• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEPSI HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

A. Pengertian Dan Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia Dalam Hukum

Secara etimologis, hak asasi berasal dari bahasa arab yaitu haqq dan asasiy. Kata haqq adalah bentuk tunggal yang diambil dari kata haqqa, yahiquq, haqqan, yang artinya adalah benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib, berdasarkan pengertian tersebut haqq adalah melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sementara itu kata asasiy berasal dari kata assa, yaussu, asasaan, yang artinya adalah membangun, mendirikan, dan meletakkan. Kata asas adalah bentuk tunggal dari kata asus yang berarti asal, esensial, asas, pangkal, dasar dari segala sesuatu. Sehingga dalam bahasa Indonesia HAM dapat diartikan sebagai hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia44.

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif melainkan semata mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia45. Dalam arti ini, maka meskipun setiap orang terlahir dengan ras, suku, jenis kelamin, bahasa, budaya, agama, dan       

44

Majda El Muhtaj, Dimensi-dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan budaya,

Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada , 2008, hlm. 17

45

Jack Donnely, Universal Human Rights in Theory and Practice London, Cornell University Press, 2013, hlm. 21

kewarganegaraan yang berbeda-beda, ia tetap mempunyai hak-hak yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun juga. Dalam masyarakat abad pertengahan permasalah HAM ini belum muncul, saat itu kepentingan individu dirasakan secara bersama-sama dengan kepentingan antar individu dan masyarakatnya. Kehidupan individu dan pemerintahannya merupakan satu kesatuan berdasarkan kepercayaan agama yang sama.46

Hak-hak asasi manusia internasional adalah ideologi universal pertama di dunia. Cita-cita agama, politik, filsafat, dan ekonomi memiliki penganutnya di berbagai bagian dunia, akan tetapi hak-hak asasi manusia merupakan sebuah gagasan yan sekarang ini telah diterima di seluruh dunia47.Hak asasi manusia pada dasarnya ada sejak manusia dilahirkan, karena hak tersebut melekat sejak keberadaan manusia itu sendiri, namun persoalan hak asasi manusia baru mendapat perhatian ketika mengimplemantisakan dalam kehidupan manusia dan menjadi perhatian saat adanya hubungan dan keterkaitan antara individu dan masyarakat48.

Hak asasi ( fundamental rights) artinya hak yang bersifat mendasar, pokok ataupun juga prinsipil49,dimana adanya hak pada seseorang berarti bahwa ia mempunyai suatu keistimewaan yang membuka keinginan baginya untuk diperlakukan sesuai dengan keistimewaan yang dimilikinya, sebaliknya juga

      

46

Dedi Supriyadi,Op-cit,. hlm: 223

47

Peter davies, Hak-hak asasi manusia, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1994, hlm. 1

48

Ahmad kosasi, Ham dalam prespektif islam, Jakarta, Salemba Dinniyyah, 2003, hlm. 20

49

Pius A Pranoto dan M Dahlan Al Barry, Kamus ilmiah popular, , Surabaya, Arkola, 1994, hlm: 48

demikian ada suatu kewajiban pada seseorang yang diminta dari suatu sikap atas dirinya terhadap keistimewaan yang ada pada orang lain.

Hukum Internasional telah lama mengatur tentang hak dan kewajiban individu, akan tetapi pengaturan masalah HAM dalah hukum internasional belumlah lama. Setelah terjadinya Perang Dunia II, timbul kesadaran bahwa penghormatan atas HAM sangat penting untuk menjamin agar orang dapat hidup sesuai dengan martabat manusianya, pengalaman sekitar keadaan dalam Perang Dunia II menunjukkan bahwa tidak ada penghormatan atas HAM yang memungkinkan timbulnya kediktatoran dan tirani, yang kemudian dalam tataran Internasional dapat menimbulkan ketegangan dan perang. Untuk kepentingan perdamaiaan diharapkan semua negara menghormati HAM, oleh karena itu, PBB yang dibentuk pada akhir Perang Dunia II menetapkan dalam piagam pendiriannya dengan tujuan untuk mencapai kerjasama internasional dalam mempromosikan dan mendorong penghormatan HAM dan kebebasan fundamental bagi semua orang, tanpa suatu pembedaan50

Kepedulian internasional terhadap HAM merupakan gejala yang relative baru. Meskipun kita dapat menunjuk pada sejumlah traktat atau perjanjian internasional yang mempengaruhi isu kemanusiaan sebelum Perang Dunia II, baru setelah dimasukkan ke dalam piagam PBB pada tahun 1945, kita dapat berbicara mengenai adanya perlindungan HAM yang sistematis di dalam sistem Internasional51

      

50

Todung mulya lubis, Jalan panjang Hak Asasi Manusia, Jakarta,Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm. 216

51

Scott Davidson, Hak asasi manusia; Sejarah, teori, dan praktek dalam pergaulan internasional, Jakarta, PT. Pustaka Utama Grafiti, 1994, hlm. 1

Sejarah hak asasi dimulai dari gagasan hak asasi manusia yang muncul sebagai akibat dari reaksi atas kesewenang-wenangan penguasa yang memerintah otoriter. Munculnya penguasa yang otoriter mendorong orang yang tertekan hak asasinya untuk menyatakan keberadaannya sebagai mahluk yang bermartabat. Kemudian dalam perkembangan perjuangan dalam hal mendukung perlindungan hak asasi manusia dimulai dari gerakan hak asasi manusia di dunia, yaitu :

1. Gerakan Renaisance ( Abad XV)

Gerakan ini muncul di Eropa dan bertujuan mengugah kembali kesadaran manusia akan martabat sebagai mahluk berakal.

2. Gerakan Reformasi ( Abad XVI)

Gerakan ini terjadi di lingkungan agama Kristen pada tahun 1517 yang dipimpin oleh Marthin Luther. Tujuan gerakan ini adalah membebaskan diri dari ikatan kepausan dan melahirkan agama Protestan.Z

3. Revolusi Amerika

Revolusi Amerika adalah perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggeris. Revolusi ini kemudian melahirkan Declaration of independence ( Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776.

4. Revolusi Prancis

Revolusi Prancis adalah penentangan rakyat Prancis pada rajanya sendiri Louis XVI yang bertindak sewenang-wenang dan absolut. Revolusi Prancis menghasilkan Declaration dres drotis de I’homme et

du citoyen (Pernyataan Hak-hak manusia dan warga negara). Pernyataan ini memuat tiga hal yaitu, hakatas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).

HAM memperoleh legitimasinya melalui pengesahan PBB terhadap Universal Declaration of Human Rights (UDHR) pada tanggal 10 Desember 1948. UDHR adalah sebuah pernyataan yang bersifat anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa. Sebagai sebuah pernyataan yang bersifat universal, piagam ini baru mengikat secara moral namun belum secara yuridis. Tetapi dokumen ini mempunyai moril, politik dan edukatif yang sangat besar, melambangkan “Commitment” moril dari dunia internasional pada norma-norma dan hak-hak asasi. Kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya perlindungan HAM sangat meningkat dalam beberapa decade terakhir. Sejak tahun 1989, negara-negara maju dan negara-negara berkembang telah banyak memproklamirkan dukungan terhadap HAM Internasional dengan tulus. Hal ini dikarenakan bahwa paham yang terkandung dalam HAM memiliki sifat universalitas yang luar biasa dalam mengharagai prinsip manusia sebagai mahluk manusia.

Magnis Suseno52 menjelaskan bahwa inti dari paham HAM terletak dari kesadaran bahwa masyarakat atau umat manusia tidak dapat dijungjung tinggi kecuali setiap manusia, individu, tanpa diskriminasi, tanpa pengecualian,

      

52

Frans Magnis Suseno, Etika Politik; Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern,

dihormati keutuhannya. Sementara itu Anthony Flew53 memberikan uraiannya tentang hak dengan mengatakan A person entitlement as a member of society, including” liberties” such as the right to use public highway and claim righs, such as the right to defence counsel. “To have a right” said Mill, “is to have something society ought to protect me in the possession of”

Jadi, apapun yang diartikan atau dirumuskan dengan hak asasi, gejala tersebut tetap merupakan suatu manifestasi dari nilai-nilai yang kemudian dikonkretkan menjadi kaedah hidup bersama. Sistem nilai yang menjelma dalam konsep HAM tidaklah semata-mata produk Barat, melainkan memiliki dasar pijakan yang kokoh dari seluruh budaya dan agama. Pandangan dunia tentang HAM adalah pandangan kesemestaan bagi eksistensi dan proteksi kehidupan dan martabat manusia54

Wacana HAM terus berkembang seiring dengan intesitas kesadaran manusia atas hak dan kewajiban yang dimilikinya. Namun demikian, wacana HAM menjadi actual karena sering dilecehkan dalam sejarah manusia sejak awal hingga kurun waktu ini. Gerakan dan diseminisasi HAM terus berlangsung bahkan dengan menembus batas-batas territorial sebuah negara. Manfred Nowak menegaskan Human rights must be considered one of the major achievents of modern day philosophy. Ruth Gavison juga menegaskan the twentieth century is often described as “the age of rights”. Begitu derasnya kemauan dan daya tarik desak HAM, maka jika ada sebuah negara diidentifikasikan melanggar dan mengabaikan HAM, dengan sekejap mata nation-state di belahan bumi ini       

53

Anthony Few, A dictionary of philosophy, New York, Martin’s press, 1984, hlm. 306

54

memberikan respon, terlebih beberapa negara yang dijuluki sebagai adi kuasa memberikan kritik, tudingan bahkan kecaman keras seperti embargo dan sebagainya55.

Beberapa prinsip dasar Hak asasi manusia dapat dijumpai dalam beberapa instrument HAM Internasional mulai dari DUHAM, ICCPR 1966, ICESR 1966,berbagai instrument HAM di Benua Amerika, Eropa, Afrika dan Arab Saudi, Prinsip-prinsip dasar HAM diantaranya adalah56 :

1. Prinsip Universalitas

Bahwa Hak Asasi manusia adalah hak yang bersifat melekat dan dimiliki oleh manusia karena kodratnya sebagai manusia, oleh karena itu Hak asasi tidak memandang perbedaan karena adanya perbedaan latar belakang budaya, suku, status sosial, agama, jenis kelamin, dan lain-lain.

2. Prinsip Indivisible

Hak Asasi Manusia tidak dapat dicabut, artinya bahwa karena HAM dimiliki manusia secara kodrati maka sesungguhnya negara tidak dapat dengan sewenang-wenang mencabut HAM, pembatasan HAM hanya bisa dilakukan hukum bukan oleh kekuasaan. Hukum yang dibuat sebagai pembatasan HAM warga negara adalah hukum yang dibuat oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat hukum serta dibuat dengan cara-cara dan mekanisme yang konstitusional.

       55

Ibid, hlm. 3  56

Cekli Setya Pratiwi, Memahami Prinsip-prinsip HAM, diakses dari

3. Prinsip Interlated

Bahwa antara Hak Sipol dan Ekosob sesungguhnya memiliki sifat saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan antara hak yang satu dengan yang lainnya. Karena pengabaiaan atas pemenuhan Hak Sipol akan mempengaruhi terhadap pengabaiaan atas pemenuhan Hak Ekosob,begitu juga sebaliknya.

4. Prinsip non-diskriminasi dan equal

Pemenuhan HAM tidak boleh digantungkan dengan syarat-syarat yang melahirkan adanya perlakuan yang tidak sama dan diskriminatif baik oleh adanya perbedaan suku, agama, ras, jenis kelamin, status politik, status sosial, dan lain-lain. Pemajuan, penghormatan, perlindungan, jaminan serta perlindungan HAM adalah tanggung jawab negara dalam hal ini adalah pemerintah (state obligation)

Disamping prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, ada beberapa teori dari para ahli yang mendukung perkembangan hak asasi manusia. Teori hak asasi manusia adalah sebagai berikut :

1. Teori perjanjian masyarakat (1632-1704)

Teori ini dikemukakan oleh Jhon Locke. Teori ini menyebutkan bahwa ketika manusia berkeinginan membentuk negara maka semua hak yang ada pada manusia harus dijamin dalam Undang-Undang .

2. Teori trias politica (1688-1755)

Teori ini dikemukakan oleh Montesquieu. Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan negara dipisahkan menjadi tiga yaitu : legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Pemisahann ini dilakukan untuk melindungi hak asasi dan kekuasaan penguasa.

3. Teori kedaulatan rakyat

Teori ini dikemukakan oleh J.J Roisseau. Teori ini menyatakan bahwa penguasaan diangkat oleh rakyat untuk melindungi kepentingan rakyat termasuk hak asasi

4. Teori negara hukum

Teori ini dikemukakan oleh Imanuel Kant. Teori ini menyatakan bahwa negara bertujuan untuk melindungi hak asasi dan kewajiban warga negara.

Dokumen terkait