• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan internal penyelenggaraan asuransi syariah oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Model /konsep penegakan hukum terhadap pelanggaran prinsip syariah oleh perusahaan asuransi syariah.

5.3.2 Pengawasan internal penyelenggaraan asuransi syariah oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Pengawasan pertama dalam aktivitas perusahaan asuransi syariah , termasuk kepatuhan akad dan produk asuransi syariah terhadap prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Berdasarkan Peraturan Bapepam-Lk No : Per-08/BL/2011 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Perusahaan Asuransi Atau Peursahaan Reasuransi yang menyelenggarakan Seluruh atau Sebagian Usahanya       

9 OJK Perkuat perlindungan Konsumen melalui pengawasan market conduct, Siaran Pers OJK, 

dengan Prinsip Syariah, maka Pengawasan internal terhadap perusahaan asuransi syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah sebagai bagian dari organ Perusahaan yang melakukan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraar usaha asuransi dan reasuransi sesuai dengan prinsip syariah. Berdasarkan peraturan ini, DPS mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1) menyusun laporan tahunan hasil pengawasan terhadap penerapan prinsip dasar syariah.

2) Laporan DPS dibuat sesuai dengan Pedoman Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan DPS.

3) Laporan DPS memuat pernyataan DPS mengenai kesesuaian penyelenggaraan perusahaan yang diawasinya dengan ketentuan perundang-undangan yang mengatur prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah, Fatwa DSN-MUI dan ketentuan lain yang terkait dengan prinsip syariah selama periode laporan (1 januari -31 Desember).

4) Pernyataan DPS disajikan berdasarkan pada salah satu kategori di bawah ini :

5) sesuai, dalam hal penyelenggaraan Perusahaan yang diawasi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengatur prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, Fatwa-fatwa DSN-MUI dan ketentuan lain yang terkait dengan penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah.

6) Belum sesuai, dalam hal penyelenggaraan Perusahaan yang diawasi belum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengatur prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, Fatwa-fatwa DSN-MUI dan ketentuan lain yang terkait dengan penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, namun praktik penyelenggaraan perusahaan yang belum sesuai dengan prinsip syariah tersebut terjadi atau dilakukan karena situasi dan kondisi yang bersifat darurat dan sementara, atau dengan pengertian selama jangka waktu kurang dari satu periode yang dilaporkan dan tidak berulang kali terjadi di periode –periode berikutnya.

7) Tidak sesuai, dalam hal penyelenggaraan Perusahaan yang diawasi belum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengatur prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, Fatwa-fatwa DSN-MUI dan ketentuan lain yang terkait dengan penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, atau

8) Tidak memberikan pendapat, dalam hal perusahaan yang tidak memberikan akses yang memadai kepada anggota DPS untuk memperoleh dokumen dan/atau informasi yang diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan. Ketiadaan atau ketidakcukupan dokumen dan/atau informasi tersebut mengakibatkan DPS tidak dapat menilai kesesuaian penyelenggaraan perusahaan yang diawasi dengan ketentuan perundang- undangan yang mengatur prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi

syariah dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, Fatwa-fatwa DSN- MUI dan ketentuan lain yang terkait dengan penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah. Sebagai bukti tertulis terkait dengan tidak diperolehnya akses terhadap dokumen dan/atau informasi tersebut, DPS harus menyertakan fotokopi korespondensi anggota DPS dengan perusahaan mengenai permintaan dokumen dan /atau informasi yang diperlukan dalam pengawasan naumun tidak diberikan oleh perusahaan.

9) Dalam memberikan pernyataannya, DPS tidak menggunakan prinsip materialitas, dengan pengertian bahwa setiap praktik penyelenggaraan perusahaan yang diawasi belum sesuai atau tidak sesuai terhadap ketentuan yang mengatur, sekecil apapun , dinyatakan sebagai bentuk ketidaksusaian dalam penyelenggaraannya.

Berdasarkan ketentuan Bapepam-LK di atas, maka polis yang berisi akad antara perusahaan asuransi dan peserta sudah merupakan bagian dari pengawasan internal yang dilakukan oleh DPS asuransi syariah yang bersangkutan. Kewenangan DPS hanyalah melaporkan hasil pengawasan, dan tidak memiliki kewenangan menjatuhkan sanksi. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap prinsip syariah, yang berwenang menjatuhkan sanksi adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur IKNB, masih ditemukan ketidaksesuaian penyelenggaraan asuransi syariah sebesar 10 %, berupa investasi

pada produk yang tidak syariah. Terhadap perusahaan tersebut dijatuhkan sanksi administratif berupa peringatan tertulis. 10

Berikut adalah aspek-aspek yang diwasi oleh DPS asuransi syariah: Tabel 2.1. Aspek pengawasan penyelenggaraan asuransi syariah oleh DPS

Aspek Ruang lingkup Sumber data dan

informasi 1 Pengelolaan

kekayaan dan kewajiban

Dana tabarru; Dana perusahaan; Dana inestasi Peserta; sistem dan prosedur pencatatan; praktik pencatatan dan penyajian seluruh kekayaan dan kewajiban

perusahaan;praktik penanganan data dan dokumen

pendukungnya.

