• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEPSI HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

C. Pengaturan Hukum Hak Asasi Manusia Terhadap Kaum Minoritas

1. Pengertian Diskriminasi Rasial

Pengertian diskriminasi rasial yang ditentukan dalam pasal 1(1) ternyata tidak hanya sebatas pada pembedaan, pengucilan, pembatasan atau prefensi yang didasarkan pada ras dan warna kulit saja melainkan juga mencakup diskriminasi, etnis, dan kebangsaan. Hal ini dapat dicermati dari pasal 1 ayat (1) yaitu :

In this convention, the term ‘racial discrimination’ shall mean any distinction, exclusion, restriction or preference based on race, descent, or national or ethnic origin68…” Selain itu diskriminasi rasial yang dimaksud dalam konvensi ini tidak hanya melarang diskriminasi dalam arti sempit melainkan juga pembedaan berdasarkan ras, warna kulit, keturunan, kebangsaan atau etnis yang bertujuan atau berakibat mencabut atau mengurangi pengakuan, perolehan atau pengakuan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar, dalam suatu kesederajatan, di bidang politik, ekonomim sosial, budaya, atau bidang-bidang kehidupan masyarakat lainnya.

Berdasarkan pada konstruksi hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 (1) CERD, maka suatu perbuatan disebut sebagai diskriminasi rasial apabila memenuhi 2 (dua) kondisi, yaitu sebagai berikut : pembedaan, pengucilan, pembatasan atau prefensi tertentu. Pertama, harus memiliki tujuan untuk meniadakan atau mengurangi pengakuan, perolehan atau pelaksanaan

       68

secara setara hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Kedua,berakibat untuk meniadakan atau mengurangi pengakuan, perolehan atau pelaksanaan secara setara hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia. 2. Perlindungan terhadap kaum Minoritas dalam Hukum

Internasional

a)Deklarasi Universal Hak Asasi-Manusia

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang dideklarasikan PBB pada tanggal 10 Desember 1948 merupakan norma hak asasi manusia yang digunakan sebagai pedoman atau standar baku untuk semua negara. Sebagaimana tercantum pada Universal Declaration of Human Rights, Hak Asasi Manusia adalah semua hak dan kebebasan-kebebasan yang mutlak dimiliki oleh semua manusia tanpa pengecualiaan apapun, seperti ras, warna kulit, henis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan, kebangsaan, hak milik, kelahiran apapun kedudukan lain.

Tidak satu negara maupun suatu bangsa yang mengklaim bahwa negara atau bangsanya tidak mengakui hak asasi manusia karena apapun bentuk negaranya maupun ideologi negara atau bangsa, hak asasi manusia harus selalu dijunjung tinggi, pengakuan, penghargaan, dan penghormartan terhadap hak asasi manusia tidak memiliki batasan ruangan, waktu, maupun batas wilayah. Artinya hak asasi manusia telah disepakati menjadi tata nilai dan norma pergaulan internasional yang berlaku di semua negara. Hal ini sebagaimana disebutkan bahwa

Universal Declaration of Human Rights, as a commom standard of achievements for all people and all nations. It sets out, for the first time, fundamental human rights to be universally protected”

Penegasan mengenai prinsip Universalitas hak asasi manusia juga terdapat dalam Vienna Declaration69 Tahun 1993 yang merupakan hasil dari konfrensi dunia Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan oleh PBB pada tanggal 25 Juni 1993. Secara eksplisit dinyatakan dalam bagian paragraph 1 Deklarasi Vienna bahwa sifat universal dari hak asasi manusia dan kebebasan dasar tersebut tidak dapat dipertanyakan lagi (The Universal nature of these rights and freedoms is beyond question)

Berdasarkan pada kedua deklarasi tersebut maka prinsip universalitas yaitu hak asasi manusia adalah untuk semua orang (all human being) tersebut sifatnya sinyal. ditentukan dalam Universal Declaration of Human Rights menegaskan jaminan perlindungan setiap orang bebas dari perlakuan diskriminatif termasuk juga bebas dari diskriminasi rasial. Bahkan salah satu tujuan dari PBB adalah untuk melawan semua jenis diskriminasi, termasuk diskriminasi terhadap kaum minoritas dalam suatu negara.

      

b) Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik

Sesuai dengan namanya Konvenan Hak Sipil dan Politik, maka pada prinsipnya substansi konvenan tersebut adalah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak sipil dan politik (civil liberties) yang esensial atau mengandung hak-hak demokratis bagi semua orang, hak-hak sipil merupakan salah satu prestasi keberhasilan abad ke- 18 yang memberikan landasan bagi gagasan tentang kesetaraan semua anggota orang di hadapan hukum, sedangkan hak-hak politik sebuah prestasi yang membolehkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kekuasaan kedaulatan.

Larangan terhadap semua bentuk diskriminasi yang tidak lain merupakan bagian dari prinsip keseyaraan hak asasi manusia secara tegas ditentukan dalam beberapa pasal yaitu Pasal 2 Ayat (1), Pasal 3, Pasal 4 Ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 26, dan Pasal 27 Konvenan Hak sipil, yang berturut-turut menentukan bahwa70 :

1. Negara pihak berjanji menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui dalam Konvenan ini bagi semua individu yang ada didalam wilayahnya dan tunduk pada wilayah hukumnya

2. Negara pihak berjanji untuk menjamin hak-hak yang sederajat dari laki-laki dan perempuan untuk menikmati semua hak sipil dan politik

       70

3. Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa, dan negara pihak dapat mengambil tindakan yang mengurangi kewajiban-kewajiban berdasarkan konvenan ini sejauh memang sangat diperlukan, sepanjang langkah-langkah tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban lainnya berdasarkan hukum internasional

4. Segala tindakan yang menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, rasa tau agama yang merupakan hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan harus dilarang oleh hukum

5. Semua orang sama di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun. Dalam hal ini hukum harus melarang segala bentuk diskriminasi dan menjamin perlindungan yang sama dan efektif bagi semua orang terhadap diskriminasi.

6. Di negara-negara yang memiliki kelompok minoritas berdasarkan suku bangsa, agama dan bahasa, orang-orang yang tergolong kelompok tersebut tidak boleh diingkari haknya dalam masyarakat, bersama-sama anggota kelompoknya yang lain, untuk menikmati budaya mereka sendiri,

Berdasarkan komentar Umum Nomor 17 Komite Hak Asasi Manusia terkait dengan substansi Pasal 24 Konvenan Hak sipil dan politik antara lain ditegaskan bahwa konvenan mewajibkan anak-anak harus dilindungi dari diskriminasi atas dasar apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, asal usul kebangsaan atau sosial dan status kepemilikan atau kelahiran.Negara pihak juga diwajibkan menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, bahkan diegaskan pula bahwa negara pihak mempunyai tugas untuk menentukan langkah-langkah yang selayaknya untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan terkait dengan prinsip non diskriminasi.

Kewajiban negara terkait dengan prinsip non diskriminasi atau larangan diskriminasi harus segera diwujudkan, hal ini merupakan sifat hak sipil dan politik yang paling mendasar. Ditentukan dalam pasal 2 ayat (2), bahwa ;

“Dalam hal belum ditentukan oleh adanya langkah legislatif atau langkah lainnya yang sudah ada, setiap negara pihak pada Konvenan ini harus berupaya mengambil langkah-langkah yang perlu, sesuai dengan proses konstitusionalnya dan ketentuan konvenan ini, untuk menetapkan hukum atau langkah lainnya yang mungkin diperlukan untuk memberikan dampak hukum kepada hak-hak yang diakui dalam konvenan ini”

Bahkan dalam Konvensi Hak Sipil dan Politik juga ditegaskan mengenai kewajiban negara pihak untuk mengambil langkah-langkah pemulihan yang efektif apabila ada hak dan kebebasan yang diakui dalam Konvenan ini dilanggar, termasuk apabila ada seseorang atau sekelompok orang yang memperoleh perlakuan diskriminatif. Kewajiban tersebut ditentukan dalam pasal 2 ayat (3) yang menentukan :

Setiap Negara pihak pada Konvenan ini berjanji untuk :

1. Menjamnin bahwa setiap orang yang hak-hak atau kebebasannya diakui dalam Konvenan ini dilanggar , akan memperoleh upaya pemulihan yang efektif, walaupun pelanggaran tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bertindak dalam kapasitas resmi;

2. Menjamin, bahwa setiap orang menuntut upaya pemulihan tersebut harus ditentukan hak-haknya itu oleh lembaga peradilan, administratif, atau legistalif yang berwenang, atau sistem hukum oleh negara tersebut, dan mengembangkan segala kemungkinan upaya penyelesaian peradilan.

3. Menjamin, bahwa lembaga yang berwenang tersebut akan melaksanakan penyelesaian demikian apabila dikabulkan.

c) Konvenan Internasional Hak ekonomi, Sosial dan Budaya

Jaminan perlindungan bebas dari diskriminasi rasial juga sangat penting dalam konteks hak ekonomi, sosial dan budaya. Hal ini dapat dicermati dalam International Convenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) atau Konvenan Internasional Hak Ekonomi Sosial dan Budaya yang diadopsi oleh PBB pada tahun 1966 dan juga mulai berlaku pada tahun 1976, pada waktu yang bersamaan dengan ICCPR. Sama halnya dengan ICCPR, maka ICESCR juga merupakan bagian yang sama pentingnya dalam hukum hak asasi manusia Internasional yaitu sebagai norma yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum (International Bill of Human Rights). Oleh karenanya dibutuhkan tindakan formal dari suatu negara agar Konvenan tersebut menjadi hukum positif yang berlaku sebagai norma hukum di negara tersebut71.

Sebagaimana dikemukakan bahwa Konvenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya merupakan acuan pencapaian bersama pemajuan dan pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya dalam konteks pergaulan Internasional yang menginginkan semua anggota masyarakat menikmati kondisi-kondisi kehidupan yang sejahterah. Konvenan ini bersifat netral, hak-hak yang diakui dalam konvenan hak ekonomi, sosial dan budaya tidak hanya didasarkan pada kebutuhan dan keinginan dari sistem sosialis, atau kapitalis, melainkan dapat

       71

diwujudkan dalam konteks system ekonomi dan politik apapun yang beragam dengan syarat bahwa sifat saling terkait, saling bergantung dan tidak terbagi-bagi antara hak sipil dan politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya diakui, dilindungi dicerminkan dalam sistem dari negara yang bersangkutan.

Kewajiban Negara pihak untuk memastikan bahwa semua orang dapat menikmati hak ekonomi, sosial dan budaya tanpa ada diskriminasi dapat dicermati dalam Pasal 2 (2) yang menentukan bahwa : “Negara pihak berjanji untuk menjamin bahwa hak-hak yang diatur dalam konvenan ini akan dilaksanakan tanpa diskriminasi apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahassa, agama, politik atau pendapat lainnya, asal usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya”72

d) Konvensi Internasional tentang Penghapusan segala bentuk Diskriminasi Rasial

Diawal pembentukan PBB secara jelas ketegangan rasial merupakan isu besar dari banyak negara, hal ini dapat dicermati dari pendirian Sub Komisi dari Komisi HAM yang pada awalnya didedikasikan untuk mencegah diskriminasi dan untuk melindungi kaum minoritas serta untuk melawan Apartheid di Afrika Selatan73.

Perhatian serius PBB pada masalah diskriminasi rasial di buktikan dengan keluarnya Konvensi pertama, yaitu Konvensi Internasional,       

72

Ibid, hlm. 197 73

Penghapusan segala bentuk Diskriminasi Rasial atau dikenal dengan singkatan CERD (International Convention on The Elimination of All Forms of Racial Discrimination) yang disahkan oleh Resolusi PBB No. 2106 (XX) 21 Desember 1965 dan berlaku pada 4 Januari 1969, yang melibatkan 168 negara peserta. Lahirnya konvensi ini didasarkan pada pengakuan Internasional pada prinsip atas martabat dan kesederajatan yang sama bagi semua manusia. Oleh karena itu, disepakati agar seluruh Negara anggota PBB mengambil langkah-langkah bersama maupun sendiri melalui kerja sama dengan PBB dalam melakukan pemajuan dan mendiring penghormatan dan pematuhan Hak Asasi Manusia dan kebebasan mendasar tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa atau agama atau asal usul kebangsaan74.

Namun sebelum dikeluarkannya Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial, PBB melalui Resolusi 1904 (XVII) pada tanggal 20 November 1963 telah membuat sebuah deklarasi yaitu United Nations Declaration on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (Deklarasi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial). Deklarasi ini memuat penolakan terhadap diskriminasi rasial, penghentian segala bentuk diskriminasi rasial yang dilakukan Pemerintah dan sebagian masyarakat, penghentian propaganda supremasi rasa tau warna kulit

       74

tertentu atau langkah-langkah yang harus diambil negara-negara dalam penghapusan diskriminasi rasial. Pada tanggal 21 Desember 1965, Majelis Umum PBB mengesahkan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial. Dengan disahkannya Konvensi ini maka sebagaimana perjanjian Internasional, konvensi ini menjadi memiliki kekuatan hukum kepada negara anggota yang menandatangani .

e) Deklarasi Vienna dan Program Aksi (Vienna Declaratiom dan Programme of Action)

Deklarasi Vienna merupakan hasil dari Konfrensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan PBB pada Tahun 1993. Deklarasi Vienna disetujui pada tanggal 25 Juni 1993, pada bagian pertama dan juga dalam beberapa alinea lain dari Deklarasi Vienna ini dikemukakan mengenai pentingnya prinsip non diskriminasi sekaligus juga menegaskan mengenai langkah-langkah atau tindakan afrimatif sebagai upaya untuk meringankan hambatan yang pada akhirnya dimaksudkan untuk melenyapkan penghalang dalam penerapan Hak Asasi Manusia. Deklarasi Vienna juga secara khusus memberikan perhatian terhadap kelompok minoritas dan juga penduduk asli yang seringkali mengalami diskriminasi dalam hal menikmati Hak Asasi Manusia.

