• Tidak ada hasil yang ditemukan

Realisasi Cuti Menjelang Bebas (CMB) Pada LAPAS

BAB IV UPAYA YANG DITEMPUH GUNA MENGATASI

B. Realisasi Cuti Menjelang Bebas (CMB) Pada LAPAS

Hak-hak Narapidana yang terdapat yang terdapat dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai berikut : 1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya ;

2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani ; 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran ;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak ; 5. Menyampaikan keluhan ;

6. Mendapatkan bahan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang ;

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ;

8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang-orang tertentu lainnya ;

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) ;

69

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti menjelang keluarga ; 11. Mendapatkan Pembebasan Bersyarat ;

12. Mendapatkan Cuti Menjelang Bebas (CMB) ; dan

13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Realisasi hak-hak Narapidana berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 pada LAPAS Klas II A Binjai adalah sebagai berikut :

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

Setiap Narapidana diperkenankan memenuhi kebutuhan kehidupan agamanya dengan menghadiri pelayanan keagamaan yang disediakan dalam LAPAS dan memiliki sendiri buku-buku agamanya. Sarana penunjang dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing di LAPAS KLAS II A Binjai adalah untuk Warga Binaan Pemasyarakatan yang beragama Islam pihak LAPAS Klas II A Binjai telah menyediakan rumah ibadah berupa Mesjid dan Aula yang didukung dengan perlengkapan serta sarana untuk melaksanakan ibadah, seperti air bersih, sajadah, Yasin, Al-Qur’an, kopiah, tasbih, dan lain sebagainya dan untuk Warga Binaan Pemasyarakatan yang beragama Kristen pihak LAPAS Klas II A Binjai telah menyediakan Gereja. Pelaksanaan ibadah di LAPAS Klas II A Binjai hanya dilakukan di dalam LAPAS. Langkah demikian dilakukan guna menghindari terjadinya pelarian Narapidana dari luar tembok.

Menurut pendapat peneliti, bekal agama yang dimiliki oleh seseorang khususnya Narapidana sangat diperlukan karena dengan bekal iman dan pengetahuan

yang Narapidana dapatkan selama menjalani pidana di LAPAS, tentunya akan menolong dirinya dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Sehingga dengan demikian Narapidana tersebut diharapkan dapat selalu bersabar dan tabah dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Dari penelitian di lapangan, dalam pelaksanaan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya di LAPAS Klas II A Binjai telah terealisasi dengan baik.

2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

Untuk menjaga kesehatan, maka setiap Narapidana yang umur dan fisiknya memungkinkan, diberi waktu paling sedikit 1 (satu) jam untuk melakukan olah raga pada setiap harinya di tempat terbuka apabila cuaca mengijinkan. Sarana pendukung kegiatan olah raga di LAPAS Klas II A Binjai adalah berupa tersedianya : lapangan bola volly lengkap dengan peralatannya, bulu tangkis, catur dan setiap pagi diadakan senam kesegaran jasmani. Fasilitas olahraga tersebut di atas setiap harinya dapat dipergunakan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan LAPAS Klas II A Binjai.

Pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI., LAPAS Klas II A Binjai mengadakan pertandingan olah raga antar Narapidana, disamping itu juga melakukan perlombaan kebersihan lingkungan (kamar/blok) yang diikuti oleh semua Narapidana. Kegiatan itu bertujuan agar Narapidana senantiasa dapat menghilangkan rasa jenuh selama mereka berada di LAPAS. Di samping itu para Narapidana juga sesekali mendapatkan hiburan kesenian berupa keyboard, atau hiburan masyarakat lainnya yang sengaja didatangkan dari luar LAPAS, biasanya kegiatan ini dilakukan dalam rangka peringatan hari besar nasional maupun pada acara-acara temu pisah para pejabat di lingkungan LAPAS Klas IIA Binjai.70

70

Hasil wawancara dengan Surung Pasaribu, Kepala Lembaga Pamasyarakatan Klas II A Binjai, tanggal 12 Maret 2009

LAPAS Klas II A Binjai telah melaksanakan pembinaan agama Islam dimana tenaga pengajarnya/pendidiknya didatangkan dari Departemen Agama dengan melakukan ceramah agama Islam, pengajian setiap hari untuk Warga Binaan Pemasyarakatan, Shalat Dzuhur dan Shalat Jumat berjamaah. Pembinaan Agama Kristen dilaksanakan setiap hari dengan cara kebaktian dan ceramah agama. Selain itu diadakan juga sekolah Alkitab D1 selama 3 (tiga) kali seminggu dalam hal ini tenaga pengajarnya berasal dari Gereja di Jakarta.