Sistem akuntansi atau prosedur operasi standar yang terkait dengan pengelolaan kekayaan dan kewajiban

Akta –akta atau kontrak yang terkait dengan pengelolaan kekayaan dan investasi

Bukti kepemilikan atas kekayaan dan investasi; dan atau sumber lain 2 Produk yang

dipasarkan

Objek yang akan

dipertanggungkan; akad yang akan digunakan untuk setiap produk; penetapan ujrah (imbalan) dan nisbah (bagi hasil) yang wajar (fair); prosedur pelaksanaan

underwriting dan pembagian surplus underwriting.

Sistem dan prosedur terkait dengan perancangan,

penerbitanan,pelaksanaan dan pemantauan proudk; Penyusunan dan

pelaksanaan polis dan surat permohonan permintaan asuransi (SPPA) Penetapan dan pembebanan ujrah Pemungutan atau

pembebanan biaya selain yang telah disepakati. Pelaksanaan prosedur underwriting untuk setiap produk dilakukan secara adil, wajar

Dalam hal pengelolaan investasi Dana Tabrru       

10 Hasil wawancara dengan Direktur IKNB Syariah, Bapak Muchlasin pada tangal 13 Mei 

menggunakan akad wakalah bil ujrah, perusahaan tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.

3 Praktik

pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan

Pelaksanaan prinsip syariah oleh seluruh tenaga pemasar dalam interaksinya

memasarkan produk dan memberikan pelayanan kepada peserta, misalnya tidak

memberikan riswah/suap dan informasi yang mengandung unsur

ketidakbenaran/kebohongan. Perumusan kontrak yang dilakukan perusahaan dalam rangka pemasaran dengan pihak lain, misal perjanjian kerjasama pemasaran

memperlakukan ke dua pihak secara adil bagi ke dua belah pihak

Kewajiban tenaga pemasar menjelaskan dengan ebnar, akurat dan lengkap mengenai akad dalam polis, hak dan kewajiban masing- masing pihak. Polis yang harus

dilengkapi dengan surat permohonan permintaan asuransi yang telah diisi dan ditandatangani Perjanjian dengan rekan bisnis perusahaan Pencegahan dan pendeteksian terhadap praktik pemasaran yang tidak sesuai dengan prinisp syariah

Pemberian komisi secara wajar, proporsional dan adil kepada pihak terkaiy terkait dengan perolehan bisnis dan/atau

penutupan polis. 4 Kegiatan lainnya Selain ketiga aspek tersebut di

yang menurut DPS perlu diawasi dan dilaporkan. Contohnya perusahaan

melakukan kegiatan –kegiatan yang belum diatur dalam peraturan di bidang asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, termasuk Fatwa DSN-MUI.

Mengacu pada fungsi DPS sebagai pengawas internal penyelenggaraan asuransi syariah, maka dapat dikatakan bahwa kepatuhan terhadap prinsip syariah

(sharia compliance) bergantung pada kinerja DPS. Keberadaan DPS dalam perusahaan yang menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah sudah diamanatkan oleh UU No : 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Lebih lanjut, Perseroan Terbatas yang menyelenggarakan usaha asuransi syariah, kewajiban memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) ditegaskan kembali dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No : 2/POJK.05/2014 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian. Dengan demikian, Optimalisasi pengawasan internal ini pun bergantung pada sumber daya manusia yang mengisi Dewan Pengawas Syariah. Berdasarkan Pasal 40 Angka (3) Peraturan OJK No : 2/P.05OJK/2014, Dewan Pengawas Syariah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. dinyatakan lulus penilaian kemampuan dan kepatutan;

b. mampu untuk bertindak dengan itikad baik, jujur dan profesional. c. Mampu bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi dan

perusahaan reasuransi dan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoeh manfaat dari pada kepentingan pribadi;

d. Mendahulukan kepentingan perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat dari pada kepentingan pribadi; e. Mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaian independen dan

reasuransi dan pemegang polis tertanggung , peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat; dan

f. Mampu menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya untuk mendapatkan keunntungan pribadi yang tidak semestinya atau menyebabkan kerugian bagi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi.

Berdasarkan kriteria di atas, secara teoritis dapat diasumsikan bahwa pengawasan internal akan berjalan dengan baik. Belum ditemukan permasalahan dilapangan tentang kinerja DPS dan permasalahan yang ditimbulkan dalam menjalankan fungsi pengawasan. Selain berdasarkan kriteria, peraturan OJK memastikan bahwa DPS wajib menjamin pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen, tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugas secara mandiri dan kritis. Pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian nasihat dan saran dilakukan terhadap :

a. kegiatan perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban, baik dana tabarru’, dana perusahaan maupun dana investasi peserta;

b. produk asuransi syariah yang dipasarkan oleh perusahaan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan asuransi;

c. praktik pemasaran produk asuransi syariah yang dilakukan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi.

Berkenaan dengan standarisasi polis, maka sertifikasi polis berupa standar polis ini akan memudahkan DPS untuk melakukan pengawasan, karena seluruh komponen atau unsur yang akan diawasi akan termuat dalam polis dan seragam. Kepatuhan terhadap prinsip syariah diharapkan akan berjalan dengan baik apabila polis sudah distandarisasi. DPS dapat memfokuskan pengawasan pada aspek implemetasi, yakni kegiatan perusahaan dan praktik pemasaran produk.

Berdasarkan penelitian lapangan, DPS menjadi mitra OJK dalam menemukan pelanggaran prinsip syariah dalam penyelenggaraan asuransi syariah dan reasuransi syariah.

5.3.3 Penegakan hukum melalui lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Dokumen terkait