• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI LAMPUNG

FAJARWULAN SETIORINI

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN – KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

PROVINSI LAMPUNG

SKRIPSI

Sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

FAJARWULAN SETIORINI C44104068

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MS DI KECAMATAN PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Juli 2008

Fajarwulan Setiorini C44104068

(4)

FAJARWULAN SETIORINI. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan NARNI FARMAYANTI

Pemasaran menjadi permasalahan utama yang dialami oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya harga jual Ikan Mas yang diperoleh pembudidaya. Perbedaan harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan seberapa efisien saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar selisih antara harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisiennya saluran pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Saluran 1 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan dan rumah makan. Saluran 2 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengecer. Saluran 3 pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan. Saluran 4 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul lua kecamatan, pemancingan.

Farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) pada saluran 1

sebesar 34,36% dan 44,06%, pada saluran 2 sebesar 89,66% dan 120,40%, saluran 3 sebesar 72,22% dan 59,91%, saluran 4 sebesar 65% dan 107,89%. Dari keempat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, berdasarkan farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) saluran yang paling efisien adalah saluran 2 yang melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pada saluran 2, farmer’s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga

memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan margin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar.

(5)

Judul penelitian : Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung Nama Mahasiswa : Fajarwulan Setiorini

Nomor Pokok : C44104068

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

(6)

Ir.Wawan Oktariza,M.Si. Ir. Narni Farmayanti.M.Sc. NIP. 1319653528 NIP. 131918658

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131578799

Tanggal lulus :

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada akhir Maret 2008 sampai akhir April 2008 dengan judul ”Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir.Wawan Oktariza,M.Si. dan Ir. Narni Farmayanti.M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan hingga penyelesaian skripsi; segenap pihak dan seluruh responden yang telah memberi data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian; serta keluarga dan teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

(7)

2

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli

2008

Fajarwulan Setiorini

(8)

3

© Hak cipta milik Fajarwulan Setiorini, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro, Lampung pada tanggal 27 Agustus 1986 dari ayah H. M.Yunus dan Hj. Sulastri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui adalah SMUN 1 Metro, lulus tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial

Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa, diantaranya :

(9)

4

1. 2006-2007 staf Kewirausahaan HIMASEPA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan).

2. 2005-2006 Koordinator Economic Resources Development (ERD) KOPEL (Kelompok Pelaut).

3. 2007-2008 staf Creative Inovatif For Allah (CIA) FKM-C (Forum Keluarga Muslim Perikanan).

4. 2007-2008 staf PPSDM BEM-C tahun 2007. 5. 2007-2008 Bendahara HIMASEPA

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... xi

DAFTAR GAMBAR... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv

I. PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian... ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... ... 8

2.1. Komoditas Ikan Mas ... ... 8

2.2. Pendapatan Usaha ... ... 9

2.3. Rasio Penerimaan terhadap Biaya... ... 10

2.4. Analisis Pemasaran ... ... 11 2.4.1. Saluran Pemasaran ... ... 12 2.4.2. Fungsi-fungsi Pemasaran ... ... 15 2.4.3. Struktur Pasar ... ... 16 2.4.4. Perilaku Pasar ... ... 19 2.5. Efisiensi Pemasaran ... ... 19 2.5.1. Marjin Pemasaran... ... 19 2.5.2. Farmer’s Share ... ... 20

2.5.3. Rasio Keuntungan dan Biaya... ... 21

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu... ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN... ... 23

(10)

5

4.1. Metode Penelitian ... ... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data... ... 25

4.3. Metode Pengambilan Contoh... ... 27

4.4. Metode Analisis Data... ... 28

4.4.1. Analisis Pendapatan Usaha ... ... 28

4.4.2. Analisis Penerimaan Terhadap Biaya ... ... 29

4.4.3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran ... ... 29

4.4.4. Analisis Struktur Pasar... ... 29

4.4.5. Analisis Perilaku Pasar... ... 30

4.5. Analisis Marjin Pemasaran ... ... 30

4.6. Analisis Farmer’s Share ... ... 31

4.7. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya... ... 31

4.8. Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 31

Halaman 4.9. Batasan dan Pengukuran ... ... 32

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... ... 33

5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... ... 33

5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah ... ... 33

5.2. Sosial Kependudukan... ... 34

5.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin... ... 34

5.2.2. Mata Pencarian... ... 35

5.3. Gambaran Umum Usaha Budidaya Ikan Mas... ... 36

5.3.1. Kondisi Kelompok Budidaya Ikan Mas... ... 36

5.3.2. Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas... ... 37

5.3.2.1. Persiapan Kolam ... ... 37

5.3.2.2. Pengangkutan dan Penebaran Benih ... ... 38

5.3.2.3. Pemeliharaan /Pembesaran ... ... 38

5.3.2.4. Pemanenan dan Pengangkutan... ... 39

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 41

6.1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas ... ... 41

6.2. Karakteristik Pedagang Perantara ... ... 42

6.3. Karakteristik Pemilik Rumah Makan... ... 43

6.4. Analisis Usaha Pembudidaya Ikan Mas... ... 43

6.4.1 Analisis Pendapatan Usaha ... ... 43

6.4.2. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ... ... 45

6.5. Lembaga dan Saluran Pemasaran... ... 45

6.5.1. Lembaga Pemasaran Ikan Mas... ... 45

6.5.2. Saluran Pemasaran Ikan Mas ... ... 46

6.6. Fungsi-fungsi Pemasaran ... ... 47

6.6.1. Fungsi Pemasaran Pembudidaya Ikan Mas... ... 47

6.6.2. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul... ... 48

6.6.3. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan ... ... 49

6.6.4. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengecer ... ... 51

6.6.5. Fungsi Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan... ... 52

(11)

6

6.7. Analisis Struktur Pasar... ... 54

6.7.1. Jumlah Lembaga Pemasaran... ... 54

6.7.2. Sifat Produk... ... 55

6.7.3. Kemudahan Keluar Masuk Pasar... ... 56

6.7.4. Informasi Pasar ... ... 57

6.8. Perilaku Pasar... ... 59

6.8.1. Praktek Pembelian dan Penjualan ... ... 59

6.8.2. Praktek Penentuan Harga ... ... 60

6.8.3. Praktek Pembayaran Harga... ... 60

6.8.4. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran ... ... 61

6.9. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Ikan Mas... ... 61

6.9.1. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Saluran 1 ... ... 61

Halaman 6.9.2. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Saluran 2 ... ... 64

6.9.3. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Saluran 3 ... ... 65

6.9.4. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Saluran 4 ... ... 67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 73

7.1. Kesimpulan ... ... 73

7.2. Saran... ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... ... 75

(12)

7

DAFTAR

TABEL

Halaman 1. Data Produksi Berdasarkan Jenis Ikan Tahun 2004-2006 di

Provinsi Lampung ... .. ...2 2. Produksi Perikanan Air Tawar dan Kabupaten Tahun 2006... .. ...3 3. Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun 2007... .. ...4 4. Karakteristik (Ciri) Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan

Pembeli... ....18 5. Jumlah Responden Penelitian ... .. ....28 6. Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Pagelaran ... .. ....34 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Menurut

Kelompok Umur (Tahun)... ...34 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin

Tahun 2007 ...35 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Berdasarkan

Mata Pencaharian... ...35 10. Kelompok Usaha Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran... ...36 11. Karakteristik Pembudidaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Mata

Pencaharian, Umur dan Luas Kolam ... ...41 12.Umur, Jumlah Tanggungan dan Tingkat Pendidikan Pedagang Perantara Tahun 2008 ... ...43 13. Total Penerimaan, Biaya, Keuntungan dan Keuntungan per Musim

Tanam Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran ...44 14. Rentang Biaya dan Keuntungan Pembudidaya ...44

(13)

8

15. Rentang Rasio Keuntungan dan Biaya Pembudidaya...45

16. Keadaan Produk pada Tiap Lembaga Pemasaran yang Terlibat Pada Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran... ...56

17. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 1 ... ...63

18. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 2 ... ...65

19. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 3 ... ...66

20. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 4 ... ...68

21. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran pada Tiap Lembaga Pemasaran...69

22. Farmer’s share, Rasio Keuntungan dan Biaya, dan Marjin Pemasaran Tiap Saluran ...71

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Ikan Mas... ...8

2. Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi ... ... 15

3. Hubungan Antara Fungsi-Fungsi Pertama dan Turunan Terhadap Margin Tataniaga dan Nilai Margin Tataniaga... ...20

4. Kerangka Pemikiran... ...24

(14)

9

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus ... ...77 2. Karakteristik Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,

Kabupaten Tanggamus... ...78 3. Karakteristik Pedagang Pengumpul Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,

Kabupaten Tanggamus... ...79 4. Karakteristik Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Ikan Mas

di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus... ...80 5. Karakteristik Pedagang Pengecer Ikan Mas di Kaecamatan Pagelaran,

Kabupaten Tanggamus... ...81 6. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Kecamatan Ikan Mas

di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus... ...82 7. Karakteristik Pemilik Kolam Pemancingan di Kecamtan Pagelaran,

Kabupaten Tanggamus... ...83 8. Karakteristik Pemilik Rumah Makan Luar Kecamatan

di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus... ...84 9. Analisis Pendapatan Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,

Kabupaten Tanggamus... ...85 10. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul.... ...93 11. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul per Kg ... ...94 12. Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul

Luar Kecamatan ... ...95 13. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan per Kg... ...96 14. Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer ... ...97

(15)

10

15. Rincian Biaya Pedagang Pengecer per Kg... ...98 16. Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer Luar

Kecamatan...99 17. Rincian Biaya Pedagang Pengecer Luar Kecamatan per Kg ... ...100 18. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Rumah Makan...101 19. Harga Jual, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Margin dan Keuntungan

Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan... ...104 20. Dokumentasi Penelitian ... ...106

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor perikanan adalah suatu proses perubahan dan

pembaharuan yang berencana menuju tatanan masyarakat, khususnya masyarakat perikanan yang lebih baik. Perikanan mempunyai peranan yang cukup penting, terutama dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perikanan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendukung pembangunan wilayah dan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup.

Pertumbuhan sektor perikanan dan kelautan berasal dari produksi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Selama ini kegiatan budidaya ikan air tawar lebih banyak dilakukan oleh petani kecil yang belum mempunyai

(16)

11

akses terhadap manajemen usaha, pasar dan permodalan. Dalam rangka

pemerataan pembangunan, kegiatan budidaya perikanan dapat dijadikan alternatif komoditi di bidang agroindustri yang cukup berprospek bila dikembangkan.

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya adalah Ikan Mas (Cyprinus carpio). Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) banyak dilakukan antara lain karena

mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya dengan kisaran 4° - 32° Celcius, tahan terhadap berbagai penyakit, dan tahan terhadap perubahan fisik lingkungan, seperti adanya proses seleksi, penampungan, penimbangan, atau pengangkutan. Ikan Mas juga dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora), makanannya antara lain serangga kecil, siput, cacing, ikan-ikan kecil, sampah-sampah dapur, dan lain sebagainya. Dari sifatnya yang pantang menolak segala macam makanan ini, maka tidak heran bila Ikan Mas ini paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Afrianto 1998).

Ikan Mas merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan digemari oleh masyarakat Jawa Barat. Seiring berjalannya waktu, Ikan Mas telah memasyarakat dan hampir tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi Lampung.

Tabel 1. Data Produksi Perikanan Air Tawar di Provinsi Lampung Tahun 2004-2006 No Jenis Ikan 2004 2005 2006* 1 Ikan Mas 5.122 3.852 3.206,7 2 Tawes 237 283 233,5 3 Mujair 709 185 218,6 4 Nilem 96 121 61,0 5 Nila 2.028 1.700 1.675,5 6 Gurami 456 826 1.432,6 7 Sepat Siam - - - 8 Tambakan 127 72 56,1 9 Lele 4.154 3.565 3.693,8 10 Sidat - - - 11 Patin 1.065 2.473 3.221,7 12 Jelawat - - - 13 Toman - - - 14 Betutu - - - 15 Udang Galah 2 - -

(17)

12 16 Ikan Lainnya - 340 166,7 17 Gabus - - - 18 Baung - - - 19 Betok - - - 20 Bawal - - - JUMLAH 13.996 13.417 13.966,2

Sumber : DKP tahun 2004-2005; *: DKP Provinsi Lampung tahun 2006

Berdasarkandata produksi perikanan air tawar tahun 2004-2006 Propinsi Lampung, diketahui bahwa produksi Ikan Mas mempunyai kontribusi cukup besar terhadap produksi perikanan air tawar di Propinsi Lampung. Pada tahun 2004-2005, Ikan Mas menempati urutan pertama dengan jumlah produksi sebesar 5.122 ton dan 3.852 ton. Sedangkan pada tahun 2006, Ikan Mas menempati posisi ketiga dibawah Ikan Lele dan Ikan Patin dengan jumlah produksi sebesar 3.206,7 ton. Pada tahun 2005-2006, produksi Ikan Mas menurun karena banyak pembudidaya yang beralih ke Ikan Gurami dan Ikan Patin, hal ini dikarenakan harga Ikan tersebut lebih tinggi daripada harga Ikan Mas. Tetapi walaupun terjadi

peningkatan di beberapa jenis ikan, Ikan Mas tetap merupakan komoditi unggulan dikarenakan kualitasnya yang telah diakui oleh konsumen dan pengalaman

(18)