Pemberian perlengkapan pakaian bagi Narapidana LAPAS Klas II A Binjai sudah berjalan dengan baik. Bagi Tahanan memakai pakaian berwarna merah dan bagi Narapidana memakai pakaian berwarna biru. Di samping itu para penghuni LAPAS Klas II A Binjai juga telah mendapatkan perlengkapan tidur, tetapi hanya seadanya saja yaitu berupa tikar pandan dan tikar plastik karena pihak LAPAS belum dapat menyediakan kasur untuk para penghuni LAPAS akibat kurangnya dana dari Pemerintah. Untuk perlengkapan mandi, pihak LAPAS sudah menyediakan kamar mandi umum, sabun, odol gigi, karbol kamar mandi.

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

Di LAPAS Klas II A Binjai, selain pemenuhan hak-hak dalam bidang keagamaan, LAPAS Klas II A Binjai juga melaksanakan kegiatan dalam bentuk pendidikan yaitu pendidikan dalam bentuk kejar paket B bagi Narapidana yang belum menamatkan pendidikan SMP. Kerja sama ini dilakukan dengan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Binjai.

Pihak LAPAS Klas II A Binjai juga telah memberikan kursus ketrampilan yaitu berupa pembuatan batu bata, servis alat elektronik, otomotif dan pertukangan. Semua jenis keterampilan ini dilakukan di dalam bengkel kerja yang terdapat di LAPAS Klas II A Binjai. Diharapkan Narapidana selepas menjalani masa pidananya dapat memanfaatkan ketrampilan yang didapatkannya di dalam LAPAS untuk mencari nafkah dalam menjalani kehidupannya di luar LAPAS.

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama di lapangan, upaya penanganan kesehatan terhadap Narapidana di LAPAS Klas II A Binjai dimulai dari saat masuknya Narapidana ke dalam LAPAS, dimana setiap Narapidana yang baru masuk telah diadakan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh paramedis LAPAS, hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang sesuatu penyakit yang diderita oleh Narapidana tersebut.

LAPAS Klas II A Binjai dalam menyelenggarakan program pemberian pelayanan kesehatan pada Narapidana didukung oleh sarana dan prasarana berupa :

a. Tenaga kesehatan, terdiri dari : 1 (satu) orang dokter LAPAS, 1 (satu) orang dokter bantuan dari Pemko, 1 (satu) orang dokter Puskesmas, dan 1 (satu) orang perawat.

b. Sarana dan prasarana kesehatan, terdiri dari : Poliklinik, stetoscope, tensimeter, timbangan badan, standart infus, infus set, sterilisator, kulkas tempat vaksin, bed tempat orang sakit, lemari obat-obatan, obat-obatan, alat suntik.

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir pelayanan kesehatan terhadap Narapidana sudah berjalan dengan memadai, sekalipun di sana-sini masih terdapat kekurangan terutama menyangkut sarana dan prasarana masih belum memadai. Dalam pelaksanaan pemberian pelayanan hak tentang kesehatan ini pihak LAPAS Klas II A Binjai melakukan kegiatan berobat secara gratis terhadap Narapidana di LAPAS pada setiap harinya dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai.71

Menyangkut sulitnya Narapidana melakukan komunikasi dengan keluarganya di luar daerah dan keluhan yang lainnya adalah menyangkut jarangnya kunjungan dari pihak keluarga maupun kerabat mereka Narapidana. Hal ini disebabkan karena sebahagian dari penghuni LAPAS adalah Narapidana yang berasal dari luar kota Binjai, misalnya Belawan, Aceh, sehingga dengan demikian jarak tempuh keluarga sangat jauh dan memerlukan biaya (ongkos) yang begitu besar untuk sampai ke lokasi LAPAS Klas II A Binjai.

Para tenaga kesehatan di LAPAS juga dituntut bekerja secara maksimal sekalipun sudah di luar jam kerja, yaitu harus bersedia untuk datang ke LAPAS apabila sewaktu-waktu ada Narapidana yang sakit dan memerlukan perawatan.

5. Menyampaikan keluhan

Berdasarkan penelitian di lapangan, bahwa komunikasi antara Warga Binaan Pemasyarakatan dengan Petugas LAPAS sudah dapat berjalan dengan baik. Keluhan-keluhan Narapidana yang diterima petugas LAPAS Klas II A Binjai adalah :

72

Di LAPAS Klas II A Binjai tata penyampaian keluhan ini dapat dilakukan dengan cara tertulis maupun dengan lisan yang ditujukan kepada Kepala Bidang Pembinaan, atau pun kepada teman sekamarnya lalu disampaikan kepada petugas pembina.

71

Hasil wawancara dengan Surung Pasaribu, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai, tanggal 13 Maret 2009

LAPAS Klas II A Binjai dalam merespon permasalahan ini, melakuka n beberapa upaya yaitu :

Pihak LAPAS Klas IIA Binjai melalui Kepala Bidang Keamanan dan Kepala Seksi Bimbingan Pemasyarakatan melakukan koordinasi dengan Kepala LAPAS untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut guna memberikan jalan keluar (solusi) yaitu dengan jalan memanggil mereka (Narapidana) kemudian diberi bimbingan dan arahan agar senantiasa sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan yang mereka hadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan persoalan yang tengah mereka (Narapidana) dapat teratasi atau paling tidak mampu membuat para Narapidana tidak merasa resah dan gundah dengan permasalahan yang tengah mereka hadapi.73

Narapidana di LAPAS Klas II A Binjai dilarang untuk membawa televisi dan radio atau media elektronik lainnya. LAPAS Klas II A Binjai dalam rangka pemenuhan hak-hak Narapidana telah menyediakan ruangan khusus untuk

LAPAS Klas II A Binjai juga sudah memiliki wartel yang sangat berguna bagi Narapidana untuk berhubungan dengan anggota keluarganya di luar LAPAS sehingga mereka (Narapidana) dapat melepaskan kerinduannya dengan anggota keluarganya walaupun tidak bertemu secara langsung. Hal ini juga dapat menjadi salah satu upaya untuk mengatasi keluhan dari para Narapidana tersebut.

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang. 72 Ibid 73 Ibid

perpustakaan, bekerja sama dengan perpustakaan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan penelitian di lapangan di perpustakaan tersebut terdapat buku bacaan meliputi buku-buku tentang keterampilan pertukangan, pertanian, peternakan, pengetahuan umum, buku agama, dan setiap 1 (satu) bulan sekali ada Warta Pemasyarakatan.

Di samping itu para Warga Binaan Pemasyarakatan juga diperkenankan untuk membawa buku-buku maupun majalah dari luar LAPAS, akan tetapi sebelum buku dan majalah tersebut dibawa ke dalam LAPAS harus memiliki izin terlebih dahulu kepada Petugas LAPAS, dan Petugas LAPAS wajib memeriksa bahan bacaan tersebut apakah aman dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan terhadap yang bersangkutan maupun terhadap Narapidana lainnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, setiap Narapidana tidak diperbolehkan untuk membawa handphone ke dalam LAPAS. Hal ini tentunya untuk menjaga dan menghindari terjadinya kecemburuan sosial antara sesama Narapidana selama menjalani masa hukuman. Di samping itu tentunya juga untuk menjaga ketertiban dan ketenteraman dalam LAPAS. Mengenai hal ini, peneliti dan beberapa pengunjung mengalami langsung kejadiannya, dimana pada saat peneliti masuk ke ruangan P2U (Pintu Pos Utama) untuk melakukan penelitian di LAPAS pada tanggal 10 Maret 2009. Petugas pintu memberitahu kepada peneliti bahwa handphone wajib dititip/ditinggal di meja Petugas pintu. Tindakan ini menurut peneliti perlu didukung

guna tercapainya Program Buterpas (Bulan Tertib Pemasyarakatan) yang telah dicanangkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang-orang tertentu lainnya

