• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Terhadap Kepemilikan Tanah Secara Absentee/Guntai

B. Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang Dalam Mengawasi Kepemilikan Tanah Secara Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang

2. Pengawasan Terhadap Kepemilikan Tanah Secara Absentee/Guntai

a. Sebelum berlakunya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian.

Peran pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang sebelum berlakunya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian yaitu, dengan cara memberikan aspek pertimbangan landreform atau somasi sebelum pemohon melakukan pendaftaran Hak Atas Tanah yang berstatus absentee/guntai atau tanah yang didaftarkan pemohon berada di luar kecamatan domisili pemohon. Aspek pertimbangan landreform diberikan terhadap pemohon yang mendaftarkan hak atas tanahnya jika tanahnya berstatus absentee/guntai. Selama ini pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak mempertimbangkan tanah yang didaftarkan dengan menggunakan aspek pertimbangan landreform tersebut, apakah diterima atau ditolak. Pada kenyataannya pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak pernah menolak aspek pertimbangan landreform yang diberikannya.

Hal seperti ini, menurut pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, bahwa aspek pertimbangan landreform merupakan tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang terhadap kepemilikan tanah secara absentee/guntai. Hal tersebut, berdasar pada pasal 10 UUPA dan Pasal 7 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian. Aspek pertimbangan landreform tersebut merupakan syarat dalam pendaftaran hak atas tanah yang berstatus absentee/guntai, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan berisi pertimbangan yang mana pada pokoknya berisi bahwa jika pihak yang diberikan aspek pertimbangan landreform, maka tanah menjadi obyek landreform dan akan jatuh pada Negara

Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan, bahwa pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak memonitor secara langsung apakah pemilik tanah pertanian secara absentee/guntai tersebut menjalankan apa yang termuat dalam pertimbangan aspek pertimbangan landreform. Dan selama ini tidak ada tanah yang dijadikan sebagai obyek landreform dan jatuh pada negara karena dimiliki secara absentee/guntai. Adapun alasan yang penulis dapatkan dari pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, penyebab pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak memonitor secara langsung apakah pemilik tanah pertanian secara absentee/guntai atau pihak yang yang telah diberikan aspek pertimbangan landreform tersebut telah melaksanakan isi pertimbangan yang termuat dalam aspek pertimbangan landreform, yaitu pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak mendapatkan perintah langsung dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang selain itu tidak ada anggaran untuk melaksanakan ketentuan tersebut.

Perlu diketahui terlebih dahulu, Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Presiden, yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, dalam Pasal 3 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi, antara lain :

1. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan.

2. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum 3. Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan

wilayah wilayah khusus

4. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah

Adapun seksi yang memiliki tugas dan wewenang terkait dengan kepemilikan tanah absentee/guntai, yakni Seksi Penatagunaan Tanah (PGT)

Unit kerja ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

a. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data penatagunaan tanah b. Menyiapkan penyusunan rencana penatagunaan tanah, memberikan

bimbingan penggunaan tanah kepada masyarakat dan menyiapkan pengendalian perubahan penggunaan tanah.

Pada faktanya pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dan pihak Seksi Penatagunaan Tanah tidak melarang secara tegas kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang, terbukti bahwa ketika ada pemohon pendaftaran hak atas tanah yang mana letak tanah yang akan

didaftarkan berada di luar Kecamatan pemohon tersebut tinggal. Pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang hanya memberikan aspek pertimbangan landreform. Ketika aspek pertimbangan landreform tersebut di tandatangani oleh pemohon dan dibukukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang. Pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak mendata tanah-tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai, sehingga tidak memonitor secara langsung apakah pemohon yang memliki tanah secara absentee/guntai telah pindah ke tempat letak tanah yang telah didaftarkannya ataukah belum, sehingga selama ini tidak ada penindakan secara langsung terhadap pemilik-pemilik tanah secara absentee/guntai, baik itu tanahnya akan menjadi obyek landreform atau jatuh pada negara sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 3 PP No 224 Tahun 1961, yang berisi:

Ayat 1

Ayat 2

Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan letak tempat tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut.

Kewajiban dalam ayat (1) tidak berlaku bagi pemilik tanah yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan letak tanah, jika jarak antara tempat tinggal dan tanahnya masih memungkinkan mengerjakan tanah itu secara efisien.

Ayat 3

Ayat 4

Ayat 5

Ayat 6

jika pemilik tanah berpindah tempat atau meninggalkan tempat kediamannya ke luar kecamatan tempat letak tanah itu selama 2 tahun berturut-turut, ia wajib memindahkan hak milik atas tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan Ketentuan ayat (1) dan (3) tidak berlaku bagi mereka yang menjalankan tugas Negara, menunaikan kewajiban agama atau mempunyai alasan khusus lainnya yang dapat diterima Menteri Agraria. Bagi pegawai Negeri dan Pejabat Militer dan menjalankan tugas Negara, perkecualian tersebut pada ayat ini terbatas pada pemilikan tanah pertanian sampai seluas 2/5 dari luas maksimum yang ditentukan untuk daerah yang bersangkutan menurut UU No. 56 Tahun 1960.

Jika kewajiban tersebut pada ayat 1 dan 3 pasal ini tidak dipenuhi, maka tanah yang bersangkutan diambil oleh Pemerintah, untuk kemudian dibagi-bagikan menurut ketentuan Peraturan ini. Kepada bekas pemilik tanah yang dimaksud dalam ayat 5 pasal ini diberi ganti erkugian menurut Ketentuan Peraturan ini.

Jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan atau terjadi pelanggaran terhadap larangan tersebut maka tanah yang bersangkutan akan diambil alih oleh Pemerintah untuk kemudahan diredistribusikan dalam rangka program landreform, dan kepada bekas pemilik diberikan ganti rugi menurut ketentuan yang berlaku. Pemberian ganti rugi ini diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP. 224 Tahun 1961 jo Pasal 7 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian.

Apabila pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang menjalankan ketentuan larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai, maka kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang tidak akan terjadi. Walaupun pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang hanya memberikan aspek pertimbangan landreform. Maka pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang akan mendata dan mengelompokkan tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai, sehingga dapat memastikan apakah pihak yang diberikan aspek pertimbangan landreform tersebut telah menjalan isi dari pertimbangan landreform. Sebenarnya monitoring ini dapat dilaksanakan berdasarkan pemberian aspek pertimbangan landreform tersebut karena telah diketahui segala sesuatu data yang terkait dengan kepemilikan tanah secara absentee/guntai. Selain itu, apabila pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang melakukan peran pengawasannya maka akan banyak tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai akan jatuh pada Negara karena pemilik tanah pertanian secara absentee/guntai tersebut tidak pindah ke tempat

letak tanahnya atau memindahkan hak atas tanahnya kepada orang yang berdomisili di tempat letak tanahya berada.

Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa, pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak melaksanakan ketentuan yang termuat dalam UUPA dan peraturan yang terkait dengan larangan kepemilkan tanah secara absentee/guntai serta tidak menjalankan fungsinya untuk melaksanakan peran pengawasan terhadap kepemilikan hak atas tanah seperti apa yang termuat dalam Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Pasal 197 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Indoenesia Republik Indonesia. Karena pada faktanya selama ini, pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak memiliki dan mengelompokkan data kepemilikan tanah pertanain secara absentee/guntai di Kabupaten Malang.

Menurut penulis, untuk mengetahui efektifitas penegakan hukum mengenai larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang, maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor yang menjadi penyebab terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang :

1. Faktor Masyarakat, yaitu kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat Kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan tertib dan teratur tentunya didukung oleh adanya suatu tatanan agar kehidupan menjadi tertib. Di dalam masyarakat, ketertiban tentunya merupakan hal yang sangat diperlukan

terutama untuk menciptakan kedamaian dalam pergaulan hidup manusia, bahwa kedamaian tersebut berarti adanya ketertiban (yang bersifat lahiriah) dan ketentraman (bersifat batiniah) Indikator yang terdapat dalam kesadaran hukum, menurut Soerjono Soekanto ada 4 macam yaitu :

a) Pengetahuan hukum b) Pemahaman hukum c) Sikap hukum d) Perilaku hukum

Dalam hal ini, walaupun pemerintah telah berusaha untuk mencegah terjadinya pemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai, namun hal ini tidak lepas pula dari peran serta masyarakat untuk mematuhi peraturan-peraturan yang telah ada. Hal ini tidak lepas dari itikad seseorang yang sudah mengetahui tentang peraturan adanya larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai tersebut, mereka sengaja melanggar peraturan tersebut demi keuntungan ekonomi diri sendiri.

