BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL
C. Pengaturan mengenai Corporate Social Responsibility
pertama, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dalam pasal 74 ayat (1) diatur mengenai kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bagi PT.Pelabuhan Indonesia IV(Persero) yang menangani bidang atau berkaitan dengan Sumber Daya Alam,ayat (2) mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat (3) mengenai sanksi, dan ayat (4) mengenai aturan lanjutan.
Kedua, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 15 huruf b menyebutkan “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Jika tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU Nomor 25 Tahun 2007). Sedangkan yang dimaksud “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.37
Ketiga, Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007, menerangkan mengenai aturan Program Kemitraan (PK), sebagaimana dalam Pasal 1 ayat 6 membahas mengenai bantuan terhadap peningkatan usaha kecil, dan Program Bina Lingkungan (BL) diatur dalam Pasal 1 ayat 7 dimana ruang lingkup BL diatur dalam Pasal 11 ayat (2) huruf e, meliputi bantuan terhadap korban bencana alam, pendidikan atau pelatihan, penigkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, bantuan sarana ibadah, dan bantuan pelestarian alam.
Keempat, Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat pada :38
1. Menimbang butir b
37Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
38Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan;
2. Menimbang butir c
Bahwa dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup;
3. Menimbang butir d
Bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global dan serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
4. Pasal 1 butir 1
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsugan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.
5. Pasal 1 butir 2
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
6. Pasal 1 butir 3
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemauan. Kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
7. Pasal 1 butir 14
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayati yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pemba ngunan yang berkelanjutan.
8. Pasal 1 butir 24
Orang adalah orang perseorangan, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum.
9. Pasal 3
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
10. Pasal 4
Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan kesimbangan antara manusia dan lingkungan hidup;
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
c. Tercapainya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
f. Terlindungnya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
11. Pasal 6
(1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa konsep mengenai CSR mulai hangat dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dimana banyak perusahaan maupun instansi sudah mulai melirik CSR sebagai suatu konsep dan implementasi CSR pun semakin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan CSR.
Pelaksananya pun semakin beraneka ragam mulai dari bentuk program yang dilaksanakan, maupun dari sisi dana yang digulirkan untuk program tersebut.
Menurut Achmad Ali, Sosiologi hukum menekankan kajian pada law in action, hukum dalam kenyataannya, hukum sebagai tingkah laku manusia, yang berarti berada di dunia sein. Sosiologi hukum menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif.39
Ada 4 (empat) hal ketentuan tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan diatur dalam Undang-Undang RI No.40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, selanjutnya disebut UU CSR40:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan segai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan kepatutan dan kewajaran.
39Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, (Jakarta : Yarsif Watampone,1998),hlm.11.
40Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, (Bandung : Nuansa Aulia, 2007),hlm.192.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur Peraturan Pemerintah.
Penjelasan atas Pasal 74 ayat (1) lebih lanjut menerangkan bahwa ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi,seimbang,dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan yang tidak memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan yang tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.41
Dalam ketentuan diatas bisa dilihat bahwa perusahaan tidak hanya sekedar berkomitmen di dalam melaksanakan CSR, melainkan sudah menjadi suatu kewajiban bagi perseroan untuk dapat melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Manfaat dari pelaksanaan CSR tidak hanya berdampak pada masyarakat, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan saja tetapi juga bagi PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. Pelaksanaan CSR akan menciptakan citra positif dan rasa kepercayaan masyarakat terhadap PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Kantor Wilayah Jakarta Kota sehingga menjadi lebih maju.
41Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
BAB III
PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERBANKAN DI INDONESIA
A. Corporate Social Responsibility Perbankan dalam sektor Usaha Kecil dan Menengah
UKM merupakan bagian dari stakeholder dari perusahaan masih perlu mendapat perhatian dari perusahaan besar, karena keberadaan UKM juga ikut menentukan apakah suatu perusahaan besar akan berkelanjutan atau tidak. Oleh karena itu, UKM perlu diberdayakan dan dikembangkan dengan suatu model, formula atau bentuk implementasi CSR yang tepat dan baik. Formula, bentuk atau model implementasi CSR tersebut akan dirasakan baik dan tepat apabila memperhatikan kepentingan perusahaan dan stakeholder, dan mengintegrasikannya.
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah untuk terus memberdayakan UMKM . Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive).42
UKM adalah sektor ekonomi nasional yang paling strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga menjadi tulang punggung perekonomian nasional.UKM juga merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian di Indonesia dan telah terbukti menjadi kunci pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadii dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis. Itu artinya, usaha mikro yang memiliki omset
42 Sudaryanto , Ragimun dan Rahma Rina Wijayanti, Strategi Pemberdayaan “UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean”, diakses pada tanggal 26 Maret 2018, pukul:13:50 Wib
penjualan pada kisaran kurang dari satu milyar, dan usaha kecil memiliki omset penjualan pada kisaran saru milyar, serta usaha menengah dengan omset penjualan di atas satu milyar per tahun, memiliki peran yang sanagt besar dalam proses pembangunan bangsa ini.
Suyanto, menyatakan pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu mengadapai tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran.43 Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia.
Menurut data Departemen Koperasi, jumlah UKM di Indonesia menyumbang hampir 57% PDB nasional. Dari jumlah tersebut 99,9% merupakan usaha mikro dan kecil. Jdi hanya 0,1% yang merupakan usaha menengah. Hal ini menunjukan betapa banyaknya pengusaha mikro dan kecil yang harus diberdayakan. Apabila setiap unit usaha mikro dan kecil mampu difasilitasi dan di berdayakan untuk menciptakan 1 (satu) orang kesempatan kerja atau kesempatan usaha tambahaan baru, maka akan tercipta 40 juta kesempatan kerja baru. Hal ini berarti, jika kita mampu memberdayakan UKM tersebut, berarti upaya pemberantasan kemiskinan akan berhasil secara signifikan. Gerakan pemberdayaan UKM harus menjadi perhatian pemerintah secara serius, tentunya
43 Suyanto, M ,” Aplikasi IT untuk UKM Menghadapi Persaingan Global”, (Yogyakarta,2005).
bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi maupun dunia usaha.
Kegagalan pola pembangunan ekonomi yang bertumpu pada konglomerasi usaha besar telah mendorong para perencana ekonomi untuk mengalihkan upaya pembangunan dengan bertumpu pada pemberdayaan usaha kecil dan menengah.
UKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomiaan Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
Peran paling mendasar dari perdagangan adalah sebagai perantara yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan ini termasuk produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.44 Hal yang sama pentingnya bagi masyarakat adalah penciptaan lapangan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berhubungan dengan kesejahteraan yang diciptakan oleh perusahaan serta berdampak terhadap perekonomian di Indonesia.
Dalam perkembangannya, UKM memiliki keterbatasan daam berbagai hal, di antaranya keterbatasan mengakses informasi pasar, keterbatasan jangkauan pasar, dan keterbatasan mengakses lokasi usaha yang strategis. Untuk itu diperlukan upaya untuk menigkatkan akses UKM pada informasi pasar, lokasi usaha, dan jejaring usaha agar produktivitas dan daya saingnya meningkat. Oleh karena itu menuntut adanya peran dan partisipasi berbagai pihak terutama pemerintah daerah dan kalangan perguruan tinggi serta dunia usaha yang berskala
44 Tom Cannon, Corporate Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan), (Jakarta;
PT. Gramedia,1995), hlm.35
besar untuk membantu dan memfasilitasi akses informasi bagi para UKM yang sebagian besar berada di daerah pedesaan atau kota-kota kecil.
Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) model kebijakan yang dibutuhkan dalam pemberdayaan UKM.
1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif (conducive business climate) sekaligus menyediakan ligkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan UKM secara sistematik, mandiri, dan berkelanjutan.
2. Menciptakan sistem penjaminan (guarantee system) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha ekonomi produktif yang dijalankan UKM.
3. Menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilition) secara manajerial guna meningkatkan usaha UKM agar
“feasible” sekaligus “bankable” dalam jangka panjang.45
Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi UKM. Selain pemerintah, corporate juga berperan besar untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa program CSR yang bisa ditempuh sebagai berikut :
Pertama, pelatihan. Untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pelaku usaha kecil akan pentingnya branding dan pengemasan, perlu dilakukan pelatihan penyuluhan kepada UKM tentang pentingnya tampilan produk dan estetika pengemasan untuk meningkatkan branding produk.
Kedua, bantuan permodalan. Corporate dan pemerintah bisa memberikan skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi
45Suparnyo,dkk, “Model Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Industri Rokok di Kudus”,vol.6 No.2, Desember 2013, hlm.34.
