• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

P. Pengecer Luar Ds Cijambe

Tenaga Kerja/ angkut

Pengemasan (Plastik) 38.4 Transportasi/angkut

Sewa Lapak 920

Total Biaya Pemasaran 958.4

Total Biaya Pemasaran 4 250 508.621 1630.4 505.116 425

Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli – Oktober 2015 (diolah).

Biaya pemasaran dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pemasaran yang efisien, akan tetapi perlu juga dipertimbangkan mengenai keuntungan yang didapat, karena akan tidak efisien apabila terdapat lembaga pemasaran yang mampu menekan biaya pemasaran namun mengambil keuntungan yang besar, sehingga nilai margin pemasaran akan menjadi besar, analisis keuntungan lembaga pemasaran tiap saluran juga perlu dilakukan untuk membantu menjawab efisien atau tidaknya suatu pemasaran.

Pada Tabel 17dapat dijelaskan bahwa keuntungan yang didapat oleh setiap lembaga pemasaran di Kecamatan Cijambe. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran kedua dengan nilai sebesar Rp 22 491.00/kilogram, sedangkan keuntungan pemasaran terkecil terdapat pada saluran pemasaran kelima dengan nilai sebesar Rp 2 375/kilogram. Jika melihat dari keuntungan pemasaran secara individu, lembaga pemasaran yang paling besar

mendapat untung adalah pedagang pengumpul pada saluran pertama dengan nilai sebesar Rp 13 250.00/kilogram, sedangkan yang mendapat keuntungan terkecil adalah pedagang pengecer pada saluran pemasaran kedua yaitu sebesar Rp 1 591.30/kilogram.

Tabel 17 Keuntungan Lembaga Pemasaran tiap Saluran Pemasaran pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe 2015.

Saluran Tataniaga Lembaga Pemasaran Total P. Pengumpul P. Pengecer Pemancingan Rumah Makan Sal 1 (1200 kg) Keuntungan (Rp/kg) 13 250 7 500 17 500 Persentase (%) 64 36 100 Sal 2 (580 kg) Keuntungan (Rp/kg) 1 591.3 20 900 22 491 Persentase (%) 7 93 100 Sal 3 (312.5 kg) Keuntungan (Rp/kg) 2 352 2 916.6 5 268.6 Persentase (%) 26.71 73.28 100 Sal 4 (1075 kg) Keuntungan (Rp/kg) 2 330.23 1 804.65 4 134.9 Persentase (%) 56 44 100 Sal 5 (1200 kg) Keuntungan (Rp/kg) 2 375 2 375 Persentase (%) 100 100

Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli – Oktober 2015 (diolah).

Dalam sistem pemasaran, untuk menentukan efisiensi pemasaran dapat diukur juga melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional saluran pemasaran akan semakin efisien. Nilai rasio dapat dilihat pada Tabel 18, dimana semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan lembaga.

Dalam Tabel 18 dijelaskan, bahwa pada saluran pertama keuntungan yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp 13 250.00/kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp 4 250.00/kilogram sehingga nilai rasio yang didapat 3.11 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp 3.11.

Pada saluran kedua keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp 1 591.00/kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp 508.6 sehingga nilai rasio

yang didapat 3.12 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp 3.12

Tabel 18. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Juli – Oktober 2015.

Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran

1 2 3 4 5 Pedagang pengumpul Biaya (Rp/kg) 4 250 508.6 672 309.76 Keuntungan (Rp/kg) 13 250 1 591 2 352 2 330.23 Rasio B/C (%) 3.11 3.12 3.5 7.52 Pedagang pengecer Biaya (Rp/kg) 958.4 195.34 425 Keuntungan (Rp/kg) 2 916.6 1 804.65 2 375 Rasio B/C (%) 3.04 9.23 5.58 Biaya total 4 250 508.6 1 630.4 505.11 425 Keuntungan total 13 250 1 591 5 268.6 4 134.88 2 375 Rasio B/C (%) 3.11 3.12 6.54 16.76 5.58

Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli – Oktober 2015 (diolah). Keterangan : = B Keuntungan, C Cost

Pada saluran ketiga keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp 5 268.60/kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp 1 630.40/kilogram sehingga nilai rasio yang didapat 6.54 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp 6.54.

Pada saluran keempat keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp 4 134.88/kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp 505.11 sehingga nilai rasio yang didapat 16.76 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp 16.76.

Pada saluran kelima keuntungan total yang didapat berdasarkan analisis keuntungan dan biaya sebesar Rp 2 375/kilogram dan total biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran ikan mas sebesar Rp 425.00/kilogram sehingga nilai rasio yang didapat 5.58 yang artinya dimana setiap mengeluarkan biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan Rp 5.58.

Pada Tabel 18diatas telah menunjukan bahwa rasio keuntungan dan biaya terbesar terdapat pada saluran pemasaran empat yaitu sebesar 16.76 yang dapat dijelaskan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan keuntungan yang didapat sebesar Rp 16.77. Dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran pada saluran empat terlalu besar dalam mengambil keuntungan, apalagi pada saluran pemasaran tersebut terdapat dua lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer desa yang mengambil keuntungan. Hal ini menyebabkan margin pemasaran yang besar sehingga harga menjadi lebih mahal. Padahal harga jual pada tingkat

konsumen bisa lebih ditekan apabila pedagang pengumpul pada saluran pemasaran keempat ini mengurangi sedikit keuntungan yang didapat. Maka dari itu, saluran pemasaran ke empat dapat dinyatakan kurang efisien jika melihat dari sudut analisis rasio keuangan dan biaya. Salah satu ciri pemasaran yang efisien adalah meratanya rasio keuntungan dan biaya. Jika dilihat pada Tabel 18, terdapat saluran pemasaran yang memiliki rasio keuntungan dan biaya yang terkecil yaitu saluran pemasaran pertama dengan nilai 1.35, yang berarti bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan keuntungan yang didapat sebesar Rp 1.35. Dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran pertama mengambil keuntungan yang relatif kecil sesuai dengan pengeluaran biaya pemasaran, maka saluran pemasaran pertama ini dapat dikatan efisien apabila dilihat dari analisis rasio keuntungan dan biaya.

Berdasarkan dari hasil analisis pemasaran yang telah dilakukan, maka hasil analisis tersebut dapat direkap agar mempermudahkan dalam mempertimbangkan mengenai saluran pemasaran yang paling efisien diantara saluran pemasaran yang lainnya. Data rekapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Rekap Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. Saluran pemasaran Margin pemasaran (Rp/kg) Farmer's share (%) Ratio B/C (%) Market share(%) 1 17 500 56.25 1.35 27.47 2 23 000 48 1.52 13.27 3 5 975 77.1 6.54 7.15 4 4 700 81.1 16.76 24.61 5 2 800 88.2 5.58 27.47

Sumber : Data hasil observasi ditempat penelitian Juli – Oktober 2015 (diolah).

Efisiensi pemasaran dapat dilihat dari nilai margin pemasaran terendah, farmer’s shareterbesar, rasio keuntungan terhadap biaya yang merata dan fungsi- fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran 5 (pembudidaya - pedagang pengecer Desa Cijambe - konsumen akhir) memiliki margin pemasaran yang paling rendah yaitu Rp 2 800,00/kilogram, farmer’s share paling tinggi yaitu 88.2 persen dan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 5.58 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk membiayai fungsi – fungsi pemasaran akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 5.58. Nilai margin pemasaran yang rendah karena pada saluran ini lembaga pemasaran yang terlibat adalah hanya pedagang pengecer Desa Cijambe yang langsung membeli ikan mas ke pembudidaya dan mendapatkan harga beli yang lebih murah dari pedagang pengumpul ikan mas, sehingga harga jual yang ditetapkan pedagang pengecer tidak terlalu jauh berbeda dari harga jual pembudiaya. Nilai farmer’s share cukup tinggi dibanding saluran lain karena harga jual dari pedagang pengecer untuk ikan mas dengan ukuran 2,3,4 ekor/kilogram tidak terlalu tinggi dibandingkan harga jual pedagang pengecer di pasar. Total keuntungan pada saluran pemasaran 5 juga cukup kecil

karena pedagang pengecer tidak menetapkan harga terlalu tinggi sehingga keuntungan diperolehnya lebih kecil dibandingkan saluran pemasaran lain.

