial. Dalam Undang-Undang ini juga diatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk melalui iuran wajib pekerja. Program-program jaminan sosial tersebut diselenggarakan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

(56)

kepesertaannya, dimana basis utamanya adalah regulasi bukan respon pasar sehingga tidak mencari laba (not for profit).42

Menurut Pasal 19 UU SJSN jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dan Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Salah satu bentuk sistem Jaminan kesehatan terdiri dari43 1. Peserta atau masyarakat baik perorangan ataupun keluarga

:

2. Perusahaan asuransi yang disebut badan penyelenggara asuransi (BAPEL) 3. Pemberi pelayanan kesehatan (pelayanan kesehatan dasar maupun

rujukan), dengan adanya perubahan paradigma ke arah paradigma sehat, maka PPK dirubah pengertiannya menjadi penyelenggara pemeliharaan kesehatan

4. Pemerintah dapat berperan sebagai masukan tetapi juga sebagai faktor yang mempengaruhi, misalnya membuat peraturan dan/atau kebijakan Menurut Pasal 20 UU SJSN, peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah, anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan kesehatan dan setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran.

42

Fabruari 2011

43 Ratman, Dadang Rizki, “Perlindungan Sosial di Bidang Kesehatan”. outline paper

(57)

Proses dari sistem jaminan kesehatan tergambarkan dalam studi kelayakan dan rencana usaha Badan Pelaksanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi di semua komponen asuransi yang didasarkan pada data yang akurat. Dampak utama yang paling diharapkan adalah akses masyarakat terhadap penyelenggara kesehatan, dan pada akhirnya akan meningkatkan status/derajat kesehatan masyarakat yang ditandai : pertama, mampu hidup lebih lama dengan indikator umur harapan hidup; kedua, menikmati hidup sehat dengan indikator angka kesakitan; ketiga, mempunyai kesempatan meningkatkan pengetahuan dengan indikator angka melek huruf dan tingkat pendidikan serta keempat, hidup sejahtera dengan indikator pendapatan per kapita.44

Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa asuransi kesehatan merupakan bagian dari suatu sistem, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional dan sebagai sistem dia tidak dapat berdiri sendiri untuk mencapai tujuan SJSN yaitu memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.dalam menyelenggaraan jaminan sosial yang bersifat inklusif.

B. Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan terhadap PNS

Keterpaduan penyelenggara pelayanan kesehatan dengan adanya keseimbangan pelayanan kesehatan sehingga dapat terjadi efisiensi dan penghematan (cost containtment) yang mencegah meningkatnya biaya. Ditinjau dari pihak peserta, ada kerugian karena adanya keterbatasan pilihan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dikurangi apabila mutu pelayanan ditingkatkan sehingga

44 Sudarsono, Budiman, “Aspek Hukum dalam Jaminan dan Perlindungan Sosial”. paper

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambaran kinerja ekonomi Sulawesi Selatan Tahun 2012, Tahun 2013 serta perkiraan kondisi Tahun 2014, dimana pada Tahun 2014 kebijakan ekonomi

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa fermentasi pelepah sawit menggunakan jenis-jenis inokulum yang berbeda menunjukkan hasil peningkatan protein (PK)

respondendan karakteristik responden penelitian menggunakan tabulasi baris dan kolom.Terdapat 22 butir pernyataan tes objektif (benar, salah) untuk mengukur tingkat

(6) Bukti salinan bahan dokumen elektronik (softcopy) terkait mata acara RUPS termasuk daftar riwayat hidup yang telah tersedia di laman (website) Emiten atau Perusahaan

Pada pelaksanaan Siklus I, siswa telah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Namun masih ditemukan siswa yang acuh terhadap tugas yang diberikan, ada yang

Sehingga diharapkan dengan adanya kumbung beserta pengaturan kelembaban udara secara otomatis pada budidaya jamur ini akan dapat mengefisiensikan pekerjaan dan

Guru yang mengajar Al-Qur’an Hadits pada waktu mengajar telah membacakan surat-surat pendek dengan berulang-ulang, kemudian peserta didik di suruh menirukan bacaan

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-DIPA) Petikan Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Badan