2. Faktor Aparat atau Penegak Hukumnya,yaitu mengenai persoalan dan permasalahan tanah absentee/guntai, sebenarnya keberadaan Camat/Kepala Desa sangat strategis dalam membantu terlaksananya ketentuan masalah tanah absentee/guntai di Kabupaten Malang. Namun, peran yang strategis ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya bahkan kadang saling berbenturan. Misalnya, seperti yang terjadi di Kabupaten Malang bahwa kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang tidak dilarang, hanya diberikan suartu pertimbangan aspek pertimbangan landreform oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang dan setelah pemberian aspek pertimbangan landreform tersebut, tidak ditindak lanjuti oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, apakah pihak yang memiliki tanah secara absentee/guntai menjalankan isi dari pertimbangan yang termuat dalam aspek pertimbangan landreform ataukah tidak melaksanakan. Selain itu hal ini juga terjadi di Kecamatan dan desa, yang mana Kepala Kantor Kecamatan Singosari dan Kepalaa Desa Purwoasri tidak melarang kepemilikan tanah secara absentee/guntai. Sehingga, tidak terlaksananya larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai.

3. Faktor Budaya, dalam kaitannya dengan faktor penyebab terjadinya tanah absentee/guntai dari aspek kebudayaan yaitu karena adanya Pewarisan. Hal pewarisan ini sebagai wujud kelakuan berpola dari manusia sendiri. Pewarisan sebenarnya menjadi peristiwa hukum yang lumrah terjadi dimana-mana di setiap keluarga, akan tetapi peristiwa hukum ini menjadi penting diperhatikan sehubungan dengan adanya larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai, apalagi jika ahli warisnya berada jauh di luar kecamatan letak tanah pertanian tersebut berada. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai itu sebenarnya bisa dihindari dengan ahli waris itu pindah ke kecamatan di mana tanah warisan itu berada, atau tanah warisan itu dialihkan kepada penduduk yang berdomisili di kecamatan itu.

Namun, dalam kenyataannya yang dijumpai di lapangan, bahwa pewarisan itu jarang sekali yang segera diikuti dengan pindahnya domisili ahli waris ke tempat letak tanah yang ia warisi atau memindahkan hak atas tanahnya kepada pihak yang berdomisili di tempat letak tanahnya berada.

Menerut penulis kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas, bahwa ada 3 (tiga) penyebab terjadinya kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang, antara lain: Faktor masyarakat, faktor aparat atau penegak hukum, dan faktor budaya. Setelah mengetahui ketiga faktor tersebut maka, dapat diketahui penegakan hukum mengenai larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang akan efektif dalam pelaksanaannya jika, didukung oleh aparat atau penegak penegak hukum yaitu, pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, pihak Kecamatan Singosari, dan pihak aparatur Desa Purwoasri Kecamatan Singosari. Selain itu didukung oleh masyarakat sendiri dan budaya. Apabila semua pihak mendukung dan ikut serta berperan dalam pelaksanaan larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang maka, larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang akan terlaksana sebagaimana mestinya seperti yang termuat dalam peraturan perundang-undangan.

b. Setelah berlakunya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian.

Peran pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang setelah berlakunya Peraturan Menteri

Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian yaitu, dengan cara menolak secara tegas pendaftaran Hak Atas Tanah yang letak tanah yang didaftarkan pemohon berada di luar kecamatan pemohon tinggal. Setelah berlakunya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian tepatnya dimulai dari bulan April 2016, pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang telah menolak kurang lebih sebanyak 50 (lima puluh) Pemohon.

Terlaksananya peran pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang terhadap kepemilikan tanah secara absentee/guntai yaitu, setelah adanya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian, tepatnya dimulai dari bulan April 2016. Setelah berlakunya peraturan tersebut pihak Kantor Pertanhan Kabupaten Malang menolak secara tegas terhadap pemohon pendaftaran hak atas tanah yang berstarus absentee/guntai hal ini sesuai dengan Pasal 4, 5, dan 6 yang berisi:

Pasal 4 Ayat 1

Tanah pertanian milik perorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) huruf a dapat dialihkan kepada pihak lain dengan ketentuan:

a. Pihak lain harus berdomisili dalam satu kecamatan letak tanah dan

Ayat 2

Pasal 5

Pasal 6

b. tanahnya harus dipergunakan dan dimanfaatkan untuk pertanian

Domisili sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dibuktikan dengan kartu identititas setempat

Dalam hal terjadi perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah,penggunaaan dan pemanfaatan tanah pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 berpedoman pada perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah dimaksud.

Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 mengakibatkan peralihan hak atas tanah tidak dapat didaftarkan pada kantor Pertanhan

Menurut penulis setelah berlakunya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian tersebut, pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya seperti yang temuat dalam Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Pasal 197 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Indoenesia Republik Indonesia, yang mana hal ini bermula dan berdasarkan UUPA dan peraturan yang terkait dengan larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai.

C. Faktor Pendukung dan Kendala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang