• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan dan Dasar Hukum Cuti Menjelang Bebas (CMB)

BAB II PELAKSANAAN CUTI MENJELANG BEBAS (CMB)

B. Pengaturan dan Dasar Hukum Cuti Menjelang Bebas (CMB)

47

sosialnya. Pembinaan narapidana ketika menjelang bebas ini dimaksud untuk mengurangi efek negatif sebagai akibat pengasingan selama di dalam lembaga, serta membantu narapidana dalam menyesuaikan dirinya dalam kehidupan masyarakat.

Cuti Menjelang Bebas (CMB) merupakan bagian dari bentuk pembinaan dalam sistem pemasyarakatan. Dimana dalam pembinaan narapidana, mereka tetap diperlakukan sebagai anggota masyarakat juga sebagai mahluk Tuhan yang paling mulia.

Pengertian pembinaan Cuti Menjelang Bebas (CMB) menurut Bahrudin Soejobroto diartikan sebagai berikut :

“Biasanya yang diberikan Pre Release Treatmentatau Cuti Menjelang Bebas (CMB) dalam dunia treatment of prisoners ialah pembinaan yang khusus direncanakan untuk jangka waktu tertentu sebelum periode pembinaan secara konstitusional berakhir pengembaliannya ke tengah masyarakat (dengan atau tanpa syarat)”. 48

“Sebelum menghabiskan pidananya adalah seyogiyanya kalau diambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatur dengan baik kembalinya orang terpenjara ke masyarakat secara bertahap, tergantung bagaimana soalnya, tujuan ini akan dicapai dengan suatu cara kerja pre release yang disusun di Menurut Standart minimum Rules :

48

Bahrudin Soerjobroto, Ilmu Pemasyarakatan (Pandangan Singkat), (Jakarta : AKIP, 1986), hlm. 38

lembaga yang sama atau di lembaga yang lain yang diperlukan bagi urusan-urusan ini”.49

a. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya ;

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Cuti Menjelang Bebas (CMB) adalah suatu masa pembinaan narapidana yang mendahului masa transisi dari pembinaan di lembaga ke pembinaan di luar lembaga, dalam rangka integrasi masyarakat luar.

a. Ketentuan Cuti Menjelang Bebas (CMB)

Dalam rangka pelaksanaan sistem pemasyarakatan warga binaan dilengkapi dengan hak-hak, dengan harapan agar dalam pelaksanaan pembinaan masyarakat itu tidak justru melanggar hak asasi narapidana. Hal ini penting, karena dengan hal ini dapat dihindarkan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh petugas lembaga permasyarakatan dan atau oleh warga binaan itu sendiri.

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menyebutkan :

“Narapidana berhak :

b. mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani ; c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran ;

d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak ; e. menyampaikan keluhan ;

49

Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehakiman, The Standart Minimum Rules

f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang ;

g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ;

h. menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya ; i. mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) ;

j. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga ; k. mendapatkan pembebasan bersyarat ;

l. mendapatkan cuti menjelang bebas ;

m. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.50

Berlakunya hak-hak manusia, sangat mempengaruhi sistem perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan. Mereka berhak memperoleh hak-haknya seperti Remisi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, dan Cuti Menjelang Bebas (CMB). Jadi dapat ditegaskan bahwa Cuti Menjelang Bebas (CMB) bukanlah suatu anugerah atau hadiah, akan tetapi merupakan suatu hak yang dapat diperoleh warga binaan pemasyarakatan.

Mengenai syarat dan tata cara pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas (CMB) itu sendiri terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, khususnya dalam Bab II tentang hak dan kewajiban narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 ini dikaitkan dengan

ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 01.PK.04-10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas.

Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, menegaskan bahwa :

1. Cuti Menjelang Bebas dapat diberikan kepada :

a. Narapidana dan anak pidana yang telah menjalani masa pidana sekurang- kurangnya 9 bulan berkelakuan baik dengan lama cuti sama dengan remisi terakhir yang diterimanya 6 bulan

b. Anak Negara yang pada saat mencapai usia 17 tahun enam bulan dan telah dinilai cukup baik.

2. Cuti Menjelang Bebas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berakhir :

a. bagi narapidana dan anak pidana, tepat pada saat bersamaan dengan hari bebas yang sesungguhnya

b. bagi anak Negara pada usia 18 tahun

3. Izin Cuti Menjelang Bebas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan oleh Kanwil Departemen Kehakiman setempat atas usul dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, dan Cuti

Menjelang Bebas pada Pasal 14 menyatakan izin Cuti Menjelang Bebas dapat diberikan kepada narapidana apabila yang bersangkutan :

a. dipidana untuk masa satu tahun atau lebih, baik dalam satu atau beberapa putusan;

b. telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 7, Pasal 8 huruf a, b, c,

d, e dan f angka 3 dan Pasal 9 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi, Pembebasan

Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas dan bagi narapidana tertentu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1991 tentang Penyempurnaan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, telah pula memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan b Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1991 tersebut;

c. tidak termaksud narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1991 Tentang Penyempurnaan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas;

d. telah memenuhi persyaratan administrasi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Formula APC-01 huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, dan j.

Pemberian izin Cuti Menjelang Bebas (CMB) adalah wewenang Menteri Kehakiman yang dalam Pelaksanaannya didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman.51

a. Syarat umum, yaitu tidak boleh berbuat sesuatu peristiwa pidana lagi

Sering terjadi kerancuan penafsiran antara Cuti Menjelang Bebas (CMB) dengan Pembebasan Bersyarat. Untuk pembebasan bersyarat, narapidana telah menjalani dari masa pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap dengan ketentuan tersebut tidak kurang dari 9 bulan, sisa masa pidana tidak perlu dijalani selama ia tidak melanggar syarat-syarat yang ditetapkan. Sedangkan Pidana Bersyarat, hukuman tetap dijatuhkan akan tatapi perlu dijalani, kecuali jika kemudian hari ternyata terpidana sebelum habis masa percobaan berbuat salah atau melanggar syarat yang diberikan oleh hakim.

Syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Pembebasan Bersyarat (PB) adalah :

b. Syarat khusus, yaitu terdiri dari apa saja mengenai kelakuan dan sepak terjang terpidana.52

Sedangkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan

51

Pasal 15 Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, dan Cuti Menjelang Bebas.

52

Bersyarat, dan Cuti Menjelang Bebas (CMB) pada Pasal 16 menyatakan tentang Tata cara pemberian Cuti Menjelang Bebas (CMB) kapada narapidana melalui tahap-tahap :

a. Usul Cuti Menjelang Bebas (CMB) dibahas dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lembaga Pemasyarakatan dengan mempelajari hasil pembinaan narapidana dan Program Asimilasi, syarat-syarat substantif dan administrasi serta dengan mempertimbangkan hasil Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) yang dibuat oleh Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak ;

b. apabila sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lembaga Pemasyarakatan dapat menyetujui, maka Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) tersebut mengusulkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarkatan dengan menggunakan Formulir APC-02 ;

c. Kepala Lembaga Pemasyarakatan wajib segera meneliti dan mempelajari usul bagaimana dimaksud dalam huruf b dan apabila Kepala Lembaga Pemasyarkatan menyetujuinya, maka Kepala Lembaga Pemasyarakatan segera meneruskan usul tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat lengkap dengan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d dalam rangkap 4 (empat) ;

d. Kepada Kantor Wilayah Departemen Kehakiman yang bersangkutan wajib segera meneliti dan mempelajari usul Kepala Lembaga Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud huruf c dan setelah memperhatikan pertimbangan

hasil sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Kantor Wilayah Departemen Kehakiman, maka Kepala Kantor Wilayah dapat :

1. menolak usul Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak usul diterima segera menyampaikan surat penolakan disertai alasan-alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan tembusannya disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan dengan menggunakan Formulir APC-13 ; atau

2. menyetujui usul Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak usul diterima, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman segara menerbitkan keputusan cuti menjelang bebas dengan menggunakan Formulir APC-14, dan tembusannya disampaikan kepada : a). Direktur Jenderal Pemasyarakatan;

b). Direktur Pembinaan Dalam Lembaga Pemasyarakatan; c). Direktur Pembinaan Luar Lembaga Pemasyarakatan;

d). Direktur Pidana up. Kasubdit Daktiloskop, Direktur Jenderal Hukum dan Perundang-undangan;

e). Kepala Lembaga Pemasyarakatan setempat; f). Kepala Kepolisian setempat;

g). Pemerintah Daerah Tingkat II setempat.

h). Kepala Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak setempat;

Sedangkan teknis pelaksanaan bimbingan terhadap narapidana yang mendapat izin Cuti Menjelang Bebas (CMB) diatur pada Pasal 17 Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, dan Cuti Menjelang Bebas yang menyatakan Teknis Pelaksanaan bimbingan terhadap narapidana yang mendapat izin Cuti Menjelang Bebas (CMB) sebagai berikut :

a. pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas adalah Kepala Lembaga Pemasyarakatan tempat narapidana yang bersangkutan menjalani pidana;

b. narapidana yang akan menjalankan Cuti Menjelang Bebas diserah terimakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan kepada Kepala Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak yang akan memberikan bimbingan dengan menggunakan berita Acara serah terima Formulir APC-11 disertai risalah singkat pembinaannya selama dalam Lembaga Pemasyarakatan;

c. bimbingan terhadap narapidana tersebut dilaksanakan oleh Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak melalui program bimbingan dengan menperhatikan pertimbangan Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP), Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak.

Pasal 29 ayat 1 dan 5 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PK.04-10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, menegaskan bahwa :

1. pemberian Asimilasi, Cuti Menjelang Bebas dan Pembebasan Bersyarat dapat dicabut apabila terpidana :

a. malas bekerja

b. mengulangi melakukan tindak pidana c. menimbulkan keresahan dalam masyarakat

d. melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas

2. pencabutan Cuti Menjelang Bebas dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat berdasarkan usul Kepala LAPAS.

Narapidana pada LAPAS Klas II A Binjai yang mendapat Cuti Menjelang Bebas (CMB) pada Tahun 2006-2008 sebanyak 18 (delapan belas) orang yang telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya (dua per tiga), dengan ketentuan (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.53

Dokumen terkait