UKM,untuk membantu peningkatan permodalnnya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal. Skema penjaminan,leasing dan dana modal ventura.
Ketiga, pengembangan kemitraan. Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Selain itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Keempat, mengembangkan promosi. Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu, perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.
Kelima, mengembangkan kerjasama yang setara. Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah, corporate dengan dunia usaha (UKM) untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan perkembangan usaha..46
B. Corporate Social Responsibility Perbankan dalam sektor Pendidikan Kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan sangat beraneka ragam, yang dikelompokkan menjadi beberapa isu sosial, anatar lain isu bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan pelestarian alam, dan atau berbagai bantuan permodalan bagi masyarakat. Dari beberapa isu tersebut, isu yang paling
46Netty Dyah Kurniasari,”Program CSR Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Untuk Meningkatkan Produktivitas Usaha Mikro, Kecil Menengah di Madura)”,Jurnal NeO-Bis, Vol 9,No.1, Juni 2015.hlm.106-109.
di lirik saat ini adalah pendidikan. Karena seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan menjadi semakin besar.47
Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun yang tidak dapat melanjutkan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor ekonomi, anak-anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga, dan pernikahan di usia dini. Dikatakan pula bahwa 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Dari sekitar 40.000 sekolah pada tahun 2012, diketahui bahwa isi,proses, fasilitas, dan pengelolaan sebagian besar sekolahnya masih belum sesuai standar pendidikan yang baik seperti diamanatkan Undang-Undang. Ini semua karena kurangnya keseriusan dalam mempersiapkan layanan pendidikan yang baik, serta masih kurangnya motivasi dari para siswa dalam mendapatkan pendidikan.48
Fakta diatas membuktikan bahwa pendidikan Indonesia belum bisa disebut baik. Hal ini tentunya menjadi tugas bagi seluruh elemen untuk turut serta meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sebab peran serta masyarakat atau pihak lain dalam peningkatan mutu pendidikan telah disinggung dalam UU RI No.
21 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 54. Peran serta tersebut meliputi peran serta organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalm penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.49
47 Mutiara Intan Permana Gunawan dan Ahmad Tarmizi Lbs, Pengungkapan Corporate Social Responsibility Bidang Pendidikan dalam Laporan Tahunan Bank Umum Syariah Di Indonesia, Hlm.69
48 Ibid, hlm.69
49 Ibid, hlm.70
Pada tahun 2011, Executive Vice President Distribution Network I Group Bank Mandiri; Heri Gunardi menuturkan bahwa perseroannya telah mengalokasikan dana CSR senilai Rp.9,8 miliar dan sekitar 60% dialokasikan untuk sektor pendidikan. Sementara sisanya, digelontorkan pada sektor ksehatan, sosial, dan lainnya. Pada tahun 2012, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Kantor Wilayah Bandung telah menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp. 8.960.942.934. Dari dana tersebut, sekitar 87% dialokasikan pada sektor pendidikan yaitu Rp.7.816.978.284.50
Dari hal di atas dapat dilihat pengalokasian dana CSR yang dilakukan perbankan sangatlah besar untuk sektor pendidikan. Pada awalnya praktik pelaksanaan serta pelaporan CSR di Indonesia didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang go public dan bergerak dalam sektor pertambangan atau manufaktur, hingga kemudian diikuti oleh perusahaan sektor perbankan.51
C. Corporate Social Responsibility Perbankan dalam sektor Lingkungan Dewasa ini masalah lingkungan menjadi isu yang terus diwacanakan di berbagai negara. Perubahan iklim, bencana alam, dan pemanasan global dianggap sebagai akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Kerusakan alam yang terjadi di Indonesia merupakan dampak dari ketidakdisiplinan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam.52
50 Ibid, hlm.70
51 Mutiara Intan Permana Gunawan dan Ahmad Tarmizi Lbs ,“Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility Bidang Pendidikan dalam Laporan Tahunan Bank Umum Syariah di Indonesia”,Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam,Vol.4,No.1.2016.hlm.69-70.