Komitmen terkait dengan adanya perlakuan diskriminatif terhadap kelompok minoritas dalam satu negara dapat dicermati pada bagian pertama alinea nomor Sembilan belas dalam Deklarasi Vienna, yaitu:

“Mempertimbangkangkan pentingnya pemajuan dan perlindungan hak orang-orang dari kelompok minoritas serta sumbangan dari pemajuan dan perlindungan semacam itu terhadap stabilitas sosial dan politik dari negara dimana mereka hidup,

Konfrensi Dunia Hak Asasi Manusia menegasskan kembali lewajiban negara untuk menjamin bahwa orang-orang dari kelompok minoritas dapat menerapkan secara efektif dan seutuhnya, semua hak asasi manusia dan kebebasan asasi tanpa adanya diskriminasi dan dengan kesamaan hak seutuhnya di mata hukum, sesuai dengan Deklarasi mengenai Hak orang-orang dari Kelompok Minoritas dari segi Kebangsaan atau etnis, agama dan bahasa.

Mereka yang merupakan anggota kelompok minoritas mempunyai hak untuk menikmati kebudayaan mereka sendiri, menganut dan mempraktekan agamanya, serta menggunakan bahasanya secara pribadi maupun di depan publik, dengan bebas, dan tanpa campur tangan maupun diskriminasi dalam bentuk apapun”75

       75

Adapun dibagian kedua, huruf B dari deklarasi Vienna yang membahas mengenai Persamaan hak, martabat dan toleransi, diuraikan mengenai sikap, pandangan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan PBB, negara-negara anggota PBB, masyarakat internasional, regional maupun nasional terkait dengan komitmen untuk memajukan, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia, dari keenam pengelompokan yang di bahas dalam Bagian Kedua huruf B Deklarasi Vienn, kiranya ada tiga hal yang terkait dengan persoalan diskriminasi yaitu uraian mengenai Rasismen diskriminasi rasial, xenofobia dan bentuk-bentuk intoleransi lainnya serta uraian mengenai orang-orang dari kelompok minoritas menurut kebangsaan atau etnis, agama dan bahasa, seperti yang tertera dalam butir ke 26,Bagian kedua, huruf B dari Deklarasi Vienna, yaitu :

“Konfrensi Dunia Hak Asasi Manusia mendesak negara-negara dan masyarakat Internasional untuk memajukan dan melindungi hak orang-orang dari kelompok minoritas menurut kebangsaan, etnis, agaman dan bahasa, sesuai dengan Deklarasi Hak Orang-orang dari Kelompok Minoritas Menurut Kebangsaan, Etnis, Agaman dan Bahasa”

Tindakan yang diambil, bila dianggap tepat harus mencakup fasilitasi agar orang-orang dari kelompok minoritas dapat berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan, politik,

ekonomi, sosial, agama dan budaya masyarakat serta dalam kemajuan ekonomi dan pembangunan di negaranya.

f) Deklarasi Durban tentang Anti Rasisme, Diskriminasi Rasial,

Xenophobia dan intoleransi

Konfrensi ketiga menentang Rasisme dunia di Dubai 2001 dilatarbelakangi oleh munculnya rasisme, nasionalisme, ketidaktoleransian agama, dan lain sebagainya di berbagai belahan dunia. Konfrensi ini diharapkan dapat mengembangkan perangkat tindakan pencegahan melawan rasisme, xenophobia, dan beberapa tipe diskriminasi dan pelanggaran HAM serupa lainnya

Namun Deklarasi ini menimbulkan pro dan kontra dimana negara-negara barat dan juga Israel mengkritik Deklarasi ini, meskipun Deklarasi Durban menyebutkan perlunya jaminan keamanan bagi negara Yahudi (Israel) tetap tidak dapat meredam protes dari Israel, Konfrensi Durban dituding bersifat anti-Semit ketika secara terbuka menyatakan “We recall that the Holocaust must never forgotten (Pasal 59)” dan “We recognize with deep concern the increase in anti-Semitism and Islamphobia in various parts of the world as well as the emergence of racial and violent movements based on racism and discriminatory ideas against jewish, Muslim and Arab Communities (Pasal 61)”76

       76

BAB IV

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP PELANGGARAN HAM BERAT YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH CHINA

TERHADAP SUKU MUSLIM UIGHUR

A. SEJARAH TERJADINYA KONFLIK ANTARA SUKU MUSLIM

Dokumen terkait