Lapas Klas II A Binjai menyediakan ruangan khusus bagi para tamu yang hendak melakukan kunjungan terhadap Narapidana di LAPAS. Adapun jadwal bertamu/berkunjung pihak keluarga Narapidana di LAPAS Klas II A Binjai waktunya dibatasi yaitu dari pukul 09.00 WIB s/d 11.30 WIB dan 14.00 WIB s/d 16.00 WIB setiap hari kerja. Bagi setiap pengunjung baik itu keluarga, penasehat hukum maupun orang tertentu lainnya dilakukan pencatatan oleh Petugas LAPAS ke dalam buku daftar kunjungan disebut Register G. Petugas LAPAS yang bertugas di ruang kunjungan wajib :

a. Memeriksa dan meneliti keterangan diri atau identitas pengunjung ; b. Melakukan penggeledahan terhadap pengunjung ;

c. Melakukan pemeriksaan terhadap barang yang dibawa oleh pengunjung. Hal ini merupakan antisipasi dini oleh petugas LAPAS terhadap masuknya barang-barang terlarang ke dalam LAPAS.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, prosedur dan tata cara untuk berkunjung ke LAPAS Klas II A Binjai relatif mudah dan gampang. Hanya saja sebelum sampai ke ruang kunjungan, pengunjung wajib meninggalkan kartu identitas, handphone, serta barang-barang yang memang tidak diperkenankan untuk dibawa ke dalam dan dititipkan di meja Petugas P2U (Pintu Pos Utama).

Kemudian si pengunjung diberi sepotong kertas yang bertuliskan nomor antrian, setelah pengunjung sampai di ruang kunjungan, pengunjung melapor ke petugas jaga tamu.

8. Mendapatkan pengurangan masa pidana (Remisi)

Remisi adalah Pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada Narapidana dan anak Pidana yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan pada Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 yang menyebutkan : ”Setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana”.

Pasal 2 Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 menyebutkan bahwa remisi terbagi 2 (dua) macam yaitu :

a. Remisi Umum (RU) diberikan pada hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus ;

b. Remisi Khusus (RK) diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut narapidana dan anak pidana yang bersangkutan dengan ketentuan jika sesuatu agama mempunyai lebih dari satu kali hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang diberikan adalah hari besar keagamaan yang paling dimuliakan.

Syarat-syarat untuk mendapatkan Remisi Umum (RU) dan Remisi Khusus (RK) adalah :

a. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tidak sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas (CMB) ;

b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tidak sedang menjalani pidana pengganti denda ;

c. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tidak sedang menjalani hukuman mati atau seumur hidup ;

d. Sudah menjalani pidana lebih dari 6 (enam) bulan ; e. Tidak dikenakan hukuman disiplin.

Pemberian Remisi Umum (RU) diberikan sebagai berikut :

a. Pada tahun pertama diberikan remisi selama 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) bulan ;

b. Pada tahun kedua diberikan remisi selama 3 (tiga) bulan ; c. Pada tahun ketiga diberikan remisi selama 4 (empat) bulan ;

d. Pada tahun keempat dan kelima diberikan remisi selama 5 (lima) bulan ; e. Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi selama 6 (enam)

bulan.

Pemberian Remisi Khusus (RK) diberikan sebagai berikut :

a. Pada tahun pertama diberikan remisi selama 15 (lima belas) hari sampai dengan 1 (satu) bulan ;

b. Pada tahun kedua dan ketiga diberikan remisi selama 1 (satu) bulan ; c. Pada tahun keempat dan kelima diberikan remisi selama 1 (satu) bulan 15

d. Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi selama 2 (dua) bulan. Khusus bagi Narapidana yang diatur dalam Pasal 34 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2006 karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan HAM berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan remisi apabila berkelakuan baik dan telah menjalani (satu per tiga) dari masa pidana.