Saluran pemasaran yang memiliki nilai farmer’s share terkecil kedua adalah saluran pemasaran 1 (pembudidaya - pedagang pengumpul Kecamatan – pemancingan – pemancing) 56.25 persen dengan nilai margin pemasaran Rp 8 750,00/kilogram dan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 1.35 yang berarti setiap mengeluarkan Rp 1,00 untuk biaya pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1.35. Pedagang pengumpul kecamatan pada saluran pemasaran 1 melakukan sortasi sehingga ikan mas yang dijual pada saluran pemasaran ini adalah ikan mas dengan ukuran 2 kilogram/ekor dengan harga jual yang cukup tinggi, sedangkan harga di tingkat pembudidaya rendah. Banyaknya lembaga pemasaran dan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran mempengaruhi besarnya nilai margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya karena adanya perbedaan harga yang cukup jauh antara harga jual pembudidaya dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir.

Nilai margin pemasaran paling tinggi terdapat pada saluran pemasaran 2 (pembudidaya - pedagang pengumpul Desa – rumah makan – konsumen akhir) sebesar Rp 23 000,00 margin pemasaran yang tinggi disebabkan jauhnya harga jual pembudidaya dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir, hal tersebut disebabkan ikan mas sudah masuk ke restoran. Lembaga pemasaran pada saluran 2 yaitu pedagang pengumpul desa melakukan kegiatan sortasi dengan memilih ikan mas sesuai permintaan rumah makan, yaitu ukuran 500 gram/ ekor.Farmer’s share pada saluran pemasaran 2 juga cukup rendah yaitu 48 persen hal tersebut dikarenakan harga jual ikan mas tingkat konsumen akhir sangat tinggi. Rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 2 sebesar 1.52 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran ikan mas akan memberikan keuntungan sebesar 1.52 rupiah.

Pada saluran pemasaran 3 (pembudidaya - pedagang pengumpul Desa - pedagang pengecer luar Desa - konsumen akhir) memiliki nilai margin pemasaran sebesar Rp 5 975,00/kilogram, farmer’s share 77.1 persen dan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 6.54 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 6.54 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya saluran ini paling besar berada di pedagang pengumpul karena keuntungan yang diambil oleh pedagang pengumpul cukup besar untuk menanggulangi fungsi penanggungan resiko karena resiko ditanggung sepenuhnya oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul Desa melakukan transaksi dengan sistem putus, artinya pedagang pengumpul tidak ikut menanggung resiko yang disebabkan oleh tidak terjualnya ikan mas.

Pada saluran 4 (pembudidaya – pedagang pengumpul Desa – pedagang pengecer Desa – konsumen akhir) memiliki nilai margin pemasaran sebesar Rp 2 700,00, farmer’s share sebesar 88.6%, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 16.76 yang berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16.76. Farmer’s share yang diperoleh paling tinggi karena harga yang diterima oleh pembudidaya juga cukup tinggi dibandingkan pembudidaya lainnya, akan tetapi nilai rasio yang didapat sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran ini melibatkan dua pedagang perantara serta keuntungan total yang didapat juga besar, sehingga ketika di bagi dengan total biaya menghasilkan nilai rasio yang besar.

Berdasarkan uraian di atas bahwa saluran pemasaran 5 dapat dikatakan efisien dibandingkan saluran pemasaran lain. Tabel 19 diatas dapat menjelaskan saluran pemasaran yang paling efisien pada penelitian dapat dilihat data – data berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan yaitu antara lain analisis marjin pemasaran, analisis farmer’s share, analisis rasio keuntungan dan biaya danmarket share, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pemasaran yang paling efisien di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang adalah saluran pemasaran kelima (pembudidaya – pedagang pengecer Desa Cijambe – konsumen akhir, jika dibandingkan dengan saluran pemasaran yang lainnya. Sehingga saluran pemasaran kelima dapat direkomendasikan kepada pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe untuk mendistribusikan komoditas pada saluran ini.

Dokumen terkait