3 Tabel 2. Produksi Perikanan Air Tawar Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2006

Satuan : Ton

Kabupaten/Kota Jumlah Ikan

Mas Tawes Nila Nilem patin Gurami Tambakan lele Mujair Ikan Lainnya Kab. Lampung Timur 1.575,1 255,3 - 250,6 43,6 192,4 72,1 5,1 631,3 72,8 51,9 Kab. Lampung Tengah 4.115,4 468,8 180,2 414,1 - 1.677,5 783,4 35,3 483,8 65,2 7,1 Kab. Lampung Selatan 1.933,5 57,4 - 430,5 - 957,8 196,9 - 276,7 - 14,2 Kota Bandar Lampung 76,7 18,6 1,5 9,5 - 14,5 4,0 2,0 22,4 4,2 - Kab. Lampung Barat 350,7 83,8 23,7 44,6 17,4 12,1 36,2 10,7 12,3 20,8 89,1 Kab. Tulang Bawang 107,8 42,0 1,2 16,1 - 14,0 16,0 - 17,6 - 0,9 Kab. Tanggamus 3.915,3 1.915,7 - 137,1 - - 281,2 - 1.527,7 53,6 - Kab. Lampung Utara 72,0 51,0 - 10,0 - 3,0 - 3,0 - 2,0 3,0 Kota Metro 922,0 - - 3,5 - 312,0 9,0 - 597,0 - 0,5 Kab. Way Kanan 897,7 314,1 359,5 359,5 - 38,4 33,8 - 125,0 - - Jumlah – Total 13.966,2 3.206,7 233,5 1.675,5 61,0 3.221,7 1.432,6 56,1 3.693,8 218,6 166,7

(19)

4

Berdasarkan Tabel 2, daerah produksi Ikan Mas tersebar di 8 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandar lampung, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Way Kanan. Kabupaten Tanggamus memiliki produksi Ikan Mas terbesar dibandingkan daerah lainnya dengan jumlah 1.915,7 ton atau sekitar 59,7 % dari produksi keseluruhan Ikan Mas Provinsi Lampung.

Kabupaten Tanggamus mempunyai 28 kecamatan. Sebagian besar Ikan Mas yang dihasilkan oleh Kabupaten Tanggamus berasal dari Kecamatan

Pagelaran. Pada tahun 2007, Kecamatan Pagelaran berkontribusi sebesar 46,25% terhadap produksi ikan air tawar, dan 55,2% terhadap produksi Ikan Mas di Kabupaten Tanggamus.

Tabel 3. Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun 2007 Jenis Ikan

Kecamatan Jumlah (Ton)

Mas Nila Gurami Lele Mujair Pringsewu 426 140,3 48,9 10,9 216 9,9 Pugung 1.514,9 996,3 73,9 13,2 426,3 4,2 Pagelaran 3.071,4 2.084,9 113,7 24,7 837,3 10,8 Gading Rejo 200,6 - 14,9 7,2 175,3 32 Gisting 285,4 153 58,1 7,5 65,2 1,6 Kecamatan Lainnya 1.143 402,2 281,5 80 301 78,3 Jumlah (ton) 6.641,3 3.776,7 591 591 2.021,1 109

Sumber : DKP Kabupaten Tanggamus

Berdasarkan Tabel 3, Kecamatan Pagelaran merupakan sentra penghasil Ikan Mas di Provinsi Lampung.Jumlah ikan air tawar yang dihasilkan Kecamatan Pagelaran pada tahun 2007 berjumlah 3.071,4 ton. Kecamatan Pagelaran

menyumbangkan produksi Ikan Mas terbanyak dibandingkan dengan jumlah ikan yang lainnya yaitu sebesar 2.084,9 ton atau 31,4% dari jumlah total ikan. Jumlah ini menempati urutan pertama dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Kondisi air yang bagus, lingkungan yang baik serta pengalaman secara turun-temurun,

(20)

5

menjadikan hampir keseluruhan masyarakat Kecamatan Pagelaran bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan.

Potensi perikanan budidaya Kecamatan Pagelaran sebagai sentra produksi Ikan Mas memerlukan informasi pasar dan identifikasi pasar untuk mengetahui ke mana, bagaimana, kapan dan kepada siapa produk akan dipasarkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengamati efisiensi pemasaran produksi

perikanan terutama pada pemasaran Ikan Mas.

1.2 Perumusan Masalah

Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi Ikan Mas untuk Provinsi Lampung. Sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah pembudidaya Ikan Mas. Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pegelaran sudah berlangsung cukup lama, tetapi dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut usaha budidaya Ikan Mas tidak mengalami perkembangan. Modal yang dimiliki pembudidaya umumnya kecil dan tidak dikelola dengan manajemen yang baik. Modal usaha dan keperluan rumah tangga dan biaya keperluan sehari-hari sering dicampur aduk, sehingga pendapatan bersih pembudidaya Ikan Mas juga tidak diketahui dengan jelas.

Salah satu aspek yang juga menjadi permasalahan yang dialami oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yaitu pemasaran. Sifat dasar ikan yang mudah rusak (perishable) serta adanya jarak antara lokasi pembudidaya dan lokasi konsumen dapat menyebabkan berkurangnya kualitas ikan dan

menimbulkan biaya untuk memasarkan ikan. Sedangkan konsumen menginginkan kualitas ikan yang baik dan segar. Ketersediaan informasi juga mempengaruhi kegiatan pemasaran terutama informasi mengenai harga dan permintaan konsumen. Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran umumnya tidak mengetahui informasi pasar sehingga hanya berperan sebagai penerima harga. Pedagang pengumpul yang mengetahui informasi pasar mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembudidaya, sehingga pembudidaya menerima harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul selama minimal menutupi biaya produksi.

(21)

6

Posisi tawar yang kuat diantara pedagang perantara akan mempengaruhi margin ditingkat pedagang perantara dan pembudidaya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara maupun pembudidaya.. Marjin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga jual pembudidaya dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat

menggambarkan seberapa efisienkah saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar selisih harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisien saluran pemasaran, dan semakin sedikit farmer’s share yang diterima oleh pembudidaya.

Besarnya margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya akan menentukan efisiensi pemasaran di Kecamatan Pagelaran. Sistem pemasaran yang efisien akan menciptakan kondisi usaha yang menguntungkan bagi pembudidaya dan pelaku-pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan pembudidaya diperlukan saluran pemasaran yang paling efisien dalam menyalurkan Ikan Mas ke konsumen. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pendapatan usaha yang diterima pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran ?

2. Bagaimana pola saluran pemasaran Ikan Mas, fungsi pemasaran serta lembaga pemasaran yang terlibat di Kecamatan Pagelaran?

3. Bagaimana efisiensi pemasaran Ikan Mas berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen (farmer’s share), dan rasio

keuntungan dan biaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pendapatan usaha yang diterima pembudidaya Ikan Mas. 2. Menganalisis pola saluran pemasaran Ikan Mas, fungsi pemasaran dan

(22)

7

3. Mengetahui efisiensi pemasaran Ikan Mas berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima pembudidaya (farmer’s share), dan rasio keuntungan dan biaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memahami lebih mendalam tentang teori yang telah didapat guna menganalisis permasalahan perikanan di pembudidaya dan memberikan alternatif pemecahannya.

2. Pembudidaya dan lembaga pemasaran sebagai tambahan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran Ikan Mas serta demi terwujudnya kerjasama yang saling menguntungkan dan juga sebagai bahan pertimbangan pembudidaya untuk mengetahui saluran pemasaran yang lebih efisien.

3. Bagi Unit Pengembangan Pelayanan, penelitian ini diharapkan dapat membantu kelompok pembudidaya ikan untuk terus dapat mengontrol dan meningkatkan perkembangan usaha budidaya Ikan Mas.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Ikan Mas

Ikan Mas sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1810-an dan mulai dibudidayakan sejak tahun 1860 di sekitar provinsi Jawa Barat. Tahun 1978 oleh Balai Penelitian Perikanan darat (sekarang balai Penelitian Perikanan Air Tawar), ikan ini secara resmi diperkenalkan dan disebarluaskan kepada petani untuk dibudidayakan. Budidaya Ikan Mas yang banyak dilakukan oleh masyarakat dan petani budidaya yakni di kolam, keramba, dan jaring apung (Rokhdianto 1991).

Klasifikasi Ikan Mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Ostheichthyes Sub-kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidea Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio, l.

Gambar 1. Ikan Mas

Ciri- ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur suatu organisme. Secara umum, karakteristik Ikan Mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan memipih tegak (compressed) dengan mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut

(24)

memiliki dua pasang sungut (berbel). Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharingeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras, sementara di bagian akhir bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) memiliki ciri seperti punggung, yaitu berjari keras dan bergerigi. (Afrianto 1998).

Ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk ikan yang bersifat termofil karena mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya. Dalam hal makanan, Ikan Mas tidak memilih-milih makanannya dan mudah

menyesuaikan diri dengan makanan yang tersedia karena Ikan Mas tergolong omnivora (pemakan segala). Ikan Mas memiliki proses pertumbuhan yang cepat tetapi proses pematangan kelaminnya lambat sehingga sebagian besar energi pertumbuhan Ikan Mas digunakan untuk menambah berat badan tubuhnya. Hal ini menyebabkan Ikan Mas memiliki produktivitas yang tinggi. Sifat-sifat unggul inilah yang menyebabkan Ikan Mas banyak dibudidayakan oleh masyarakat dan petani budidaya, baik dalam skala kecil maupun skala besar.

2.2. Pendapatan Usaha

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua komponen pokok, yaitu penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Kegunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan dan menggambarkan keadaan di masa yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong 1973)

Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1985) mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut :

1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Misalnya sewa lahan, pajak, penyusutan alat-alat, bangunan, dan lain – lain.

2. Biaya variabel (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang

(25)

diproduksi. Misalnya biaya tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain.

3. Penerimaan usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang diterima dari penjualan produk usaha.

4. Pembayaran usahatani (farm payment) didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usaha.

5. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yaitu nilai produksi total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, dan peningkatan nilai investasi.

6. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) yaitu nilai semua input yang habis dipakai (tunai dan tidak tunai), tidak termasuk tenaga kerja keluarga.

7. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) yaitu ukuran yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja modal sendiri, ditambah pinjaman dan pengelolaan atau selisih antara penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usahatani.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani terbagi menjadi faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang masih bisa dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan contohnya adalah iklim dan tanah.

Sedangkan faktor yang masih bisa dikendalikan dan perbaikannya masih dalam batas kemampuan petani, yaitu luas usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi (Soeharjo dan Patong 1973).

2.3. Rasio Penerimaan Terhadap Biaya

Perbandingan penerimaan dan biaya (R-C ratio) menunjukkan besarnya pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. R-C ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Ukuran tersebut penting karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani dalam kemungkinan pengembangan produksi (Hernanto, 1988).

(26)

Semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik. Suatu usahatani dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan atau tidak layak apabila nilai R/C kurang dari satu.

2.4. Analisis Pemasaran

Pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke titik konsumen (Limbong dan Sitorus 1987).

Pemasaran menurut Kotler (1993), adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan cara menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Pertukaran adalah konsep yang yang melandasi pemasaran. Agar terjadi pertukaran maka lima kondisi berikut harus dipenuhi, yaitu: (1) sekurang-kurangnya ada dua pihak, (2) masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang bernilai bagi pihak lain, (3) masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan mengirim suatu produk kepada pihak lain, (4) masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran pihak lain, (5) masing-masing pihak percaya dan berhubungan baik dengan pihak lain (Kotler 1993)

Tujuan akhir dari pemasaran menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986) adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).

Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah lebih besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien. Equalisasi (pengimbangan) merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi di antara proses konsentrasi dan proses dispersi. Proses equalisasi ini merupakan

(27)

tindakan-tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas. Dispersi atau penyebaran merupakan proses tahap terakhir dari arus barang, di mana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang menggunakannya.

Pemasaran dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang dan pendekatan yang berbeda. Seperti pendekatan fungsional atau fungsi pemasaran, pendekatan organisasional atau kelembagaan yang meliputi seluruh partisipan yang terlibat dalam pendekatan subsistem komoditas yang menggabungkan kedua pendekatan sebelumnya. Dalam pendekatan subsistem komoditas, analisis kelembagaan didasarkan pada identifikasi saluran pemasaran utama. Dimana analisis mengenai saluran pemasaran tersebut menyediakan pengetahuan yang sistematis bagaimana arus barang dan jasa mengalir dari titik asal (produsen) sampai titik akhir

(konsumen). Pendekatan ini meliputi mengenai marjin dan biaya pemasaran.

2.4.1 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah cara atau sistem untuk menyampaikan produk yang dihasilkan oleh produsen kepada konsumen. Dalam saluran pemasaran terdapat lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen (petani), pedagang

pengumpul, pedagang antar kota dan sebagainya.Menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986) lembaga pemasaran (tataniaga) adalah badan-badan yang

menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Ke dalam istilah lembaga pemasaran ini termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.

Lembaga Pemasaran menurut Sudiyono (2001), menurut penguasaan terhadap komoditi yang diperjualbelikan dapat dibedakan atas tiga :

1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti perantara, makelar (Broker, Selling Broker dan Buying Broker).

2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importer.

(28)

3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan

perusahaan penentu kualitas produk pertanian (surveyor).

Banyaknya lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke konsumen, sifat komoditas, skala produksi dan kekuatan modal yang dimiliki (Saefuddin dan Hanafiah 1986).

Saluran pemasaran yang dilalui oleh barang dan jasa akan sangat

menentukan nilai keuntungan dari suatu produk dan berpengaruh pada pembagian penerimaan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Dalam memilih saluran pemasaran ada beberapa faktor penting yang harus

dipertimbangkan (Sudiyono 2001), yaitu :

1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen sasaran akhir dengan melihat potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume pemasaran.

2. Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar dan berat harga, tingkat kerusakan dan sifat teknis barang.

3. Pertimbangan intern perusahaan, meliputi sumber permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan. 4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, meliputi segi

kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan.

