• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU LEMBAGA PEMASARAN IKAN MAS

DI KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

RIRIN ADELINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Ririn Adelina

(4)

ABSTRAK

RIRIN ADELINA. Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola saluran pemasaran ikan mas yang tercipta dan perilaku lembaga pemasaran ikan mas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner dengan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data pada setiap lembaga pemasaran. Hasil penelitian ini adalah adanya 5 pola saluran pemasaran yang tercipta. Perilaku lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman dapat dilihat dari setiap lembaga pemasaran ikan mas. Pedagang pengumpul cenderung memiliki kekuatan baik dari permodalan maupun penguasaan output pemasaran sehingga dapat menguasai pemasaran. Pedagang grosir sendiri juga memiliki posisi tawar yang kuat terhadap pedagang pengecer karena pedagang pengecer tidak ada alternatif pembelian ikan mas kecuali kepada pedagang grosir. Pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi harga pasar karena pedagang pengecer hanya menerima harga yang diberikan oleh pedagang pengumpul dan pedagang grosir.

Kata kunci: perilaku lembaga dan pola saluran pemasaran

ABSTRACT

RIRIN ADELINA. Behavior Analysis of Goldfish Marketing institutions in Pasaman Districk West. Supervised by BURHANUDDIN.

This study was conducted to analyze the pattern of marketing channels and behavior of goldfish marketing institutions. The method used in this study is questionnaire survey. This research was conducted by analyzing data on any marketing agents. The results were there are 5 patterns of marketing channels, Behavioral of goldfish marketing agents at Pasaman district can be seen from any marketing agent of goldfish. Traders tend to have more power both from financial and authority of marketing output, thus have control over marketing. Wholesalers also have strong bargain position over retailers, because retailers have no alternate seller of goldfish aside from the wholesalers. Retailers can not affect market price, for they only accept price given by traders and wholesalers.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS PERILAKU LEMBAGA PEMASARAN IKAN MAS

DI KABUPATEN PASAMAN SUMTERA BARAT

RIRIN ADELINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat

Nama : Ririn Adelina NIM : H34100033

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, Msi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah pemasaran, dengan judul Analisis Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujaswan dari penyuluh perikanan di Kecamatan Rao Selatan dan Bapak Dodi Yanto selaku ketua Pokdakan Mina Maju Sejahtera, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Lembaga dan Saluran Tataniaga 7

Fungsi Pemasaran 8

Struktur Pasar 9

Perilaku Pasar 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel 20

Metode Pengolahan dan Analisis Data 21

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22

Keadaan Umum Daerah Penelitian 22

Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Pola Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran 26

Fungsi Pemasaran 28

Struktur Pasar 31

Perilaku Pasar 33

Efisiensi Pemasaran 35

SIMPULAN DAN SARAN 38

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 41

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi perikanan Sumatera Barat tahun 2008-2012

(Ton) 1

2 Produksi budidaya perikanan menurut jenis budi daya

dan kabupaten/kota (ton) 2012 2

3 Produksi ikan buidaya per kecamatan 2011 3 4 Konsumsi ikan/kapita/tahun Kabupaten Pasaman 4 5 Produksi ikan Kabupaten Pasaman 2013 5 6 Kenaikan harga ikan mas Januari 2013-Maret 2014 di Kabupaten

Pasaman 5

7 Struktur pasar 16

8 Pengalam usaha pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman tahun

2014 23

9 Kelompok umur pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman 23 10 Kelompok pendidikan terakhir pembudidaya ikan mas di Kabupaten

Pasaman 23

11 Pengalaman usaha dan pendidikan terakhir pedagang pengumpul 2014 24 12 Tujuan penjualan pembudidaya 2014 26 13 Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran 28

14 Karateristik struktur pasar 31

15 Karakteristik perilaku pasar 34

16 Marjin, biaya dan keuntungan pemasaran serta farmer’s share

di Kabupaten Pasaman (Rp/kg) 36

17 Marjin, biaya dan keuntungan pemasaran serta farmer’s share

di luar Kabupaten Pasaman (Rp/kg) 37

DAFTAR GAMBAR

1 Skema saluran tataniaga perikanan 12

2 Kerangka pemikiran operasional 18

3 Pola saluran pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman 2014 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta daerah Kabupaten Pasaman 41

2 Dokumentasi penelitian 42

3 Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang pengumpul 43

4 Rincian biaya pedagang pengumpul 44

5 Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang grosir 45

6 Rincian biaya pedagang grosir 46

(11)

di Kabupaten Pasaman 47 8 Rincian biaya pedagang pengecer di Kabupaten Pasaman 48 9 Biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran pedagang pengecer luar

Kabupaten Pasaman 49

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam perairan. Pemanfaatan ini dapat dilakukan dalam berbagai hal baik produksi (budi daya dan penangkapan) maupun pemasaran. Dalam produksi, perikanan terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan perikanan darat dan perikanan laut BPS (2012). Salah satu daerah yang memanfaatkan sumberdaya perairan adalah daerah Sumatera Barat, dimana dapat dilihat bahwa setiap tahun produksi perikanan di Sumatera Barat dari 2008-2012 selalu meningkat (tabel 1).

Tabel 1 Perkembangan produksi perikanan Sumatera Barat tahun 2008-2012 (Ton)

Komoditi Tahun Kenaikan

Total (%)

2008 2009 2010 2011 2012

Umum 261 238 284 730 311 971 337 012 385 946 Kenaikan

(%) 8.99 9.57 8.03 14.52 10.28

Laut 187 043 191 345 192 658 196 512 197 460 Kenaikan

(%) 2.30 0.69 2.00 0.48 1.37

Darat 74 195 93 385 119 313 140 500 188 486 Kenaikan

(%) 25.86 27.76 17.76 34.15 26.39

Sumber: BPS (diolah) 2012

Produksi perikanan di Sumatera Barat selalu meningkat setiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel di atas dimana produksi perikanan secara umum mengalami rata-rata kenaikan lebih dari 10% setiap tahun. Produksi perikanan yang bagus di Sumatera Barat adalah perikanan darat setiap tahun mengalami peningkatan lebih dari 26%. Pertumbuhan perikanan darat megalami peningkatan produksi yang sangat tinggi, hanya dalam kurun waktu lima tahun perikanan darat Sumatera Barat meningkat lebih dari 2 kali lipat bila dibandingkan pada tahun 2008.

(14)

Tabel 2 Produksi budidaya perikanan menurut jenis budi daya dan kabupaten/kota (ton) 2012

Kabupaten/Kota

Jenis Budidaya

Kolam Sawah

Kabupaten

Kep. Mentawai 46.12 -

Pesisir Selatan 3 638.63 621.09

Solok 1 026.50 30.02

Sijunjung 3 522.50 2 540.89

Tanah Datar 2 760.70 242.73

Padang Pariaman 20 956.89 419.89

Agam 4 569.56 334.92

Lima Puluh Kota 23 501. 54 3 007.07

Pasaman 28 892.85 43.43

Solok Selatan 284.33 51.09

Dharmasraya 11 345.42 -

Pasaman Barat 1 275.44 29.87

Kota

Padang 2 762.04 -

Solok 62.35 4.82

Sawah Lunto 78.91 -

Padang Panjang 455.55 37.56

Bukittinggi 178.70 3.60

Payakumbuh 344.03 -

Pariaman 148.60 -

Jumlah 2012* 105 850.67 7 366.98

2011 76 276.57 9 694.45

2010 59 643.55 5 823.00

2009 45 446.98 9 268.63

2008 35 758.50 7 893.60

Sumber: BPS 2013 (diolah)

(15)

Tabel 3 Produksi ikan buidaya per kecamatan 2011

Kecamatan Jenis Areal Pemeliharaan

kolam (Ha)

1. Tigo nagari 98.78

2. Bonjol 79.49

3. Simpang Alahan Mati 21.80

4. Lubuk sikaping 21.80

5. Duo Koto 144.28

6. Panti 2 187.52

7. Padang Gelugur 4 214.96

8. Rao 6 610.27

9. Rao Utara 337.95

10. Rao Selatan 8 077.97

11. Mapat Tunggul 47.59

12. Mapat Tunggul Selatan 22.60

Jumlah/ Total 2011 21 865.01

2010 16 965.24

2009 13 369.63

2008 2 136.24

2007 2 270.10

Sumber : BPS 2011

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi perikanan darat dengan jenis areal pemeliharaan kolam terbesar berada di Kecamatan Rao Selatan. Lalu diikuti oleh Kecamatan Rao. Selanjutnya diikuti oleh Padang Gelugur dan seterusnya. Jenis perikanan darat yang diproduksi oleh pembudidaya di Kabupaten Pasaman sebagian besar adalah komoditas ikan mas (Tabel 5) hal ini dapat di lihat lebih dari 58% produksi ikan Kabupaten Pasaman adalah ikan mas.

(16)

Tabel 4 Konsumsi ikan/kapita/tahun Kabupaten Pasaman

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman 2014 (diolah)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa setiap tahun konsumsi ikan di Kabupaten Pasaman mengalammi peningkatan sehingga mencapai target konsumsi ikan di Kabupaten Pasaman yaitu 30 kg/kapita/tahun. Apabila dibandingkan dengan produksi ikan mas (Tabel 5), produksi ikan mas di Kabupaten Pasaman sudah melebihi konsumsi masyarakat Kabupaten Pasaman sehingga dibutuhkan pemasaran ikan mas ke luar daerah Kabupaten Pasaman.

Sebagai salah satu daerah sentra produksi ikan mas seharusnya pembudidaya pembesaran ikan mas dan lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman mengetahui informasi pasar agar mengetahui kemana dan kapan harus memasarkan ikannya. Selain itu memberikan pengaruh pada peningkatan kesejahteraan dari para pelaku usaha ikan mas. Kesejahteraan yang diterima pelaku usaha ikan mas sangat tergantung pada keuntungan dari harga yang diterima dari hasil penjualan masing-masing pelaku usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Pemasaran ikan mas konsumsi dilakukan dari pembudidaya hingga sampai kepada tangan konsumen. Agar pemasaran ikan mas berhasil maka petani harus memperhatikan teknik pemanenan yang benar sampai pendistribusian yang dilakukan oleh lembaga pemasaran untuk menjaga kualitas serta kesegaran ikan mas dalam memenuhi keinginan konsumen.

(17)

ikan mas dan pengangkutan harus dilakukan secepatnya dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai.

Tabel 5 Produksi ikan Kabupaten Pasaman 2013

No Kecamatan Produksi (Ton)

Jumlah Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman (diolah)

Perumusan Masalah

Pembudidaya mengalami permasalahan dalam membudidayakan ikan mas, yaitu tingginya harga pakan. Pakan didapatkan pembudidaya dari pedagang pengumpul ikan mas. Harga pakan selalu mengalami kenaikan setiap bulannya. Kurang lebih dari tahun 2013-2014 harga pakan sudah mengalami kenaikan sebesar Rp 100 000. Kenaikan pakan yang terus menerus sangat merugikan pembudidaya karena harga jual ikan mas tidak mengalami kenaikan yang dapat merangsang pembudidaya untuk melakukan budi daya pembesaran ikan mas. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan mempengaruhi penawaran ikan mas, sehingga pemasaran ikan mas akan terganggu. Tabel 6 menunjukkan kenaikan harga ikan mas dalam kurun waktu 1 tahun.

Tabel 6 Kenaikan harga ikan mas Januari 2013-Maret 2014

Periode Harga

Januari-Juli 2013 15 000

Agustus-Desember 2013 16 000

Desember 2013-Januri 2014 17 000

Januari-Maret 2014 21 000

(18)

Pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman melalui beberapa rantai pemasaran untuk menyampaikan produk dari produsen primer (pembudidaya pembesaran ikan mas) kepada lembaga pemasaran hingga sampai kepada konsumen. Setiap rantai pemasaran yang ada memiliki perbedaan biaya yang berpengaruh pada harga ikan mas dipasar. Perbedaan biaya terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan oleh masing-masing lembaga pemasaran ikan mas.

Masalah pemasaran perikanan secara umum tidak terlepas dari ciri-ciri perikanan itu sendiri dimana bersifat musiman, permintaan yang relatif stabil setiap tahun, sifat ikan yang mudah busuk dan jumlah dan kualitas hasil produksi dapat berubah-ubah akan mempengaruhi kelangsungan pemasaran perikanan Hanafiah dan Saefuddin (1983). Permasalah pemasaran ikan mas juga tidak terlepas dari ciri-ciri ikan mas itu sendiri yaitu musiman, cepat busuk dan diproduksi dalam jumlah yang besar sedangkan sentra produksi tersebar dan jauh dari pusat konsumsi sehingga akan mempengaruhi pendistribusian ikan mas sampai kepada tangan konsumen akhir. Masalah waktu pendistribusian dan penanganan yang benar dan cepat menjadi penentu karena ikan mas harus tetap segar dan hidup sampai kepada tangan konsumen akhir. Apabila ikan mas tidak sampai tepat waktu maka akan mempengaruhi penerimaan masing-masing pelaku lembaga pemasaran. Dengan permasalahan yang sudah diuraikan maka perlu dilakukan penelusuran pemasaran ikan mas mulai dari pembudidaya sampai kepada konsumen agar produksi ikan mas tetap stabil dan diharapkan baik pembudidaya maupun lembaga pemasaran ikan mas mendapatkan share yang adil.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pola saluran pemasaran ikan mas yang tercipta dan lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman?

2. Bagaimana Perilaku lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman bila dilihat dari pola dan lembaga saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar serta efisiensi pemasaran?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pola saluran pemasaran ikan mas dan lembaga pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman.

2. Menganalisis perilaku lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman dengan menganalisis pola dan lembaga saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar serta efisiensi pemasaran.

Manfaat Penelitian

(19)

1. Bagi pembudidaya sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam melakukan budi daya ikan mas dan saluran pemasaran yang akan dipilih. 2. Bagi penulis merupakan sarana pengembangan wawasan serta pengalaman

dalam menganalisis permasalahan khususnya di bidang kelembagaan pemasaran.

3. Bagi pelaku pemasaran ikan mas, sebagai bahan informasi untuk melihat peluang bisnis dalam pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pasaman yaitu di kecamatan Rao Selatan dan Kecamatan Padang Gelugur mengenai analisis perilaku lembaga pemasaran ikan mas. Penelitian ini akan mengikuti saluran pemasaran dari pembudidaya ikan mas hingga ke konsumen. Sehingga dapat diketahui perilaku lembaga pemasaran ikan mas. Dalam penentapan harga, harga yang berlaku adalah harga pada saat dilakukan penelitian. Daerah tujuan pemasaran hanya dibatasi pada pemasaran di wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara khususnya Padang Sidempuan. Kekurangan pada penelitian ini adalah dalam pengambilan sampel dengan mennggunakkan metode snowball sampling tidak mengambil semua sampel yang ditunjuk oleh informan sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Lembaga dan Saluran Tataniaga

(20)

bergabung dengan pokdakan. Dari ketiga saluran pemasaran ikan mas ini tidak terdapat alternatif saluran yang paling efisien karena pembudidaya menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul kecamatan.

Setiorini (2008) juga menyimpulkan pola pemasaran yang tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu yaitu Saluran 1 terdiri dari pembudidaya-pedagang pengumpul-pedagang pengumpul luar kecamatan- pedagang pengecer luar kecamatan-rumah makan. Saluran 2 terdiri dari pedagang pengumpul-pedagang pengecer. Saluran 3 pembudidaya-pedagang pengumpul-pembudidaya-pedagang pengumpul luar kecamatan-pembudidaya-pedagang pengecer luar kecamatan. Saluran 4 terdiridari pembudidaya-pedagang pengumpul-pedagang pengumpul luar kecamatan-pemancingan. Dari keempat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang paling efisien berdasarkan farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) adalah saluran 2 yang melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pada saluran 2, farmer’s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan margin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar.

Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pembudidaya ikan darat adalah fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas sedangkan fungsi fisik tidak dilakukan karena sudah dilakukan oleh pedagang pengumpul Harahap (2011) dan Setiorini (2008). Fungsi pertukaran yang dilakukann oleh pembudidaya adalah fungsi penjualan dimana pembudidaya ikan menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul dan biasanya kepada pedagang pengumpul langganannya Setiorini (2008). Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pembudidaya adalah sortir, risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Pembudidaya melakukan sortasi pada saat pemanenan yaitu memilih bobot ikan yang bisa dikonsumsi. Sehingga mengalami risiko pengurangan volume penjualan. Pembiayaan yang dilakukan oleh pembudidaya adalah biaya pada saat produksi. Pemmbudidaya memiliki informasi pasar yaitu informasi harga ikan dan informasi mengenai bobot ikan yang diinginkan oleh konsumen Harahap (2011).

(21)

Fungsi pelancar yang dilakukan pedagang pengumpul adalah permodalan, penanggungan risiko, standarisasi dan grading, serta informasi pasar. Modal usaha yang digunakan oleh pedagang pengumpul berasal dari modal sendiri. Modal ini digunakan pedagang pengumpul untuk pembelian ikan, biaya transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk transportasi, terminal, dan penyusutan bobot. Fungsi penanggungan resiko yang dialami oleh pedagang pengumpul adalah penyusutan bobot dan kematian pada saat penyimpanan dan pengangkutan ke tempat pembeli. Fungsi standardisasi dan grading yang dilaksanakan pedagang pengumpul yaitu pada saat terdapat permintaan dari tempat pemancingan. Tempat pemancingan biasanya menginginkan ikan mas dengan ukuran 3-5 ekor per kg. Fungsi informasi pasar dilakukan pedagang pengumpul yaitu dengan mengumpulkan informasi mengenai waktu panen pembudidaya dan harga yang sedang berlaku di kalangan pembudidaya, juga mengenai stok ikan mas yang terdapat di pasar Setiorini (2008).

Pedagang pengecer melakukan pembelian dari pedagang pengumpul. Lalu menjualnya kepada konsumen yang berada di pasar. Konsumen pedagang pengecer adalah rumah tangga. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer adalah pengangkutan. Pedagang pengecer mengangkut ikan mas dengan jerigen. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengecer adalah permodalan pada usahanya, penanggungan risiko dari penyusustan bobot ikan mas, standarisasi dan grading sesuai keinginan konsumen, serta informasi pasar mengenai harga ikan mas di pasar Pasaribu (2011).

Struktur Pasar

Analisis struktur pasar dapat dilakukan untuk melihat sifat dan karakteristik pasar. Secara umum ada empat faktor penentu dalam menganalisis struktur pasar yaitu jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, sifat produk, kondisi keluar masuk pasar, dan tingkat pengetahuan informasi pasar Lestari (2006) dan Sakinah (2006). Lilimantik (2011) menyimpulkan bahwa jumlah produsen lebih banyak dari pada jumlah pedagang pengumpul sehingga hasil penjualan pada tingkat pedagang pengumpul agak terkonsentrasi dan mengarah pasar oligopsoni. Pedagang pengumpul lebih bersifat oligopoli dengan cara menguasai pasar dan harga terutama karena produsen sangat tergantung kepada pedagang pengumpul dengan menjalin kerjasama yang erat. Dalam pemasaran ikan mas konsumsi harga ikan yang besar dengan yang kecil tidak ada perbedaan. Selain itu kualitas ikan terus dijaga agar tetap segar mulai dari pembudidaya hingga kepada konsumen akhir sehingga sifat produk adalah homogen Lilimantik (2011) dan Setiawan (2012).

(22)

proses penjualan. Pada pasar di tingkat pedagang pengumpul masing-masing telah mempunyai pedagang pengecer sebagai langganan dan merupakan suatu ikatan kerjasama yang dijaga secara bersama-sama, sehingga tidak mudah bagi pedagang pengumpul untuk menjual kepada pedagang pengecer yang bukan langganannya. Jadi segmentasi pasar memang terjadi untuk masing masing pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer.

Selain tiga karakteristik struktur pasar yang sudah disebutkan karakteristik struktur pasar yang juga berpengaruh adalah informasi pasar. Informasi pasar merupakan hal yang penting bagi lembaga yang terkait dengan pemasaran suatu komoditi. Informasi pasar akan membantu terciptanya kondisi keseimbangan permintaan dan penawaran. Informasi yang paling dibutuhkan dalam pemasaran adalah informasi harga dan kualitas yang ditetapkan. Sumber informasi harga yang didapatkan adalah dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Sumber informasi pembudidaya adalah adalah sesama pembudidaya atau dari pedagang pengumpul. Sedangkan pedagang pengumpul mendapatkan informasi dari pedagang diatasnya Fransiska (2003) dan Putrisa (2006).

Struktur pasar yang terjadi pada pemasaran ikan mas dari segi pembudidaya adalah pasar bersifat persaingan murni. Sedangkan dilihat dari pedagang pengumpul dalam kecamatan dan luar kecamatan pedagang pengecer dalam kecamatan dan luar kecamatan serta kolam pemancingan adalah struktur pasar oligopsoni murni (Pasaribu 2011).

Sedangkan (Setiorini 2008) menyimpulkan bahwa Struktur pasar yang terbentuk di antara pembudidaya dan pedagang pengumpul adalah struktur pasar oligopsoni dimana jumlah pembudidaya lebih banyak dari pada jumlah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan membentuk struktur pasar oligopoli, dimana jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual lebih sedikit daripada jumlah pedagang pengumpul luar kecamatan sebagai pembeli. Struktur pasar yang terbentuk antara pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan dengan pedagang eceran adalah struktur pasar oligopoli. Jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual lebih sedikit daripada jumlah pedagang pengecer. Pada kondisi ini, pedagang pengecer memiliki pengetahuan yang lebih mengenai harga di kalangan konsumen daripada pedagang pengumpul. Tetapi pedagang pengumpul tetap memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh pembelian ikan mas oleh pedagang pengecer hanya dalam jumlah kecil. Pedagang pengecer dengan rumah makan membentuk struktur pasar oligopoli, hal ini disebabkan jumlah pedagang pengecer sebagai penjual daripada rumah makan.

Perilaku Pasar

(23)

Praktek pembelian dan penjualan, pembudidaya ikan mas biasanya menjual ikannya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali melakukan penjualan ikan Setiorini (2008) dan Fransiska (2003). (Setiorini 2008) menyimpulkan pembudidaya menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap panen. Ikatan ini terjadi karena pembudiaya sudah percaya kepada pedagang pengumpul. Lalu pedagang pengumpul menjual ikannya kepada pedagang pengumpul luar kecamatan yang sudah menjadi langganannya karena pedagang pengumpul mudah dalam menyalurkan ikan mas baik pada keadaan normal ataupun panen raya. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan memasarkan ikan mas kepada pedagang pengecer.

Tahap awal yang dilakukan pada praktek penentuan harga adalah produsen menawarkan harga jual tertentu. Setelah itu pembeli juga megajukan harga tertentu sehingga terjadi negosiasi dan terbentuklah harga yang disepakati dengan pertimbangan keadaan produk dan atau harga yang yang berada di pasar Supriadi (2013) dan Wirawati (2006). ( Putrisa 2006) menyimpulkan penentuan harga di tingkat pembudidaya ditentukan oleh tengkulak, pembudidaya hanya menerima harga. Harga ditentukan berdasarkan ada tidaknya hubungan antara pembudidaya dengan tengkulak. Jika ada hubungan maka harga benih ikan akan lebih rendah.

Praktek pembayaran harga yang dilakukan tengkulak terhadap pembudidaya adalah secara tunai atau tidak tunai (sistem pembayaran kemudian). Pembayaran tidak tunai dilakukan dengan cara membayar uang muka terlebih dahulu sekitar 50%. Lalu setelah 3 sampai 10 hari kemudian dilunasi Firdaus (2004) dan Putrisa (2006).

Hubungan kerja sama antar lembaga pemasaran berjalan baik. Pembudidaya memiliki hubungan dagang dan penyediaan pakan ternak. Hubungan antar lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran yang lain bersifat sebagai mitra kerja untuk memperlancar dan mempermudah pembelian. Beberapa pedagang pengumpul saling bertukar informasi mengenai kondisi harga Putrisa (2006) dan Setiorini (2008).

Berdasarkan hasil studi pustaka maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan yang terdapat antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan berkisar pada saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, serta efisiensi pemasaran yang diukur dengan marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani serta komoditas ikan yang diteliti yaitu ikan mas. Tetapi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada lokasi penelitian. Penelitian mengenai pemasaran ikan mas konsumsi di Kabupaten Pasaman belum ada sehingga peneliti melakukan penelitian di situ. Selain itu penelitian ini lebih fokus pada perilaku lembaga pemasaran ikan mas itu sendiri.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(24)

tindakan atau usaha yang produktif. Kegiatan produktif yang dilakukan berkaitan dengan proses meningkatkan atau menciptakan nilai (value added process) baik nilai guna bentuk (form utility), tempat (Place utility), waktu (Time utility) dan kepemilikan (possession utility) Hanafiah dan Saefuddin (2006) dan Asmarantaka (2012).

Lembaga dan Saluran Pemasaran

Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dimana melihat pergerakan barang-barang dari pihak produsen sampai ke pihak konsumen Hannafiah dan Saeffudin (2006). Saluran atau distribusi tataniaga merupakan rangkaian pengantara pemasaran yang akan dapat dengan sempurna menolong tercapainya sasaran-sasaran perusahaan.

Banyaknya tahap perantara yang terdapat akan menentukan ukuran panjangnya saluran tataniaga (Kotler 1983). Penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke pihak konsumen terlihat satu sampai beberapa golongan perantara. Pedagang perantara ini yang dikenal sebagai saluran tataniaga. Saluran tataniaga terdiri dari pedagang perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak menghiraukan apakah mereka memiliki barang dagangan atau hanya bertindak sebagai agen dan pemilik barang Hannafiah dan Saeffudin (2006). Menurut (Swadaya 2008) secara umum alur distribusi produk perikanan dari produsen sampai ke tangan konsumen terjadi melalui tiga macam cara, yaitu pemasaran secara langsung, semi langsung, atau secara tidak langsung. Penyaluran langsung merupakan dalam pemasaran ini, pembudidaya tidak mempergunakan pedagang perantara. Penyaluran semi langsung merupakan dalam memasarkan produknya produsen menyalurkan hasil produksinya ke tangan pedagang eceran. Kemudian lalu disalurkan kepada konsumen. Sedangkan penyaluran tidak langsung adalah distribusi dipengaruhi oleh jarak produsen kepada konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit jalur tataniaga yang harus dilalui.

(25)

Gambar 1 Skema saluran tataniaga perikanan Keterangan:

P1 = pedagang pengumpul lokal R = pedagang eceran

G = grosir

HC = konsumen akhir IM = institusional market

Fungsi Pemasaran

(26)

Fungsi Pertukaran

Fungsi pertukaran merupakan kegiatan dalam pemindahan hak milik barang/jasa dalam sistem pemasaran. Dalam fungsi pertukaran, produk harus dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran berlangsung. Pihak-pihak yang terlibat dalam fungsi pertukaran adalah pedagang dan agen yang mendapat komisi karena mempertemukan penjual dan pembeli Asmarantaka (2012) dan Hanafie (2010).

Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah penjualan dan pembelian. Sasaran penjualan adalah mengalihkan barang kepada pihak pembeli dengan harga yang memuaskan Hanafiah dan Saefuddin (1983). Fungsi pembelian dilakukan di setiap tingkatan saluran pemasaran.keberhasilan seluruh proses pemasaran sangat ditentukan oleh tingkah laku konsumen akhir dalam melakukan pembelian Hanafie (2010).

Fungsi Fisik

Fungsi fisik merupakan aktivitas penanganan, pergerakan, perubahan fisik dari produk/jasa serta turunannya. Fungsi fisik terdiri dari penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, pabrikan, dan pengemasan Asmarantaka (2012). Pengangkutan merupakan bergeraknya atau pemindahan barang-barang dari tempat produksi atau tempat penjualan ke tempat-tempat dimana barang tersebut dan dipakai. Kondisi geografis wilayah juga menjadi perhatian untuk penyesuaian sarana transportasi yang akan digunakan. Dengan demikian fungsi pengangkutan menciptakan kegunaan tempat bagi produk-produk yang dipasarkan Hanafiah dan Saefuddin (1983) dan Hanafie (2010).

Fungsi penyimpanan berarti menahan barang-barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual. Hal ini berarti menambah kegunaan waktu terhadap produk dan sangat penting bagi banyak komoditi pertanian. Dalam menentukan berapa lama barang disimpan perlu dipertimbangkan hubungan ukuran, sifat produk, dan hubungan masa produksi Hanafiah dan Saefuddin (1983) dan Hanafie (2010). Fungsi pengemasan perlu dilakukan supaya menjaga kualitas dari produk yang dipasarkan.

Fungsi Fasilitas

Dalam melaksanakan fungsi fasilitas aktivitasnya tidak langsung dalam sistem pemasaran, tetapi memperlancar dalam fungsi pertukaran dan fungsi fisik Asmarantaka (2012). Fungsi fasilitas terdiri dari informasi pasar, penanggungan risiko, standarisasi dan penggolongan mutu serta pembiayaan Hanafie (2010). Informasi pasar menduduki tempat penting diantara faktor-faktor yang mendeterminasi apa yang diproduksi, dimana, apabila, bagaimana dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Dengan informasi pasar yang tepat dapat mengurangi risiko usaha sehingga memungkinkan pedagang beroperasi pada keadaan margin pemasaran rendah dengan memberikan keuntungan bagi pedagang Hanafiah dan Saefuddin (1983).

(27)

dan tingginya biaya. Hanafiah dan Saefuddin (1983). Penggolongan mutu adalah kegiatan mengklasifikasikan hasil-hasil pertanian ke dalam beberapa golongan mutu yang berbeda, masing-masing dengan nama, etiket, dan harga tertentu. Perbedaan itu bisa berupa bentuk, ukuran, rasa, dan spesifikasi teknis yang lain Hanafie (2010). Grading merupakan memilih barang untuk dimasukkan ke dalam kelas yang ditetapkan dengan jalan standarisasi. Standarisasi merupakan penentuan atau penetapan mutu pada barang tertentu yang memiliki nilai tetap Hanafiah dan Saefuddin (1983) dan Hanafie (2010). Pembiayaan merupakan mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai ke sektor konsumsi. Pembiayaan erat kaitannya dengan kredit Hanafiah dan Saefuddin (1983).

Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar Asmarantaka (2012). Agar pemasaran lebih efisien perlu diketahui tiga hal yaitu ukuran dan jumlah produsen dan konsumen, sistem keluar masuknya barang, serta sifat produk Soekartiwi (2002). Sedangkan menurut (Asmarantaka 2012) ada satu hal lagi agar pemasaran efisien yaitu perlunya mengetahui tingkat pengetahuan informasi yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran. Tingkat pemusatan penjual dan pembeli di pasar diukur melalui jumlah pembeli dan penjual di pasar (penjual /pembelinya banyak di pasar). Persayaratan masuk ke suatu pasar diukur melalui apakah banyak hambatan atau tidak ketika ingin masuk ke dalam pasar. Pada tingkat sifat produk diukur berdasarka produk tersebut bersifat homogen atau different Murni dan Amaliawati (2012).

(28)

Tabel 7 Struktur pasar 3. Sedikit Standar Oligopoli Murni Oligopsoni Murni 4. Sedikit Difernsiasi

Selain memahami struktur pasar perlu juga diketahui perilaku pasar. Perilaku pasar merupakan perilaku partisipan (pembeli dan penjual), strategi atau reaksi yang dilakukan partisipan pasar secara individu atau kelompok, dalam hubungan kompetitif atau negosiasi terhadap partisipan lainnya untuk mencapai tujuan pemasaran tertentu Asmarantaka (2012). Untuk mengetahui perilaku pasar perlu mengetahui empat aspek yaitu bagaimana barang tersebut membentuk harga, apakah barang tersebut dikenakan pajak yang sama atau berbeda menurut kualitas dan kuantitas barang, apakah berdagang pada barang yang sama terjadi secara sehat di pasar, serta apakah dalam menganalisisnya barang dari produsen ke konsumen tersebut diperlukan perlakuan-perlakuan khusus agar kualitas produk memenuhi selera konsumen Soekartawi (2002). Mekanisme perdagangan di dalam pasar ditentukan oleh perilaku-perilaku anggota pasar. Anggota pasar terdiri dari penjual dan pembeli. Penjual mempengaruhi sisi penawaran dan pembeli mempengaruhi sisi permintaan. Interaksi antara permintaan dari sisi pembeli dengan penawaran dari segi penjual akan berpengaruh pada penentuan kuantitas barang yang diperdagangkan beserta harganya Mankiw (2003). Sehingga aspek-aspek perilaku pasar yang dapat dijelaskan dengan praktek-praktek yang dilakukan oleh anggota pasar yaitu praktek-praktek pembelian dan penjualan, praktek penentuan dan pembayaran harga, dan kerja sama antar lembaga pemasaran

Efisiensi Pemasaran

(29)

Menurut (Hannafiah dan Saeffudin 2006) efisiensi pemasaran dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang produsen dan sudut pandang sosial. Sudut pandang produsen efisiensi tataniaga adalah keuntungan kompetitif dengan biaya lebih rendah dan jasa lebih baik. Sedangkan sudut pandang sosial, efisiensi tataniaga terpusat pada pemenuhan keputusan individu-individu secara maksimum dan tidak terikat ukuran kualitatif saja.

Konsep efisiensi sering mempergunakan ukuran keragaaan pasar. Meningkatnya efisiensi atau sistem pemasaran yang efisien merupakan keinginan atau tujuan dari partisipan pemasaran yaitu pembudidaya, lembaga pemasaran, konsumen dan masyarakat umum Asmarantaka (2012). Indikator efisiensi pemasaran adalah efisiensi operasional dan efisiensi harga. Indikator efisiensi teknis atau operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Analisis yang sering digunakan adalah marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani Purcell 1979; Kohl dan Uhl (2002) dalam Asmarantaka (2012). Sedangkan efisiensi harga merupakan kemampuan sistem pemasaran dalam mengaloasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga sesuai dengan keinginan konsumen Asmarantaka (2012).

Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah harga yang dibiayai oleh konsumen dikurangi harga yang diterima oleh produsen. Tingkat harga yang dibayarkan oleh konsumen dan yang akan diterima produsen tergantung pada struktur pasar yang berlaku. Panjangnya rantai pemasaran sering menimbulkan pemasaran yang kurang efisien. Marjin pemasaran yang tinggi mengakibatkan penerimaan petani (farmer’s share) menjadi kecil Hanafie (2010).

Konsep margin pemasaran banyak dipakai untuk menganalisis efisiensi pemasaran, teknis dan harga. Analisis margin pemasaran digunakan untuk menganalisis sistem pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis pemasaran produk mulai dari pembudidaya sampai kepada konsumen akhir Asmarantaka (2012). Tinggi rendahnya marjin pemasaran dipakai untuk mengukur efisiensi sistem pemasaran, tergantung dari fungsi pemasaran yang dijalankan. Semakin besar marjin pemasaran maka semakin tidak efisien sistem pemasaran tersebut Hanafie (2010).

Penerimaan Petani (Farmer’s Share)

(30)

Kerangka Pemikiran Operasional

Komoditas ikan mas merupakan komoditas unggulan perikanan di Kabupaten Pasaman dan memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan karena selain permintaan yang selalu ada, kondisi geografi di Kabupaten Pasaman juga mendukung untuk menjadikan Kabupaten Pasaman sebagai sentra produksi ikan mas di Sumatera Barat. Dengan potensi yang dimiliki oleh daerah Kabupaten Pasaman diharapkan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi pembudidaya ikan mas maupun lembaga yang terlibat dalam pemasaran ikan mas.

Pembudidaya mengalami permasalahan dalam membudidayakan ikan mas, dimana pada kondisi lapang ditemukan harga pakan yang tinggi. Pakan didapatkan pembudidaya dari pedagang pengumpul ikan mas. Harga pakan selalu mengalami kenaikan setiap bulannya. Kurang lebih dari tahun 2013-2014 harga pakan sudah mengalami kenaikan sebesar Rp 100 000. Kenaikan pakan yang terus menerus sangat merugikan pembudidaya karena harga jual ikan mas tidak mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga pakan. Akibatnya banyak pembudidaya yang tidak membesarkan ikan mas. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan mempengaruhi penawaran ikan mas, sehingga pemasaran ikan mas akan terganggu.

Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang produktif yang dapat meningktkan nilai tambah suatu produk di setiap lembaga pemasaran. Peningkatan nilai tambah ini dapat menciptakan atau menambahkan biaya di setiap lembaga pemasaran. Perbedaan biaya ini akan mempengaruhi harga ikan di tingkat konsumen akhir sehingga dibutuhkan mengidentifikasi setiap lembaga pemasaran yang terkait dengan pemasaran ikan mas.

(31)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional Perilaku Pasar

- Praktek pembelian dan penjualan

- Proses penentuan atau pembayaran harga

- Kerja sama antar lembaga

pemasaran Struktur pasar

-Ukuran dan jumlah produsen dan konsumen

-Sistem keluar masuknya barang

-Sifat produk

-Informasi pasar

Sifat ikan mas yang musiman,cepat busuk, dan produksi dalam jumlah besar akan menjadi permasalahan pada pemasaran ikan mas.

Identifikasi Saluran dan lembaga Pemasaran

-Pembudidaya

-Pedagang pengumpul

-Pedagang grosir

-Pedagang pengecer

-Konsumen akhir

Perilaku Lembaga Pemasaran Ikan Mas

Efisiensi Pemasaran

-Margin Pemasaran

-Farmer’s share

Lembaga pemasaran melakukan kegiatan untuk mengatasi permasalahan ikan mas dengan menjalankan fungsi pemasaran

Analisis Kualitatif

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pasaman di daerah Kecamatan Rao Selatan dan Padang Gelugur. Daerah ini diambil dengan pertimbangan bahwa daerah ini adalah termasuk penghasil ikan mas terbesar di Kabupaten Pasaman dimana Kecamatan Rao Selatan merupakan daerah penghasil ikan mas terbesar atau sentra produksi di Kabupaten Pasaman dan Kecamatan Padang Gelugur merupakan daerah pendukung pengembangan ikan mas. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara menggunakan daftar kuesioner dengan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang grosir serta pedagang pengecer. Data sekunder didapatkan dari BPS, jurnal, skripsi, buku dan literatur relevan lainnya.

Data primer yang diambil seperti identitas responden, saluran pemasaran ikan mas, dan data biaya-biaya dalam menjalankan usaha dari pembudidaya hingga ke konsumen untuk menghitung farmer’s share dan marjin pemasaran. Data sekunder yang diambil seperti data produksi perikanan di Sumatera Barat baik secara umum maupun secara khusus yaitu ikan mas, gambaran daerah penelitian, serta teori-teori pendukung pada penelitian.

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara mewawancarai responden menggunakan daftar kuesioner. Data sekunder sebagai data penunjang yang dikumpulkan dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) dan literatur-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan judul penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Dengan pertimbangan bahwa yang diteliti adalah berkaitan dengan maksud dan tujuan penelitian Sukandarrumidi (2012). Sedangkan Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel awalnya ditentukam terlebih dahulu dan orang pertama ini yang akan menjadi sumber informasi utama yang selanjutnya dia menunjuk sampel lain yang layak dijadikan sebagai anggota sampel Sukandarrumidi (2012).

Pemilihan pembudidaya responden ini dilakukan secara sengaja (purposive).

(33)

dengan menggunakan snowball sampling yaitu dengan menelusuri saluran pemasaran ikan mas yang dominan di daerah penelitian berdasarkan informasi yang di dapat dari pelaku pasar sebelumnya dari tingkat pembudidaya sampai kepada pedagang pengecer. Pedagang grosir yang dijadikan sampel hanya di daerah Padang Sidempuan karena daerah lain juga memiliki pola pemasaran yang sama. Pedagang pengumpul yang diambil untuk dijadikan sampel adalah 3 dari 5 orang pedagang pengumpul. Pedagang grosir yang diambil sebagai sampel terdiri dari 3 orang dari 6 orang pedagang grosir di Padang Sidempuan. Jumlah sampel yang diambil untuk pedagang pengecer adalah 5 orang, 3 orang dari pedagang pengecer luar Kabupaten Pasaman dan 2 orang dari pedagang pengecer Kabupaten Pasaman.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menganalisis data primer yang di dapat dari wawancara dengan daftar kuesioner dengan lembaga pemasaran mulai dari pembudidaya ikan mas sampai pada pedagang pengecer. Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menggambarkan secara deskriptif pola saluran pemasaran, fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung marjin pemasaran dan farmer’s

share.

Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi pergerakan barang dari produsen sampai kepada tangan konsumen. Dari analisis ini akan diketahui pola saluran pemasaran. Saluran pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman dapat dianalisis dengan mengamati lembaga-lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Lembaga-lembaga pemasaran ini berperan sebagai pihak perantara dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen serta pembentukan peta saluran tataniaga. Dalam menganalisis lembaga pemasaran perlu diketahui fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Hal ini untuk mengetahui atau mengevaluai biaya pemasaran ikan mas mulai dari produsen sampai kepada konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran (penjualann dan pembelian), fungsi fisik (pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (informasi pasar, penanggungan risiko, standarisasi dan grading, serta pembiayaan. Menganalisis struktur pasar dapat dilihat dari ukuran dan jumlah produsen dan konsumen, sistem keluar masuknya barang, sifat produk dan perlunya mengetahui tingkat pengetahuan informasi yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran. Perilaku pasar dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, dan kerja sama diantara lembaga-lembaga pemasaran.

Analisis Efisiensi Pemasaran Analisis Marjin Pemasaran

(34)

harga yang diterima oleh konsumen akhir. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(1) Keterangan:

MT: margin Pemasaran

Pr : harga di tingkat konsumen akhir Pf : harga di tingkat produsen

Selain rumus diatas, margin pemasaran juga dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

...(2) Keterangan:

MT: margin pemasaran

Ci : biaya di lembaga pemasaran i

Πi : keuntungan pada lembaga pemasaran i

Analisis Penerimaan Petani (Farmer’s share)

Analisis ini dilakukan untuk melihat perbandingan harga yang terjadi di tingkat produsen dengan konsumen akhir. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(3) Keterangan:

Fs: persentase penerimaan pembudidaya Pr : harga di tingkat konsumen akhir Pf : harga di tingkat produsen

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Pasaman merupakan salah satu dari 19 kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Agam Sebelah Barat : berbatasan dengan Pasaman Barat

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

(35)

ladang. Sedangkan untuk daerah kawasan industri hanya sedikit yaitu 0.01% dari total lahan yang ada di Kabupaten Pasaman.

Karakteristik Pembudidaya Ikan Mas Konsumsi

Pada penelitian ini responden yang diambil sejumlah 50 orang. Kegiatan budidaya yang dilakukan pembudidaya adalah pembesaran ikan mas. Responden pada penelitian ini rata-rata sudah memiliki pengalaman yang lama dalam pembesaran ikan mas. Kisaran pengalaman responden dalam lembaran ikan mas antara 1 sampai dengan 30 tahun (Tabel 8).

Tabel 8 Pengalam usaha pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman tahun 2014

No Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah (Orang)

1 1 sd 5 12

2 6 sd 10 18

3 11 sd 15 7

4 16 sd 20 7

5 21 sd 25 3

6 26 sd 30 3

Pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman memiliki usia antara 20 tahun sampai dengan 75 tahun. Tabel 9 menunjukkan data usia responden pembudidaya ikan mas.

Tabel 9 Kelompok umur pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman 2014

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang)

1 20 sd 30 10

2 31 sd 40 11

3 41 sd 50 14

4 51 sd 60 11

5 61 sd 70 2

6 71 sd 80 2

Pendidikan terakhir pembudidaya ikan mas hanya sedikit yang lulus dari perguruan tinggi. Pendidikan terakhir responden kebanyakan berkisar pada lulusan SD sampai dengan SMA (Tabel 10)

Tabel 10 Kelompok pendidikan terakhir pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman

No Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang)

1 SD 24

2 SMP 5

3 SMA 18

(36)

Karakteristik Responden Pedagang pengumpul

Jumlah responden pedagang pengumpul yang diambil ada 3 orang dan semuanya berjenis kelamin pria. Kisaran umur pedagang pengumpul antara 38 tahun sampai 39 tahun. Para pedagang pengumpul umumnya sudah memiliki pengalam dalam hal budi daya ikan sehingga mereka melanjutkan menjadi pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul ini memiliki modal yang besar sehingga mampu memasuki pasar ikan mas. Pendidikan terakhir pedagang pengumpul adalah lulusan SMP 1 orang dan lulusan SMA ada 2 orang. Pengalaman usaha juga ada yang baru dan ada yang sudah lama (Tabel 11)

Tabel 11 Pengalaman usaha dan pendidikan terakhir pedagang pengumpul 2014

Responden ke Umur Pengalaman

Usaha

Lulusan

1 39 3 SMP

2 37 2 SMA

3 38 15 SMA

Semua pedagang pengumpul umumnya mempunyai kolam budidaya ikan mas. Pedagang pengumpul memodali semua kegiatan perikanan mulai dari ikan ditebar sampai dipanen dan hasilnya dibagi tiga dengan penjaga kolam ikan mas.

Karakteristik Responden Pedagang grosir

Jumlah responden pedagang grosir ada 3 orang semuanya pria. Pedagang grosir umumnya sudah memiliki pengalama usaha yang lama dalam menjual ikan mas ada yang sudah mencapai 58 tahun. Pendidikan terakhir juga bervariasi yaitu SD, SMP, dan SMA. Volume pembelian pedagang grosir berkisar antara 200kg sampai 300 kg per hari dan biasanya setiap hari habis. Ketika ikan sedang sedikit biasanya pedagang grosir melakukan penyimpanan sebesar 5-20 kg untuk menjaga agar stok ikan selalu ada. Pedagang pengumpul biasanya menjual ikannya di depan rumah yang sudah disediakan kolam.

Karakteristik Responden Pedagang Pengecer

Jenis kelamin pedang pengecer ada pria dan wanita. Jumlah responden pedagang pengecer dalam penelitian ada 5 orang. Pengalaman usaha sudah relatif lama yaitu berkisar antara 10-25 tahun. Kisaran umur pedagang pengecer antara 36 tahun sampai 58 tahun. Pendidikan terakhir mulai dari SD, SMP, dan D2. Volume penjualan ikan mas berkisar antara 40-50 kg per hari. Hampir semua pedagang pengecer menjual ikan setiap hari.

Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas

Persiapan Kolam

(37)

yang dapat dilakukan apabila pasokan air berkurang di dalam kolam adalah mengurangi pemberian pakan agar oksigen tetap ada di dalam kolam.

Pengangkutan dan Penebaran Benih

Pengangkutan benih biasanya dilakukan oleh tukang ojek ikan maupun sopir pedagang pengumpul. Benih ikan mas harus cepat sampai ke kolam pembudidayaan agar benih tidak mati. Supaya benih ikan mas tidak mati sampai ke kolam pembesaran maka pengangkutan dan penebaran benih dilakukan pada saat udara yang sejuk biasanya pada pagi, sore maupun pada malam hari. Jenis benih yang dimasukkan ke kolam adalah berhitung dan kilo tampang. Jenis benih berhitung biasanya berukuran 5-6 cm, sedangkan kilo tampang memiliki bobot 15-25 ekor per kilogram. Benih kilo tampang sebenarnya sudah termasuk ke dalam jenis ikan konsumsi tetapi bisa juga dijadikan sebagai benih untuk pembesaran ikan mas. Jumlah benih yang di tebar tergantung pada luasan kolam agar ikan tetap nyaman di dam kolam. Benih ikan tidak boleh terlalu banyak karena bisa menyebabkan kesesakan di dalam kolam. Dalam 1 ha kolam benih yang bisa ditebar adalah 1 ton benih kilo tampang dan 12000 ekor benih berhitung.

Pemeliharaan

Sumber pakan ikan mas adalah pelet ikan. pemberian pelet ini dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Pemberian pakan tidak sama banyak ketika ikan masih berumur di bawah satu bulan. Pada satu bulan pertama ikan hanya menghabiskan setengah karung atau 25 kg. Setelah ikan berumur 2-4 bulan (panen) ikan bisa menghabiskan 2-3 karung pelet. Selama pasokan air cukup atau bagus pembudidaya akan memberikan ikan makan yang banyak agar ikan cepat besar. Tetapi berbeda bila pasokan air berkurang pembudidaya akan mengurangi pemberian jumlah pelet karena akan menyebabkan kadar oksigen berkurang di dalam kolam. Sebagian pembudidaya ada yang mencampurkan obat-obatan ke dalam pelet agar mencegah terkena penyakit maupun yang sudah terkena penyakit. Selama pemeliharaan sampai panen tidak semuanya ikan hidup ada juga yang mati 5-7 ekor seminggu.

Pemanenan, Penyortiran dan Pengangkutan

(38)

atau 15-25 ekor dalam 1 kilogram. Apabila bibit yang di tebar adalah kilo tampang maka ukuran ikan yang dipanen adalah 2-3 ekor dalam 1 kilogram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran

Rata-rata hasil produksi total pembudidaya ikan mas setiap kali panen adalah 3 ton. Produksi pembudidaya ini termasuk tinggi sehingga pembudidaya membutuhkan pedagang yang mampu membeli hasil produksinya secara keseluruhan. Hal ini mmembuat pembudidaya ikan mas tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual ikan mas kepada pedagang pengumpul.

Pembudidaya ikan mas di Kabupaten Pasaman secara keseluruhan menjual ikannya kepada pedagang pengumpul daripada langsung kepada pedang pengecer. Hal itu dikarenakan pedagang pengumpul bisa membeli ikan secara keseluruhan berbeda dengan pedagang pengecer yang mampu membeli hanya 40-50 kilogram. Tabel 10 menunjukkan perbedaan persentase pembelian yang dilakukan antara pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer

Tabel 12 Pesentase pembelian antara pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer

Pembeli Jumlah (Kg) Persentase (%)

PC 135 4.5

PP 2865 95.5

Total 3000 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pembudidaya lebih banyak menjual ikannya kepada pedagang pengumpul daripada pedagang pengecer. secara keseluruhan pedang pengumpul mampu membeli ikan mas dari pembudidaya karena selain memiliki keterikatan dengan pembudidaya pedagang pengumpul juga sudah memiliki tujuan pemasaran yang pasti. Berbeda halnya dengan pedagang pengecer, pedagang pengecer tidak bisa membeli ikan mas pembudidaya banyak-banyak karena hanya segitu permintaan konsumen setiap harinya.

Pola saluran pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman ada 5 pola saluran pemasaran yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pemasaran di Kabupaten Pasaman dan pemasaran di luar Kabupaten Pasaman.

a. Pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman

1. Saluran pemasaran I : pembudidaya – pedagang pengecer - konsumen. 2. Saluran pemasaran II : pembudidaya – pedagang pengumpul - konsumen. 3. Saluran pemasaran III : pembudidaya – pedagang pengumpul – pedagang

pengecer - konsumen.

b. Pemasaran di luar Kabupaten Pasaman

(39)

2. Saluran pemasaran V : pembudidaya – pedagang pengumpul – pedagang grosir – konsumen

Pola saluran pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman dapat dilihat pada gambar 3.

Saluran pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman

95.5% 95.5% 4.5%

0.87

100% 100% 100%

Saluran pemasaran di luar Kabupaten Pasaman

76.22% 88.01% 100%

95.5%

95.5%

76.22% 12.00%

Gambar 3 Pola Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kabupaten Pasaman Keterangan :

PP : pedagang pengumpul PG : pedagang grosir PC : pedagang pengecer

Pembudidaya 100%

Pembudidaya (100%)

K K

PP PP

K

PC PC

Saluran I Saluran II Saluran III

PP

PP

PG

PG

PC

K K

(40)

K : konsumen

Lembaga yang terkait pada pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman adalah pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Sebagian besar pembudidaya menjual hasil panenya kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen karena sudah saling percaya dan pembayaran hasil panen tidak terlalu lama yaitu 3-7 hari. Selain itu ada juga keterikatan dengan pedagang pengumpul yaitu pembudidaya berhutang pakan kepada pedagang pengumpul.

Pembudidaya menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul lalu pedagang pengumpul menjual ikannya kepada pedagang grosir lalu kepada pedagang pengecer setelah itu dari pedagang pengecer kepada konsumen. pembudidaya menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul supaya menghemat biaya dan pasarnya sudah pasti. Biaya yang ditanggung pembudidaya pada saat panen hanya gaji tenaga kerja pemanenan sedangkan biaya oksigen, plastik, pengangkutan dan bongkar muat ditanggunng oleh pedagang pengumpul. Selain itu dalam satu desa biasanya sudah ada satu pedagang pengumpul yang sudah dipercaya oleh pembudidaya.

Fungsi Pemasaran

Setiap lembaga pemasaran yang terkait dengan pemasaran ikan mas, melakukan fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk memperlancar kegiatan pemasaran ikan mas di Kabupaten Pasaman. Tabel 13 menunjukkan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Tabel 13 Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran

(41)

 : Kadang-kadang Pedagang pengumpul (PP)

Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul membeli ikan kepada pembudidaya langganannya. Pembelian yang dilakukan pedagang pengumpul berkisar dari 1 ton sampai 3 ton dalam sekali pengiriman ke daerah tujuan pemasaran. Pedagang pengumpul melakukan pembelian 3 kali dalam seminggu, ada juga yang melakukan pembelian setiap hari. Harga beli ikan mas yang dibeli pedagang pengumpul pada saat penelitian adalah Rp 21 000. Selain melakukan pembelian pedagang pengumpul juga melakukan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul menjual ikannya kepada pedagang grosir dan pedagang pengecer. Harga jual pedagang pengumpul kepada pedagang grosir pada saat penelitian adalah Rp 25 000 Sedangkan harga jual kepada pedang pengecer sebesar Rp 22 000.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pengemasan dan pengangkutan. Pedagang pengumpul melakukan pengemasan sebelum dilakukan pengiriman ke daerah tujuan pemasaran. Pengemasan dilakukan pada plastik berwarna putih yang sudah di isi air dan oksigen. Biasanya sebelum berangkat ke tempat pembelian pedagang pengumpul sudah mengisi air terlebih dahulu ke dalam plastik agar tidak memakan waktu yang lama pada saat melakukan transaksi. Fungsi pengangkutan dilakukan pedagang pengumpul adalah mengirimkan ikan mas kepada pembelinya baik pedagang grosir maupun pedagang pengecer. Pengangkutan ikan mas harus secepatnya di kirim ke daerah tujuan pemasaran karena ditakutkan ikan bisa mati atau tidak segar sampai kepada pembeli berikutnya maupun ke konsumen. Pengangkutan ikan dilakukan dengan truk Colt Diesel yang sudah ditambahkan papan-papan untuk meletakkan kantong-kantong yang berisi ikan mas. Pengangkutan ini akan mengeluarkan biaya sehingga mempengaruhi penetapan harga ikan mas.

(42)

Pedagang Grosir (PG)

Pedagang grosir hampir sama dalam melakukan fungsi pemasaran dengan pedagang pengumpul bedanya pedagang grosir tidak melakukan pengiriman ikan kepada pembeli selanjutnya. Selain itu pedagang grosir kadang-kadang melakukan penyimpanan untuk menjaga stok agar tetap ada. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang grosir adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Pedagang grosir melakukan pembelian dari pedagang pengumpul setiap hari dengan volume berkisar antara 200 kg sampai 300 kg per hari dan biasanya habis terjual. Pedagang grosir menjual ikannya kepada pedagang pengecer dan ada juga kepada konsumen. Volume penjualan kepada pedagang pengecer setiap harinya rata-rata 45 kilogram/pedagang pengecer dan 30 kg untuk konsumen. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang grosir adalah pengemasan. Plastik yang digunakan adalah plastik baru dan plastik yang diberikan oleh pedagang pengumpul sehingga pedagang grosir lebih menghemat biaya untuk membeli plastik. Pengangkutan tidak dilakukan oleh pedagang grosir karena pedagang pengecer maupun konsumen langsung datang ke kolam penampungan pedagang grosir.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang grosir adalah penyortiran, risiko, pembiayaan, serta informasi pasar. Pedagang grosir memisahkan antara ikan yang hidup dan yang mati sedangkan jenis ikan berdasarkan bobotnya tidak dipisahkan. Ikan yang besar dan kecil tetap diletakkan dalam kolam yang sama. Risiko yang biasanya terjadi adalah kematian ikan. Tetapi pedagang grosir berusaha menjaga kadar oksigen tetap ada yaitu dengan mengalirkan air ke kolam dan mengeluarkannya. Intinya air selalu berganti pada kolam penampungan Supaya usaha tetap berjalan, pedagang pengumpul membutuhkan pembiayaan untuk melancarkan usahanya. Seperti biaya membeli ikan mas dan biaya lainnya. Untuk mengetahui harga beli dan harga jual pedagang grosir juga saling bertukar informasi sesama pedagang grosir, pedagang pengumpul, maupun pedagang pengecer.

Pedagang Pengecer (PC)

Fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengecer tidak jauh berbeda dengan pedagang pengumpul. Pedagang pengecer melakukan fungsi pertukaran dimana pedagang pengecer membeli ikan dari pedagang diatasnya yaitu baik dari pembudidaya, pedagang pengumpul, maupun pedagang grosir. Biasanya pedagang pengecer membeli ikan sebesar 40-50 kg per hari. Pedagang pengecer melakukan pembelian dan penjualan setiap hari. Pedagang pengecer akan menjual ikan kepada konsumen sebesar volume ikan yang dibelinya. Pedagang pengecer ada yang menjual ikan di tempat yang sama setiap hari dan ada juga yang berpindah-pindah tergantung daerah mana yang ada pasar.

(43)

membersihkan ikan ketika dijual. Fungsi pengangkutan juga dilakukan oleh pedagang pengecer. Untuk mengangkut ikan kepasar, ada yang dibawa sendiri oleh pedagang pengecer dan ada juga yang diantarkan oleh pedagang di atasnya.

Fungsi fasilitas yang dilakukan pedang pengecer tidak jauh berbeda dengan pedagang grosir. Pedagang pengecer juga memisahkan ikan yang mati dengan yang hidup agar ikan tidak mudah busuk dan masih bisa dijual. Pedagang pengecer mengalami risiko kematian pada ikan masnya. Tetapi hal itu dapat dicegah dengan membuat aliran air pada tempat penampungan/penjualan ikan. Pedagang pengecer melakukan pembiayaan pada usahanya. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah pembelian ikan, biaya angkut, pembelian plastik, dll. Pedagang pengecer melakukan pertukaran informasi sesama pedagang pengecer, pembudidaya, pedagang pengumpul, dan pedagang grosir.

Struktur Pasar

Dalam menganalisis struktur pasar bisa dilihat dari ukuran dan jumlah produsen, sistem keluar masuk pasar, sifat produk, serta tingkat pengetahuan informasi yang di miliki oleh lembaga pemasaran ikan mas (Tabel 14).

Tabel 14 Karateristik struktur pasar

Karakteristik P PP PG PC

Jumlah Produsen

50 5 25 150

Sifat Poduk Homogen Homogen Homogen Heterogen

Keluar-Masuk

(44)

Mudah atau Susah Keluar Masuk Pasar

Keluar masuk pasar di tingkat pembudidaya termasuk mudah karena walaupun membutuhkan modal yang besar terutama pada pakan tidak menjadi penghalang bagi pembudidaya untuk memasukinya karena pembudidaya bisa berhutang kepada pedagang pengumpul. Dan untuk keluar juga mudah karena pembudidaya bisa keluar kapanpun bila diinginkan. Hal itu terjadi pada saat penelitian dimana banyak pembudidaya yang tidak membudidayakan ikan karena tingginya harga pakan sedangkan harga ikan sebelumnya tetap.

Pada pembudidaya keluar masuk pasar sangat susah karena membutuhkan modal yang besar. Untuk memasuki pasar pesaing harus memiliki modal yang besar karena dalam memasarkan ikan mas membutuhkan modal yang besar seperti membeli ikan dari pembudidaya, pemberian pinjaman pakan pada pembudidaya, biaya pengiriman serta gaji karyawan. Selain itu pembudidaya sudah memiliki langganan pedagang pengumpul.

Pada tingkat pedagang grosir keluar masuk pasar juga susah karena masing-masing pedagang grosir sudah memiliki langganan pedagang pengecer sehingga susah untuk memasuki pasar. Sedangkan di tingkat pedagang pengecer keluar masuk pasar relatif mudah karena modal untuk menjalankan usaha tidak terlalu besar. Volume ikan yang dijual pedagang pengecer berkisar antar 40-50 kg per hari sehingga tidak terlalu susah untuk memasuki pasar. Untuk mendapatkan ikan mas juga sangat mudah didapatkan baik dari pembudidaya, pedagang pengumpul, dan pedagang grosir.

Sifat Produk

Jenis ikan yang dipasarkan adalah ikan mas konsumsi. Ikan mas konsumsi yang dibudidayakan di Kabupaten Pasaman ada dua jenis, yang membedakannya adalah bobot dari ikan mas itu sendiri. Bobot ikan konsumsi yang pertama adalah yang berbobot 15-25 ekor dalam 1 kilogram dan yang kedua adalah yang berbobot dalam 1 kilogram ada 6 ekor. Walaupun bobot ikan berbeda tetapi harga ikan tetap sama.

Ikan yang dijual mulai dari pembudidaya sampai kepada pedagang grosir seragam. Tetapi di tingkat pedagang pengecer ada yang menjual ikan mas saja dan ada yang menjual komoditas ikan lainnya seperti nila dan gabus. Pedagang pengecer di luar daerah menjual ikan mas saja tidak mencampur dengan ikan lainnya. Tetapi yang di daerah produksi kadang-kadang menjual jenis ikan lainnya.

Informasi yang dimiliki Partisipan

Informasi pasar yang diperlukan dalam pemasaran ikan mas adalah informasi harga, jumlah dan permintaan ikan mas, dan bobot ikan mas yang diinginkan oleh konsumen. Informasi harga didapatkan pembudidaya dari sesama pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. sumber informasi harga ikan mas di tingkat pedagang pengumpul adalah dari sesama pedagang pengumpul.

(45)

informasi ini didapatkan dari pedagang pengecer luar daerah produksi. Pedagang pengecer luar daerah produksi mendapatkan informasi harga dari pedagang grosir. Sedangkan pedagang pengecer daerah produksi mendapatkan informasi pasar dari pedagang pengumpul maupun sesama pedagang pengecer.

Struktur pasar yang terjadi dari tingkat pembudidaya sampai kepada pedagang grosir dapat dikatakan tidak efektif karena secara teori pasar yang efektif adalah struktur pasar yang cenderung mendekati pasar persaingan sempurna. Pembudidaya sebenarnya bisa memiliki posisi tawar yang kuat apabila tidak memiliki keterikatan dengan pedagang pengumpul. Pada penelitian dapat dibuktikan bahwa pembudidaya yang tidak berhutang pakan maupun yang berhutang sebagian kepada pedagang pengumpul lebih memiliki tawar yang tinggi. Mereka bisa meminta menaikkan harga ikan yang dibeli oleh pedagang pengumpul. Harga yang didapat bisa dinaikkan Rp 300-500/kg. Hal lain juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan lembaga perikanan yang sudah ada agar dapat berperan aktif dalam pemasaran ikan mas maupun pengadaan pakan supaya pembudidaya tidak memiliki keterikatan dengan pedagang pengumpul sehingga lebih memiliki posisi tawar yang tinggi. Selain itu pedagang grosir tidak bisa meminta menurunkan harga kepada pedagang pengumpul karena pedagang pengumpul menguasai output pemasaran ikan mas.

Perilaku Pasar

Gambar

Tabel 1  Perkembangan produksi perikanan Sumatera Barat tahun 2008-2012
Tabel 2  Produksi budidaya perikanan menurut jenis budi daya dan
Tabel 3  Produksi ikan buidaya per kecamatan 2011
Tabel 4 Konsumsi ikan/kapita/tahun Kabupaten Pasaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika petani atau pedagang ikan bandeng memiliki market power yang cukup besar maka dengan mudah dapat mempengaruhi harga jual ikan bandeng di pasar, hal ini

Pada saluran pemasaran II pembudidaya/produsen menjual ikan air tawar kepada pedagang antar pulau dengan total volume untuk ikan nila sebanyak 205.580 kg, gurame 850 ekor,

Maka kebijakan dari perekrutan Da’i Nagari di kabupaten Pasaman melalui seleksi administratif dan seleksi performance yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Pasaman

Tingkat profitabilitas dalam usahatani pembesaran ikan mas di Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen dapat ditingkatkan dengan penggunaan biaya menghasilkan

Berdasarkan penelitian Wati (2014) jenis ikan yang ditemukan Di Muara Mandiangin Kenagarian Katiagan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat yaitu 18 jenis ikan

Dalam pemasaran ikan salai patin dari Sentra Pengolahan Pasca Panen desa Koto Mesjid terlibat beberapa rantai pemasaran, tentunya pada setiap lembaga memiliki

Lembaga pemasaran yang terlibat yaitu peternak sebagai produsen telur, agen atau pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer.Berdasarkan analisis margin pemasaran, farmer’s share, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode pelaksanaan kegiatan dalam memberikan solusi atas permasalahan pengrajin ikan asin adalah sebagai berikut : Metode dalam mengatasi masalah dalam pemasaran