ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI IKAN MAS (Cyprinus carpio L) DI KECAMATAN PAGELARAN
KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
MUHAMMAD DONNY SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Muhammad Donny Saputra
Penelitian ini bertujuan untuk: Mempelajari factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani ikan mas. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dengan metode survei. Responden sebanyak 51 petani ikan mas diambil dengan teknik purposive sampling. Pendapatan petani ikan mas dihitung berdasarkan biaya total dan biaya yang diperhitungkan. Factor-faktor yang mempengaruhi ikan mas dianalisis dengan menggunakan M.S Excell. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil uji tunggal (uji t)
menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99% hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu jumlah bibit dan pakan, dan lima variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu variabel luas kolam, tenaga kerja, kapur, pupuk kandang, dan pendidikan petani responden.
Tingkat kepercayaan yang terbentuk yaitu 99%, (2) factor-faktor yang mempengaruhi secara bersamaan produksi usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu adalah luas kolam, jumlah bibit, jumlah pakan, pupuk kandang, kapur, dan tingkat pendididkan formal petani responden, (3) usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu secara finansial menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 4.329.118,66 dengan R/C rasio sebesar 1,44 dan
B. Topografi, Iklim dan tanah ... 30
C. Keadaan Demografi Penduduk ... 32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Keadaan Umum Petani Responden ... 33
1. Usia Petani Responden ... 33
2. Pendidikan Petani Responden ... 34
3. Luas dan Status Kepemilikan Kolam ... 35
4. Jumlah Anggota Keluarga ... 36
B. Penggunaan Tenaga Kerja ... 37
C. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Ikan Mas ... 41
D. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Ikan Mas ... 44
E. Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Ikan Mas ... 49
F. Analisis pendapatan Usahatani Ikan Mas ... 53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 58
B. SARAN ... 59
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang
cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang
pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian
merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena
mengingat negara Indonesia sebagai negara agraris.
Peran strategis sektor pertanian dalam menunjang perekonomian Indonesia
masih sangat menonjol. Oleh sebab itu, pembangunan pertanian diarahkan
kepada sistem perekonomian yang maju, efisien, dan tangguh serta perlu
memberdayakan perekonomian rakyat dengan melakukan perubahan sistem
pertanian yang menguntungkan dan diharapkan pendekatan tersebut mampu
meningkatkan kuantitas, kualitas, keanekaragaman pertanian serta mampu
mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat.
Subsektor yang berperan penting dalam menunjang sektor pertanian di
Indonesia adalah sektor perikanan, baik sektor perikanan darat pantai maupun
laut. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang berupa daratan yang
dikelilingi lautan, banyaknya daerah aliran sungai, waduk, rawa dan danau
Wilayah wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa sehingga
potensinya menjadi penting bagi negara.
Potensi sumber daya perikanan di perairan tawar meliputi keanekaragaman
jenis (plasma nutfah) ikan dan lahan perikanan. Di perairan tawar Indonesia
terdapat sekitar 655 jenis ikan asli Indonesia, dari seluruh jenis ikan itu, 160
diantaranya tergolong ikan yang bernilai ekonomis, dan 13 diantaranya telah
dibudidayakan. Potensi ketersediaan lahan perikanan di perairan tawar amat
luas, tetapi tingkat pemanfaatanya belum optimal sesuai dengan potensi
lestarinya (Rukmana, 1997).
Tabel 1. Produksi, Luas Areal, dan Nilai Perikanan Lampung, Tahun 2011
No Jenis Kegiatan Produksi (ton) Luas Areal (ha) Nilai (Rp.) 1. Tambak 54.666,56 37.963,81 762.866.531
2. Budidaya Laut 483,58 1.288,75 340.660
3. Kolam 50.879,54 3.590,18 685.406.434
4. Mina Padi 158,87 1.125,71 2.663.548
5. Keramba 508,02 860,51 9.580,605
6. KJA 2.746,73 644,86 51.922.681
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa jumlah produksi, luas areal dan nilai
produksi budidaya kolam menempati urutan kedua dari produksi perikanan
setelah budidaya tambak dan merupakan yang tertinggi pada produksi ikan air
tawar. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya kolam memiliki sumbangan
yang penting bagi perkembangan perikanan di Provinsi Lampung dengan luas
lahan budidaya perikanan kolam air tawar seluas 8.714,56 ha, produksi yang
Budidaya kolam ini sangat potensial, mengingat wilayah Provinsi Lampung
yang sebagian besar wilayahnya adalah daratan yang dilalui oleh sungai
sungai besar dan memiliki banyak danau dan bendungan yang sangat
potensial. Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu daerah yang menjadi
sentra budidaya perikanan air tawar di Provinsi Lampung, yang memenuhi
kebutuhan permintaan ikan air tawar di Provinsi Lampung. Di bidang
perikanan, Kabupaten Pringsewu sangat potensial untuk pengembangan usaha
Budidaya Air Tawar. Pada tahun 2011 potensi perikanan budidaya air tawar di
Kabupaten Pringsewu sebesar 1.023 Ha dengan tingkat pemanfaatan lahan
seluas 501,60 Ha dan produksi secara keseluruhan sebesar 4.637,49 ton.
Dari 21.987,28 ton produksi budidaya kolam Provinsi Lampung, Kabupaten
Pringsewu menyumbang produksi budidya kolam perikanan air tawar sebesar
21% atau 4.615,21 ton pada tahun 2011. Dari berbagai jenis Ikan lele dan ikan
mas menyumbang jumlah tertinggi yaitu produksi ikan lele 2.150,4 ton dan
ikan mas 1.756,66 ton.
Tabel 2. Produksi Perikanan Kabupaten Pringsewu Tahun 2012
No Kecamatan Potensi Lahan(ha) Nilai total (Rp. 000) 25.462.968 23.314.032 7.690.278 2.061.000 2.957.535
Meskipun jumlah produksinya hanya menempati urutan kedua setelah ikan
lele, namun ikan mas memiliki nilai jual paling tinggi yaitu Rp. 25.462.968.
B. Perumusan Masalah
Kecamatan Pagelaran merupakan sentra produksi perikanan darat, terutama
ikan mas di Kabupaten Pringsewu, hal ini dapat di lihat pada Tabel. 2,
produksi ikan mas di kecamatan Pagelaran mencapai 1.378,,4 ton. Meskipun
memiliki prodiksi ikan mas tertinggi, namun pemanfaatan lahannya baru 53%
(312,9 ha) dari 588 ha lahan yang potensial untuk budidaya perikanan air
tawar. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya modal yang dimiliki dan
juga ketrampilan masyarakat dalam hal pembudidayaan.
Dalam melakukan usahatani analisis biaya dan pendapatan merupakan dasar
dalam menentukan sikap untuk melakukan budidaya ikan mas. Analisis
perhitungan dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai produksi dan
harga jual yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani
dalam berusahatani ikan mas. Usahatani ikan mas skalanya relatif kecil dan
adanya ketergantungan terhadap harga jual yang selalu berfluktuasi setiap
waktu akan mempengaruhi hasil usahatani serta pendapatan petani.
Pada prinsipnya Usaha budidaya ikan mas terdiri dari dua kegiatan yaitu
pembenihan dan pembesaran. Proses pembenihan hanya meliputi proses
pemijahan hingga bibit ikan mencapai ukuran siap tebar(2cm - 5cm). Proses
yang paling penting adalah proses pembesaran, dimana ikan mas mencapai
ukuran siap konsumsi (4-7 ekor/kg).
Dalam proses pembesaran harga faktor produksi sangat menentukan usahatani
pakan, dan pestisida) setiap tahun hampir dipastikan naik dan harga jual ikan
berfluktuasi tidak menentu.
Berdasar hal hal diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Faktor faktor apa saja yang memengaruhi produksi usahatani ikan mas di
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?
2. Berapa besar pendapatan usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi usahatani ikan
mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
2. Menganalisis pendapatan usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengembangkan usaha
Pembesaran ikan mas.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan
yang berkaitan dengan pengembangan usaha budidaya ikan mas.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengkaji pada
permasalahan sejenis.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani
Menurut Mosher (dalam Mubyarto 1994), usahatani adalah himpunan dari
sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk
produksi pertanian seperti tanah, air, perbaikan tanah, sinar matahari, bangunan
di atas tanah, dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam
atau memelihara ternak.
Petani yang berusahatani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena
dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi
kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam
mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usahatani
yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. (Maxwell L. Brown, 1974
dalam Soekartawi, 2002).
Pengelolaan usahatani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif
atau suatu keuntungan, usahatani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu
Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor
produksi dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya
(Soekarwati, 2000).
2. Teori produksi
Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi
lainya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau
kapan komoditi komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang
dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Istilah produksi berlaku
untuk barang maupun jasa, karena istilah komoditi memang mengacu pada
barang dan jasa. Keduanya sama sama dihasilkan dengan mengerahkan modal
dan tenaga kerja. Produksi merupakan konsep arus (flow concept), maksudnya
adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output
per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan
Dominic Salvatore (1997) mendefinisikan fungsi produksi untuk setiap
komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah
(maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi
input alternativ bila menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.
Tujuan setiap perusahaan adalah mengubah input menjadi output. Misalnya
petani mengkombinasikan tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk,
dan peralatan mesin untuk memperoleh hasil panen. Karena para ekonom
tertarik pada pilihan-pilihan yang dibuat perusahaan untuk mencapai tujuannya,
mereka mengembangkan model produksi yang cukup abstrak. Model ini
tercermin dalam fungsi produksi, yaitu hubungan matematik antara input
dengan output yang dapat dinotasikan:
q = f ( K, L,M,...)
Dimana q adalah output barang tertentu selama satu periode, K adalah mesin
(modal) yang digunakan dalam satu periode, L adalah input jam tenaga kerja,
dan M adalah bahan mentah yang digunakan. Model ini menunjukkan adanya
kemungkinan variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses produksi
(Nicholson, 2002).
Sedangkan Iswardono, (2004) menuliskan bahwa teori produksi sebagai mana
teori perilaku konsumen merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif
yang tersedia. Dalam hal ini adalah keputusan yang diambil seorang produsen
memaksimalkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu kendala ongkos
tertentu agar bisa dihasilkan keuntungan yang maksimum.
3. Fungsi Produksi
Pengertian fungsi produksi adalah suatu hubungan diantara faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi ini terdiri dari
tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahaan. Dalam teori ekonomi untuk
menganalisis mengenai produksi, selalu dimasalahkan bahwa tiga faktor
produksi (tanah, modal, dan keahlian keusahaan) adalah tetap jumlahnya.
Hanya tenaga kerja yang dipandang seabagai faktor produksi yang
berubah-ubah jumlahnya. Yang dimaksud faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada budidaya ikan agar ikan mas tersebut mampu tumbuh dan
mengahsilkan dengan baik (Soekartawi,1997).
Soekartawi juga menjelaskan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik
anatara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X).
variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan
biasanya dalam bentuk input.
Secara sistematis, hubunga ini dapat ditulis sebagai berikut
Y = (X1, X2, X3,...Xn...)
Dari fungsi produksi, yaitu dalam persamaan tersebut, maka dapat djelaskan
bahwa hubungan X dan Y dapat diketahui dan sekaligus hubungan Xi, Xn dan
tersebut diusahakan untuk menghasilkan atau memberikan hasil maksimal
dalam jumlah tertentu.
Proses produksi memiliki sifat khusus berkaitan hubungan antara input dan
output yang dikenal dengan “ the law of diminishing return “ yaitu proses
produksi apabila ada tambahan satu macam input ditambah penggunaanya
sedang input-input yang lain tetap maka tambahan satu input yang ditambahkan
tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut
terus ditambah.
Secara grafik Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang dapat ditunjukan
melalui hubungan antar kurva TPP (Total Physical Product) atau kurva TP
(Total Produk), kurva MPP (Marginal Physical Product) atau Marjinal Produk
(MP), dan kurva APP (Average Physical Product) atau produk rata-rata dalam
grafik fungsi produksi (Miller dan Meiners,2000) sebagai berikut:
Daerah I Daerah II Daerah III
(Ep > 1) (0<Ep<1) (Ep < 0)
Gambar 1. Grafik hubungan antara Produk Fisik, Marjinal, dan Rata rata Produk Marjinal
Produk Rata rata Produk Total Y
Grafik pada fungsi produksi terbagi pada tiga tahapan produksi yang lazim
disebut Three Stages of Production. Tahap pertama, kurva Total Produk dan
kurva Produk Marjinal bernilai positif (+). Makin banyak penggunaan faktor
produksi, maka semakin tinggi produksi rata-ratanya. Tahap ini disebut tahap
tidak rasional (dearah I), karena jika penggunaan faktor produksi ditambah,
maka penambahan output total yang dihasilkan akan lebih besar dari
penambahan faktor produksi itu sendiri.
Tahap kedua adalah tahap rasional atau fase ekonomis (daerah II), dimana
berlaku hukum kenaikan hasil yang berkurang. Dalam tahap ini terjadi
perpotongan antara kurva Produk Marjinal dengan kurva Produk Rata Rata
pada saat PR mencapai titik optimal. Pada tahap ini masih dapat meningkatkan
output, walaupun dengan presentase kenaikan yang sama atau lebih kecil dari
kenaikan jumlah faktor produksi yang digunakan.
Tahap ketiga disebut daerah tidak rasional, karena apabila penambahan faktor
produksi diteruskan, maka produktivitas faktor produksi akan menjadi nol (0)
bahkan negatif. Dengan demikian, penambahan faktor produksi justru akan
menurunkan hasil produksi.
4. Ikan Mas
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih
kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum
Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang
dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya
merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan
mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes Anak kela : Actinopterygii Bangsa : Cypriniformes Suku : Cyprinidae Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau strain. Perbedaan sifat dan ciri
dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan
kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk
fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan
mas adalah sebagai berikut:
a. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling
pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol;
gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan
antara 2,3:1.
b. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik
lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya
lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air;
c. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang;
mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata
sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
d. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif
panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan
lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan
antara 3,5:1.
e. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna
sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau
kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail
Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long
tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, long tail
hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku
nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di Indonesia ikan mas punten kurang
berkembang karena diduga orang Indonesia lebih menyukai ikan mas yang
berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang
banyak dibudidayakan. Karena lahir dan ditemukan di Majalaya, para pakar
akuakultur Indonesia sepakat menyebutnya sebagai ikan mas ras Majalaya –
Cyprinus carpio var. Majalaya. ( Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat
5. Pemeliharaan Ikan Mas
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
monokultur.
a. Polikultur
1) ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2) ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b. Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan
dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
jantan dan betina.
6. Pembesaran
Tahap pembesaran meliputi:
a. Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,
TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu
kolam diisi air 30-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air,
kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60
EC, Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas
serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari
b. Pemberian pakan
Dalam pemeliharaan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan
buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang
cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Ikan mas umur 1 - 4 bulan diberi pakan berupa
pelet yang berkadar protein 35%. Pellet diberikan per harinya sebanyak 5%
dari berat badan ikan. Dengan frekuensi pemberian pakanya adalah 3- 5 kali
sehari.
7. Padat penebaran
Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. padat penebaran ikan mas di
kolam air tenang (KAT) dengan benih ukuran 7–9 cm (10 gram/ekor) sebanyak
5–7 ekor/m2 sedangkan untuk kolam air deras sebanyak 30 ekor/ m2 dengan
ukuran 10 gr/ekor.
Padat tebar, jika padat tebar terlalu tinggi akan terjadi persaingan untuk ukuran
ikan yang tidak seragam di dalam memperoleh pakan sehingga kemungkinan
mortalitas akan terjadi. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari saat
suhu rendah agar ikan tidak stres.
8. Pemanenan
Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen
berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal10-20 cm. Petak
pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu
pembuangan air (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati
untuk menghindari lukanya ikan.
9. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Kurniawansyah (2005) tentang analisis efisiensi pemasaran
ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus sebagai berikut:
1. Pelaku pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran meluputi pedagang
pengumpul I, pedagang pengumpul II dan pengecer, saluran pemasaran ikan
mas di Kecamatan Pagelaran digolongkan menjadi:
a. Petani – pedagang pengumpul II Kota Bandar Lampung – pengecer Kota
Bandar Lampung – konsumen
b. Petani – pedagang pengumpul II Kota Bandar Lampung – konsumen
warung Kota Bandar Lampung
c. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pedagang pengumpul II
d. Petani – pedagang pengumpul l Pagelaran – pedagang pengumpul II Kota
Bandar Lampung – pengecer Kota Bandar Lampung – konsumen Kota
Bandar Lampung
e. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pedagang pengumpul II Kota
Bandar Lampung – konsumen Kota Bandar Lampung
f. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pengecer Kota Bandar
Lampung – konsumen Kota Bandar Lampung
g. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – konsumen warung Kota
Bandar Lampung
h. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pengecer Tanggamus
konsumen Tanggamus
2. Pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran bersifat efisien
Penelitian Jajat Sudrajat 2010 dalam analisis keuntungan dan faktor faktor
yang mempengaruhi produksi usaha budidaya ikan lele dumbo dalam kolam
di Kota Bandar Lampung sebagai berukit:
1) Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi lele
dumbo adalah luas kolam, bibit, pakan, dan tenaga kerja. Proses produksi
ikan lele dumbo di Kota Bandar Larnpung belum efisien
2) Usaha budidaya lele dumbo di Kota Bandar Lampung secara finansial
menguntungkan. Pendapatan usaha budidaya lele dumbo dengan
654.664.67 per 108,76 m 2
per musim. Namun bila hanya
memperhitungkan biaya tunai diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp.
1.259.446,47 per 108,76 m 2
per musim dengan nilai RIC ratio atas biaya
tunai yaitu sebesar 1,34 dan nilai RIC ratio atas biaya total sebesar 1,15
Ati Fatimah (2010) menganalisis produksi dan pendapatan usahatani padi
unggul di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
mendapatkan hasil:
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi unggul di Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah adalah luas laban, benih,
pupuk SP36, pupuk Phonska, pupuk kompos, dan fungisida.
b) Usahatani padi unggul di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
Tengah menguntungkan dengan pendapatan per hektar atas biaya tunai
sebesar Rp. 9.670.472,65 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp.
7.799.687,51. Besar RIC ratio atas biaya tunai sebesar 3,79 dan RIC ratio
atas biaya total sebesar 2,46.
Septi Anggraini (2010) menganalisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar (Ipomoea batatas) di Desa Marga
Agung Kecamatan Jati Agung mendapatkan hasil:
1. Usahatani ubi jalar di Kecamatan Jati Agung menguntungkan untuk
diusahakan. Pendapatan total yang diperoleh dengan rata rata luas lahan 0,74
R/C sebesar 1,67. Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1
akan mendapat penerimaan sebesar Rp. 1,67.
2. Luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk SP-36, dan tenaga kerja
berpengaruh positif terhadap produksi ubi jalar di Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan.
B. Kerangka Pemikiran
Ikan mas merupakan salah satu produk perikanan air tawar yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Dalam usahatani ikan mas, faktor produksi yang
digunakan adalah luas lahan, bibit induk mas, tenaga kerja, pupuk, obat- obatan,
pakan buatan. untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan yang tinggi pada
kegiatan usahatani ikan mas, petani harus dapat mengalokasikan faktor produksi
tersebut secara tepat.
Penggunaan faktor produksi yang efisien akan meningkatkan hasil produksi yang
diperoleh petani. Hal ini akan meningkatkan penerimaan atau keuntungan yang
diperoleh petani. Keuntungan yang diperoleh petani diduga dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu harga bibit, luas kolam, harga pupuk, harga obat-obatan,
harga pakan, upah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan petani.
Harga bibit, harga pupuk, harga obat-obatan, harga pakan, dan upah tenaga kerja
berhubungan negatif dengan keuntungan. Semakin tinggi harga faktor produksi
tersebut, maka keuntungan yang diperoleh makin sedikit. Luas lahan dan tingkat
semakin luas lahan yang digunakan dan semakin tinggi tingkat pendidikan
petani, keuntungan yang diperoleh makin besar. Kerangka pemikiran usahatani
ikan mas dapat dijelaskan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka pemikiran analisis produksi dan pendapatan usahatani ikan mas
(Cyprinus Carpio L) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Ikam Mas
(Cyprinus Carpio L) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu adalah : Diduga
faktor faktor yang mempengaruhi produksi ikan mas di Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu adalah luas kolam, bibit, pakan, pupuk dan tenaga kerja. Pendapatan Bersih
PETANI
Usahatani ikan mas
Produksi Faktor produksi
- Modal
- Tenaga Kerja - Sarana Produksi - managemen
Produktivitas
Harga
Penerimaan
Biaya Produksi
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran
dalam penelitian. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup
pengertian yang berguna untuk mendapatkan data dan melakukan analisis
sehubungan dengan tujuan penelitian.
Definisi variabel dan pengukurannya dapat dijelaskan agar diperoleh kesamaan
pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini, yaitu :
1. Jumlah produksi (Y) adalah jumlah ikan mas yang dihasilkan oleh petani
budidaya dalam masa panen dalam satuan kilogram (Kg).
2. Luas lahan (X1) yaitu luas kolam yang digunakan untuk budidaya ikan mas
dalam satuan meter (m2).
3. Jumlah bibit (X2) yaitu jumlah pemakaian bibit atau benih dalam satuan ekor
(ekor)
4. Jumlah pakan (X3), Jumlah pakan yang digunakan dalam budidaya ikan mas
dalam satuan kilogram (Kg).
5. Jumlah tenaga kerja (X4), yaitu jumlah tenaga kerja baik dari keluarga sendiri
orang bekerja (HOK), dengan anggapan satu hari kerja adalah tujuh (7) jam.
Dimana penghitungan HKSP didasarkan pada upah dan dihitung dengan
rumus: (Soekartawi, 2003)
HOK = (X/Y) x Z keterangan:
X = Upah yang bersangkutan Y = Upah minimum pria
Z = Satuan HKSP (hari kerja setara pria).
6. Kapur (X5) yaitu pemakaian Kapur dalam satuan kilogram (kg).
7. Jumlah pupuk (X6) yaitu dalam pemakaian pupuk dalam satuan kilogram
(kg).
8. Obat obatan (X7) yaitu pemakaian obat obatan dalam satuan Rupiah (Rp).
9. Tingkat Pendidikan (X8) yaitu tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani
dengan skoring 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3 Untuk SMA dan 4 untuk
pendidikan di atas SMA.
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Populasi adalah kumpulan individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan (Moh. Nasir, 1988). Menurut Mudrajad Kuncoro (2003) populasi
diartikan sebagai sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, atau kejadian dimana tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek
berada di Kabupaten Pringsewu yang dijadikan sebagai sampel. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra produksi Ikan Mas di Provinsi
Lampung, dan Kecamatan Pagelaran merupakan Kecamatan yang tertinggi
produksi perikanan daratnya di Kabupaten Pringsewu. Metode yang digunakan
dalam pengambilan sampel adalah dengan metode purposive sampling, yaitu
metode pemilihan sampel berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya, metode ini digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Sutrisno Hadi, 1982)
Dari tabel 3 dapat dilihat, jumlah rumah tangga produksi (RTP) di Kecamatan
Pagelaran adalah 864 RTP yang tersebar di 16 Pekon. Dari 16 Pekon di
Kecamatan Pagelaran, Pekon Pagelaran memiliki luas kolam terbesar, yaitu
60,7ha. Menurut Soegiarto (2003) penentuan jumlah sampel minimal
menggunakan rumus sebagai berikut:
n = NZ²S² Nd² + Z²S²
Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah rumah tangga Z = derajat kepercayaan (1,64) S² = Varian sampel (5%)
D = derajat penyimpangan (5%)
Misalnya, jumlah populasi adalah 946, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
n = 864 . (1,64)² . 0,05 = 51,197 (dibulatkan 51 responden) 864. (0,05)² + (1,64)² . 0,05
Perincian jumlah responden ditentukan dari masing-masing Pekon (ni) dan
dipergunakan alokasi proposional sebagai berikut:
Keterangan :
ni = Jumlah sampel Pekon i
ni = Ni n N
Ni = Jumlah rumah tangga Pekon i N = Jumlah rumah tangga
n = Jumlah sampel total
Dari rumus tersebut, maka dapat ditentukan jumlah sampel pada masing desa.
Jumlah sampel masing masing desa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP) dan Luas Areal Kolam di Kecamatan Pagelaran
No Nama Pekon Luas Areal lah Jumlah Jumlah
(ha) RTP Sampel
1. Bumi Ratu 19,450 61 4
2. Pemenang 17,530 47 3
3. Pasir Ukir 5,000 11 1
4. Panutan 20,050 49 3
5. Karang Sari 6,570 18 1
6. Patoman 30,260 91 5
7. Gumuk Mas 13,507 53 3
8. Gumuk Rejo 17,884 73 4
9. Pagelaran 60,700 80 6
10. Gemah Ripah 8,180 15 1
11. Way Ngison 10,818 42 2
12. Lugu Sari 54,247 109 6
13. Suka Ratu 20,111 69 4
14. Suka Wangi 9,650 24 1
15. Candi Retno 13,062 72 4
16. Tanjung Dalam 6,005 50 3
Total 313,022 864 51
C. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data preimer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari objek
peneilitian yang diamati. Metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah metode survei dengan teknik wawancara pada petani budidaya ikan
mas berdasarkan kuisioner yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan
mengenai budidaya ikan mas di Kabupaten Pringsewu.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
studi kepustakaan yaitu dengan membaca kepustakaan seperti buku-buku
literatur, diktat-diktat kuliah, majalah-majalah, jurnal-jurnal, buku-buku yang
berhubungan dengan pokok penelitian, surat kabar dan membaca dan
mempelajari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang terdapat di instansi
terkait. Untuk melengkapi paparan hasil penelitian juga digunakan rujukan
dan referensi dari bank data lain yang relevan, misal dari jurnal, laporan hasi
penelitian terdahulu, serta publikasi yang relevan dengan penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Data yang digunakan dalam
a b
b a
1 X X X X X7 X8
menggunakan metode triangulasi meliputi wawancara dan pengisian kuesioner
(daftar pertanyaan), pencatatan dan pengamatan (observasi).
E. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif dan kualitatif dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglass untuk
menentukan faktor-faktor produksi yang dominan. Selain itu statistik deskriptif
juga dipakai untuk mendeskripsi profil responden petani ikan mas di daerah
penelitian. Fungsi Cobb Douglas tersebut adalah:
Y Xb1
Y = Produksi ikan mas b0 = Intersep
b1-b8 = Koefisien regresi X1 = Luas lahan usahatani X2 = Jumlah bibit ikan mas X3 = Pakan
X4 = Tenaga kerja X5 = Kapur X6 = Pupuk X7 = Obat-obatan
Untuk menguji signifikasi bagi koefisien-koefisien regresi maka dilakukan
pengujian parameter secara keseluruhan dalam persamaan regesi yaitu uji F.
tujuan pengujian keseluruhan parameter regresi adalah untuk mengetahui apakah
peubah bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap peubah terkait
(Y), sehingga model dapat digunakan untuk meramalkan hubungan antara
variabel bebas dan variabel tak bebas. Pengujian ini menggunakan uji F yang
dirumuskan sebagai berikut :
Fhitung= JKR/ (k-1) JKS (n-k)
Keterangan :
JKR = jumlah kuadrat regresi JKS = jumlah kuadrat sisa n = jumlah sampel k = jumlah variabel
Hipotesis statistiknya adalah :
H0: b1= b2 = b3 =… =bk = 0
Ha: b≠0
Pengambilan keputusan :
1. Jika Fhitung≥Ftabel,maka H0ditolak
2. Jika Fhitung≤Ftabel,maka H0diterima
Untuk menguji pengaruh nyata variabel bebas (Xi) terhadap variabel tidak bebas
(Y) dilakukan u ji t dengan hipotesis statistik sebagai berikut :
H0: b1= 0
T T
Dengan persamaan:
Keterangan :
Bi : parameter regresi ke-i
Sbi : kesalahan baku pendugaan parameter ke-i
Pengambilan keputusan :
1. Jika thitung≤ttabel,maka H0diterima, pada taraf kepercayaanα=0,05 2. Jika thitung≥ttabel,maka H0ditolak, pada taraf kepercayaanα=0,05
F. Analisis Pendapatan Usahatani
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi. Adapun total penerimaan diperoleh dari produksi
fisik dikalikan dengan harga produk.
Return/Cost (R/C) rasio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya (Soekartawi, 2001)
Dalam usaha budidaya perikanan TR (Total Revenue) merupakan seluruh
penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan yang berhasil dipanen.
Sedangkan TC (Total Cost) merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama
proses budidaya.
Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
= Keuntungan (Rp) TR = Jumlah Penerimaan (Rp) TC = Jumlah biaya Y = Jumlah produksi
Py = Harga produksi BTT = Biaya tetap total Keterangan:
Xi = Jumlah faktor produksi ke-i (i=1,2,3…)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i
Untuk mengetahui apakah kelayakan usahatani ikan mas , digunakan metode
analisis R/C rasio, yaitu perbandingan anatara biaya yang dikeluarkan petani
dengan peneriaan yang dirumuskan sebagai berikut:
R/C = TR/TC Keterangan:
R/C = Nisbah antara penerimaan total dan biaya total. TR = Total penerimaan usahatani ikan mas
TC = Total biaya usahatani ikan mas
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
(1) jika R/C > 1, maka usahatani ikan mas yang dilakukan menguntungkan
karena penerimaan total lebih besar dari biaya total.
(2) jika R/C = 1, maka usahatani ikan mas yang dilakukan berada pada titik
impas, karena penerimaan total sama dengan biaya total.
(3) jika R/C < 1, maka usahatani ikan mas yang dilakukan tidak
menguntungkan karena penerimaan total lebih kecil dari biaya total.
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh keterangan bahwa semakin besar
R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Luas Daerah Penelitian
Kecamatan Pagelaran adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pringsewu yang
terkenal dengan hasil Perikanan Daratnya di Lampung, sehingga dijadikan
daerah sentra ikan darat. Kecamatan Pagelaran memiliki luas wilayah sebesar
83,53km² atau sebesar 13,27% dari total luas Kabupaten Pringsewu. Jarak pusat
pemerintah Kecamatan Pagelaran dari ibukota Kabupaten Pringsewu adalah 10
km dan dari jarak dari ibukota Provinsi Lampung adalah 55 km. Kecamatan
Pagelaran memiliki 16 pekon dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran Utara.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka.
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus.
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu.
B. Topografi, Kondisi Tanah dan Iklim
Kecamatan Pagelaran merupakan daerah datar dan bergelombang dengan
ketinggian 120-200 meter di atas permukaan laut. Kenampakan alam dan buatan
kebun, pemukiman, sekolah, dan bangunan umum lainnya. Kenampakan yang
paling dominan adalah sawah, kolam, kebun, dan pemukiman.
Jenis tanah di Kecamatan Pagelaran adalah podzolik merah kuning dengan
kedalaman solum tanah antara 20-30 cm. curah hujan rata-rata 3000 mm/thn
dengan jumlah bulan basah antara 8-9 bulan dan bulan kering antara 3-4 bulan
dalam setahun. Dilihat dari curah hujan yang terjadi, Kecamatan Pagelaran ini
tergolong daerah yang memiliki kondisi iklim agak basah. Suhu rata-rata di
Kecamatan Pagelaran adalah 300 C. Penggunaan lahan di Kecamatan Pagelaran
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas lahan menurut pekon dan penggunaannya di Kecamatan Pagelaran 2013.
Total 313,022 3.308,86 2995,836 6.617,72
Dari Tabel. 4 dapat diketahui bahwa 49,99% lahan digunakan untuk pertanian baik
digunakan untuk menanam padi, maupun palawija. Dan sebesar Artinya
Kecamatan Pagelaran merupakan daerah sentra pertanian. Dan 9,46% dari lahan
pertanian adalah kolam.
C. Keadaan Demografi Kecamatan Pagelaran
Jumlah penduduk di Kecamatan Pagelaran sebanyak 59.585 jiwa yang terdiri dari
30.993 orang penduduk laki-laki dan 28592 orang penduduk perempuan dengan
jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak12.475 KK yang tersebar di 16 Pekon.
Sebaran penduduk menurut pekon dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel. 5.
Tabel 5. Penduduk pagelaran menurut pekon dan jenis kelamin di Kecamatan Pagelaran.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil uji tunggal (uji t) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%
hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas
yaitu jumlah bibit dan pakan. dan lima variabel yang tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi ikan mas yaitu variabel luas kolam, tenaga kerja, kapur,
pupuk kandang, dan pendidikan petani responden. Dengan tingkat
kepercayaan 99%.
2. Usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu secara
finansial menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar
Rp. 4.329.118,66 dengan R/C rasio sebesar 1,44 dan pendapatan atas biaya
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Petani diharapkan meningkatkan penggunaan bibit ikan dan pelet, karena
kedua faktor tersebut masih dapat meningkatkan produksi ikan mas, dan
mengefisienkan penggunaan tenaga kerja;
2. Pemerintah diharapkan mengadakan penyuluhan ataupun pelatihan mengenai
pemeliharaan ikan mas yang baik dan cara penanggulangan penyakit pada
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Edi dan Evi Liviawati. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan, Kanisius. Yogyakarta.
Anggraini, Septi. 2010. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar (Ipomoea batatas) di Desa Marga Agung Kecamatan Jati Agung, Skripsi Universitas Lampung. Lampung.
Ardi, Hamzah. 2019. Penebaran ikan.
budidayakoi.blogspot.com/2009/04/penebaran-ikan.html ( 13 mei 2013)
Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2012. Pringsewu Dalam Angka. BPS Kabupaten Pringsewu. Bandar Lampung.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2012. Laporan Tahunan. Pringsewu.
Dahuri, Rukmana. 1993. Pembangunan Sumber Daya Perikanan Secara Berkelanjutan, Puslitbang Perikanan. Jakarta.
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. 2010. Tentang Budidaya Perikanan. .BPP Teknologi. Jakarta.
Fatimah, Aty. 2010. Analisi Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Unggul di Kecamatan Terbanggi Besar kabupaten Lampung Tengah, Skripsi Universitas Lampung. Lampung.
Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.5 No.2 hal 149– 161
Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 1999. Teknologi tepat guna. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3a6 (13 mei 2013)
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LLP3ES. Jakarta.
Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pemerintah Kecamatan Pagelaran. 2012. Monografi Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu . Pagelaran.
Prihatman, Kemal. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.
Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sandy, Tita. 2009. Pengujian Hipotesis Distribusi Uji T dan F Pada Model
Regresi Berganda. http://titaviolet.wordpress.com/2009/07/17/pengujian-hipotesis-distribusi-uji-t-dan-f-pada-model-regresi-berganda.
(13 mei 2013)
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cbb Douglas. PT. Raja Grafindo persada. Jakarta.
Sudrajat, Jajat. 2010. Analisi Keuntungan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Budidaya Lele Dumbo (Carias gariepinus) dalam Kolam di Kota Bandar Lampung, Universitas Lampung. Lampung.