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung serta terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa yang siap digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya (Kotler 1993). Saluran pemasaran dikarakteristikan dengan jumlah tingkat saluran pemasaran. Setiap perantara yang menjalankan pekerjaan tertentu untuk mengalihkan produk dan kepemilikannya agar lebih mendekati pembeli akhir bisa akan memebentuk tingkat saluran, karena produsen dan pelanggan akhir, kedua-duanya

(29)

melaksanakan pekerjaan terntentu dan keduanya merupakan bagian dari setiap saluran pemasaran.

Terdapat tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam penyaluran barang atau jasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen, yaitu : (1) pihak produsen, (2) lembaga perantara, (3) pihak konsumen akhir. Pihak produsen adalah pihak yang memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan. Pihak lembaga perantara adalah yang memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan

pembelian atau penjualan barang dan jasa dari produsen dan konsumen, yaitu pedagang besar (wholeseller) dan pedagang pengecer (retailer). Sedangkan konsumen akhir adalah pihak yang langsung menggunakan barang dan jasa yang dipasarkan (Limbong dan Sitorus 1987).

Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil perikanan menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

a. Jarak antara produsen dan konsumen.

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.

b. Cepat tidaknya produk rusak.

Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen, dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.

c. Skala produksi

Apabila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak

menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan dan dengan demikian saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang.

d. Posisi keuangan pengusaha

Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran.

Pola saluran pemasaran untuk produk perikanan relatif agak berbeda dengan pola saluran pemasaran produk non perikanan. Hal ini dikarenakan produk perikanan yang mempunyai sifat mudah rusak (perishable). Pergerakan hasil

(30)

perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau produk olahan) dari produsen sampai konsumen pada dasarnya menggambarkan proses pengumpulan maupun penyebaran. Pola saluran pemasaran produk perikanan barang konsumsi adalah seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi Sumber : Hanafiah dan Saeffudin 1986

2.4.2 Fungsi – Fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi (Hanafiah dan Saeffudin, 1986).

Fungsi pemasaran menurut Mubyarto (1994) adalah mengusahakan agar pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu dan harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam pelaksanaan aktivitasnya dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan konsumen.

Fungsi-fungsi pemasaran menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Produsen Produsen Produsen Produsen Produsen Pedagang pengumpul lokal Pedagang pengumpul lokal Pedagang besar Pedagang eceran Pedagang eceran Pedagang eceran Konsu men Institutio nal market

(31)

1. Fungsi Pertukaran : - Penjualan

- Pembelian

2. Fungsi pengadaan secara fisik : - Pengangkutan

- Penyimpan 3. Fungsi Pelancar :

- Permodalan

- Penanggung resiko - Standardisasi dan grading - Informasi pasar

Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan adalah kegiatan yang bertujuan mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang cukup baik pada tingkat harga yang menguntungkan. Fungsi pembelian adalah pembelian persediaan produksi untuk diolah dan dijual kembali.

Fungsi pengadaan secara fisik adalah semua kegiatan atau tindakan yang menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu pada barang dan jasa. Fungsi fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan.

Fungsi pelancar adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen. Fungsi pelancar meliputi dari fungsi permodalan, penangungan resiko, standardisasi dan grading, informasi pasar.

2.4.3 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagi ukuran, deskripsi produk atau deferensiasi produk, syarat-syarat masuk atau penguasaan pangsa pasar (Limbong dan Sitorus, 1987). Terdapat ada empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam

(32)

menentukan struktur pasar, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisi pasar antara partisipan (Dahl dan Hammond 1977).

Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar menurut Limbong dan Sitorus (1987) diklasifikasikan menjadi dua struktur pasar yaitu :

1. Pasar bersaing sempurna yang mempunyai ciri-ciri antara lain : terdapat banyak jumlah pembeli maupun penjual, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga (penjual dan pembeli berperan sebagai penerima harga, barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen, serta penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar).

2. Pasar bersaing tidak sempurna, dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopolistik, monopoli, oligopoli dan duopoli.

Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan pembeli relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang terbentuk merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani secara individu tidak dapat mempengaruhi harga bebas sebab pangsa pasar (market

share) yang dimiliki petani tersebut sangat kecil sekali (Sudiyono 2001).

Pasar persaingan monopolistik mempunyai 3 karakteristik utama yaitu, produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak dan adanya persaingan tidak sempurna, terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang

melakukan transaksi pada berbagai harga dan bukan atas harga dengan produk yang berbeda corak (Sudiyono 2001).

Karakteristik utama pasar oligopoli adalah adanya beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen ataupun berbeda corak, sehingga tindakan perusahaan satu mempengaruhi dan mendapatkan reaksi perusahaan lain. Oligopoli yang menghasilkan produk yang homogen disebut oligopoli murni, sedangkan oligopoli yang menghasilkan produk berbeda corak disebut oligopoli terdeferensiasi (Sudiyono 2001).

(33)

Struktur pasar produk perikanan yang banyak dijumpai dalam praktek adalah pasar persaingan monopolistik dan oligopoli (Sudiyono 2001). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :

1. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani umumnya sangat kecil, sehingga petani dalam pemasaran produk pertanian bertindak sebagai penerima harga (price taker).

2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara masal dan homogen, sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi yang dihasilkan akan menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang dihasilkan petani lainnya.

3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (perishable), sehingga harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.

4. Lokasi produksi terpencil dan sulit dicapai oleh alat transportasi yang mudah dan cepat.

5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas yang diinginkan konsumen, sehingga petani mudah diperdaya lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan dengan petani langsung.

6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga kepada petani yang bersifat mengikat.

Tabel 4. Karakteristik (ciri) Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan Pembeli.

Karakteristik Struktur Pasar

No

Jumlah Penjual dan Pembeli Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli

1 Banyak Homogen Persaingan Murni Persaingan murni

2 Banyak Diferensiasi Persaingan

Monopolistik

Persaingan monopsomistik

3 Beberapa Homogen Oligopoli Murni Oligopsoni murni

4 Beberapa Diferensiasi Oligopoli

Diferensiasi

Oligopsoni diferensiasi

5 Satu Unik monopoli Monopsoni

(34)

2.4.4 Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian. Perilaku sebagi pola tanggapan dan penyesuaian mengantisipasi keadaan pasar di dalam usaha untuk mencapai tujuannya. Perilaku ini juga memahami bagaimana suatu produk yang dipasarkan mengalir dari tangan tangan produsen ke tangan konsumen. Perilaku suatu

pemasar akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, pembelian, siasat pemasaran dan lain sebagainya (Dahl dan Hammond 1977 ).

2.5. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil perikanan. Sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. (Soekartawi 1985).

2.5.1. Marjin Pemasaran

Marjin didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Saefuddin dan Hanafiah 1986). Perlakuan yang berbeda-beda yang diberikan masing-masing pelaku pemasaran terhadap komoditas yang dipasarkan menyebabkan perbedaan harga jual antar tiap lembaga yang terlibat hingga sampai ke konsumen akhir. Perbedaan harga inilah yang disebut dengan marjin pemasaran.

(35)

Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin tataniaga dan nilai margin tataniaga

Sumber : Hammond dan Dahl 1977 Keterangan :

Pr : Harga retail Sr : Supply retail Dr : Demand retail Pf : Harga farmer Sf : Supply farmer Df : Demand farmer Qr, f : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan konsumen

Pada gambar 3 diatas dapat dilihat besarnya margin pemasaran adalah hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan (Pr – Pf) x Qr,f. Besaran (Pr – Pf) menunjukkan marjin pemasaran komoditi per unit.

Rendahnya marjin pemasaran suatu komoditas belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (farmer’s share). Share yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam persentase (Limbong dan Sitorus 1987).

2.5.2. Farmer’s Share

Farmer’s share adalah bagian yang diterima oleh petani dari kegiatan

usaha budidaya dalam menghasilkan komoditas tertentu yang merupakan Jumlah Pr Pf Sr Sf Qr, f Dr Df Harga Margin pemasaran

(36)

perbandingan harga jual petani dengan harga beli konsumen (Sarma 1995).

Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran sehingga

semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. Semakin tinggi farmer’s share berfungsi untuk mengukur seberapa besar bagian yang diterima oleh petani ketika melakukan pemasaran komoditi perikanan.

2.5.3. Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1987).

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu

Harahap (2007) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan pemasaran ikan hias air tawar (kasus Desa Cibitung Tengah, Kecamatan

Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Dari hasil penelitian, pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai tertinggi sebesar Rp. 29.338.403,72 dan Rp. 17.478.637,05 per tahunnya. Penelitian tersebut juga menghasilkan 5 saluran pemasaran ikan hias air tawar.

a. Saluran I : Petani Ikan hias – Tengkulak – Agen – Pengecer – Konsumen b. Saluran 2 : Petani Ikan hias – Tengkulak – Agen – Konsumen

c. Saluran 3 : Petani Ikan hias – Tengkulak – Agen – Eksportir d. Saluran 4 : Petani Ikan hias – Kelompok tani – Agen – Eksportir –

Konsumen luar negeri

e. Saluran 5 : Petani Ikan hias – Kelompok tani – Eksportir – Konsumen luar negeri

Pada saluran 1, keuntungan total yang diperoleh sebesar Rp. 686,65 per ekor, total marjin pemasaran sebesar 888% per ekor, rasio keuntungan dan biaya yang diterima sebesar 2,86% per ekor, dan farmer’s share sebesar 11,20%. Pada saluran 2, keuntungan total yang diterima sebesar Rp. 416,45 per ekor, total

(37)

marjin pemasaran sebesar 209,05% per ekor, rasio keuntungan dan biaya yang diterima sebesar 1,99% per ekor, farmer’s share sebesar 17,86%. Saluran 3, keuntungan total yang diterima Rp. 92,10 per ekor, total marjin pemasaran 125% per ekor, rasio keuntungan dan biaya sebesar 1,12% per ekor, farmer’s share sebesar 50%. Pada saluran 4, total keuntungan yng diterima sebesar Rp. 382,80 per ekor, total marjin pemasaran 500% dan rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,66%, farmer’s share sebesar 16,67%. Saluran 5 menghasilkan total keuntungan sebesar Rp.83,23 per ekor, total marjin pemasaran sebesar 125% per ekor, rasio keuntungan dan biaya sebesar 8,61% per ekor dan farmer’s share sebesar 50%.

Fungsi pemasaran yang dilakukan pleh lembaga pemasaran tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari aktivitas pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas berupa aktivitas grading, pembiayaan, dan penanggungan resiko. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah pasar oligopsoni begitu pula dengan tengkulak dan kelompok tani. Bila ditinjau dari sisi penjual, pasar yang dihadapi oleh agen ikan hias adalah pasar oligopoli dan pasar monpsoni merupakan struktur yang dihadapi oleh pedagang pengecer.

Dari kelima saluran pemasaran tersebut, semua saluran pemasaran memilki marjin pemasaran yang tinggi dan farmer’s share yang rendah. Hal ini disebabkan rantai pemasaran yang cukup panjang sehingga menyebabkan biaya pemasaran yang rendah.

(38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian kinerja pemasaran Ikan Mas membahas mengenai kegiatan budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang akan dinilai dari kegiatan pemasaran Ikan Mas dari mulai produsen sampai ke konsumen akhir, lembaga-lembaga pemasaran, struktur pasar yang terjadi dan marjin pemasaran,serta menganalisis pendapatan usaha yang didapatkan oleh pembudidaya Ikan Mas.

Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam penentuan harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi di dalam pasar. Margin pemasaran digunakan untuk melihat perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen yang diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi. Farmer’s share digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau

pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering dinyatakan dalam persentase. Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya merupakan komponen untuk menilai efisiensi pemasaran.

Pendapatan usaha diukur dengan pengurangan penerimaan usaha Ikan Mas yang dinilai dari total nilai produk yang dihasilkan, yaitu hasil kali dari jumlah output dengan harga yang terjadi dan alokasi biaya usaha yang meliputi biaya untuk sarana produksi yang habis terpakai, biaya alat-alat produksi dan biaya tenaga kerja. Pendapatan usaha dilakukan dengan menilai pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Rasio penerimaan terhadap biaya dilakukan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak. Agar mendapatkan keuntungan maksimum maka pengusaha harus menggunakan input-input produksinya secara efisien. Untuk lebih jelasnya, kerangka pendekatan studi dapat silihat pada Gambar 3.

(39)

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

- Lembaga dan Saluran Pemasaran - Fungsi-fungsi Pasar - Struktur Pasar - Perilaku Pasar Efisiensi pemasaran Pembudidaya Ikan Mas

- Analisis

pendapatan Usaha - R-C Ratio

Lembaga Pemasaran Ikan Mas : - Pembudidaya - Pedagang Pengumpul - Pengecer - Konsumen akhir - Margin Pemasaran - Farmer’s Share - Rasio keuntungan dan Biaya

(40)

IV. METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus (case study) dengan satuan kasusnya adalah pedagang yang terlibat dalam kegiatan pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Studi kasus ini

diharapkan bisa memberikan gambaran tentang kekhasan unit-unit studi yang menjadi subjek mendalam. Studi kasus menurut Nazir (1998) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Unit kasus dalam penelitian ini adalah pengumpul, grosir dan pengecer dalam pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah sejumlah data yang diperoleh melalui observasi langsung di lapang (Singarimbun dan Effendi 1989). Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pemilik kolam pemancingan dan pemilik rumah makan. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui informasi pustaka. Data sekunder diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung, DKP Kabupaten Tanggamus, Kantor Kecamatan Pagelaran, Unit Pengembangan Pelayanan dan data dari buku-buku penunjang sebagai bahan acuan. Adapun data-data yang diperlukan untuk penelitian ini, yaitu :

1. Data yang diperlukan untuk mengetahui saluran pemasaran, meliputi : a. Tingkat Pembudidaya, yaitu :

1. Karakteristik pembudidaya (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman usaha budidaya).

2. Gambaran usaha (jumlah produksi, tekhnik dan peralatan yang digunakan serta jumlah ikan dan luas kolam).

3. Cara penjualan ikan

(41)

5. Volume penjualan dan harga jual b. Tingkat pengumpul, yaitu :

1. Karekteristik pengumpul (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman usaha).

2. Cara pembelian ikan (sumber pembelian ikan, frekuensi pembelian dan jumlah yang dibeli serta harga beli produk).

3. Tujuan penjualan ikan (dijual kemana). 4. Volume penjualan dan harga jual.

2. Data yang diperlukan untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran, meliputi : a. Fungsi Pertukaran

1. Pembudidaya (jumlah atau volume penjualan kepada pedagang, frekuensi penjualan, proses penjualan).

2. Pengumpul (jumlah pembelian dari pembudidaya atau pedagang lain, frekuensi pembelian, jumlah atau volume penjualan ke pedagang lain atau ke konsumen, frekuensi penjualan).

b. Fungsi pengadaan secara fisik

1. Pembudidaya (biaya transportasi atau pengangkutan (bila ada)).

2. Pengumpul (jumlah produk yang disimpan, lokasi penyimpanan produk, lama penyimpanan, biaya transportasi, alat transportasi yang digunakan.) c. Fungsi Pelancar

1. Pembudidaya (proses sortiran dan grading, jumlah yang disortir (hasil sortiran dijual kemana), pembiayaan usaha budidaya, biaya pengangkutan, sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi pasar).

2. Pengumpul (proses penyortiran dan grading, biaya yang dikeluarkan : biaya pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya tenaga kerja, resiko usaha yang ditanggung pedagang, sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi pasar).

3. Data yang diperlukan untuk mengetahui struktur pasar, meliputi : a. Jumlah pelaku yang terlibat (jumlah pembeli dan penjual) b. Keragaman produk

(42)

c. Hambatan keluar masuk pasar :

1. Hambatan yang dialami pembudidaya

2. Hambatan yang dialami pedagang pengumpul 3. Hambatan yang dialami oleh pedagang pengecer

4. Modal yang diperlukan oleh masing-masing lembaga pemasaran 5. Jumlah pesaing di pasar

d. Informasi pasar

1. Sumber informasi pasar atau harga 2. Sarana informasi yang digunakan

4. Data yang diperlukan untuk mengetahui perilaku pasar, adalah :

a. Praktek pembelian dan penjualan antara lembaga-lembaga pemasaran b. Sistem penentuan harga

c. Cara pembayaran harga dari pedagang ke pembudidaya d. Cara pembayaran harga diantara lembaga pemasaran e. Praktek kerjasama antara lembaga pemasaran

5. Data yang diperlukan untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) dan margin pemasaran, rasio keuntungan dan biaya, R-C ratio serta pendapatan usaha, meliputi :

a. Harga jual pembudidaya

b. Harga beli dari pedagang pengumpul

c. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul d. Keuntungan pedagang pengumpul

e. Harga jual dari pedagang pengumpul f. Harga beli dari pedagang pengecer

g. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer h. Keuntungan pedagang pengecer

i. Harga jual dari pedagang pengecer ke konsumen

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan responden pembudidaya dipilih secara sengaja (purposive

sampling). Purposive sampling adalah metode pengambilan responden yang

(43)

Pertimbangan dalam penelitian ini dalah pembudidaya yang telah melakukan usahanya minimal satu tahun. Berdasarkan pertimbangan statistik jumlah responden yang akan diambil berjumlah 30 orang (Walpole 1982). Penarikan responden terhadap beberapa kelompok pedagang perantara dilakukan dengan cara snowball sampling, dimana sampel ditentukan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sampel unit yang dapat lebih menunjang tujuan penelitian yang bersangkutan. Jumlah sampel pedagang perantara sebanyak 13 orang dan pedagang pecel lele sebanyak 3 orang.

Tabel 5. Jumlah Responden Penelitian

No Responden Jumlah (orang)

1 Pembudidaya 30

2 Pedagang Pengumpul 3

3 P. Pengumpul Luar Kecamatan 2

4 Pedagang Pengecer 3

5 P. Pengecer Luar Kecamatan 3

6 Kolam Pemancingan 2

7 Rumah Makan 3

Sumber : Diolah dari Lampiran 2-8

4.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengadakan saluran dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar, keragaan pasar, marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan analisis pendapatan usaha.

4.4.1 Analisis Pendapatan Usaha

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran. Penerimaan total adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu (Lipsey dan Richard 1995). Pengeluaran total usaha adalah semua nilai input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Rumus penerimaan total, biaya dan

pendapatan adalah :

(44)

Nilai total penerimaan lebih besar dari total biaya (TR>TC) usaha tersebut menguntungkan. Nilai total penerimaan kurang dari total biaya (TR<TC) usaha tersebut rugi.

4.4.2 Analisis Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R-C Ratio)

Analisis R-C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya (Soekartawi 1995). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup

menguntungkan. Rumus R - C rasio, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : R - C Ratio = x100% n Pengeluara Total Penerimaan Total ……….(2) Dimana : R = Revenue (Penerimaan)

C = Cost (Biaya)

Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan dalam perhitungan R- C rasio, meliputi biaya tunai dan biaya. Rasio R - C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang akan dilakukan dalam budidaya Ikan Mas. Semakin tinggi nilai R-C ratio, maka semakin menguntungkan usaha tersebut.

4.4.3 Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasikan saluran pemasaran yang ada untuk mengetahui proses penyampaian produk dari tangan produsen ke konsumen. Selain itu, melalui analisis saluran dan lembaga pemasaran dapat dilihat fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Dengan analisis lembaga pemasaran ini dapat dilihat sejauh mana peran lembaga pemasaran dalam menjaga mutu produk sebelum sampai ke tangan konsumen (Limbong dan Sitorus 1987).

4.4.4 Analisis Struktur pasar

Analisis struktur pasar Ikan Mas dilihat berdasarkan saluran pemasaran, keadaan produk yang diperdagangkan, pengetahuan konsumen akan harga dan

(45)

biaya serta mudah tidaknya keluar atau masuk dari pasar. Struktur pasar dapat diketahui dengan melihat jumlah penjual atau pembeli yang telibat, keadaan atau sifat produk, informasi pasar, serta hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar (Sudiyono 2001).

4.4.5 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar Ikan Mas dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, dan kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran. Perilaku pasar akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, siasat pemasaran dan lain sebaginya (Dahl dan Hammond 1977)

4.5. Analisis Marjin Pemasaran

Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi produk Ikan Mas. Marjin pemasaran adalah merupakan perbedaan harga yang yang dibayar kepada produsen dan harga yang dibayar konsumen (Saefudin dan Hanafiah 1986). Perhitungan analisis marjin pemasaran dilakukan untuk

mengetahui perbedaan harga per satuan di tingkat produsen atau tingkat

konsumen yang terjadi pada rantai pemasaran (Sudiyono 2001). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mi = Pki – Ppi ………. (3)

Dimana : Mi = Marjin pemasaran pasar tingkat ke-i Pki = Harga beli konsumen tingkat ke-i

Ppi = Harga jual produsen ke-i

Margin pemasaran dapat pula diperoleh dengan menjumlah biaya

pemasaran dan keuntungan setiap lembaga. Secara sistematis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :

i Ci

Mi= +∏ ...(4)

Dimana :

Ci = Biaya lembaga pemasaran ditingkat ke-i Пi = Keuntungan lembaga di tingkat ke-i

(46)

4.6. Analisis Farmer’s Share

Analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang biasa disebut dengan farmer’s share (Limbong dan Sitorus 1987). Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh produsen atau petani semakin rendah. Secara matematis, farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

% 100 Pr x Pf Fs= ……….(5) Keterangan :

Fs : Persentase yang diterima oleh petani Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat konsumen

4.7. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Tingkat efisiensi sebuah sistem pemasaran juga dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Semakin meratanya rasio keuntungan terhadap pemasaran, maka secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio keuntungan dan biaya dalam Hanapi (2006) dirumuskan sebagai berikut:

BPi KPi C=

∏ / ...(6) Keterangan :

KPi = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg) BPi = Biaya pemasaran (Rp/kg)

Nilai П/C lebih dari satu (П/C > 1), maka usaha tersebut efisien dan apabila П/C kurang dari satu (П/C < 1) maka kegiatan tersebut tidak efisien.

4.8. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data di lapang dilaksanakan mulai tanggal 25 Maret sampai dengan 24 April 2008 di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.

(47)

4.9. Batasan dan Pengukuran

1. Responden adalah pembudidaya Ikan Mas dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam saluran atau jaringan pemasaran Ikan Mas.

2. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran ketika komoditas mulai bergerak dari (produsen) pembudidaya kepada konsumen.

3. Saluran pemasaran adalah rangkaian penyaluran produk dari produsen (pembudidaya) ke tangan konsumen akhir.

4. Struktur pasar adalah bentuk pasar berdasarkan atas karakteristik atau sifat yang dimiliki lembaga pemasaran yang terlibat.

5. Perilaku pasar adalah tingkah laku peserta pasar, dapat dilihat dari proses praktek pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga.

6. Fungsi pemasaran adalah kegiatan lembaga pemasaran dalam menyalurkan Ikan Mas.

7. Efisiensi pemasaran adalah kondisi pemasaran dimana pengusaha dapat bekerja atas dasar biaya input yang rendah tanpa mengurangi kepuasan

konsumen. Efisiensi pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran diukur dengan margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya. 8. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga antara pembayaran konsumen

dengan harga yang diterima oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran.

9. Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase.

10. Rasio keuntungan dan biaya adalah perbandingan besarnya keuntungan atas biaya pemasaran yang dikeluarkan.

11. Pendapatan usaha adalah pendapatan pembudidaya dari pengurangan total penerimaan dengan biaya pada satu tahun usaha.

12. R-C ratio adalah perbandingan antara penerimaan yang diterima pembudidaya dengan biaya yang dikeluarkan pembudidaya selama satu tahun usaha.

(48)

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah

Kabupaten Tanggamus memiliki 28 kecamatan, salah satunya Kecamatan Pagelaran. Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi perikanan budidaya Ikan Mas di Kabupaten Tanggamus. Batas wilayah Kecamatan

Pagelaran yaitu :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Naningan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung

Kecamatan Pagelaran mempunyai 24 pekon/desa, berjarak 114 km dari Ibukota Kabupaten dan 50 km dari Ibukota Provinsi. Kecamatan Pagelaran

terletak pada ketinggian 110-600 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan bentuk wilayah berupa daratan. Kisaran suhu antara 20°C-25°C dengan curah hujan sebesar 1952 mm per tahun (data monografi Kecamatan Pagelaran 2007).

Kecamatan Pagelaran mempunyai luas wilayah sebesar 12.226,5 Ha. Wilayah tersebut antara lain terdiri dari tanah sawah, tanah kering, tanah basah, tanah hutan, dan tanah keperluan fasilitas umum.Tanah sawah mempunyai luasan 3.250 Ha dengan persentase sebesar 26,58%. Tanah Kering terdiri dari

pekarangan atau bangunan, tegal atau kebun, ladang atau tanah huma memiliki luasan terbesar yaitu 5.428 Ha dengan persentase sebesar 44,40%. Tanah basah berupa kolam atau balong memiliki luasan sebesar 260 Ha dengan persentase 2,13%. Tanah perkebunan yang merupakan perkebunan rakyat memiliki luas 326,3 Ha dengan persentase 26,69%. Sedangkan tanah keperluan fasilitas umum terdiri dari lapangan olah raga dan kuburan memiliki luasan sebesar 25 Ha dengan persentase 0,2%. Rincian penggunaan lahan Kecamatan Pagelaran dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar

Tabel 1. Data Produksi Perikanan Air Tawar di Provinsi Lampung   Tahun 2004-2006  No  Jenis Ikan   2004  2005  2006*  1   Ikan Mas  5.122 3.852 3.206,7  2   Tawes  237 283 233,5  3   Mujair  709 185 218,6  4   Nilem  96 121 61,0  5   Nila  2.028 1.700 1.67
Tabel 3. Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun 2007  Jenis Ikan
Gambar 1. Ikan Mas
Gambar 2. Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi  Sumber : Hanafiah dan Saeffudin 1986
+7

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya marjin pemasaran, bagian harga yang diterima pembudidaya/produsen ikan nila atau farmer’s share, keuntungan dan biaya akan menentukan efisiensi pemasaran

Distribusi marjin, share, serta rasio keuntungan dan biaya pemasaran bunga mawar potong pada saluran yang kedua ini melibatkan 3 lembaga pemasaran, yaitu

Tabel 17 Rincian Distribusi Margin, Farmer Share, Share Keuntungan dan B/C Ratio Lembaga Pemasaran Kopi Robusta Pada Saluran Pemasaran III: Petani - Tengkulak Lokal 2

Keragaan pasar menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran dengan penyebaran marjin dan Rasio Profit Margin yang tidak merata antar lembaga pemasaran, korelasi harga

farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya maka pemasaran sapi potong di pasar hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo dinyatakan.

(2) Kinerja pasar dalam saluran pemasaran kopi Arabika dapat dilihat pada sebaran marjin pemasaran, farmer share dan rasio keuntungan biaya yang didapat berbeda-beda tergantung

Distribusi marjin, share, serta rasio keuntungan dan biaya pemasaran bunga mawar potong pada saluran yang kedua ini melibatkan 3 lembaga pemasaran, yaitu

Keragaan pasar menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran dengan penyebaran marjin dan Rasio Profit Margin yang tidak merata antar lembaga pemasaran, korelasi harga