52 Ervita, Green Banking oleh Bank Indonesia sebagai Wujud Nyata Green Economy dalam Dunia Perbankan, https:/www.google.com/amp/s/ervitakurns.wordpress.com/2013/12/24/green-
banking-oleh-bank-negara-indonesia-sebagai-wujud-nyata-green-economy-dalam-dunia-perbankan/amp/, diakses tanggal 6 Desember 2018, Pukul 7:36 WIB
Munculnya berbagai masalah lingkungan tersebut menjadi perhatian khusus berbagai pihak termasuk pelaku kegiatan ekonomi sehingga memunculkan wacana Green Economy diberbagai negara termasuk Indonesia. Green Econoomy adalah proses merekonfigurasi bisnis dan infrastruktur untuk menghantarkan hasil yang lebih baik atas alam, manusia, dan investasi kapital ekonomi. Dimana emisi rumah kaca, pengekstrasian dan penggunaan sumber daya alam yang lebih sedikit dengan limbah yang minimal dan kesenjangan sosial yang minimum (United Nation Environment Proggramme, 2009). Wacana mengenai Green Economy tersebut tidak luput dari perhatian dunia perbankan yang merupakan salah satu penggerak roda perekonomian negara. Dunia perbankan di Indonesia mulai menunjukan perhatiannya terhadap masalah lingkungan melalui berbagai kegiatan perbankan yang dikenal dengan Green Banking.53
Green Banking adalah institusi keuangan yang memberikan prioritas pada sustainability dalam praktek bisnisnya. Pada pemahaman ini Green Banking bersendikan empat unsur kehidupan yakni nature, well-being, economy dan society. Bank yang “hijau” akan memadukan keempat unsur tadi kedalam prinsip bisnis yang peduli pada ekosistem dan kualitas hidup manusia. Sehingga pada akhirnya yang muncul adalah output berupa efisiensi biaya operasional perusahaan, keunggulan kompetitif, corporate identity dan brand image yang kuat serta pencapaian target bisnis yang seimbang.54
Bank, lingkungan, dan pembangunan merupakan tiga unsur penting yang kualitasnya selalu diharapkan untuk terus meningkat. Kualitas dan kinerja bank tentulah akan ikut menentukan kondisi perekonomian negara ini, lebih khusus lagi
53 Ibid
54 Ibid
dapat memberi kontribusi yang besar terhadap pembangunan dalam arti yang luas, karena bank adalah terus berjalan sesuai dengan target-target yang diharapkan seluruh stakeholder bangsa ini. tentunya yang diharapkan adalah pembangunan yang berkelanjutan (suistanable development). Ironisnya antara bank, lingkungan dan pembangunan sering berada dalam stigma yang kontradiktif.
Praktek “green banking” dapat mengacu kepada praktek yang telah dijalankan oleh perbankan luar negeri baik dari negara maju maupun negara berkembang. Sejak 2003 UNEP-FI (Badan PBB untuk Program Lingkungan hidup – Inisiatif Jasa Keuangan) bahkan telah meghimpun sejumlah 200 institusi keuangan secara sukarela baik bank maupun non bank dari 40 negara (termasuk Indonesia, baru BNI yang ikut) untuk mendorong bank menyelaraskan bisnis dengan lingkungan demi menunjang pemangunan berkelajutan. Mereka dikena sebagai UNEP-FI Signatories. Sebut saja HSBC, Stanchart, Bank of America, Standard Bank dari Afrika Selatan, Grupo Santander dan Itau-Unibanco keduanya dari Brazil, Industrial Bank dari China dan lain-lain. semua bank yang disebutkan ini memiliki standar manajemen risiko lingkungan dan sosial yang eksplisit dalam kebijakan perkreditan mereka.
Perbankan asing dan perbankan dinegara-negara tetangga kini sudah banayak yang melaksanakan green banking, bahkan mereka telah memasukkan dalam laporan tahunan mereka. sejak 1993, yaitu tahun yang telah ditetapkan oleh Presiden sebagai tahun lingkkungan hidup, perbankan Indonesia/Bank Indonesia memeriksa kembali apakah kebijakan perkreditan perbankan Indonesia sudah sepenuhnya menunjang pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan menyeluruh dalam rangka menopang pembangunan
yang berkesinambungan. Artinya, perli diperiksa apakah kebijakan perkreditan Bank Indonesia dari segala dimensinya telah berwawasan lingkungan (green banking). Oleh karenaitu kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup telah merupakan kebijakan pemerintah, maka perbankan Indonesia berkewajiban juga untuk menunjang kebijakan ini.55
Ada 4 (empat) alasan mengapa perbankan Indonesia harus menempuh kebijakan perkreditan yang berwawasan lingkungan.
Alasan yang pertama adalah berkaitan dengan : Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
Alasan yang pertama adalah berkaitan dengan : Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta