• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN BELANJA DAERAH 1. Kebijakan Belanja Daerah

pemerintahan daerah

Misi 5. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, memiliki tujuan:

B. PENGELOLAAN BELANJA DAERAH 1. Kebijakan Belanja Daerah

Sejalan dengan tema pembangunan daerah tahun 2015 yang telah ditetapkan dalam RKPD Tahun 2015, yaitu “Pemantapan Kualitas Infrastruktur Dasar dan Infrastruktur Penunjang Pertumbuhan Kawasan”, kebijakan pembangunan daerah diarahkan pada infrastruktur yang merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan Kabupaten Jombang, tidak hanya sebagai penggerak roda ekonomi di daerah, namun turut membentuk perkembangan wilayah serta melayani masyarakat dalam mengartikulasi kehidupan sosial masyarakat. Perbaikan infrastruktur menjadi kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, karena mendukung pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintah daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan wilayah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu kebijakan pembangunan daerah juga diarahkan pada penanganan pemerataan percepatan pembangunan desa, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Jombang telah merumuskan kebijakan pemberian pagu indikatif desa (PID) dengan memberikan sejumlah patokan batas minimal anggaran SKPD yang dilaksanakan di wilayah desa yang alokasinya dilakukan secara partisipatif melalui musrenbang desa yang berdimensi strategis kewilayahan. Melalui kebijakan PID tersebut diharapkan dapat menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan pembangunan antara kabupaten dan desa, menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran serta

menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan

Kebijakan pembangunan daerah tersebut diwujudkan dalam bentuk Kebijakan belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kebijakan belanja tidak langsung pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

 Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam penghitungan DAU tahun 2015, kenaikan gaji pokok diproyeksikan sebesar 5% dan accres sebesar 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai, serta pemberian gaji ketiga belas;

 Belanja Hibah dianggarkan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

Belanja Bantuan Sosial dianggarkan untuk memberikan bantuan sosial kepada anggota/kelompok masyarakat, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Pengalokasian bantuan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah.

Belanja Tidak Terduga dialokasikan untuk kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan, serta digunakan untuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya.

Sedangkan kebijakan belanja langsung daerah tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Pengalokasian belanja sesuai dengan urusan-urusan yang menjadi kewenangan kabupaten, baik urusan wajib maupun urusan pilihan sesuai dengan peraturan perundangan dengan mendasar pada standar pelayanan minimal, standar pelayanan publik, analisa standar belanja dan standar satuan harga;

2. Memenuhi ketentuan undang-undang tentang proporsi anggaran belanja untuk fungsi pendidikan minimal 20% dari belanja daerah serta anggaran urusan kesehatan minimal sebesar 10% dari total belanja daerah diluar gaji;

3. Dalam merencanakan program dan kegiatan harus memperhatikan RPJMD Tahun 2014-2018 dan pentahapan pada tahun 2015, tahapan kedua RPJMD, dengan melihat capaian pentahapan pada tahun sebelumnya;

4. Perencanaan program dan kegiatan juga diupayakan untuk dapat mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Timur melalui sinkronisasi, integrasi dan sinergitas program/kegiatan;

5. Pengalokasian biaya untuk peningkatan infrastruktur jalan serta pengalokasian biaya perencanaan untuk peningkatan infrastruktur pada tahun berikutnya;

6. Belanja modal diarahkan untuk dapat menjadi sumber pemasukan kembali bagi daerah;

7. Menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran, khususnya terkait kebijakan pengalokasian anggaran desa sesuai dengan Peraturan Bupati Jombang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pagu Indikatif Desa;

8. Untuk meminimalisir belanja pegawai pada belanja langsung, maka kegiatan diupayakan dapat dilakukan secara fungsional tanpa membutuhkan biaya operasional, sehingga biaya yang terkait honorarium dapat diminimalkan;

9. Memantapkan pembangunan kawasan strategis dan mengembangkan produk potensi lokal yang berbasis agribisnis dengan tujuan untuk memantapkan kemajuan daerah dan mengembangkan kesejahteraan; 10. Pembangunan dilaksanakan guna meminimalisir kesenjangan antar

wilayah dalam hal pelayanan publik kepada masyarakat, menunjang aktivitas perekonomian wilayah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah;

11. Pengalokasian anggaran untuk kelanjutan program penanganan kemiskinan yang terintegrasi dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi;

12. Pembangunan serta pemeliharaan sarana dan prasarana dalam rangka menunjang aktivitas perekonomian wilayah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah.

2. Target dan Realisasi Belanja

Anggaran belanja daerah sesuai dengan perubahan APBD tahun 2015 dianggarkan sebesar Rp.2.485.612.912.923.1 dan telah direalisasikan sebesar Rp. 2.164.953.026.633.2atau tercapai sebesar 87,10%. Total realisasi belanja daerah mengalami pertumbuhan sebesar 21,59% jika dibandingkan dengan belanja daerah tahun 2014 dengan rincian belanja tidak langsung mengalami pertumbuhan sebesar 23,67% dan belanja langsung mengalami pertumbuhan sebesar 18,86%. Proporsi komponen belanja daerah Tahun Anggaran 2015 dapat disampaikan sebagai berikut:

Grafik 3.3

Proporsi Komponen Belanja Daerah Tahun 2015

Jika dibandingkan dengan proporsi pos belanja daerah TA 2014, maka terdapat penurunan proporsi belanja langsung dari 43,21% pada tahun 2014 menjadi 42,24% pada tahun 2015 dan proporsi belanja tidak langsung mengalami kenaikan dari 56,79% pada tahun 2014 menjadi 57,76% pada tahun 2015. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan Pemerintah Pusat terkait dana desa yang dialokasikan dari APBN melalui transfer ke rekening kas daerah yang kemudian diteruskan ke rekening kas desa melalui pos bantuan keungan desa. Dana desa yang berasal dari APBN merupakan upaya untuk melindungi dan memberdayakan desa agar semakin kuat, maju mandiri dan sejahtera. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hak dan wewenang diberikan kepada desa. Salah satunya adalah sumber pendanaan baru bagi desa dari APBN. Pemenuhan dana pembangunan desa dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan aspek akuntabilitas kinerja.

Tabel 3.7

Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015

Sumber data: DPPKAD Kab. Jombang, 2015

a. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung tahun 2015 terealisasi sebesar Rp.1,250,258,205,803.00 atau sebesar 88,40% . Belanja Tidak Langsung

terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Belanja Tidak Terduga. Rincian realisasi Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2015

Sumber data: DPPKAD Kab. Jombang, 2015

3. Permasalahan dan solusi a. Permasalahan

1. Tingkat penyerapan total belanja daerah tahun 2015 sebesar 87,10%, dengan rincian belanja tidak langsung sebesar 88,40% dan belanja langsung sebesar 85,38% yang disebabkan oleh :

Masih terdapat beberapa permasalahan terkait pelaksanaan belanja hibah dan bantuan sosial diantaranya adalah belum terpenuhinya persyaratan administratif sehingga belanja tersebut tidak dapat direalisasikan. Hal tersebut juga karena perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait mekanisme pemberian hibah daerah dengan terbitnya undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan dipertegas dengan Surat Edaran Menteri dalam Negeri Nomor 900/4627/SJ tentang penajaman ketentuan pasal 298 ayat (5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Banyak calon penerima hibah daerah terkendala dengan persyaratan berbadan hukum Indonesia sehingga realisasi anggaran banyak mengalami keterlambatan pencairan.

Beberapa kegiatan pengadaan tanah tidak dapat dilaksanakan disebabkan oleh adanya kendala teknis di lapangan serta keterbatasan waktu pengadaan , diantaranya adalah pengadaan tanah untuk jembatan ploso, pengadaan tanah untuk pengujian/pengolahan, Pengadaan alat peraga/praktek sekolah serta adanya kegiatan yang gagal lelang.

Masih terkonsentrasinya pencairan anggaran pada bulan desember sebesar 22,65% dari total belanja daerah.

Adanya bantuan keuangan khusus berupa kegiatan yang bersifat fisik dari pemerintah Provinsi Jawa Timur pada saat Perda P-APBD Tahun Anggaran 2015 telah ditetapkan, sehingga menambah volume kegiatan di akhir tahun anggaran.

pemerintah daerah dihadapkan akan tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah sehingga menimbulkan kesenjangan fiskal. Sementara disisi lain masyarakat menuntut adanya perbaikan kualitas pelayanan dimana hal ini tentunya memerlukan sumber daya yang cukup besar dalam merealisasikannya.

b. Solusi

Menanggapi permasalahan tersebut diperlukan penanganan sebagai upaya pemecahan permasalahan antara lain adalah:

1). Reorientasi prioritas dan rasionalitas anggaran, dimana belanja daerah diprioritaskan pada kegiatan yang mendesak, berdampak luas pada pertumbuhan ekonomi (multiplyer effect) dan berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat seperti penanganan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat serta terbukanya kesempatan bekerja dan berusaha;

2). Belanja kegiatan diorientasikan pada kegiatan yang memberikan nilai tambah (value added) bagi pendapatan daerah

3). Memilih aktivitas ataupun kegiatan yang dapat memberi umpan balik ataupun memberikan dampak positif bagi peningkatan sektor pembangunan lain;

4). Disiplin anggaran dan tertib adminsitrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan melakukan evaluasi secara berkala terkait penyerapan anggaran per satuan kerja perangkat daerah dibandingkan dengan surat penyediaan dana setiap triwulan sebagaimana telah direncanakan sehingga penyerapan anggaran tidak hanya terkonsentrasi di akhir Tahun Anggaran

C. PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAERAH