• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras Di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras Di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

NANDANG TRISATYO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Nandang Trisatyo

NIM H34124038

1

(4)
(5)

NANDANG TRISATYO. Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.

Ikan mas merupakan salah satu komoditas ikan unggulan di Kabupaten Subang yang memiliki potensi yang cukup baik untuk terus dikembangkan. Sumber air yang selalu tersedia sepanjang tahun menjadikan media tanam kolam air deras (KAD) mempunyai kelebihan untuk pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Hasil analisis menunjukan bahwa kondisi sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe, Subang (1) saluran pemasaran yang terbentuk terdiri dari 5 saluran pemasaran, (2) terdapat 4 lembaga pemasaran yang bertugas membeli produk dari produsen dan menyampaikan produk ke konsumen akhir, (3) fungsi pemasaran setiap saluran berbeda – beda, (4) struktur pasar yang terjadi jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli, sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cenderung pasar persaingan sempurna, (5) Pembudidaya ikan mas akan menjual hasil produksi kepada pedagang pengumpul dengan cara pembayaran tunai. Saluran pemasaran yang relatif efisien pada saluran pemasaran ikan mas Kecamatan Cijambe adalah saluran pemasaran 5 (pembudidaya – pedagang pengecer – konsumen akhir) karena memiliki margin pemasaran terkecil, farmer’s share besar dan rasio keuntungan terhadap biaya memiliki nilai lebih dari satu.

Kata kunci: ikan mas, efisiensi pemasaran, saluran pemasaran

ABSTRACT

NANDANG TRISATYO. Analysis of Marketing’s System Cyprinus carpio in water running in Cijambe village, Cijambe district, Subang, West Java. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

Cyprinus carpio is one of the leading commodity in the district Cijambe, Subang. Sources of water are always available of the year to make the water running has a chance for farmers in the district Cijambe, Subang. Results of the analysis showed that the condition of the marketing system in district Cijambe, Subang. (1) marketing channels is formed consisting of five marketing channel, (2) there are four marketing agencies who buys the products from farmers and delivery products to the consumer, (3) marketing functions every channel is different , (4) market structure that occur when viewed from the seller, the market structure that oligopoly, while the market structure viewed from retailers is perfectly competitive market, (5) Farmers will be selling their produce to traders by way of a cash payment. Marketing channels are relatively efficient at marketing channel in district Cijambe is a marketing channel 5 (farmers-traders-consumers between) because it has a marketing margin the smallest, the farmer's share of the biggest and the ratio of benefits to costs have more than one value.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi dan Manajemen

KOLAM AIR DERAS DI KECAMATAN CIJAMBE KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

NANDANG TRISATYO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan bulan Okober 2015 ialah Analisis Sistem Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Deras di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M Agribus selaku pembimbing, Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator dan dosen penguji utama serta Maryono, SP, MSC selaku dosen penguji akademik di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Eye selaku UPTD Kecamatan Cijambe, Sekertaris Desa Cijambe, serta seluruh pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer ikan mas di Desa Cijambe, Kecamatan Cijambe yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

(12)
(13)

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 10

Manfaat Penelitian 10

Ruang Lingkup Penelitian 10

TINJAUAN PUSTAKA 10

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran 10

Fungsi Pemasaran 11

Struktur Pasar 11

Perilaku Pasar 12

Margin Pemasaran dan Farmer's Share 12

Efisiensi Pemasaran 13

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Kerangka Pemikiran Operasional 20

METODE PENELITIAN 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Penentuan Responden 22

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 23

Analisis Saluran Pemasaran 23

Analisis Lembaga Pemasaran 23

Analisis Fungsi Pemasaran 24

Analisis Struktur Pasar 24

Analisis Perilaku Pasar 24

Analisis Margin Pemasaran 25

Analisis Farmer’s share 25

Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya 25

Definisi Operasional 26

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26

Lokasi Penelitian 26

Letak Geografis Lokasi Penelitian 27

Gambaran Umum Budidaya Ikan Mas 27

Karakteristik Pelaku Pasar 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 35

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran Ikan Mas 35

Analisis Fungsi Pemasaran Ikan Mas 40

Analisis Struktur Pasar Pemasaran Ikan Mas 44

Analisis Perilaku Pasar Pemasaran Ikan Mas 46

Analisis Margin Pemasaran 48

Analisis Bagian Harga Yang Diterima Pembudidaya (Farmer’s share) 51

(14)

Kesimpulan 58

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 62

RIWAYAT HIDUP 73

DAFTAR TABEL

1 Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang 2010 – 2014. 1 2 Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang 2010 –

2014. 3

3 Data Perkembangan Rata- Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Petani

Kabupaten Subang 2010 – 2014. 4

4 Data Perkembangan Rata- Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Konsumen

Kabupaten Subang 2010 – 2014 5

5 Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten

Subang 2010 – 2014. 5

6 Jumlah Pemilik Kolam Dan Luas Budidaya Kolam Air Deras Ikan Air Tawar

di Kabupaten Subang tahun 2014. 7

7 Letak Geografis Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. 27 8 Orbitasi Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. 28 9 Kelompok Umur Responden Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Cijambe

Kabupaten Subang Jawa Barat. 32

10 Kelompok umur Pedagang Pengumpul Responden Kecamatan Cijambe

Kabupaten Subang 2015. 33

11 Kelompok umur Pedagang Pengecer Responden Kecamatan Cijambe

Kabupaten Subang 2015. 34

12 Harga rata – rata Ikan Mas di Tingkat Pembudidaya dan Saluran Pemasaran

Ikan Mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. 39

13 Fungsi – Fungsi Pemasaran yang dilaksanakan Oleh Lembaga Pemasaran di

Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. 40

14 Analisis Margin Pemasaran tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Cijambe

Kabupaten Subang 2015. 48

15Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Bulan Juli – Oktober Tahun 2015. 52 16 Biaya Pemasaran Ikan Mas Kolam Air Dera di Kecamatan Cijambe Kabupaten

Subang 2015. 53

17 Keuntungan Lembaga Pemasaran tiap Saluran Pemasaran pada Pemasaran

Ikan Mas di Kecamatan Cijambe 2015. 54

18 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Pemasaran Ikan Mas di

Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Juli – Oktober 2015. 55 19 Rekap Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas Kecamatan Cijambe, Kabupaten

(15)

1 Konsep Margin Pemasaran 18

2 Kerangka Pemikiran Operasional 21

3 Skema Saluran Pemasaran Ikan Mas Konsumsi di Kecamatan Cijambe 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas Oleh Responden Kecamatan

Cijambe, Kabupaten Subang. 62

2 Responden Lembaga Pemasaran Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan

Cijambe Kabupaten Subang 63

3 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 1 64 4 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 2 64 5 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 3 64 6 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 4 65 7 Rincian Biaya Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Cijambe saluran 5 65 8 Rincian Keuntungan per Kilogram Biaya Pemasaran Setiap Saluran 66 9 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada

Saluran 1 67

10 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada

Saluran 2 68

11 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada

Saluran 3 69

12 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada

Saluran 4 70

13 Rincian Total Margin Pemasaran Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pada

Saluran 5 71

(16)
(17)

Latar Belakang

Kabupaten Subang merupakan daerah sentra produksi ikan mas (cyprinus carpio) di Jawa Barat, Kabupaten Subang mempunyai potensi budidaya ikan air tawar yang terdiri dari kolam air tenang seluas 546 ha yang terdapat di seluruh Kecamatan diantaranya Kecamatan Pagaden, Legonkulon, Subang, Kalijati, Purwadadi dan Pabuaran, sedangkan pembenihan ikan ± 685 ha, dan kolam air deras serta mina padi seluas 4 997 ha diantaranya terdapat di Kecamatan Cijambe, Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak dan Kecamatan Tanjungsiang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014). Produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 1.

Ikan air tawar mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tingginya kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini sangat membantu dalam pemenuhan gizi bagi masyarakat. Selain harganya dapat dijangkau dan dapat ditemui dimana saja, maka tidak heran ikan dapat menjadi sumber protein hewani pengganti dari daging, sebagai bahan pangan untuk dikonsumsi, ikan merupakan sumber protein, lemak, dan mineral yang sangat baik (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014).

Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang 2010 – 2014.

Tahun Produksi (ton) Total

Produksi

% Pertumbuhan Kolam air tenang Kolam air deras Sawah

2010 14 103.74 4 708.19 182.8 18 994.73

-2011 14 188.08 4 867.12 177.59 19 232.79 1.25

2012 11 624.31 5 138.26 51.19 16 813.76 -12.5

2013 9 276 8 258.84 5 17 539.84 4.30

2014 9 291.81 8 297.46 3 17 592.27 -0.20

Sumber : Buku Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2014 (diolah).

(18)

177.59 ton. Produksi ikan air tawar di Kabupaten Subang pada tahun 2012 mengalami penurunan pertumbuhan produksi sebesar 12.5 persen, penurunan pertumbuhan produksi terjadi dikarenakan adanya penurunan produksi yang cukup besar pada budidaya kolam air tenang (KAT) dibandingkan tahun sebelumnya, produksi kolam air tenang pada tahun 2012 sebesar 11 624.31 ton sedangkan kolam air deras (KAD) produksi pada tahun 2012 sebesar 5 138.26 ton dan produksi di sawah sebesar 51.19 ton. Pada tahun 2013 produksi total budidaya air tawar mengalami peningkatan produksi dengan jumlah 17 539.84 ton dengan persentase pertumbuhan sebesar 4.30 persen yang terdiri dari produksi kolam air tenang (KAT) sebesar 9 276 ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebesar 8 258.84 ton dan produksi di sawah sebesar 5 ton. Pada tahun 2014 terjadi penurunan produksi dengan nilai persentase penurunan 0.20 persen dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi di sawah, adapun produksi kolam air tenang (KAT) sebesar 9 291.81 ton sedangkan kolam air deras (KAD) sebesar 8 297.46 ton dan produksi di sawah sebesar 3 ton. Jika melihat produksi tahunan budidaya ikan air tawar pada kolam air tenang (KAT) cenderung mengalami penurunan produksi, berdasarkan Tabel 1 bahwa produksi ikan budidaya air tawar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 tidak mengalami peningkatan produksi, akan tetapi budidaya ikan air tawar pada kolam air deras (KAD) selalu mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya, sedangkan untuk budidaya air tawar pada sawah mengalami penurunan produksi setiap tahunnya di tahun 2012 mengalami penurunan produksi sebesar 125.81 ton dari produksi tahun 2011 sebesar 177 ton menjadi 51.19 ton, yang kemudian mengalami penurunan produksi kembali pada tahun 2013 dan 2014. Kolam air deras (KAD) selalu mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya sehingga budidaya ikan air tawar pada kolam air deras (KAD) di Kabupaten Subang sangat prospektif untuk dijadikan usaha budidaya ikan mas.

Ikan air tawar yang diproduksi di Kabupaten Subang yang menjadi unggulan adalah ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Nila (Oreochormis niloticus). Produksi budidaya air tawar di Kabupaten Subang terdiri dari beberapa kolam budidaya, diantaranya adalah kolam air tenang (KAT), kolam air deras (KAD) dan sawah (minapadi), pada kolam air tenang budidaya yang dilakukan yaitu ikan gurame, mujaer dan lele. Akan tetapi pada budidaya kolam air deras pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe hanya mengkhususkan untuk membudidayakan ikan mas dan ikan nila, hal ini dikarenakan ikan mas dan ikan nila merupakan ikan unggulan di Kabupaten Subang. Kolam air deras merupakan salah satu andalan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang dalam meningkatkan produksi budidaya air tawarnya disamping pula terdapat kolam air tenang dan minapadi. Jika melihat tabel diatas, maka produksi budidaya ikan air deras selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, sangat berbeda dengan budidaya ikan di sawah (minapadi) yang selalu mengalami penurunan produksi dikarenakan pembudidaya sudah banyak yang beralih menggunakan kolam air deras ataupun kolam air tenang untuk membudidayakan ikan mas maupun jenis ikan lainnya.

(19)

kisaran suhu 20° - 27° Celcius dengan Ph air berkisar 7 - 8, tahan terhadap berbagai penyakit dan tahan terhadap berbagai fisik lingkungan, seperti adanya proses seleksi, penampungan, penimbangan dan pengangkutan. Ikan mas juga dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora), makanannya antara lain serangga kecil, siput, cacing, ikan-ikan kecil, dan lain sebagainya. Dari sifatnya yang pantang menolak segala macam makanan ini, maka tidak heran bila ikan mas ini paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Afrianto, 1998).

Pengembangan perikanan budidaya merupakan salah satu prioritas yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Perikanan darat memiliki keunggulan dan keunikan dalam pengembangannya. Pertama, potensinya memiliki varietas/jenis yang beragam. Kedua, keberadaan ikan menyatu dengan perilaku/pola hidup masyarakat. Ketiga, secara ekologis ikan memiliki habitat hidup dan cara berkembang biak yang khas. Keempat, lahan budidaya perikanan darat yang mengandung jenis ikan endemik belum dimanfaatkan secara optimal (Ahyar dan Rismunandar, 1986).

Ikan mas merupakan ikan konsumsi yang digemari masyarakat Subang, karena rasanya yang lezat dan gurih, hampir disemua rumah makan maupun rumah tangga konsumen terdapat hidangan masakan berupa ikan mas. Ikan mas memiliki kalori atau energi 86 kkal, vitamin A 150 IU, vitamin B1 0.05 mg, Protein 16 gr, fosfor 150 mg, lemak 2 gr, zat besi 2 mg, dan kalsium 20 mg (Rokhdianto 1991). Jika dilihat dari kandungan gizi ikan mas, ikan mas dapat memenuhi zat yang dibutuhkan tubuh, baik vitamin maupun protein. Pada saat ini sudah banyak masyarakat yang gemar mengkonsumsi protein hewani khususnya ikan mas, karena masyarakat saat ini sudah mulai sadar akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi. Untuk melihat tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang 2010 – 2014.

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang , 2014 (diolah)

(20)

merupakan persentase pendapatan perkapita mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yaitu mencapai 116.19 persen.

Potensi permintaan ikan mas di Kabupaten Subang tidak hanya untuk masyarakat lokal, akan tetapi permintaan juga terdapat dari beberapa daerah luar Subang seperti Kabupaten Bandung, Karawang, Surabaya, Bali sampai Lampung. Permintaan ikan mas di Kabupaten Subang mulai dari ibu rumah tangga sampai rumah makan di daerah subang yang menyediakan makanan ciri khas Kabupaten Subang seperti aneka pepesan ikan, aneka cobek ikan dan lain lainnya, tidak bisa dipungkiri bahwa banyaknya rumah makan di Kabupaten Subang karena memang Kabupaten Subang khususnya di wilayah selatan selain bersuhu sejuk juga memiliki banyak tempat wisata, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Subang. Selain itu di wilayah utara Kabupaten Subang juga merupakan jalur penghubung antara Jawa Barat ke Jawa Tengah (pantura), sehingga di wilayah utara pun banyak rumah makan kecil ataupun restoran yang tentunya menyajikan aneka masakan ikan mas.

