• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN PENANAMAN MODAL

B. Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal

Dalam memasuki era perdagangan bebas ini, Indonesia sudah harus memiliki persiapan yang mantap untuk menghadapi pengaruh yang timbul pada perekonomian dan atau perdagangan, termasuk di dalamnya aspek hukum, khususnya hukum ekonomi sebagai pranata hukum yang berisikan kebijaksanaan untuk mengarahkan kegiatan ekonomi ke suatu arah tertentu.30

Indonesia yang dikategorikan sebagai negara berkembang tidak akan lepas dari peranan sumber pendanaan dari luar negeri dalam upaya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing (PMA) menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan modal pembangunan. Dana dari luar negeri dapat diperoleh dari hutang luar negeri atau penanaman modal asing. Namun, penanaman modal asing ini dianggap lebih menguntungkan karena tidak harus dilakukan pengembalian kepada pihak asing seperti halnya hutang luar negeri. Dengan

29

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 39. 30

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hlm. 4.

keterbatasan eksploitasi sumber daya manusia dan dana yang dimiliki oleh negara untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi tersebut maka memang peran investasi sangat diperlukan.

Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing, namun secara teoretis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Menurut Hendrik Budi Untung dalam bukunya manfaat investasi yakni:31

a. memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;

“kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know how)”.

Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi di daerah di mana FDI menjalankan aktivitasnya. Arti pentingnya kehadiran investor asing dikemukakan oleh Gunarto Suhardi:

“Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena langsung lebih permanen. Selain itu, investasi langsung:

b. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;

c. memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;

d. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara;

31

e. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;

f. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan”.32

Adapun tujuan diselenggarakannya penanaman modal, dijabarkan dalam Pasal 3 ayat (2) UUPM, sebagai berikut:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. Menciptakan lapangan kerja;

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri; dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.33

Dengan adanya tujuan diselenggarakannya penanaman modal sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 3 ayat (2) di atas, dapat dilihat bahwa pembentuk undang-undang telah menggariskan suatu kebijakan jangka panjang yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dunia investasi. Dalam ketentuan tersebut telah dijabarkan secara limitatif, tujuan yang hendak dicapai.

32

Ibid.,

33

Survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan adanya peningkatan investasi pada semester I pada tahun 2015 yakni Penanaman Modal Asing tumbuh 16,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 174,2 triliun. Tak kalah dengan itu, penanaman modal yang dilakukan oleh investor dalam negeri pun naik 17,4 persen menjadi Rp 85,5 triliun. Berdasarkan data PMDN mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibanding PMA. Data yang diperoleh dari BPS tersebut menunjukkan adanya keadaan yang baik dalam kegiatan investasi dewasa ini secara keseluruhan.34

Tabel 2. Realisasi Investasi Semester I Periode 2011-2015

dalam triliun

rupiah SI-2011 SI-2012 SI-2013 SI-2014 SI-2015

PMDN 33 T 40,50 T 60,60 T 72,82 T 85,40 T

PMA 82,6 T 108,46 T 135,21 T 150,00 T 174,30 T

Total 115,60 T 148,96 T 195,81 T 222,82 T 259,70 T

Sumber : BKPM, diolah Bareksa.

Namun, jika dilihat kebelakang kejadian krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998, penanaman modal di Indonesia semakin menurun pada saat itu. Banyaknya perusahaan yang tutup akibat krisis tersebut menimbulkan ketidakpastian perekonomian dunia dan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia terutama terhadap segi penanaman modal.

2016. 0 50 100 150 200 250 300

SI-2011 SI-2012 SI-2013 SI-2014 SI-2015

PMDN

PMA

Untuk mengembalikan kepercayaan dan agar bisa memenuhi harapan investor, semua elemen dituntut untuk segera menciptakan iklim yang kondusif untuk berinvestasi. Menyadari akan pentingnya penanaman modal asing, pemerintah Indonesia ternyata telah berusaha menciptakan iklim penanaman modal yang dapat menarik modal asing masuk ke Indonesia. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang penanaman modal asing dan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan bagi kepentingan negara dan investor. Sehingga data pertumbuhan yang telah disebutkan tadi di atas dapat lebih menunjukkan peningkatan prestasi yang signifikan dan pada akhirnya dapat menyerap banyak tenaga kerja dalam upaya mengentaskan kemiskinan.

Beberapa upaya implementasi pemerintah dalam mewujudkan iklim investasi yang kondusif disebutkan dalam kebijakan-kebijakan ekonomi yang sudah ada sampai saat ini, diantaranya meliputi :

1. Kebijakan Ekonomi Jilid I, yaitu dorongan terhadap daya saing industri nasabah melalui deregulasi, penegakan hukum dan kepastian usaha.

2. Kebijakan Ekonomi Jilid II, yaitu adanya upaya meningkatkan investasi bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi untuk mempermudah investasi baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Untuk menarik penanaman modal terobosan kebijakan yang akan dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam dikawasan industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.

3. Kebijakan Ekonomi Jilid III, yaitu memperbaiki dan mempermudah iklim usaha, serta memperjelas pengurusan perizinan dan syarat berusaha di Indonesia.

4. Kebijakan Ekonomi Jilid IV, yaitu terfokus kepada kesejahteraan pekerja, antara lain formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas penyaluran kredit usaha rakyat (KUR), khususnya bagi pekerja yang terkena PHK dan pemberian kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil dan menengah.

5. Kebijakan Ekonomi Jilid V, yaitu revaluasi aset untuk perusahaan dan badan usaha milik negara (BUMN) serta individu. Selain itu juga menghilangkan pajak berganda untuk real estate investment trust (REIT). 6. Kebijakan Ekonomi Jilid VI, ada 3 kebijakan deregulasi yang dikeluarkan

yakni:

a. Upaya menggerakkan perekonomian di wilayah pinggiran melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),

b. Penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan, c. Proses cepat (Paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat.

7. Kebijakan Ekonomi Jilid VII, ada 3 hal yang menjadi fokus utama dalam paket kebijakan ini. Ketiga hal itu terkait tentang :

a. Insentif pajak kepada industri padat karya,

b. Kemudahan bagi industri tertentu yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah besar,

8. Kebijakan Ekonomi Jilid VIII, meliputi 3 hal yaitu :

a. Kebijakan satu peta nasional (one map policy) dengan skala 1:50.000 b. Membangun ketahanan energi melalui percepatan pembangunan dan

pengembangan kilang minyak di dalam negeri,

c. Insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan pesawat (maintenance, repair and overhoul/MRO).

9. Kebijakan Ekonomi Jilid IX, yaitu memfokuskan dalam percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, dan stabilisasi pasokan dan harga daging sapi serta pengembangan logistik dari desa ke global.

10. Kebijakan Ekonomi Jilid X, Pemerintah menambah 19 bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, ke-19 bidang usaha itu tercakup dalam kegiatan jenis usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atau resiko kecil/sedang dan/atau nilai pekerjaan kurang dari Rp 10 milyar.

11. Kebijakan Ekonomi Jilid XI, Pemerintahan Presiden Joko Widodo terus berusaha mempercepat laju roda perekonomian nasional karena itu keluarnya kebijakan jilid xi ini bertujuan untuk memberi stimulus terhadap perekonomian nasional. Kali ini, kebijakan pemerintah menyentuh beberapa sektor yang melibatkan pengusaha kecil maupun industri yakni diantaranya Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE), Fasilitas Pajak Penghasilan dan Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan

(BPHTB) untuk penerbitan Dana Investasi Real Estat (DIRE), Sektor Logistik, Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

12. Kebijakan Ekonomi Jilid XII, merupakan paket kebijakan terakhir yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada hari Kamis, 28 April 2016, di Istana Kepresidenan, Jakarta. Kebijakan jilid XII ini menekankan pentingnya menaikkan peringkat Ease of Doing Business (EODB) atau Kemudahan Berusaha Indonesia hingga ke posisi 40. Untuk itu harus dilakukan sejumlah perbaikan, bahkan upaya ekstra, baik dari aspek peraturan maupun prosedur perizinan dan biaya, agar peringkat kemudahan berusaha di Indonesia – terutama bagi UMKM, semakin meningkat.

Paket yang pertama mengenai upaya untuk menggerakkan perekonomian di wilayah pinggiran dengan pengembangan KEK. Secara sederhananya, melalui paket ini ada beberapa kawasan di daerah yang ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus yang tujuan utamanya adalah mengolah sumber daya yang ada di wilayah itu dan sekitarnya.

Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari kebijakan ini adalah untuk memberikan kepastian dan juga daya tarik bagi penanaman modal sehingga menciptakan lapangan kerja dan memberikan penghasilan bagi para pekerja di wilayah masing-masing.35

Dokumen terkait