• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Mengenai Makanan Kadaluwarsa Dalam

BAB II : PENGATURAN MENGENAI MAKANAN

C. Pengaturan Mengenai Makanan Kadaluwarsa Dalam

Makanan merupakan komoditi yang memiliki resiko yang tinggi karena makanan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Keterlibatan aturan-aturan tersebut, dapat dipahami dengan aspek perlindungan konsumen di dalamnya, misalnya berkenaan dengan hak-hak konsumen terhadap gangguan dari pihak lain.61

61

Shidarta, Op.cit, Hal 10

Menyadari lemahnya posisi tawar konsumen dalam memperoleh informasi yang benar dan jujur dari pelaku usaha, maka upaya untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen tidak cukup apabila hanya dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang bersifat fragmentasis dan

tersebar dalam berbagai macam pengaturan, tetapi perlu dipadukan dalam suatu kesatuan yang terintegrasi dengan baik dan sistematis.62

Berdasarkan pengumpulan data peraturan perundang-undangan yang dilakukan, maka didapatkan beberapa peraturan, baik dalam undang-undang maupun peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM), yaitu sebagai berikut

Oleh karena itu, berhubungan dengan kepentingan konsumen, maka pengaturan mengenai makanan telah diatur di dalam beberapa pengaturan, salah satu produk hukum tentang pangan adalah Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Undang- undang tentang pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi, peredaran dan atau perdagangan pangan. Sebagai landasan hukum di bidang pangan, undang- undang tentang pangan dimaksudkan menjadi acuan dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. Sebelum dilakukan pengkajian dan pembahasan tentang produk pangan kadaluwarsa, maka sebaiknya diperlukan suatu pengumpulan peraturan perudang-undangan yang berhubungan dengan produk pangan, khususnya tentang produk pangan kadaluwarsa.

63

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

62

Dedi Harianto, Op.cit, Hal 54

63

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, tanggal 5 Oktober 2004 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 180/

Men.Kes/ Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April 1985

7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.23.0131 tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, kandungan alkohol, dan Batas Kadaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan, tanggal 13 Januari 2003

Melalui pengumpulan peraturan perundang-undangan tersebut diatas, bahwa dapat diketahui pengaturan tentang pangan sudah cukup banyak. Akan tetapi, ternyata hanya ada beberapa peraturan saja yang khusus mengatur mengenai tentang produk kadaluwarsa,yaitu ketentuan yang ada di dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas lagi, paparan berikut menjelaskan tentang keamanan,mutu dan gizi pangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 merupakan penjabaran dan pelaksanaan lebih lanjut sebagaimana dimaksud Pasal 12, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 23 dan Pasal 29 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Peraturan Pemerintah ini terdiri dari delapan bab dengan 54 Pasal, yang secara garis besar mengatur tentang ketentuan umum, keamanan pangan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke dalam dan dari wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, peran serta masyarakat, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. Dari 54 Pasal tersebut terdapat beberapa Pasal yang berkaitan dengan keamanan pangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 28.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 Tentang Makanan Daluwarsa, di dalam peraturan ini pengaturan mengenai makanan yang kadaluwarsa lebih secara rinci dijelaskan bahwa pada label dari makanan tertentu yang diproduksi, diimpor dan diedarkan harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa secara jelas, karena makanan yang rusak baik sebelum maupun sesudah tanggal daluwarsa dinyatakan berbahaya untuk dikonsumsi. Dan didalam peraturan ini juga secara jelas dinyatakan bahwa dilarang untuk mengimpor dan mengedarkan makanan yang sudah daluwarsa.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen (UUPK), memberikan perlindungan kepada setiap konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha. Sebagai Undang-undang yang secara khusus mengatur perlindungan konsumen UUPK memiliki beberapa tujuan,yaitu :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

2. Mengangat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang/jasa

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Berdasarkan rumusan dari tujuan tersebut, akan terlihat bahwa tujuan dari UUPK sebenarnya tidak hanya melindungi konsumen semata, tetapi juga

membantyu produsen/ pelaku usaha yang memiliki itikad baik agar tetap dapat melanjutkan kelangsungan usahanya serta dapat bersaing secara sehat .64 Dalam kaitannya dengan produk makanan, maka setiap perdagangan yang dilakukan oleh pengusaha makanan adalah dengan mengelabui konsumen,yaitu dengan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan mutu sebenarnya dari makanan tersebut. Aspek hukum perlindungan konsumen terhadap munculnya usaha makanan yang telah kadaluwarsa dapat dilihat dari beberapa pasal dalam UUPK Pasal 4 huruf a dan c, Pasal 7 huruf b dan d, Pasal 8 serta pengaturan mengenai kadaluwarsa ini telah diatur dalam Bab IV Pasal 8 tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :65

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.

3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.

4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.

6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut. 7. Tidak menyantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

64

Romy Rahmana,” Study Pemberlakuan Pasal-Pasal yang Terkait dengan Periklanan dalam Perlindungan Konsumen Indonesia,” Tesis,( Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002), hal 2, dalam Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

Terhadap Iklan Yang Menyesatkan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010),hal 10 65

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan pada label.

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat atau isi bersih (netto), komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut kententuan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat

10.Tidak menyantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pengaturan yang mengatur mengenai produk pangan untuk pangan pada dasarnya sudah cukup memadai untuk dijadikan dasar pelaksanaan peredaran makanan yang sesuai dengan standar. Akan tetapi, aturan-aturan tertulis sebagai hukum positif sering sekali dilanggar dan tidak dilaksanakan secara konsekuen oleh produsen pangan sehingga mampu menerapkan atau menindaklanjuti setiap ketentuan tersebut dan juga bagaimana sebenarnya pemerintah secara efektif dan berkelanjutan melakukan pengawasan terhadap setiap produk pangan tanpa ada laporan dari anggota masyarakat atau yayasan perlindungan konsumen.

D. Kerugian Yang Dialami Konsumen Akibat Mengkonsumsi Makanan

Dokumen terkait