Untuk mengetahui jumlah Narapidana pada LAPAS Klas II A Binjai yang mendapat pengurangan masa pidana (remisi) selama tahun 2006 s/d 2008 dapat dilihat pada daftar tabel di bawah ini :

Tabel 1. Jumlah Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan LAPAS Klas II A Binjai Yang Mendapatkan Remisi Dalam Kurun Waktu Tiga Tahun

Terakhir ( Tahun 2006 s/d 2008 ) Tahun Remisi Jumlah Total Remisi Umum Khusus

2006 651 orang 614 orang 1265 orang

2007 707 orang 610 orang 1317 orang

2008 683 orang 608 orang 1291 orang

Jumlah 2041 orang 1832 orang 3873 orang Sumber : LAPAS Klas II A Binjai

9. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)

Asimilasi adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan membaurkan Narapidana dan anak Didik Pemasyarakatan di dalam kehidupan masyarakat.

Pasal 36 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 menyatakan : bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Assimilasi oleh Menteri Hukum dan HAM RI, apabila berkelakuan baik, mengikuti program pembinaan dengan baik dan telah menjalani (dua per tiga) masa pidana.

Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) adalah bentuk pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berupa pemberian kesempatan berkumpul bersama keluarga di tempat kediaman keluarganya, Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) tidak dapat diberikan kepada seorang Narapidana apabila :

a. Narapidana yang terancam jiwanya ;

b. Narapidana yang diperkirakan akan mengulangi tindak pidana tidak diberi izin Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) ;

c. Narapidana residivis ;

d. Narapidana warga negara asing dan bukan penduduk Indonesia ; e. Narapidana yang melanggar tata tertib keamanan dalam LAPAS.

Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) juga tidak dapat diberikan kepada Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan HAM berat, dan kejahatan transnasional lainnya.

Surat izin Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) bagi Narapidana dikeluarkan oleh Kepala LAPAS dengan melaporkan terlebih dahulu kepada Kepala Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang membawahinya dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaannya, dan surat Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) tersebut diberitahukan kepada Kapala Balai Pemasyarakatan (BAPAS) setempat.

Pengawalan dan pengamanan serta pengawasan Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) diatur sebagai berikut :

a. Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) bagi Narapidana dapat dilaksanakan dengan pengawalan Petugas LAPAS ;

b. Pengawalan oleh Petugas LAPAS terbatas pada saat mengantar Narapidana dari Lapas ke alamat keluarganya dan menjemput untuk kembali ke LAPAS ;

c. Dengan mempertimbangkan segala faktor dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, pelaksanaan Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) dapat diberikan oleh Kepala LAPAS tanpa pengawalan petugas ;

d. Narapidana yang akan mulai/selesai menjalani Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) sebagaimana dimaksud dalam butir c, dijemput/diatur oleh keluarganya yang wajib menanda tangani Berita Acara Serah Terima yang telah disiapkan oleh LAPAS ;

e. Keluarga Narapidana yang menjemput/mengantar Narapidana sebagaimana dimaksud dalam butir d, harus membawa surat pengantar dari Ketua RT yang diketahui oleh Ketua RW/RK dan Lurah/ Kepala Desa setempat ;

f. Petugas pengawal yang mengatur/menjemput sebagaimana dimaksud dalam butir a, diwajibkan mengisi dan menanda tangani Berita Acara Serah Terima Narapidana, yang disaksikan oleh Ketua RT setempat ; g. Pengawasan terhadap Narapidana yang menjalani Cuti Mengunjungi

Keluarga (CMK), setelah dilaksanakan oleh Petugas LAPAS yang bersangkutan juga wajib diawasi oleh Petugas Balai Pemasyarakatan (BAPAS).

Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) dimaksud diberikan paling lama 2 (dua) hari yakni 2 x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam), adalah waktu yang benar-benar dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga. Waktu dalam perjalanan menuju tempat kediaman keluarga dan kembali ke LAPAS tidak termasuk dalam tenggang waktu 2 hari atau 2 x 24 jam.

Untuk mengetahui jumlah Narapidana pada LAPAS Klas II A Binjai yang mendapat Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) selama tahun 2006 s/d 2008 dapat dilihat pada daftar tabel di bawah ini :

Tabel 2. Jumlah Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan LAPAS Klas II A Binjai Yang Mendapatkan CMK Dalam Kurun Waktu Tiga Tahun Terakhir ( Tahun 2006 s/d 2008 )

Tahun Cuti Mengunjungi Keluarga ( CMK )

2006 12 orang

2007 16 orang

2007 21 orang

Jumlah 49 orang

10. Mendapatkan Pembebasan Bersyarat (PB)

Pembebasan Bersyarat (PB) adalah Proses pembinaan Narapida dan Anak Pidana di luar LAPAS setelah menjalani sekurang-kurangnya (dua per tiga) masa pidananya minimal 9 (sembilan) bulan.

Syarat untuk mengajukan Pembebasan Bersyarat (PB) adalah sebagai berikut : 1. Laporan penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing

Kemasyarakatan bagi Narapidana B-I (pidana 1 tahun keatas);

2. Kepada LAPAS atau Rutan mengajukan permintaan laporan Penelitian Kemasyarakatan kepada Kepala Bapas yang wilayah kerjanya meliputi tempat domisili keluarga sebagai penjamin Narapidana yang akan diusulkan Pembebasan Bersyarat (PB);

3. Apabila keluarga penjamin narapidana tidak mengalami perobahan maka laporan penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan cukup dibuat 1 (satu) kali untuk kepentingan Pembebasan Bersyarat (PB);

4. Laporan perkembangan pembinaan narapidana yang dibuat oleh wali Pemasyarakatan bagi narapidana bila;

5. Sebelum program Pembebasan Bersyarat (PB), Kepala LAPAS atau Rutan wajib menanyakan kepada Kepala Kejaksaan Negeri, apakah narapidana yang akan diberikan program tersebut masih mempunyai perkara lain dan apabila dalam waktu selama-lamanya 15 (lima belas) hari belum mendapatkan jawaban maka proses pengusulan Pembebasan Bersyarat (PB) dapat dilanjutkan.74

Mendapatkan hak Pembebasan Bersyarat (PB) ini, Narapidana harus mempunyai penjamin. Tetapi dalam pelaksanaan sering terjadi hambatan yaitu sulit untuk mendapat penjamin bagi para Narapidana yang berasal dari luar kota misalnya dari Aceh.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Pasal 43 ayat (4) menyatakan : bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika,

dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Pembebasan Bersyarat (PB) oleh Menteri Hukum dan HAM RI, apabila berkelakuan baik selama menjalani pidana dan telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya (dua pertiga), dengan ketentuan

(dua pertiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.

Narapidana kasus korupsi yang selain dijatuhkan pidana penjara juga dijatuhi pidana tambahan berupa uang pengganti sesuai yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka apabila dalam putusan pengadilan kewajiban membayar uang pengganti tidak disertai dengan putusan pidana penjara, sedangkan uang pengganti tersebut tidak dibayar, maka permohonan untuk mendapatkan Pembebasan Bersyarat (PB) tidak dapat diberikan.

Mengetahui jumlah Narapidana pada LAPAS Klas IIA Binjai yang mendapat Pembebasan Bersyarat (PB) selama tahun 2006 s/d 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

74

Hasil wawancara dengan Surung Pasaribu, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai, tanggal 14 Maret 2009

Tabel 3. Jumlah Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan LAPAS Klas II A Binjai yang mendapat Pembebasan Bersyarat (PB) Tahun 2006 s/d 2008

Tahun Pembebasan Bersyarat (PB)

2006 57 orang

2007 47 orang

2008 97 orang

Jumlah 201 orang

Sumber : LAPAS Klas II A Binjai

11. Mendapatkan Cuti Menjelang Bebas (CMB)

Cuti Menjelang Bebas (CMB) Pidana di luar LAPAS setelah Narapidana menjalani (dua pertiga) masa pidana, sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan berkelakuan baik.

Pasal 42A ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2006, menyatakan : bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Cuti Menjelang Bebas (CMB) oleh Menteri Hukum dan HAM RI, apabila berkelakuan baik selama menjalani pidana dan telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya (dua pertiga), dengan ketentuan

(dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.

Narapidana kasus korupsi yang selain dijatuhi pidana penjara juga dijatuhi

Dokumen terkait