Ikan mas memiliki proses pertumbuhan yang cepat tetapi proses pematangan kelaminnya lambat sehingga sebagian besar energi pertumbuhan ikan mas digunakan untuk menambah berat badan tubuhnya. Hal ini menyebabkan ikan mas memiliki produktivitas yang tinggi dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat baik dalam skala kecil maupun besar. Jika melihat dari rata – rata harga ikan air tawar, ikan mas di Kabupaten Subang selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun, untuk rata – rata harga ikan air tawar hasil budidaya di tingkat pembudidaya bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Perkembangan Rata – Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Pembudidaya Kabupaten Subang 2010 – 2014.

Jenis Ikan Harga (rp/kg)

2010 2011 2012 2013 2014

Ikan Mas 18 000 20 000 20 000 24 000 25 000

Mujaer 12 000 10 000 10 000 12 000 13 000

Lele 14 000 11 000 12 000 15 000 18 000

Gurame - - 45 000 45 000 45 000

Nila 16 000 18 000 17 000 19 000 20 000

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah)

(21)

Tabel 4. Data Perkembangan rata – rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Konsumen Kabupaten Subang 2010 – 2014.

Jenis Ikan

Harga (rp/kg)

2010 2011 2012 2013 2014

Ikan Mas 22 000 23 000 25 000 27 000 28 000

Mujaer 17 000 15 000 15 000 16 000 17 000

Lele 19 000 16 000 17 000 19 000 20 000

Gurame - - 49 000 49 000 49 000

Nila 21 000 23 000 22 000 22 000 23 000

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang, 2015 (diolah)

Berdasarkan data diatas, harga rata – rata ikan air tawar di tingkat konsumen di Kabupaten Subang berbeda berdasarkan jenis ikan. Pada tahun 2010 rata – rata harga ikan mas ditingkat konsumen sebesar Rp 22 000/kilogram, kemudian meningkat pada tahun 2011 dengan harga Rp 23 000/kilogram, pada tahun 2012 sebesar Rp 25 000/kilogram, pada tahun 2013 menjadi Rp 27 000/kilogram dan kembali meningkat pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp 28 000/kilogram. Jika membandingkan harga rata – rata di tingkat pembudidaya dan konsumen akhir, maka jelas berbeda, harga di konsumen akhir akan lebih tinggi dikarenakan ada nya penambahan nilai tambah dan biaya pemasaran pada lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas, adapun biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, biaya pengemasan dan biaya penyimpanan. Peningkatan harga ikan mas di tingkat pembudidaya menunjukan prospek yang cukup bagus bagi pembudidaya ikan mas di Kabupaten Subang, ikan mas merupakan komoditi unggulan dikarenakan kualitasnya yang telah diakui oleh konsumen dan pengalaman masyarakat akan budidaya ikan mas yang selalu memberikan keuntungan. Selain itu produksi ikan mas juga selalu meningkat setiap tahun.

Produksi pembesaran ikan mas dan ikan nila unggulan hanya terdapat pada kolam air deras (KAD) di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang, untuk produksi budidaya pada kolam air deras di Kecamatan Cijambe terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Produksi Budidaya Pembesaran Kolam Air Deras Ikan Air Tawar di Kecamatan Cijambe 2010 – 2014.

Tahun Produksi Jenis Ikan Unggulan (Ton)

Ikan Mas % Pertumbuhan Nila % Pertumbuhan

2010

2011 2 657.70 2 209.30

2012 3 102.50 0,16 2 035.70 -0,07

2013 4 116.40 0,32 4 142.40 1,03

2014 4 532.30 0,10 3 765.10 -0,09

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang , 2015 (diolah)

(22)

di Kabupaten Subang selalu meningkat, hal ini dikarenakan karena semakin banyak masyarakat di Kecamatan Cijambe menjadi pembudidaya ikan mas, karena Kecamatan Cijambe mempunyai lahan yang cocok untuk budidaya ikan unggulan di Kabupaten Subang yaitu ikan mas dan ikan nila dengan menggunakan kolam air deras (KAD), dan ini juga menunjukan bahwa Kabupaten Subang dapat memenuhi kebutuhan konsumen pecinta ikan mas baik penduduk lokal maupun pendatang bahkan luar daerah Subang. Selain dapat menghasilkan produksi yang besar, harga rata – rata ikan mas ini juga relatife meningkat setiap tahunnya Tabel 3, sehingga menjadi bahan pertimbangan pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan mas di Kecamatan Cijambe.

Potensi pengembangan ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Subang, yaitu dengan menerapkan pola produksi ikan mas ke dalam beberapa sentra produksi yang disesuaikan dengan potensi daerah masing – masing. Hal ini juga merupakan misi dari Kabupaten Subang dimana “ Mewujudkan ekonomi mandiri berbasis ekonomi kerakyatan dan keunggulan daerah”. Pola produksi ikan mas di Kabupaten Subang disesuaikan dengan konsep agribisnis, yaitu mengandalkan kegiatan pada subsistem yang ada. Setiap subsistem tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Dikenal tiga subsistem pola intensifikasi budidaya ikan mas, yaitu subsistem pembenihan, subsistem pendederan dan subsistem pembesaran (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014).

Benih ikan mas yang dipelihara di tempat pembesaran berasal dari hasil pendederan dan benih yang didederkan merupakan hasil dari kegiatan pembenihan. Dengan adanya pembagian sentra tersebut diharapkan potensi setiap daerah dapat dimanfaatkan secara optimal. Terdapat dua jenis kolam yang diusahakan, yaitu kolam air deras (KAD) dan kolam air tenang (KAT). Budidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang hanya dibudidayakan pada kolam air deras, kolam air deras memiliki keunggulan tersendiri, karena membuat ikan lebih berkualitas, dengan kualitas tersebut, harga jual ikan mas untuk konsumsi di Kabupaten Subang selalu lebih tinggi dibandingkan ikan mas dari wilayah lain, sehingga menambah minat para pembudidaya ikan untuk memiliki usaha budidaya ikan mas, hal ini dikarenakan di Kabupaten Subang khususnya Kecamatan Cijambe menggunakan kualitas air yang langsung dari mata air pegunungan di Kabupaten Subang bagian selatan, sehingga air terus mengalir sepanjang tahun yang kemudian menjadikan ikan di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang tidak berbau seperti ikan mas kolam lainnya, selain ikan tidak berbau, ikan mas dari Kecamatan Cijambe juga terkenal kuat dan sangat digemari bagi pemancing, biasanya usaha pemancingan menggunakan ikan mas berukuran diatas 2 kilogram/ekor untuk dijadikan ikan pancing. (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2014).

(23)

Jumlah pemilik lahan dan luas budidaya ikan air tawar di Kabupaten

Sumber : Buku Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang , 2014.

Tabel 6 menjelaskan bahwa Kecamatan Cijambe merupakan Kecamatan yang banyak membudidayakan ikan air tawar pada kolam air deras (KAD), jika dibandingkan dengan Kecamatan lain, pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe dikhususkan oleh pemerintah Kabupaten Subang untuk membudidayakan ikan unggulan, yaitu ikan mas dan nila, selain memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan yang lain, pembudidaya ikan di Kecamatan Cijambe juga hanya membudidayakan ikan mas dan ikan nila dengan media kolam air deras (KAD), hal ini dikarenakan Kecamatan Cijambe memiliki topografi lahan yang tinggi di bagian tengah Kabupaten Subang, mengingat bahwa sifat air yang mengisi ruang kosong dan mengalir langsung dari dataran tinggi ke dataran rendah, Kecamatan Cijambe ini sangat cocok membudidayakan ikan dengan media kolam air deras, air yang melewati Kecamatan Cijambe mengalir deras, disamping itu air yang selalu mengalir berasal dari mata air pegunungan dan selalu mengalir sepanjang tahun, ini tentu nya sangat mempengaruhi kualitas ikan mas di Kecamatan Cijambe. Menurut salah satu pembudidaya ikan mas di Desa Cijambe mengatakan bahwa ikan mas di daerah Kecamatan Cijambe tidak berbau dan memiliki kualitas yang bagus, hal ini terjadi bukan karena pemberian obat – obatan, akan tetapi memang karna faktor air di Kecamatan Cijambe yang bagus, ini yang menyebabkan Kecamatan Cijambe mampu menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi disamping media yang digunakan kolam air deras.

(24)

mengenai saluran pemasaran yang efektife sehingga akan didapat nilai margin yang adil pada setiap saluran pemasaran ikan mas ini.

Perumusan Masalah

Kabupaten Subang sebagai daerah sentra produksi ikan mas di Jawa Barat telah memenuhi kebutuhan pasokan ikan mas untuk konsumsi dimana 2/3 ikan mas Jawa Barat berasal dari Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Subang, 2013), Kecamatan Cijambe merupakan salah satu

penyumbang terbesar ikan mas untuk memenuhi permintaan pasar baik di Jawa Barat maupun di luar Pulau Jawa maupun permintaan pasar lokal dikarenakan di Kecamatan Cijambe banyak pembudidaya yang membudidayakan ikan mas seperti yang terlihat pada Tabel 6. Harga ikan mas di tingkat pembudidaya maupun di tingkat konsumen selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun nya, hal ini menunjukan usaha budidaya ikan mas sangat prospektif, untuk melihat harga rata – rata di tingkat pembudidaya dan di tingkat konsumen dapat dilihat pada Tabel 3dan Tabel 4.

Pembudidaya ikan mas harus siap menghadapi kerugian apabila harga jual ikan mas di tingkat pembudidaya rendah. Sifat dasar ikan mas yang mudah rusak (perishable) serta adanya jarak antara lokasi produsen dan lokasi konsumen akhir juga menjadi kendala bagi pembudidaya ikan mas, kualitas ikan mas akan berkurang, maka dari itu agar ikan mas selalu tetap segar dan tetap berkualitas maka diperlukan sarana dan peralatan pengangkutan yang cepat agar ikan mas dapat sampai ke tangan konsumen dengan keadaan ikan mas yang masih segar.

Pemasaran merupakan ujung tombak pelaku usaha dimana untuk menyalurkan produk ataupun hasil yang diusahakan sehingga sampai ke tangan konsumen akhir. Pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe mengalami beberapa kendala dalam memasarkan produk ikan mas, adapun masalah tersebut yaitu : (1) Pembudidaya ikan mas kurang memiliki informasi mengenai perkembangan harga ikan mas di pasar, hal ini yang menyebabkan harga yang diterima pembudidaya lebih rendah dibanding harga di konsumen sehingga keuntungan yang diterima pembudidaya lebih rendah, pedagang pengumpul yang mengetahui informasi pasar mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembudidaya ikan mas, sehingga pembudidaya ikan mas menerima harga yang ditetapkan pedagang pengumpul selama minimal menutupi biaya produksi bagi pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian. (2) pembudidaya ikan mas sebagai penerima harga (price taker).

(25)

Saluran pemasaran dapat menggambarkan proses pendistribusian ikan mas dari pembudidaya produsen ke konsumen. Ikan mas tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga daerah lain, sehingga diperlukan saluran pemasaran yang efisien. Panjangnya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap biaya pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya harga beli yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Di sisi lain, tingginya biaya pemasaran akan mendorong pedagang pengumpul/tengkulak untuk menekan harga jual di tingkat produsen atau pembudidaya. Selain itu transaksi antara pedagang pengumpul/tengkulak dan pembudidaya sering merugikan pihak pembudidaya ikan karena pembudidaya hanya sebagai penerima harga (price taker).

Pedagang pengumpul atau pedagang perantara akan saling mengadu posisi tawar, sehingga akan mempengaruhi margin ditingkat pedagang perantara dengan pembudidaya ikan sebagai produsen, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap semua pedagang perantara dan pembudidaya ikan, sehingga menimbulkan margin atau perbedaan harga. Margin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga jual pembudidaya ikan dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan efisien atau tidaknya saluran pemasaran bagi pembudidaya ikan sebagai produsen. Jika semakin besar selisih harga jual yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi bahwa saluran pemasaran tidak efisien dan semakin sedikit farmer’s share yang diterima oleh pembudidaya ikan. Margin harga tersebut disebabkan oleh panjang atau pendeknya rantai pemasaran yang ada, fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran, serta struktur pasar yang dihadapi.

Nilai margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan serta biaya akan menentukan seberapa efisiennya pemasaran di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Kondisi usaha yang menguntungkan bisa dilihat dari sistem pemasaran yang efisien, baik untuk pembudidaya ikan dan pelaku – pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan pembudidaya ikan diperlukan saluran pemasaran yang paling efisien dalam menyalurkan ikan mas ke konsumen akhir. Hal penting dalam pemasaran produk pertanian adalah konsistensi masing – masing pihak untuk menjalankan fungsinya dan pembagian imbalan secara adil. Masalah yang pokok dalam pemasaran ikan mas adalah harga rendah di tingkat petani dan harga tinggi di tingkat konsumen, jika melihat Tabel 3 dan Tabel 4, perbedaan harga diantara produsen dan konsumen sebesar Rp 3 000.00 sampai dengan Rp 5 000.00 setiap kilogram, sehingga pendapatan pembudidaya ikan mas lebih rendah daripada lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan masalah diatas maka diperlukan alternatif saluran pemasaran yang efisien dalam sistem pemasaran dengan cara menganalisis margin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan atas biaya, serta menganalisis lembaga dan fungsi – fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini :

1. Bagaimana kondisi sistem pemasaran ikan mas yang terlibat di Kecamatan Cijambe?

(26)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe.

2. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran ikan mas berdasarkan margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan usaha budidaya ikan mas.

2. Manfaat bagi penulis adalah memahami dan mendalami teori yang telah didapat guna menganalisis permasalahan perikanan dan memberikan alternatif solusi.

3. Manfaat bagi pembaca adalah sebagai tambahan pengetahuan dan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran ikan mas.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji bagaimana sistem pemasaran ikan mas di kolam pembesaran dengan menggunakan media tanam kolam air deras (KAD) dengan meneliti pembudidaya ikan mas di lokasi penelitian dan lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di lokasi penelitian yang bertempat di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan mulai dari saluran pemasaran ikan mas yang terdapat di lokasi penelitian dan lembaga pemasaran yang terlibat, struktur pasar dan perilaku pasar serta fungsi pemasaran sampai dengan farmer’s share atau bagian yang didapat pembudidaya ikan mas. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil contoh pemasaran ikan mas untuk konsumsi di kolam pembesaran air deras dengan ukuran permintaan pasar, yaitu ukuran 2 ekor/kilogram, 3 ekor/kilogram dan 4 ekor/kilogram ikan mas, dan untuk pemancingan dengan ukuran di atas 2 kilogram/ekor.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran

(27)

Pemasaran menjembatani jarak antara petani produsen dengan konsumen akhir, melibatkan lembaga yang terkait seperti rumah tangga konsumen, pedagang, pengolah dan produsen. Hal ini sesuai dengan penelitian Euis (2010) yang menyatakan lembaga tataniaga terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar Kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer luar Kecamatan dan konsumen akhir atau rumah tangga. Penelitian Ponia (2006) juga sama menyatakan saluran pemasaran menggambarkan proses penyaluran dari pembudidaya sebagai produsen sampai ke konsumen. Penelitian Harahap (2011) menyatakan pada tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran petani menjual seluruh hasil panennya melalui pedagang pengumpul yang kemudian disalurkan kembali kepada pedagang pengecer sehingga sampai kepada konsumen akhir.

Fungsi Pemasaran

Menurut (Kohl dan Uhl, 2002) fungsi pemasaran adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Ode (2012) yang melakukan penelitian tentang tataniaga kelinci di Kecamatan Tenjo Laya, dimana peternak, pedagang pengumpul maupun pengecer melakukan kegiatan fungsi pemasaran, sebagai peternak fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu pembelian bibit, fungsi fisik meliputi penyimpanan bibit, dan fungsi fasilitas yang dilakukan meliputi penanggungan risiko dan informasi pasar. Dalam penelitian Setiorini (2008) juga menyatakan fungsi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran yaitu (penjualan hasil panen kepada pengumpul), fungsi pengadaan secara fisik yaitu (fungsi penyimpanan dan pengangkutan) dan fungsi fasilitas yaitu (fungsi permodalan dalam bentuk perjanjian berupa penyediaan pakan dengan ketua kelompok serta bantuan dana dan fungsi informasi pasar yaitu memberikan informasi kepada pedagang pengumpul ketika akan panen). Sedangkan menurut (Safitri, 2009) melakukan penelitian tentang tataniaga ayam telur kampung di Kabupaten Bogor, fungsi yang dilakukan pada pedagang pengumpul yaitu fungsi pertukaran (pembelian dari peternak dan kemudian menjual ke lembaga berikutnya), fungsi fisik (pengangkutan kepada lembaga pemasaran berikutnya), fungsi fasilitas (biaya, penanggungan risiko dan informasi pasar).

Struktur Pasar

(28)

masuk dalam kategori pasar persaingan sempurna diantaranya (Septiara 2012 dan Ode 2012) dan struktur pasar Oligopsoni (Putrisa 2006 dan Puspitasari 2010).

Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian. Perilaku sebagi pola tanggapan dan penyesuaian mengantisipasi keadaan pasar di dalam usaha untuk mencapai tujuannya. Perilaku ini juga memahami bagaimana suatu produk yang dipasarkan mengalir dari tangan tangan produsen ke tangan konsumen. Perilaku suatu pemasaran akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, pembelian, siasat pemasaran dan lain sebagainya (Dahl dan Hammond 1977). Ada 3 cara mengenal perilaku pasar (Asmarantaka, 2012) yaitu (1) penentuan harga, menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama – sama penjual atau penetapan harga berdasarkan pemimpin harga (price leadership). (2) product promotion policy dapat dilakukan melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan, (3) predatory and exclusivenary tactics, strategy ini bersifat ilegal karena bertujuan mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Pada penelitian (Setiorini, 2008) tentang tataniaga ikan mas di Kabupaten Tanggamus, pembudidaya ikan mas biasanya menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen dan cara pembayarannya adalah kredit. Ikatan seperti ini biasanya terjadi karena pembudidaya sudah percaya kepada pedagang pengumpul, baik dari penetapan harga dan juga pembayaran hasil panen. (Rahmawati, 2013) pada penelitian efisiensi pemasaran nenas di Desa Cipelang yaitu mengamati perilaku pasar pada praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama antar pelaku pemasaran.

Margin Pemasaran dan Farmer’s Share

(29)

Efisiensi Pemasaran

Pada penelitian terdahulu terkait saluran yang efisien bahwa pada penelitian Rachmawati (2013) dan Fransiska (2003) menyimpulkan bahwa saluran pemasaran yang terpendek adalah paling efisien, hal ini karena dalam penelitiannya nilai margin yang didapat kecil serta nilai farmer’s share besar. Terkait penelitian mengenai pemasaran ikan mas, Setiorini (2008) menyimpulkan bahwa saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran yang memiliki rantai terpendek. Hal ini dikarenakan pada saluran pemasaran tersebut hanya terdapat petani sebagai produsen yang langsung menyalurkan produknya ke konsumen akhir. Sedangkan (Safitri, 2009) menyatakan panjang atau pendeknya saluran pemasaran tidak menjamin saluran tataniaga yang paling efisien. Hal ini dikarenakan peneliti mempertimbangkan aspek lain, seperti persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan dalam saluran tataniaga atau market share, sehingga akan percuma bila terdapat saluran pemasaran dengan margin yang kecil, farmer’s share yang besar dan rasio keuntungan dan biaya yang besar namun persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan atau market share sangat rendah. Sehingga perlu pertimbangan persentase volume komoditas yang dapat didistribusikan selain mempertimbangkan farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya dalam menentukan efisisensi pemasaran.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini didasarkan atas permasalahan yang dihadapi. Dasar pemikiran utama kerangka teoritis ini adalah membahas kegiatan pembesaran pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang yang akan dilihat dari kegiatan pemasaran ikan mas mulai dari produsen/pembudidaya ikan mas hingga ke lembaga perantara/lembaga – lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang, struktur pasar yang terjadi serta margin pemasaran dan farmer’s share.

Pemasaran Agribisnis

(30)

Asmarantaka (2012) mengatakan tataniaga dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Pengertian dari aspek ilmu ekonomi, tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub – sub sistem fungsi – fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi ini merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau jasa pertanian dari petani sampai konsumen akhir. Pengertian dari aspek ilmu manajemen menyebutkan tataniaga adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen tataniaga merupakan kajian secara individu dari konsumen sebagai pemakai dan produsen sebagai suatu perusahaan yang melakukan aktivitas bisnis dalam sistem pemasaran. Pendekatan dalam tataniaga pertanian dikelompokkan menjadi pendekatan kelembagaan (institutional approach), pendekatan fungsi (fungsional approach), dan pendekatan sistem (sistem approach).

1. Pendekatan kelembagaan (institutional approach) yaitu suatu pendekatan yang menekankan untuk mempelajari pemasaran dari segi organisasi lembaga – lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa antara lain : produsen, pedagang besar dan pedagang pengecer.

2. Pendekatan fungsi (fungsional approach) adalah mengklasifikasikan aktivitas – aktivitas dan tindakan atau perlakuan – perlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan proses penyampaian barang dan jasa, ada tiga fungsi pokok yaitu, fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar.

3. Pendekatan sistem (sistem approach) yaitu merupakan suatu kumpulan komponen – komponen yang bekerja secara bersama – sama dalam suatu cara yang terorganisir. Suatu komponen dari suatu sistem, mungkin merupakan suatu sistem tersendiri yang lebih kecil yang dinamakan subsistem.

Pemasaran pada produk agribisnis dapat mencakup semua aktivitas bisnis mulai dari petani produsen primer sampai ke konsumen akhir (Purcell dalam Asmarantaka 2012).

Saluran Pemasaran

(31)

Saluran pemasaran dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan saluran mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan saluran – saluran yang dapat ditempuh. Selain itu dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Saluran pemasaran terdiri dari serangkaian lembaga pemasaran atau perantara yang akan memperlancar kegiatan pemasaran dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Setiap pedagang perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke konsumen akhir yang merupakan satu tingkat saluran.

Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah bagian – bagian yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan nama barang – barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen (Hanafiah, 1986). Menurut Limbong dan Sitorus (1985) lembaga pemasaran adalah suatu badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen melalui proses perdagangan. Dalam proses penyaluran produk dari produsen primer sampai ke konsumen akhir melibatkan beberapa perantara mulai dari produsen, lembaga – lembaga perantara sampai ke konsumen akhir. Dalam proses penyaluran selalu mengikutsertakan keterlibatan berbagai pihak, keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan, perserikatan atau perseroan. Timbulnya lembaga – lembaga pemasaran dalam suatu saluran pemasaran disebabkan oleh adanya jarak antara petani (produsen primer) ke konsumen akhir serta keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan.

Kelembagaan pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis, baik perorangan atau kelompok bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis berupa fungsi – fungsi pemasaran untuk meningkatkan nilai guna dari suatu barang baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Kelembagaan pemasaran dalam Asmarantaka (2012) terdiri dari

1. Pedagang perantara (merchant middlemen) yaitu pedagang yang melakukan berbagai fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan produk dari produsen ke konsumen. Pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul (assembler), pedagang eceran (retailers) dan pedagang grosir (wholesalers). 2. Agen perantara (agent middlemen) yaitu individu yang merupakan

perwakilan dari suatu lembaga atau institusi dalam melakukan penanganan produk/jasa.

3. Spekulator (speculative middlemen) yaitu pedagang perantara yang membeli dan menjual produk dengan memanfaatkan fluktuatif harga untuk mencari keuntungan.

4. Pengolah dan Pabrikan (processor and manufacturers) yaitu individu atau kelompok yang melakukan kegiatan perubahan bentuk dari produk primer menjadi produk setengah jadi atau produk akhir.

(32)

Fungsi Pemasaran

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) fungsi tataniaga merupakan suatu kegiatan yang dapat memperlancar dalam proses penyampaian barang atau jasa dari tingkat produsen ke tingkat konsumen. Menurut Kohl dan Uhl (2002) fungsi – fungsi pemasaran dapat digolongkan menjadi 3 yaitu, fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

a. Fungsi pertukaran (exchange functions) merupakan aktivitas dalam perpindahan hak milik barang/jasa yang terdiri dari fungsi pembelian, penjualan, dan fungsi pengumpulan.

1. Fungsi pembelian yaitu kegiatan menentukan jenis barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhannya, meliputi penentuan jenis, jumlah kualitas, tempat pembelian serta cara pembelian barang.

2. Fungsi penjualan yaitu kegiatan menentukan tempat dan waktu untuk melakukan penjualan yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat dari jumlah, bentuk dan kualitasnya,

3. Fungsi pengumpulan, yaitu kegiatan mengumpulkan produk agar dapat mencukupi permintaan pasar.

b. Fungsi fisik (physical functions) merupakan aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari barang/jasa serta turunannya. Fungsi ini membantu menyelesaikan permasalahan dari pemasaran seperti kapan, apa, dan dimana pemasaran tersebut terjadi. Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, pabrikan dan pengemasan.

1. Fungsi penyimpanan, yaitu kegiatan menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu sebelum diolah. Selama proses penyimpanan semua biaya yang dikeluarkan termasuk kedalam biaya penyimpanan, yaitu meliputi biaya pemeliharaan fisik gudang, resiko kerusakan selama penyimpanan dan biaya – biaya kegiatan selama penyimpanan.

2. Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang di daerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan perencanaan jenis alat angkutan yang digunakan, volume yang akan diangkut, waktu pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut.

3. Fungsi pengolahan bertujuan untuk meningkatkaan kualitas barang dalam rangka memperkuat daya tahan dan memberikan nilai tambah sesuai dengan keinginan konsumen

c. Fungsi fasilitas (facilitating functions) merupakan fungsi yang memperlancar fungsi pertukaran dan fisik. Aktivitasnya tidak langsung dalam sistem pemasaran, tetapi memperlancar dalam proses fungsi pertukaran dan fisik. Fungsi ini terdiri dari fungsi standarisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, fungsi intelijen pemasaran, komunikasi dan promosi (iklan).

(33)

2. Fungsi pembiayaan yaitu proses dalam penyediaan biaya untuk keperluan selama proses pemasaran.

3. Fungsi penanggungan risiko yaitu merupakan penanggungan resiko yang disebabkan oleh kerusakan, penyusutan, penurunan harga dan resiko produk tidak terjual.

4. Fungsi intelijen pasar yaitu kegiatan untuk mendapatkan informasi pasar mengenai permintaan, harga dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Informasi pasar diperlukan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan, produksi maupun pemasaran bagi konsumen maupun produsen dan lembaga yang terlibat dalam sistem tersebut.

Struktur Pasar

Asmarantaka (2012) mengatakan struktur pasar (market structure) dapat diartikan sebagai karakteristik dari produk maupun institusi yang terlibat pada pasar tersebut yang merupakan resultan atau saling mempengaruhi perilaku pasar dan keragaan pasar. Struktur pasar dapat diartikan sebagai tipe atau jenis – jenis pasar yang merupakan tingkat persaingan pasar. Sedangkan menurut Dahl dan Hammond (1977) Struktur pasar merupakan suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat – syarat masuk dan penguasaan pasar. Struktur pasar merupakan penggolongan pasar berdasarkan strukturnya dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:

1. Struktur pasar persaingan sempurna, terjadi ketika jumlah produsen banyak dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak, contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batu bara, kantang dan lain – lain. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri – ciri:

a. Pasar (pembeli dan penjual) sebagai price taker. b. Perusahaan bebas keluar atau masuk ke industri. c. Produk yang ada di pasar homogen.

d. Market clearing artinya tidak ada kelebihan permintaan dan penawaran.

2. Struktur pasar persaingan tidak sempurna yang terdiri atas:

a. Pasar monopoli : hanya terdapat satu penjual yang berhadapan dengan banyak pembeli.

b. Pasar monopsoni : hanya ada satu pembeli yang ada di pasar/industri barang atau jasa yang diperdagangkan berhadapan dengan banyak penjual.

Karakteristik monopoli dan monopsoni : 1. Dapat menentukan harga (price setter). 2. Dapat mengatur harga (administer price).

(34)

d. Pasar oligopsoni adalah bentuk pasar dimana barang yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan dan banyak perusahaan yang bertindak sebagai konsumen.

Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh baik untuk penjual maupun pembeli untuk mencapai tujuan masing-masing (Asmarantaka 2012). Perilaku pasar adalah pola kebiasan pasar meliputi proses (mental) pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan – kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk. Analisis struktur dan perilaku pasar ini dilakukan sebagai penjelasan tingkat persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam penentuan harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi di dalam pasar.

Margin Pemasaran

Margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat retail (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen. Besarnya margin pemasaran pada dua tingkat lembaga pemasaran dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Konsep marjin pemasaran (Hammond dan Dahl, 1977) Keterangan:

Pr = Harga retail (tingkat pengecer)

Pf = Harga farmer (tingkat petani)

(35)

Df = Demand farmer (permintaan di tingkat petani) (Pr-Pf) = Marjin tataniaga

(Pr-Pf) Qrf = Nilai marjin tataniaga

Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

Konsep margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau tingkat retail (Asmarantaka, 2012). Margin pemasaran atau tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat pula dikatakan sebagai nilai dari jasa – jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari titik produsen sampai titik akhir konsumen. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga.

Pada gambar 1 dijelaskan bahwa keseimbangan harga ditingkat petani merupakan perpotongan antara kurva Sf (penawaran di tingkat petani) dan Df (permintaan di tingkat petani), sedangkan keseimbangan harga pada tingkat pengecer merupakan perpotongan antara kurva Sr (penawaran di tingkat pengecer) dan Dr (permintaan di tingkat pengecer). M=Pr-Pf, dengan asumsi jumlah produk pertanian yang ditransaksikan sama besar. Pada gambar tersebut nilai margin pemasaran = luas segi empat Pr, Pf dan titik pertemuan Sr dengan Dr dan titik pertemuan Sf dengan Df.

Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima pembudidaya dengan harga yang dibayar oleh konsumen, digunakan untuk melihat atau membandingkan bagian yang diterima produsen atau pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering dinyatakan dalam persentase. Menurut Asmarantaka, 2012 Farmer’s share merupakan perbedaan antara harga di tingkat retail untuk produk pangan dan serat dengan marjin pemasaran. Ini merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani, dalam bentuk persentase (%). Ketika harga yang ditawarkan pedagang pengecer ataupun lembaga pemasaran lain semakin tinggi maka bagian yang diterima petani semakin sedikit, hal ini karena petani tidak mempunyai kekuatan tawar, sehingga pembudidyaa menjual produknya dengan harga yang rendah.

Rasio Keuntungan dan Biaya

(36)

pemasaran. Nilai rasio keuntungan dan biaya yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan terhadap pembudidaya semakin baik.

Margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya merupakan komponen untuk digunakan dalam penilaian efisiensi pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat menunjukan akibat dari keadaan struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari – hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya volume produksi, yang akhirnya memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Untuk menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin, maka lembaga pemasaran sangat berperan didalamnya. Margin pemasaran diberikan oleh konsumen kepada lembaga pemasaran sebagai balas jasa. Fungsi pemasaran sendiri memiliki arti segala kegiatan yang diperlukan untuk memperlancar penyaluran produk dari produsen ke konsumen akhir serta memberikan nilai tambah terhadap komoditi tersebut. Fungsi pemasaran terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Kegiatan pemasaran dari produsen hingga ke konsumen akhir menghasilkan pembentukan harga yang berpengaruh terhadap struktur pasar dan perilaku pasar. Untuk mengetahui struktur pasar dapat melihat jumlah penjual dan pembeli yang terlibat dalam pemasaran ikan mas, sifat produk atau heterogenitas produk yang dipasarkan, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta informasi perubahan pasar. Setelah struktur pasar diketahui maka selanjutnya menganalisis perilaku pasar, dengan cara mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga yang terlibat. Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat bagaimana pengaruhnya dalam penentuan harga juga kesepakatan antar lembaga yang terlibat didalam pasar.

Untuk melihat perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen yang diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi dapat menggunakan analisis margin pemasaran. Sedangkan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir juga sering dinyatakan dalam persentase dapat menggunakan farmer’s share. Margin pemasaran yang diperoleh akan menentukan saluran pemasaran yang paling efisien melalui farmer’s share yang kemudian akan memberikan alternatif saluran pemasaran yang terbaik sehingga pendapatan pembudidaya ikan mas di Kecamatan Cijambe dapat meningkat. Pada umumnya untuk mengevaluasi efisiensi pemasaran diperlukan indikator besaran margin pemasaran, farmer’s shareserta rasio keuntungan terhadap biaya. Besaran dari setiap indikator tersebut harus dikaitkan kepada pelaksanaan fungsi – fungsi pemasaran yang dapat meningkatkan atau menciptakan nilai tambah sehingga kepuasan konsumen meningkat (Asmarantaka, 2012).

Kerangka Pemikiran Operasional

(37)

menyebabkan permintaan ikan mas untuk daerah lokal yang cukup tinggi, disamping itu, media tanam kolam air deras menjadikan ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang sangat terkenal dengan ikan yang kuat di dunia pemancingan serta memiliki rasa yang lebih gurih dan tidak berbau lumpur, sehingga banyak usaha pemancingan menjadikan ikan mas sebagai obyek untuk di pancing bagi pemancing. Banyaknya permintaan ikan mas akan menjadi peluang bagi pembudidaya ikan mas untuk memperluas usahatani dan meningkatkan produksi ikan mas. Dalam hal ini perlu mempertimbangkan bagaimana memasarkan ikan mas jika pada suatu saat produksi ikan mas meningkat agar dapat disalurkan dengan harga yang layak untuk pembudidaya maupun lembaga – lembaga pemasaran yang terkait sampai ke tingkat konsumen, sehingga perlunya analisis sistem pemasaran ikan mas mengenai saluran pemasaran yang paling efisien. Analisis kualitatif menggambarkan secara deskriptif dan dilakukan untuk mengamati saluran dan lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran dengan menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional. Efisiensi operasitonal

Pembudidaya

∑ Pembesaran ikan mas di Kecamatan Cijambe.

Masalah Pemasaran di Lokasi Penelitian :

∑ Produk perikanan mudah rusak

∑ Adanya jarak antara produsen dan konsumen akhir

∑ Petani sebagai penerima harga

Pedagang Perantara

∑ Lembaga pemasaran ikan mas.

Analisis :

∑ Saluran dan lembaga pemasaran

∑ Fungsi pemasaran (pertukaran, fisik, fasilitas)

∑ Struktur pasara

∑ Perilaku pasar

∑ Farmer’s share, margin dan ratio keuntungan dan biaya

(38)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 10 persen pembudidaya ikan mas (responden) Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang yang berada di lokasi penelitian dan 10 orang (responden) lembaga – lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran ikan mas yang ada di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian ini akan menganalisis mengenai saluran dan lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, farmer’s share, marjin pemasaran dan rasio keuntungan dan biaya. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut adalah sentra agribisnis khususnya perikanan yang dapat dijadikan tempat penelitian dan memiliki potensi yang besar dalam mengusahakan budidaya ikan mas yang berkualitas tinggi dan menggunakan media tanam kolam air deras sehingga berbeda dengan ikan mas dari daerah lain. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2015 untuk pengambilan data.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan informan dan responden serta pengisian kuesioner. Informan merupakan pihak yang akan memberikan informasi tentang pihak lain dan lingkungannya sedangkan responden adalah pihak yang memberikan informasi mengenai dirinya sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan berupa data kualitatif dan kuantitatif mengenai nilai dan volume penjualan serta pembelian masing – masing lembaga pemasaran, alur pemasaran, struktur serta perilaku pasar.

Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal, dan literatur lain yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Badan Pusat Statistik (BPS).

Metode Penentuan Responden

(39)

responden (pembudiaya pembesaran) ikan mas yang akan diambil sebanyak 16 orang pembudidaya dengan alasan sudah cukup mewakili dengan catatan setiap responden (pembudidaya) ikan mas menjual produknya kepada lembaga -lembaga pemasaran yang berbeda. Untuk pengambilan sample (-lembaga pemasaran) dilakukan dengan metode snowball dimana jumlah pengambilan sample secara proporsional. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai potensi jumlah produksi, harga, serta proses produksi yang dilakukan.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dari beberapa buku dan penelusuran melalui internet serta mengumpulkan informasi dari beberapa instansi terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengenai data yang berkaitan dengan penelitian serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian akan disajikan dalam bentuk deskriptif, gambar dan tabulasi yang digunakan untuk mengelompokan dan mengklasifikasikan data yang ada dalam menganalisis data. Perhitungan margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya (benefit/ cost ratio) dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan komputer. Pengolahan data dilakukan secara tahapan demi tahapan, dimulai dengan pengelompokan data yang kemudian dibuat tabel. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran, lembaga, fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan pada aspek – aspek efisiensi pemasaran, diantaranya margin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya.

Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang akan dianalisis melalui pengamatan terhadap lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat, mulai dari petani ikan mas, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pendapatan yang diterima oleh lembaga – lembaga yang terlibat akan berbeda – beda karena saluran nya pun berbeda. Panjang pendeknya saluran pemasaran tidak selalu mencerminkan bahwa sistem pemasaran tersebut tidak efisien. Efisiensi pemasaran harus memperhitungkan fungsi – fungsi pemasaran yang ada, biaya – biaya dan atribut produk.

Analisis Lembaga Pemasaran

(40)

Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang dengan cara diamati langsung turun ke lokasi penelitian dan dari hasil wawancara yang diawali pada pembudidaya ikan mas dengan cara mengikuti aliran komoditas yang bertujuan untuk mengetahui lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang.

Analisis Fungsi Pemasaran

Analisis fungsi pemasaran ini dilakukan untuk mengetahui fungsi atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat. Terdapat 3 fungsi yaitu :

a. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi penjualan dimana mengalihkan barang ke pembeli dengan harga yang memuaskan dan fungsi pembeli yaitu mengalihkan barang dari penjual dan pembeli dengan harga yang memuaskan.

b. Fungsi pengadaan secara fisik terdiri dari fungsi pengangkutan yaitu pemindahan barang dari tempat produksi dan atau tempat penjualan ke tempat – tempat dimana barang tersebut akan terpakai (kegunaan tempat) dan fungsi penyimpanan yaitu penahanan barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dijual (kegunaan waktu).

c. Fungsi pelancar terdiri dari fungsi pembiayaan yaitu mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi – transaksi dalam urusan barang dari sektor produksi sampai sektor konsumsi.

Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai hubungan antara pembeli (calon pembeli) dan penjual (calon penjual). Analisis struktur pasar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan struktur suatu pasar, apakah mendekati pasar bersaing sempurna atau pasar bersaing tidak sempurna, dengan cara dilakukan suatu pengamatan jumlah lembaga pemasaran yang terkait, hambatan keluar masuk pasar, sifat produk dan karakteristik produk serta informasi pasar.

Analisis Perilaku Pasar

(41)

pasar. Perilaku pasar dapat dianalisis melalui sistem kerjasama yang terjalin diantara lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat.

Analisis Margin Pemasaran

Margin pemasaran dipergunakan untuk menganalisis sistem pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis produk mulai dari produsen sampai dengan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Margin pemasaran merupakan suatu penjumlahan dari hasil pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian setiap tingkat pedagang yang terlibat secara vertikal. Nilai margin pemasaran sama dengan harga jual di pengecer dikurangi harga jual di produsen dan ini merupakan penjumlahan dari biaya – biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh pedagang yang terlibat. Margin pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

MT = Pr - Pf

Keterangan : MT = Margin total

Pr = Harga pada tingkat retail

Pf = Harga pada tingkat produsen

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase (%). Untuk menghitung besarnya farmer’s share dapat menggunakan rumus berikut :

FS = (Pr/ Pf) x 100 %

Keterangan : FS = Farmer’s share

Pf = Harga di tingkat produsen

Pr = Harga di tingkat konsumen

Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Analisis rasio keuntungan terhadap biaya dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan pada lembaga pemasaran. Keuntungan lembaga bisanya digunakan untuk mengevaluasi sistem atau saluran pemasaran. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rasio keuntungan/Biaya (%) = Keuntungan (Π)/ Biaya Pemasaran (Ci)

(42)

Definisi Operasional Penggunaan istilah dalam penelitian ini adalah :

a. Lembaga pemasaran adalah pihak – pihak yang melakukan kegiatan pemasaran mulai dari pembudidaya pembesaran/produsen sampai dengan konsumen akhir. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam penelitian sistem pemasaran ikan mas di Kecamatan Cijambe ini adalah pembudidaya ikan mas Cijambe, pedagang pengumpul Desa Cijambe, pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe, pedagang pengecer Desa Cijambe, dan pedagang pengecer luar Desa Cijambe.

1. Pembudidaya ikan mas adalah individu yang melaksanakan kegiatan budidaya pembesaran ikan mas mulai dari penyiapan lahan dan pemeliharaan (siap panen) sampai kegiatan pemasarannya.

2. Pedagang pengumpul Desa Cijambe adalah individu yang melakukan pembelian ke pembudidaya ikan mas dan melakukan penjualan ke pedagang pengecer ataupun ke konsumen akhir.

3. Pedagang pengumpul Kecamatan Cijambe adalah individu yang melakukan pembelian ke pembudidaya ikan mas dan melakukan penjualan ke pemancingan luar Kabupaten Subang.

4. Pedagang pengecer Desa Cijambe adalah individu yang berada di desa Cijambe yang melakukan kegiatan penjualan langsung ke konsumen akhir 5. Pedagang pengecer luar Desa Cijambe adalah individu yang berada di luar

Desa Cijambe atau di pasar yang berada di Kabupaten Subang yang menjual langsung komoditi ikan mas ke konsumen akhir.

b. Harga jual adalah harga rata – rata dari ikan mas per kilogram yang diterima oleh pembudidaya, pedagang pengumpul Desa Cijambe, pedagang pengumpul luar Desa Cijambe, pedagang pengecer Desa Cijambe dan pedagang pengecer luar Desa Cijambe.

c. Harga beli adalah harga rata – rata dari ikan mas per kilogram yang dibayarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

d. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk proses pemasaran ikan mas. Biaya pemasaran dalam penelitian ini sudah dikonversikan per satu kilogram.

e. Keuntungan pemasaran adalah selisih dari harga jual dan harga beli ditambah total biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam proses pemasaran.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Gambar

Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Subang 2010 –2014.
Tabel 2. Tingkat Konsumsi Ikan dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Subang2010 – 2014.
Tabel 3. Data Perkembangan Rata – Rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Pembudidaya Kabupaten Subang 2010 – 2014.
Tabel 4. Data Perkembangan rata – rata Harga Ikan Air Tawar di Tingkat Konsumen Kabupaten Subang 2010 – 2014.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kepercayaan yang terbentuk yaitu 99%, (2) factor-faktor yang mempengaruhi secara bersamaan produksi usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu adalah

ANALISR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODOKSI BUDIDAYA lKAN MAS DALAM KOLAM AIR DERAS1. Studi Kasus di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pasaman maka dapat disimpulkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas adalah pedagang

Untuk memenuhi kekurangan permintaan akan benih ikan hasil pendederan, sentra pendederan ikan mas di Desa Jabong hanya mampu memenuhi permintaan rata-rata 1,5 ton

Pemasaran melalui instagram (on line). Kualitas ikan mas koki sangat bagus baik dilihat dari kepala, jambul, sirip sirip dan kelincahan gerakannya. Biaya ekspor untuk per

Hasil penelitian menunjukan saluran pemasaran lada di Desa Tangru Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang sebanyak 2 saluran yaitu: saluran pemasaran 1 (petani –

Proses terbentuknya jaringan komunikasi pembudidaya perikanan kolam ikan air deras yang ada di Kecamatan Caringin terjadi dari hasil interaksi yang dilakukan oleh

Hasil Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu diduga bahwa pemasaran ikan lele di Kelompok Pembudidaya ikan Sukas Fish Farm Di Kecamatan Ungaran